BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian 1. Preparasi Sampel Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah pandan wangi (Pandanus amaryllifolius Roxb.) 500 gram yang diperoleh dari padukuhan Demangan, Caturtunggal, Depok, Sleman, Yogyakarta pada bulan Juni 2016. Pandan wangi dibersihkan kemudian dikeringkan dengan oven selama ± 4 jam pada temperatur 60 o C. Daun pandan wangi yang telah kering dipotong kecil-kecil dengan ukuran 3 x 3 cm lalu dihaluskan menggunakan blender dan hasilnya berupa serbuk daun pandan wangi sebanyak 146 gram. 2. Ekstraksi Daun Pandan Wangi dengan Metode Maserasi Ekstraksi senyawa antioksidan pada daun pandan wangi dilakukan dengan metode maserasi. Maserasi dilakukan dengan memasukkan 40 gram serbuk daun pandan wangi ke dalam jerigen dan menambahkan pelarut etanol 96% sebanyak 400 ml. Selanjutnya hasil ekstraksi daun pandan wangi dipekatkan menggunakan evaporator hingga diperoleh ekstrak kental sebanyak 8,31 gram. 3. Screening Fitokimia Pemeriksaan adanya kandungan flavonoid dilakukan dengan menggunakan metode wilstatter, yaitu ke dalam isolat ditambahkan 4 tetes HCl pekat dan potongan logam Mg. Sedangkan untuk menguji adanya kandungan polifenol dilakukan dengan penambahan FeCl3. 38
Tabel 3. Hasil Uji Fitokimia Ekstrak Etanol Daun Pandan Wangi Uji Fitokimia Pereaksi Perubahan Warna Hasil Uji Flavonoid Mg-HCl Kuning tua jingga + Polifenol FeCl3 Hijau Kehitaman + 4. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Kontrol Negatif Penentuan panjang gelombang maksimum ditentukan dengan mengukur absorbansi larutan kontrol negatif pada rentang panjang gelombang 400-550 nm. Data panjang gelombang maksimum ditunjukkan pada Tabel 4. Tabel 4. Data Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Panjang Gelombang (nm) Absorbansi Panjang Gelombang (nm) Absorbansi 400 0.128 480 0.226 410 0.132 490 0.239 420 0.137 500 0.233 430 0.142 510 0.224 440 0.154 520 0.212 450 0.165 530 0.197 460 0.189 540 0.186 470 0.201 550 0.176 Berdasarkan data tersebut menunjukkan absorbansi maksimum diperoleh pada panjang gelombang 490 nm, sehingga panjang gelombang tersebut ditetapkan sebagai panjang gelombang maksimum yang akan digunakan untuk pengukuran absorbansi larutan-larutan berikutnya. 5. PenentuanWaktu Kestabilan Kontrol Posotif pada maksג Setelah panjang gelombang maksimum ditentukan, selanjutnya dilakukan penentuan waktu kestabilan. Dalam hal ini menggunakan larutan kontrol positif (larutan kontrol negatif dengan penambahan tanin) pada panjang gelombang 39
maksimum (490 nm), dimana absorbansi diukur setiap selang waktu 1 menit hingga diperoleh data absorbansi yang stabil. Data tersebut diambil pada hari ke-0 (sebelum diinkubasi). Adapun hasil pengukuran absorbansi pada berbagai waktu dapat disajikan pada Tabel 5 berikut ini. Tabel 5. Data Penentuan Waktu Kestabilan Waktu (menit) Absorbansi Waktu (menit) Absorbansi 1 0.239 11 0.298 2 0.255 12 0.298 3 0.273 13 0.298 4 0.283 14 0.301 5 0.286 15 0.303 6 0.288 16 0.305 7 0.295 17 0.302 8 0.298 18 0.304 9 0.298 19 0.307 10 0.298 20 0.302 Berdasarkan data diatas menunjukkan harga absorbansi yang stabil dari menit ke-8 sampai ke-13. Selanjutnya dalam penelitian ini ditetapkan waktu kestabilan pada menit ke-10 sebagai acuan pengukuran absorbansi pada uji antioksidan. 6. Penentuan Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Daun Pandan Wangi Tahap selanjutnya adalah menentukan aktivitas antioksidan ekstrak etanol daun pandan wangi (pandanus amiryllifolius Roxb.) dengan menggunakan metode FTC. Data absorbansi larutan kontrol negatif, kontrol positif, dan ekstrak etanol daun pandan wangi ditunjukkan pada Lampiran 4. Data rata-rata absorbansi larutan kontrol negatif, kontrol positif, dan ekstrak etanol daun pandan wangi ditunjukkan pada Tabel 6. 40
Tabel 6. Data Absorbansi Rata-rata Larutan Kontrol, Kontrol Positif, dan Ekstrak Etanol Daun Pandan Wangi. Larutan Absorbansi Rata-rata Hari Ke - 0 1 2 3 4 5 6 7 8 Kontrol (-) 0.180 0.288 0.338 0.299 0.336 0.377 0.428 0.485 0.586 Kontrol (+) 0.155 0.167 0.193 0.183 0.237 0.242 0.295 0.357 0.488 A 0.123 0.144 0.134 0.158 0.182 0.255 0.300 0.348 0.426 B 0.118 0.135 0.127 0.138 0.178 0.237 0.274 0.323 0.384 C 0.109 0.116 0.124 0.12 0.184 0.214 0.259 0.297 0.368 Keterangan: A B C Kontrol (-) : Ekstrak etanol daun pandan wangi konsentrasi 0,01 mg/ml : Ekstrak etanol daun pandan wangi konsentrasi 0,05 mg/ml : Ekstrak etanol daun pandan wangi konsentrasi 0,1 mg/ml : Larutan minyak tanpa penambahan antioksidan (4,1 ml minyak kelapa krengseng 2,51% ( v /v) dalam etanol 96%, 8 ml buffer fosfat (ph 7) 0,05 M dan 3,9 ml akuades) Kontrol (+) : Ekstrak etanol tanin 0,05 mg/ml (4 ml ekstrak etanol tanin, 4,1 ml minyak kelapa krengseng 2,51% ( v /v) dalam etanol 96%, 8 ml buffer fosfat (ph 7) 0,05 M dan 3,9 ml akuades) Data absorbansi rata-rata tersebut digunakan untuk menghitung besarnya aktivitas antioksidan yang dinyatakan sebagai persen inhibisi oksidasi terhadap kontrol negatif ditunjukkan pada Lampiran 6. Adapun hasil perhitungan ditunjukkan pada pada Tabel 7. Tabel 7. Data Persentase Penghambatan Oksidasi Minyak Kelapa Krengseng Larutan Persentase Penghambatan Oksidasi Hari Ke - 0 1 2 3 4 5 6 7 8 Kontrol (+) 13.73 41.9 42.94 38.91 29.37 35.78 30.94 26.44 16.73 A 31.73 50.12 60.32 47.16 45.73 32.33 29.77 28.37 27.21 B 34.32 53.13 62.49 53.96 47.02 37.19 35.85 33.45 34.43 C 39.52 59.84 63.38 59.75 45.14 43.29 39.36 38.74 37.22 Keterangan: A : Ekstrak etanol daun pandan wangi konsentrasi 0,01 mg/ml 41
B : Ekstrak etanol daun pandan wangi konsentrasi 0,05 mg/ml C : Ekstrak etanol daun pandan wangi konsentrasi 0,1 mg/ml Kontrol (+) : Ekstrak etanol tanin 0,05 mg/ml (4 ml ekstrak etanol tanin, 4,1 ml minyak kelapa krengseng 2,51% ( v /v) dalam etanol 96%, 8 ml buffer fosfat (ph 7) 0,05 M dan 3,9 ml akuades) B. Pembahasan 1. Preparasi Sampel Bahan uji yang digunakan untuk penelitian ini adalah daun pandan wangi yang diperoleh dari padukuhan Demangan, Caturtunggal, Depok, Sleman, Yogyakarta. Pemilihan pandan wangi didasarkan pada kebiasaan masyarakat yang lebih banyak menggunakan pandan wangi dalam kehidupan sehari-hari dibandingkan dengan pandan jenis lainnya. Mula-mula daun pandan wangi yang digunakan untuk kebutuhan penelitian dipilih, lalu dibersihkan dan dikeringkan menggunakan oven pada suhu 60 o C selama ± 4 jam. Pengeringan ini bertujuan untuk menghilangkan kadar air yang ada pada daun pandan wangi. Setelah dikeringkan daun pandan wangi dihaluskan menggunakan blender. Proses tersebut dilakukan supaya zat aktif yang terkandung dalam daun pandan wangi dapat terekstraksi dengan baik. Serbuk daun pandan wangi yang diperoleh sebanyak 146 gram. 2. Ekstraksi Daun Pandan Wangi dengan Metode Maserasi Metode ekstraksi yang digunakan pada penelitian ini adalah metode maserasi. Metode maserasi dipilih karena metode ini tidak menggunakan pemanasan, sehingga bahan alam tidak terurai dan tidak mengalami kerusakan. Pelarut yang digunakan untuk mengekstraksi senyawa antioksidan pada daun pandan wangi adalah etanol p.a 96%. Etanol digunakan sebagai pelarut karena 42
sifatnya yang mampu melarutkan hampir semua zat, baik yang bersifat polar, semi polar, dan non polar. Selain itu etanol dipilih sebagai pelarut dalam penelitian ini karena bersifat sebagai penyaring yang lebih selektif, dan tidak beracun. Pertimbangan lainnya bahwa penggunaan etanol sebagai pelarut tidak berbahaya untuk dikonsumsi. Langkah awal dalam penentuan aktivitas antioksidan ekstrak etanol daun pandan wangi adalah mengambil serbuk daun pandan wangi sebanyak 40 gram dimasukkan ke dalam jerigen kemudian ditambahkan etanol p.a 96% sebanyak 200 ml. Serbuk yang telah bercampur dengan pelarut dimaserasi selama 24 jam pada suhu ruangan. Proses maserasi akan menghasilkan filtrat dan residu. Filtrat yang dihasilkan kemudian disaring. Sedangkan residu yang dihasilkan dimaserasi kembali dengan pelarut etanol 96% 200 ml. Lalu residu dan filtrat dicampurkan sehingga dihasilkan warna hijau pekat sebanyak 400 ml. Filtrat yang diperoleh kemudian dievaporasi untuk menguapkan etanolnya, sehingga yang tersisa hanya ekstrak daun pandan wangi. Dalam hal ini ekstrak yang diperoleh sebanyak 8,31 gram. 3. Screening Fitokimia Screening Fitokimia ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya kandungan flavonoid dan polifenol dalam ekstrak daun pandan wangi. a. Identifikasi Senyawa Polifenol Ada tidaknya kandungan senyawa polifenol dalam ekstrak etanol daun pandan wangi dilakukan dengan penambahan pereaksi FeCl3. Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa pada ekstrak etanol daun pandan wangi positif 43
mengandung senyawa polifenol dengan memberikan warna hijau kehitaman. Sedangkan untuk tanin sebagai pembandingnya menunjukkan warna biru kehitaman. Terjadinya warna biru kehitaman menunjukkan adanya tanin galat (tanin terhidrolisis) sedang warna hijau kehitaman menunjukkan adanya tanin katekol (tanin terkondensasi). Maka tanin yang terdapat pada ekstrak etanol daun pandan wangi adalah tani terkondensasi. Terbentuknya warna tersebut dikarenakan polifenol bereaksi dengan ion Fe 3+ membentuk senyawa kompleks (Widiastuti Agustina, et al., 2011: 276). Reaksi polifenol dengan FeCl3 ditunjukkan pada Gambar 12. Gambar 12. Reaksi antara Polifenol dengan FeCl3 b. Identifikasi senyawa flavonoid Mg dan HCl pada uji ini bereaksi membentuk gelembung-gelembung yang merupakan gas H2, sedangkan logam Mg dan HCl pekat pada uji ini berfungsi untuk mereduksi inti benzopiron yang terdapat pada struktur flavonoid, sehingga terbentuk perubahan warna menjadi merah atau jingga (Harbone, 1987 dalam Widiastuti Agustina, et al., 2011: 275). Jika dalam suatu tumbuhan terdapat senyawa flavonoid maka akan terbentuk garam flavilium 44
saat penambahan logam Mg dan HCl yang berwarna jingga dengan reaksi seperti Gambar 13. Gambar 13. Mekanisme Pembentukan Garam Flavilium Pada identifikasi flavonoid menggunakan metode wilstatter menunjukkan warna jingga pada sampel ekstrak etanol daun pandan wangi yang berarti positif terhadap flavonoid. Sedangkan pembandingnya, yaitu tanin yang diujikan menggunakan metode wilstatter menunjukkan perubahan warna dari kuning menjadi putih jernih yang berarti tidak menunjukkan adanya senyawa flavonoid. Maka dalam sampel ekstrak etanol daun pandan wangi mengandung senyawa lain selain tanin, yaitu flavonoid. 4. Penentuan Panjang Gelombang Maksimum Kontrol Negatif Tahap awal analisis kuantitatif dalam penelitian ini, yaitu menentukan panjang gelombang maksimum yang akan digunakan dalam pengukuran. Panjang gelombang maksimum ditentukan dengan cara mengukur absorbansi larutan kontrol negatif menggunakan spektrofotometer UV-Vis pada rentang 400 nm - 550 45
Absorbansi nm menggunakan metode FTC. Grafik hubungan antara absorbansi dengan panjang gelombang ditunjukkan pada Gambar 14. 0,3 0,27 0,24 0,21 0,18 0,15 0,12 0,09 0,06 0,03 0 0 70 140 210 280 350 420 490 560 Panjang Gelombang Gambar 14. Grafik Hubungan Panjang Gelombang dengan Absorbansi Berdasarkan grafik tersebut menunjukkan bahwa absorbansi terbesar terjadi pada puncak kurva, yaitu pada panjang gelombang 490 nm dengan absorbansi sebesar 0,239. Selanjutnya panjang gelombang maksimum ( maksג) 490 nm tersebut digunakan untuk mengukur absorbansi pada penelitian selanjutnya. 5. Penentuan Waktu Kestabilan Kontrol Positif pada maksג Penentuan waktu kestabilan ditentukan dengan cara mengukur absorbansi larutan kontrol positif pada panjang gelombang maksimum (490 nm) dimulai dari menit ke-1 sampai menit ke-20. Pengukuran absorbansi dilakukan setiap selang 1 menit, mulai dari 1 menit setelah penambahan FeCl3 0,02 M dalam HCl 3,5% sebanyak 0,1 ml. Hasil pengukuran menunjukkan kestabilan dimulai dari pada menit ke-8 hingga menit ke-13, namun dalam penelitian ini ditetapkan menit ke-10 sebagai waktu kestabilan yang digunakan pada penelitian selanjutnya. Penentuan kestabilan 46
Absorbansi ini bertujuan untuk mengetahui kapan waktu larutan menunjukkan absorbansi stabil, sehingga dengan kestabilan ini diharapkan absorbansi senyawa yang diukur tidak mengalami penurunan maupun penaikan absorbansi. Grafik hubungan antara waktu dan absorbansi yang terukur ditunjukkan pada Gambar 15. 0,4 0,35 0,3 0,25 0,2 0,15 0,1 0,05 0 1 3 5 7 9 11 13 15 17 19 21 23 Waktu (Menit) Gambar 15. Grafik Hubungan Waktu dengan Absorbansi pada maksג 6. Penentuan Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Daun Pandan Wangi Pengujian aktivitas antioksidan yang terkandung dalam ekstrak etanol daun pandan wangi menggunakan minyak kelapa krengseng sebagai substrat. Pengujian dilakukan dengan cara membandingkan antara proses oksidasi minyak kelapa krengseng tanpa dan dengan penambahan ekstrak etanol daun pandan wangi. Proses oksidasi tanpa ekstrak etanol daun pandan wangi bertindak sebagai kontrol negatif. Pengujian dilakukan dengan menggunakan metode FTC. Penggunaan metode ini dengan pertimbangan karena mudah dilakukan, akurat, dan menggunakan alat sederhana. Prinsip pengujian ini adalah pembentukan senyawa radikal bebas dari oksidasi minyak kelapa pada proses autooksidasi yang dihambat karena adanya 47
senyawa antioksidan yang berasal dari ekstrak etanol daun pandan wangi tersebut. Besarnya penghambatan oksidasi yang terjadi dapat ditentukan dengan membandingkan absorbansi larutan kontrol negatif terhadap larutan sampel ekstrak etanol daun pandan wangi dengan konsentrasi berturut-turut 0,01% mg/ml, 0,05% mg/ml, dan 0,1% mg/ml. Dalam penelitian ini juga digunakan kontrol positif, yaitu larutan yang mengandung tanin 0,05% mg/ml. Adapun kegunaan dari larutan kontrol positif ini adalah untuk mengetahui bahwa pada larutan sampel yang diduga mengandung senyawa polifenol (tanin) dengan perbandingan absorbansi yang minimal sama dengan absorbansi kontrol positif atau lebih besar yang disebabkan kemungkinan adanya antioksidan lain dalam ekstrak etanol daun pandan wangi selain tanin. Pengujian dilakukan selama 8 hari dengan menginkubasi kontrol negatif, kontrol positif, dan sampel dalam berbagai variasi konsentrasi pada suhu 55 o C. Suhu 55 o C dipilih karena pada suhu tersebut minyak kelapa dapat mengalami oksidasi (Ketaren, 2008: 139). Absorbansi yang terukur dari hari ke-0 hingga hari ke-8 mengalami kenaikan yang tajam. Hal ini menandakan bahwa proses autooksidasi yang terjadi pada minyak kelapa krengseng yang diinkubasi pada suhu 55 o C bertambah setiap hari. Penambahan ekstrak etanol daun pandan wangi dan tanin menyebabkan penurunan nilai absorbansi apabila dibandingkan dengan larutan kontrol tanpa penambahan ekstrak etanol daun pandan wangi dan tanin. Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan, absorbansi rata-rata dari ekstrak etanol daun pandan wangi pada masing-masing konsentrasi, kontrol negatif, 48
Absorbansi dan kontrol positif setiap 24 jam ditunjukkan pada Tabel 6. Grafik hubungan antara absorbansi rata-rata terukur dengan lama pengujian ditunjukkan pada Gambar 16. 0,6 0,55 0,5 0,45 0,4 0,35 0,3 0,25 0,2 0,15 0,1 0,05 0 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Kontrol Hari Kontrol (+) A (0,01% mg/ml) B (0,05 % mg/ml) C (0,1 % mg/ml) Gambar 16. Grafik Hubungan Absorbansi Rata-rata Larutan Kontrol (-), Kontrol (+), dan Ekstrak Etanol Daun Pandan Wangi dengan Lama Penyimpanan (Hari) Semakin besar konsentrasi ekstrak etanol daun pandan wangi yang ditambahkan pada pengujian aktivitas antioksidan menunjukkan hasil absorbansi semakin kecil. Dengan kata lain semakin besar konsentrasi, maka semakin besar pula aktivitas antioksidannya. Nilai absorbansi yang dihasilkan dari hari ke hari akan semakin meningkat seiring bertambahnya waktu inkubasi yang dilakukan. Hal ini terjadi karena proses autooksidasi pada minyak kelapa terus menghasilkan senyawa radikal peroksida. Radikal peroksida dengan adanya oksigen tunggal (On) akan membentuk hidroperoksida (ROOH) dalam suasana asam. Oksigen tunggal (On) ini dapat mengoksidasi ion besi(ii) menjadi ion besi(iii) yang apabila ada ammonium tiosianat (NH4SCN) akan membentuk kompleks [Fe(SCN)6] 3- yang berwarna merah. 49
Semakin banyak hidroperoksida yang terbentuk dari radikal minyak kelapa, maka oksigen tunggal (On) yang dihasilkan semakin banyak pula. Dengan demikian oksidasi ion besi(ii) menjadi ion besi(iii) juga semakin banyak, sehingga kompleks yang terbentuk semakin banyak. Peristiwa ini ditunjukkan dengan nilai absorbansi yang semakin besar seiring berjalannya waktu penyimpanan. Gambar 17. Mekanisme Penghambatan Asam Oleat dengan Metode Tiosianat (Ayu Sulung, 2016: 36) Antioksidan flavonoid dan polifenol yang terdapat pada ekstrak etanol daun pandan wangi akan menghambat oksidasi dari minyak kelapa dengan melepaskan atom hidrogen dari salah satu cincinnya, sehingga menimbulkan radikal flavonoid dan radikal polifenol secara sinergi. Radikal flavonoid dan radikal polifenol 50
Absorbansi tersebut relatif stabil dan tidak reaktif karena adanya efek stabilisasi dari inti aromatis flavonoid dan polifenol. Semua larutan uji yang digunakan dalam penelitian ini memiliki aktivitas antioksidan sebagai penghambat reaksi oksidasi minyak kelapa. Persentase penghambatan rata-rata oksidasi minyak kelapa oleh ekstrak etanol daun pandan wangi dan tanin sebagai pembanding dengan metode FTC ditunjukkan pada Gambar 18. 72 64 56 48 40 32 24 16 8 0 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Hari Kontrol (+) A (0,01 % mg/ml) B (0,05 % mg/ml) C (0,1 % mg/ml) Gambar 18. Grafik Hubungan Persentase Penghambatan Oksidasi Rata-rata Minyak Kelapa oleh Ekstrak Etanol Daun Pandan Wangi dan Tanin pada Berbagai Waktu Penyimpanan Data yang diperoleh tersebut didapatkan dari nilai rata-rata hasil persentase dari tiap ekstrak dan tanin (sebagai kontrol positif) dengan menggunakan persamaan: % I = A K A S A K x 100% Absorbansi yang diperoleh digunakan untuk menghitung persen inhibisi menggunakan rumus diatas. Kemudian dilakukan regresi antara % I dengan 51
konsentrasi ekstrak etanol daun pandan wangi. Hasilnya diperoleh kurva baku dengan persamaan Y= a+bx. Dimana a adalah intersep, dan b adalah slope, yang selanjutnya dihitung nilai IC50 menggunakan rumus. IC 50 = 50 a b Berdasarkan hasil perhitungan persentase inhibisi oksidasi minyak kelapa pada Lampiran 7 menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun pandan wangi 0,1 % mg/ml memiliki aktivitas antioksidan yang paling besar dibandingkan dengan aktivitas antioksidan ekstrak etanol daun pandan wangi 0,05 % mg/ml, 0,01 % mg/ml dan tanin 0,05 % mg/ml. Hasil tersebut menunjukkan bahwa dalam ekstrak etanol daun pandan wangi tidak hanya mengandung senyawa tanin namun terdapat senyawa antioksidan lain, yaitu flavonoid. Ketaren (2008: 134), menyatakan ekfektivitas antioksidan dapat ditingkatkan dengan mengkombinasikan dua senyawa antioksidan yang akan memberikan efek sinergis pada minyak. Pengujian ekstrak etanol daun pandan wangi dilakukan dengan 3 variasi konsentrasi, dan dilakukan perhitungan IC50 pada hari ke 1, 2, dan 8 setelah inkubasi. Maka diperoleh kurva regresi yang terdapat pada Lampiran 9 menunjukkan bahwa untuk hari pertama, Y = 30.533 + 87.29x dengan R² = 0.9842. Selanjutnya dihitung nilai IC50, dan diperoleh nilai sebesar 0.223015 µg/ml. Untuk hari ke dua, y = 48.541 + 109.1x dengan R² = 0.9769, dan diperoleh nilai IC50 sebesar 0.013373 µg/ml. Sedangkan untuk hari ke delapan, y = 27.139 + 109.03x dengan R² = 0.9043, dan diperoleh nilai IC50 sebesar 0.209676 µg/ml. Nilai tersebut menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun pandan wangi memiliki aktivitas antioksidan sangat kuat. Sebagaimana dikatakan Phongpaichit 52
(2007) dalam Ramawati et al. (2009: 100), bahwa aktivitas antioksidan sangat kuat jika nilai IC50 <50 µg/ml, kuat jika IC50 50-100 µg/ml, sedang jika IC50 100-150 µg/ml, sedangkan jika IC50 150-200 µg/ml dikatakan antioksidannya rendah dan jika bernilai IC50 >200 µg/ml maka aktivitas antioksidannya sangat rendah. Persentase penghambatan oksidasi minyak kelapa terbesar terjadi pada hari kedua penyimpanan, yaitu kontrol positif (42,93%), A (60,32%), B (62,49%), C (63,28%). Semakin besar konsentrasi sampel ekstrak etanol daun pandan wangi yang diberikan, maka semakin besar pula penghambatan oksidasi yang dihasilkan. Hal ini berarti semakin besar aktivitas antioksidan semakin besar pula presentase penghambatan antioksidan minyak kelapa. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun pandan wangi mengandung flavonoid dan tanin terkondensasi yang dapat digunakan sebagai antioksidan alami. Hal ini dapat dilihat dari besarnya hambatan yang diberikan oleh ekstrak etanol daun pandan wangi terhadap minyak kelapa krengseng. Aktivitas antioksidan optimal terjadi pada ekstrak etanol daun pandan wangi dengan konsentrasi 0,1% mg/ml yang berasal dari proses maserasi daun pandan wangi 40 gram. 53