BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Cipayung, Kota Depok, Provinsi Jawa Barat. SMP ini terletak di

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yang dipakai adalah penelitian inferensial. Penelitian inferensial

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV PERSIAPAN DAN PELAKSANAAN PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Menurut Suharsimi Arikunto (2010: 3) penelitian deskriptif adalah suatu

BAB III METODE PENELITIAN


BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif yaitu penelitian yang menekankan analisisnya pada data-data numeric

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 2 Sekampung Lampung Timur pada

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Kelurahan Bendan Duwur terdapat 40 pertanyaan yang masing-masing. pertanyaan memiliki empat alternatif jawaban, yaitu:

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. yang terdiri dari variabel independen yaitu pemberian reward dan variabel

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. mendeteksi sejauhmana variasi-variasi pada suatu faktor yang berkaitan dengan

BAB III METODE PENELITIAN. numerik dan diolah dengan metode statistika serta dilakukan pada

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Sejarah Singkat MA Muhammadiyah 2 Kedungkandang Malang

BAB III METODE PENELITIAN. Brand Image sedangkan variabel dependen (terikat) adalah Keputusan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

BAB 3 METODE PENELITIAN. Pendekatan objektif menganggap perilaku manusia disebabkan oleh kekuatan-kekuatan

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian kuantitatif deskriptif korelasional. Penelitian kuantitatif adalah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. dilakukan pada penelitian deskriptif atau dalam rangka pengujian hipotesis

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penilitian ini adalah penelitian kuantitatif. Berdasarkan pada Variabel yang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. pola asuh otoriter) dan variabel terikat (perilaku bullying) sehingga

BAB III METODE PENELITIAN. Kecerdasan Spiritual Siswa di SMA Negeri 1 Kunto Darussalam. Bulan April sampai dengan Bulan Juni 2014.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Subyek yang dipilih adalah remaja panti asuhan Akhiruz zaman Bekasi dengan kriteria

BAB III METODE PENELITIAN. kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok. Penelitian survei ini

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. subyek, nama subyek, usia subyek dan subyek penelitian berjumlah 70 sampel ibu

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. hendaknya metode penulisan dengan memperhatikan kesesuaian antara objek yang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA

BAB III METODE PENELITIAN. Menurut Ghony rancangan penelitian adalah strategi suatu penelitian,

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif, yaitu penelitian yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Proses pembelajaran melalui praktikum di bengkel merupakan. perwujudan dari suatu teori ke dalam bentuk nyata. Kegiatan praktik juga akan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1. Sejarah MA Darussalam Agung Kota Malang. mengembangkan pendidikan di Kedungkandang didirikanlah Madrasah

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian

`BAB III METODE PENELITIAN. bimbingan kelompok dengan komunikasi antar pribadi siswa kelas VIII di

BAB III METODE PENELITIAN. yang ada. Data yang terkumpul diwujudkan dalam bentuk angka-angka. akan menunjukkan sejauh mana dua hal saling berhubungan.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian ini, maka permasalahan yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah

BAB III METODE PENELITIAN. menggunakan cara atau metode yang benar dalam penelitian tersebut.

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian kuantitatif dan (b). Penelitian kualitatif (Azwar, 2007: 5). Dalam

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif. Menurut Sugiyono (2013) metode penelitian kuantitatif adalah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Uji Coba Angket

BAB III METODE PENELITIAN. atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya. Pendekatan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. kuantitatif dengan metode eksperimen semu (quasi eksperimen). Penelitian

BAB IV ANALISIS DATA. Jenis Kelamin Frekuensi Presentase. Laki-Laki % Perempuan % Total %

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Identifikasi variabel penelitian diuraikan berdasarkan hipotesis, yaitu: 1. Variabel terikat (Y): Motivasi Kerja Karyawan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. apa yang akan dipakai pakai, karena dengan hal itu akan mepermudah penelitian,

BAB III METODE PENELITIAN. Research). Penelitian eksperimen adalah penelitian yang digunakan untuk

BAB III METODE PENELITIAN. disusun sedemikian rupa sehingga peneliti dapat memperoleh jawaban untuk

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. menguraikan mengenai identifikasi variabel penelitian, defenisi oprasional,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. sebagaimana adanya secara sistematis, akurat, aktual dan kemudian ditentukan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. didik kelas VII di SMP Negeri 2 Pariaman, maka dalam penelitian ini

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV PELAKSANAAN, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Lokasi penelitian adalah sekolah SMP Negeri 1 Tapa Kabupaten Bone Bolango,

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Identifikasi Variabel. a. Variabel Terikat (Y) : Prestasi Kerja Karyawan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Kountur (Wiwid, 2006:48) Penelitian deskriftif adalah jenis penelitian yang

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian kuantitatif sesuai dengan namanya banyak dituntut menggunakan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. numeric (angka) yang diolah dengan metode statistik (Azwar, 2001:5).

BAB III METODE PENELITIAN. penafsiran terhadap data, serta penampilan dari hasilnya. Serta mengunakan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. semester ganjil Tahun Ajaran pada semester ganjil. bulan (Desember-Januuari 2014) Tahun Ajaran

yang berjumlah kurang lebih 211 orang guru, terdiri dari tiga SMA Negeri se-kota

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Identifikasi variabel penelitian diuraikan berdasarkan hipotesis, yaitu:

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. terhadap data, serta penampilan dari hasilnya 1. Dari jenis masalah yang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Transkripsi:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. DESKRPSI TEMPAT PENELITIAN 1. Lokasi Penelitian Lokasi penelitian ini berada di SMP Arrahman, Kelurahan Bojong Pondok Terong, RT 01 / RW 04, Kecamatan Cipayung, Kota Depok, Provinsi Jawa Barat. SMP ini terletak di wilayah kelurahan dengan mayoritas penduduknya berprofesi sebagai pekerja kantor, pedagang dan guru. SMP Arrahman memiliki satu gedung utama representatif, tiga puluh ruang kelas, satu ruang UKS, satu ruang guru, satu ruang dapur dan sembilan kamar mandi. Selain itu tanah lapang di SMP Arrahman sangat luas dan tempat parkir yang baik. Sarana dan prasarana yang dimiliki SMP saat ini cukup lengkap, diantaranya tempat bermain yang luas, sarana penunjang KBM seperti televisi, VCD, tape recorder, megaphone, alat drum band, serta berbagai alat kegiatan ekstrakulikuler. 2. Data Tenaga Pengajar dan Siswa Tenaga pengajar yang dimiliki SMP Arrahman Depok, berjumlah 30 orang pengajar pada berbagai sub bidang mata pelajaran. Guru pengajar di SMP Arrahman sudah menempuh sarjana pendidikan. Sedangkan siswa yang ada di SMP Arrahman Depok terbilang cukup banyak yaitu berjumlah 1115 siswa -siswi. 1

2 B. PELAKASANAAN PENILITIAN Pada pelaksanaan penelitian ini, peneliti berkoordinasi dengan wakil kepala sekolah bidang kurikulum untuk dapat masuk kelas pada waktu jam pelajaran. Kemudian para guru mengizinkan untuk masuk dan menggantikan jam pelajaran sementara untuk penelitian. Antusiasme para guru dan kepala sekolah sangat baik dan berminat untuk agar para siswanya diteliti. Begitupun dengan para siswa di SMP Arrahman yang bersedia untuk berpartisipasi dalam kegiatan penelitian ini. Peneliti memasuki ruang-ruang kelas secara acak atau tidak berurutan menurut abjad kelas. Hal ini dikarenakan metode random sampling yang peneliti gunakan. Kemudian pada setiap kelas yang peneliti masuki, peneliti pertama-tama mengenalkan diri terlebih dahulu kemudian dilanjutkan dengan memberikan pengarahan untuk mengisi angket atau alat penelitian. Tidak setiap responden bisa mengerti tata cara menisi angket, maka peneliti memberikan pengarahan kepada responden yang belum mengerti. Ada pula responden yang tidak mengerti isi dari angket tersebut, maka peneliti memberikan pemahaman terkait hal itu tanpa mengurangi atau menambahkan esensi dari angket penelitian tersebut. Penelitian ini dilangsukan dalam waktu 2 hari. Ini dikarenakan banyaknya sampel dari total populasi 1115 siswa dan harus diambil 168 responden (diambil sampel 15% dari total 100% presentase responden). Semenjak hari pertama sampai dengan hari terakhir, penelitian berjalan lancar tanpa menemui hambatan apapun.

3 C. HASIL PENELITTIAN 1. Uji Validitas Dan Reliabilitas a. Validitas Perhitungan validitas dalam penelitian ini digunakan teknik korelasi product moment dari Pearson. Semua pengolahan data dilakukan dengan komputer program SPSS versi 17. Uji validitas variable motivasi berprestasi didasarkan pada hasil analisis butir untuk 41 item angket motivasi berprestasi yaitu terdapat 39 butir item yang valid dan 6 butir item yang gugur. Tabel 4.1 Item Motivasi Berprestasi No Indikator Item Valid Item Gugur Jumlah 1 Bertanggung jawab 1, 3, 7, 42, 43, 4 9 45, 23, 39 2 Memerlukan umpan balik 2, 5, 14, 28, 34, 41, 44, 15, 24, 37 27, 32 12 3 Inovatif 9, 11, 18, 20, 21, 25, 30, 31, 35, 13, 38 19, 33 13 4 Sukses dalam pekerjaan 6, 8, 10, 12, 17, 26, 29, 16, 36, 40 22 11 Jumlah 39 6 45

4 Uji validitas variabel persepsi terhadap keotoriteran pola asuh orangtua didisarkan pada hasil analisis butir untuk 41 item angket persepsi terhadap keotoriteran pola asuh orangtua yaitu terdapat 34 butir item yang valid dan 5 butir item yang gugur. Tabel 4.2 Item Persepsi Terhadap Keotoriteran Pola Asuh No Indikator Item Valid Item Gugur Jumlah 1 Peraturan 1, 3, 5, 6, 8, 10, 25, 4, 24 10 2 2 Hukuman 11, 13, 21, 22, 23, 30, 7, 9, 12 0 9 3 Hadiah 14, 15, 29 3 4 Kontrol 17, 18, 19, 28, 31, 34, 41 5 Komunikasi 32, 33, 35, 36, 37, 39, 40,, 26, 38 20, 27 9 16 10 Jumlah 34 5 41 b. Reliabilitas Tabel 4.3 Rangkuman Uji Reliabilitas VARIABEL ALPHA KETERANGAN KESIMPULAN Persepsi terhadap Alpha > r table Reliabel keotoriteran pola 0,886 asuh orangtua Motivasi berprestasi 0,815 Alpha > r table Reliabel

5 Berdasarkan hasil perhitungan reliabilitas tersebut, dapat diartikan bahwa variabel bebas perpsepsi terhadap keotoriteran pola asuh orangtua memiliki nilai korelasi Alpha sebesar 0,886 sedangkan variabel terikat motivasi berprestasi memiliki nilai korelasi Alpha sebesar 0,815 dan dengan r tabel sebesar 0,148 diperoleh nilai korelasi Alpha > r tabel, maka instrumen penelitian yang digunakan ini dapat dipercaya (reliabel). 2. Deskripsi data Penelitian Untuk mengetahui klasifikasi tingkat persepsi terhadap keotoriteran pola asuh orangtua para responden maka subyek dibagi menjadi 3 (tiga) kategori, yaitu tinggi, sedang dan rendah. Menuurt Azwar (2001) metode yang digunakan untuk menentukan jarak pada masing-masing tingkat yaitu dengan metode penilaian skor standar, dengan mengubah skor kasar kedalam bentuk penyimpangannya dari mean dalam satuan deviasi standar dengan rumus : Tinggi Sedang Rendah = (M + 0,5s) < X (M + 1,5s) = (M - 0,5s) < X (M + 1,5s) = (M - 1,5s) < X (M - 0,5s) Berdasarkan hasil perhitungan untuk data yang diperoleh angket persepsi terhadap keotoriteran pola asuh orangtua, dari 168 responden didapatkan 25 responden (14,9 %) berada pada tingkat persepsi terhadap

6 keotoriteran pola asuh orangtua yang tinggi, 128 orang (76,2 %) berada pada kategori sedang dan 15 orang (8,9 %) memiliki persepsi terhadap keotoriteran pola asuh orangtua yang cukup rendah. Perbandingan proporsi bisa dilihat pada tabel 4.4 berikut ini. Tabel 4.4 Kategori Persepsi Terhadap Keotoriteran pola asuh orangtua Kategori Interval F Prosentase Tinggi X > 126,62 25 14,9 % Sedang 101,9-126,62 128 76,2% Rendah X < 101,9 15 8,9% Total 168 100% Dengan cara yang sama, hasil perhitungan untuk data yang diperoleh angket motivasi berprestas, dari 168 responden didapatkan 21 responden (12,5 %) berada pada tingkat motivasi berprestasi yang tinggi, 117 responden (69,6%) berada pada kategori sedang dan 30 responden (17,9 %) memiliki motivasi berprestasi yang cukup rendah. Perbandingan proporsi bisa dilihat pada tabel berikut ini:

7 Tabel 4.5 Kategori Motivasi Berprestasi Kategori Interval F Prosentase Tinggi X >148,17 21 12,5 % Sedang 127,31-148,17 117 69,6 % Rendah X < 127,31 30 17,9 % Total 168 100% 3. Hasil Penelitian Untuk pengujian hipotesis data hasil penelitian diolah dengan menggunakan analisis statistik korelasi product moment dari Pearson dengan hasil seperti tabel dibawah ini : Tabel 4.6 Rangkuman Product Moment r hit r Keterangan Kesimpulan tabel 0,716 0,148 r hit > r tabel Signifikan Dari hasil analisis diperoleh r hit 0,716, p = 0,000, dimana taraf signifikansi untuk jumlah subyek 168 responden adalah 0,148 ( r tabel ) sehingga r hit > r tabel (p < 0,050) (0,000 < 0,050) untuk taraf siginifikansi 5 % yang berarti bahwa terdapat hubungan yang positif antara persepsi keotoriteran pola asuh orangtua dengan motivasi berprestasi. Dengan hasil yang demikian, berarti hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini

8 diterima dengan hasil yang didapatkan karena terdapat hubungan positif antara persepsi terhadap keotoriteran pola asuh orangtua dengan motivasi berprestasi pada siswa. D. PEMBAHASAN Berdasarkan hasil perhitungan untuk data yang diperoleh angket persepsi terhadap keotoriteran pola asuh orangtua, dari 168 responden didapatkan 25 responden (14,9 %) berada pada tingkat persepsi terhadap keotoriteran pola asuh orangtua yang tinggi, 128 orang (76,2 %) berada pada kategori sedang dan 15 orang (8,9 %) memiliki persepsi terhadap keotoriteran pola asuh orangtua yang cukup rendah. Berarti data ini menunjukan persepsi terhadap keotoriteran pola asuh orangtua bagi siswa SMP Arrahman termasuk dalam kategori sedang. Hal ini menandakan, tidak sedikit dari siswa SMP Arrahman yang mempunyai persepsi terhadap keotoriteran pola asuh pada orangtuanya. Merujuk pada kajian teori tentang persepsi terhadap keotoriteran pola asuh orangtua bahwa persepsi siswa terhadap pola asuh adalah penilaian siswa terhadap pola asuh yang diterapkan oleh orangtua mereka. Apabila orangtua menerapkan keotoriteran pola asuh orangtua maka akan mengakibatkan perkembangan psikososial pada siswa mengalami hambatan, sehingga kurang memiliki keterampilan sosial. Ciri-ciri keotoriteran pola asuh orangtua ditandai dengan adanya peraturan yang terlalu kaku dari orangtua, orangtua cenderung memberi hukuman fisik, jarang memberi hadiah atau pujian, komunikasi yang kurang efektif, serta adanya kontrol yang ketat dari orangtua. Faktor-faktor

9 yang mempengaruhi keotoriteran pola asuh orangtua itu ada dua faktor yaitu, latar belakang orang tua dan latar belakang anak. Latar belakang orangtua meliputi hubungan ayah dan ibu, keadaan keluarga secara umum, keadaan keluarga dalam masyarakat, dan pribadi orangtua serta pandangan orangtua terhadap anaknya. Faktor yang kedua yaitu latar belakang anak meliputi karakteristik pribadi anak, pandangan anak terhadap orangtua, serta sikap anak di luar rumah. Berdasarkan data yang kedua, hasil perhitungan untuk angket motivasi berprestasi, dari 168 responden didapatkan 21 responden (12,5 %) berada pada tingkat motivasi berprestasi yang tinggi, 117 responden (69,6%) berada pada kategori sedang dan 30 responden (17,9 %) memiliki motivasi berprestasi yang cukup rendah. 117 responden dari total sampel 168 responden yang menunjukan hasil sedang ini berarti tidak sedikit dari siswa Arrahman yang mempunyai motivasi belajar sedang atau bisa dikatakan biasa-biasa saja. Bahkan ada pula yang menunjukan hasil motivasi berprestasinya rendah. Dalam teori motivasi motivasi berprestasi adalah dorongan individu untuk meraih sukses dengan selalu berusaha mengatasi segala rintangan yang menghambat pencapaian tujuannya. Motivasi berprestasi merupakan suatu kemampuan yang berasal dari dirinya sendiri untuk mewujudkan suatu kesuksesan dengan cara efisien untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Siswa yang memiliki motivasi tinggi cenderung untuk mengambil suatu tugas dengan memperhitungkan resiko yang akan didapatkan dan berusaha mengatasi resiko dengan baik dan dapat diasumsikan juga bahwa yang memiliki motivasi

10 berprestasi tinggi lebih menyukaitanggung jawab pribadi untuk mencapai suatu hasil kinerja, sebab hanya pada kondisi demikian orang tersebut dapat merasakan kepuasan sebagai umpan balik dari kinerja yang telah dilakukannya. Dan juga siswa yang memiliki motivasi berprestasi memiliki ciri-ciri antara lain, bertanggung jawab, inofatif dan sukses dalam pekerjaan. Tujuan selanjutnya adalah untuk mengetahui hubungan antara persepsi keotoriteran pola asuh orangtua dengan motivasi berprestasi pada siswa. Berdasarkan hasil analisis statistik korelasi product moment dari Pearson menunjukkan korelasi variabel persepsi terhadap keotoriteran pola asuh orangtua dengan motivasi berprestasi pada siswa memiliki nilai signifikasi p= 0,000, dan r hit (0,716) > r tabel (0,148), yang berarti bahwa hipotesis penelitian ini diterima, yaitu terdapat hubungan yang signifikan antara persepsi terhadap keotoriteran pola asuh orangtua dengan motivasi berprestasi belajar siswa. Dalam hal ini, semakin positif persepsi siswa terhadap keotoriteran pola asuh orangtua maka semakin rendah motivasi berprestasinya. Terdapat hubungan signifikan antara persepsi terhadap keotoriteran pola asuh orangtua tersebut menunjukkan pola asuh orangtua merupakan salah satu faktor penting yang menentukan motivasi berprestasi anak. Secara umum, pola asuh dapat dijelaskan sebagai sikap orangtua dalam berhubungan dengan anaknya (Kohn,1971). Sedangkan keotoriteran pola asuh orangtua ditunjukkan dengan adanya sikap orangtua yang menggunakan kekuatan mereka dalam mengontrol perilaku anak. Keotoriteran pola asuh orangtua yang diterapkan oleh orang tua menurut Hurlock (1980) dikarenakan orang tua kurang

11 menyadari bahwa peraturan yang ditetapkan terhadap anak remajanya itu belum tentu baik. Seringkali peraturan orang tua tidak sesuai dengan keinginan anak, baik menurut orangtua belum tentu baik bagi anak. Pola asuh orangtua yang sangat ketat akan menghambat siswa mendapatkan dorongan untuk berprestasi. Siswa sangat membutuhkan kelompok sosial untuk kebutuhan sosial, minat, serta keinginan untuk mandiri dan bertanggungjawab. Orangtua yang memiliki keotoriteran pola asuh cenderung membuat hambatan perkembangan pada remaja, karena siswa tidak bebas menentukan keinginan dalam hidupnya untuk bersosialisasi. Ini disebabkan karena orangtua selalu khawatir bahkan kurang percaya terhadap anak siswa dalam berhubungan dengan kelompok-kelompok sosial. Orangtua yang otoriter menganggap bahwa siswa akan lebih baik jika selalu mendengar pendapatpendapat orangtua dan tidak sesuka hati. Orangtua otoriter juga sering memberikan hukuman apabila anak remajanya tidak mengikuti peraturan orangtua sepenuhnya dan jarang mendengar keluhan anak, sehingga anak selalu merasa takut jika mau berbuat sesuatu untuk dirinya tanpa sepengetahuan orangtua. Beragam penelitian telah menunjukkan adanya pengaruh keotoriteran pola asuh orangtua terhadap perkembangan anak. Diantaranya yang dilakukan oleh Maccoby dan Martin (dalam Mashman dkk., 1987) terhadap harga diri anak, kreativitas (Harianti, 1981), pemecahan masalah sosial pada siswa (Sadakir, 2002), dan kecenderungan agresifitas siswa (Timomor, 1998). Penelitian-penelitian tersebut cenderung menunjukkan adanya pengaruh

12 negatif dari keotoriteran pola asuh orangtua terhadap perkembangan anak. Dari penelitian-penelitian tersebut dapat dijelaskan dua tipe anak yang dihasilkan melalui keotoriteran pola asuh orangtua, yaitu anak yang pasif (Mussen dkk., 1980) dan anak yang agresif (O Leary dalam Baron & Byrne, 1997). Karakteristik anak yang pasif adalah tidak mandiri dan berpikiran untuk diri sendiri, kurang inisiatif, kurang spontan, dan cenderung konformistik. Anak yang agresif adalah anak yang berperilakuagresif baik verbal maupun fisik, seperti mengancam, mengganggu, dan cenderung memberontak terhadap peraturan yang ada. Pengaruh negatif keotoriteran pola asuh orangtua terhadap anak dikarenakan keluarga merupakan tempat pertamakali anak memperoleh pendidikan dan mengenal nilai-nilai maupun peraturan yang harus diikutinya, serta mendasari anak untuk melakukan hubungan sosial yang lebih luas. Dalam hal itu Winterbotten (dalam Martaniah, 1982) menyebutkan bahwa orangtua memiliki peranan penting dalam menentukan motivasi berprestasi anak. Clark (1983) juga menyatakan bahwa peran orangtua justru menjadi sangat menentukan dalam pengalaman belajar siswa karena siswa sedang berada dalam suatu ketergantungan hubungan emosional pada orangtua. Bila dimanfaatkan dengan baik, maka kondisi ketergantungan ini dapat mempercepat transmisi dari sikap dan nilai yang dianut oleh orangtua pada anak termasuk sikap positif dalam belajar. Peran orang tua dalam motivasi prestasi anak ecara terperinci dijelaskan oleh Segal & Segal (dalam Suparman, 2000) bahwa karakteristik keadaan

13 orangtua dalam keluarga dari anak-anak yang berprestasi tinggi, antara lain; pertama, orangtua mereka senantiasa menunjukkan perhatian pada kehidupan sekolah anak mereka. Kedua, orangtua melihat sekolah sebagai tangga untuk mencapai kehidupan yang lebih baik dan memberi semangat pada siswa mereka untuk tiap langkah yang dibuatnya. Ketiga, siswa tidak berada dalam keluarga inti seperti keluarga dengan hanya satu orang saja (ayah dan ibu saja) oleh karena itu dalam kehidupan anak diperlukan seorang dewasa lainnya di samping orangtua, misalnya kakek atau nenek yang memelihara anak. Menurut Baumrind (dalam Achir, 1990) ada tiga sikap yang perlu dimiliki oleh orangtua untuk dapat memicu keberhasilan siswa nya di bidang pendidikan, yaitu; dukungan, kontrol dan kekuatan, bila dalam pengasuhan orangtua menerapkan ketiga sikap ini secara konsisten dan berkesinambungan, maka sikap dan nilai tersebut yang pada mulanya hanya dianut oleh orangtua akan mengalami proses transmisi ke dalam diri siswa, dan selanjutnya diinternalisasi oleh siswa. Setelah diinternalisasi, sikap dan nilai tadi akan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kepribadian anak. Dukungan menurut Baumrind (dalam Achir,1990) ini terutama diperlukan anak bila ia menghadapi masalah atau kesulitan yang tidak mungkin diatasinya sendiri karena keterbatasannya sebagai anak. Untuk mengatasi hal ini diperlukan tindakan-tindakan orangtua yang bertujuan membatu siswa agar dapat menyelesaikan tugas perkembangan umumnya, serta menyelesaikan tugas pendidikan khususnya. Kontrol adalah semua tindakan orangtua yang

14 mengarahkan atau menguruskan kegiatan anak ke arah pencapaian suatu sasaran prestasi tertentu.