1 II KAJIAN KEPUSTAKAAN 2.1. Sejarah Perkembangan Itik Itik atau yang lebih dikenal dimasyarakat disebut bebek (bahasa jawa), golongan terdahulunya merupakan itik liar bernama Mallard (Anas plathytynchos) yang tersebar di beberapa bagian dunia (Srigandono, 1997). Dengan berkembangnya waktu, itik terus di dibudidayakan oleh manusia sampai akhirnya terbentuk beranekan ragam jenis itik yang sampai sekarang dibudidayakan. Dan akhirnya itik dikenal sebagai itik ternak (anas domesticus) dan itik manila atau entog (anas muscovy). Ternak itik telah dikenal di Cina sejak 4000 tahun yang lalu dan telah dimanfaatkan untuk diambil daging serta telurnya. Pada zaman Dinasti Ming, sudah dikenal Itik Peking yang merupakan ras unggul itik pedaging dengan karakter genetik yang stabil. Selain di Cina, pemanfaatan itik untuk kebutuhan pangan juga telah dikenal di Mesir sejak 3000 tahun yang lalu dan oleh bangsa Romawi antara tahun 116-27 SM (Suci dkk., 2012). Penyebaran itik di Indonesia terutama pulau Jawa, berawal dari diperkenalkannya itik oleh bangsa India ketika membangun candi-candi Hindu Budha, pada masa pemerintahan Raja Syailendra pada abad VII. Catatan perkembangan itik tertulis dalam prasasti Sangsang di Jawa Timur pada 907 Masehi yang menyebutkan mengenai jumlah batasan komoditi bebas pajak yang diperdagangkan (Syariefa dkk., 2010).
2 2.2. Klasifikasi dan Morfologi Itik 2.2.1 Klasifikasi Itik Itik berdasarkan pada tujuan pemeliharaannya dapat dikelompokan menjadi tiga jenis yaitu itik petelur, itik pedaging dan itik ornamental (itik hias). Pengelompokan tersebut ditinjau atas produk-produk atau jasa utama yang dihasilkan dan dimanfaatkan untuk kepentingan manusia. Berdasarkan pada klasifikasi ilmiahnya (scientific classification), itik dapat diklasifikasikan sebagai berikut: (Srigandono, 1997) Kingdom Phylum Class Ordo Family Species : Animalia : Chordata : Aves : Anseriformes : Anatidae : Anas plathytynchos 2.2.2 Morfologi Itik Itik merupakan jenis ternak yang termasuk dalam golongan unggas air dan memiliki ciri morfologi yang khas untuk menunjang kehidupannya. Beberapa ciri khas itik diantaranya yaitu kaki yang relatif pendek dibandingkan tubuhnya dengan jari-jari kaki berselaput (foot web), paruh ditutupi selaput tipis dengan bagian tepi berlipat dilapisi zat tanduk, bulu tebal dan berminyak, serta bentuk tulang dada yang datar (Suharno dan Setiawan, 2012). Selaput yang menghubungkan jari-jari kaki pada itik berfungsi untuk memungkinkan itik bergerak cepat di dalam air. Bulu itik berbentuk konkaf yang merapat ke permukaan badan dengan permukaan bulu bagian dalam bertekstur
3 lembut dan tebal serta pada bagian bawah kulit (subcutan) terdapat timbunan lemak sehingga itik tahan terhadap kondisi dingin (Srigandono, 1997). Bagian dalam paruh itik memiliki alat penyaring makanan yang akan masuk yang disebut Lamella bertanduk (Horny lamellae). Ukuran paruh itik memiliki arti fungsi biologi yang penting dalam kemampuan untuk berebut pakan yang tersedia. Semakin lebar paruh,peluang untuk mengambil makanan akan semakinbanyak, sementara panjang paruh akan berpengaruhdalam menjangkau makanan yang terhalang (Suparyanto dkk., 2004). Pada itik, panjang leher, panjang jari ketiga, panjang tibia dan panjang femur memberikan pengaruh yang kuat terhadap pembedaan jenis itik (Muzani dkk., 2005). Kaki dengan ukuran besar menunjukan ukuran bobot tubuh yang besar karena diperlukan kaki yang kokoh untuk menopang bobot tersebut (Mansjoer dkk., 1981). Pada Itik Peking, panjang rentang sayap merupakan variabel yang memberikan sumbangan tertinggi terhadap ukuran tubuh sedangkan untuk bentuk tubuh banyak dipengaruhi oleh panjang femur, tibia dan sayap (Brahmantyo dkk., 2002). Pertumbuhan morfologi merupakan proses yang dinamis. Bentuk cerminan dari perubahan struktur tubuh akibat respon genetik dan lingkungan (Suparyanto dkk., 2004). Produktivitas unggas berhubungan dengan ukuran-ukuran tubuhnya seperti panjang shank, betis, paha dan dada, lingkar shank, lingkar dada dan bobot badan. Tulang shank dan betis merupakan penduga pertumbuhan sedangkan paha dan dada menunjukan produksi daging, dan lingkar shank menunjukan tingkat kerampingan shank (Mansjoer dkk., 1981).
4 2.3 Jenis-jenis Itik 2.3.1 Indian Runner Itik Indian Runner merupakan itik yang berasal dari wilayah Asia Tenggara atau India dan tersebar di daerah-daerah tersebut termasuk Indonesia, Malaysia, Philiphina dan daerah Indo-Cina. Hampir seluruh itik asli Indonesia adalah anggota Indian Runner diantaranya adalah Itik Tegal, Alabio, dan Bali. Itik Indian Runner memiliki postur hampir tegak, sumbu badan membentuk sudut 70 derajat dan dalam posisi siaga hampir tegak lurus sehingga jika dilihat dari depan membentuk menyerupai botol (Srigandono, 1997). 2.3.2 Itik Damiaking Itik Damiaking merupakan sebutan bagi sumber daya genetik yang berasal dari daerah Serang - Banten. Penyebaran Itik Damiaking yang lebih banyak berada didaerah pesisir pantai mendapat intensitas matahari yang lebih banyak, sehingga warna bulu lebih mengkilap. Itik Damiaking mempunyai ciri-ciri seperti: warna bulu kepala dan leher, bulu dada, bulu punggung, bulu sayap luar adalah coklat kekuning-kuningan dan tutul coklat tua, sedangkan warna shank dan paruh adalah kuning, abu-abu, dan hitam (Ghoffar, 2005). 2.3.3 Itik Tegal Itik Tegal merupakan itik lokal yang berasal dari kota Tegal Jawa Tengah. Itik Tegal banyak dipelihara di Desa Pasurungan Lor. Dekat perbatasan dengan Kabupaten Brebes (Suharno, 2010). Bentuk Itik Tegal merupakan percontohan Itik Indian Runner yaitu posisi berdiri yang hampir tegak lurus dengan bobot standar lebih kurang dari 1,5 kg (Srigandono, 1997).
5 Tabel 1. Ukuran Tubuh Itik Tegal Betina Dewasa Ukuran tubuh (cm) Rataan SD Modus Max Min KV (%) Bobot badan (g) 1.580,44 186,36 1.546 1.875 1.200 11,79 Panjang paruh 5,54 0,2 5,5 6 5,2 3,69 Lebar paruh 2,56 0,19 2,5 2,9 2,15 7,44 Panjang leher 19,67 0,69 22 22 17 8,59 Panjang punggung 22,11 1,48 23 24,6 19 6,69 Lingkar dada 27,13 1,42 27 30 24,5 5,22 Panjang sayap 26,24 0,94 27 28,5 24 3,59 Panjang paha 8,1 0,67 8 9 7 8,27 Panjang betis 11 0,89 11 13 10 7,82 Panjang shank 7 0,45 7 7,5 6 6,73 Lingkar shank 0,71 0,06 0,7 0,85 0,6 8,08 Panjang jari ke-3 6,94 0,51 7 8,5 6 7,37 Jarak tulang pubis 3,05 0,14 3 3,4 2,65 4,73 Keterangan : n = 50 ekor Sumber : Setioko dkk., (2005) 2.3.4 Itik Magelang Itik Magelang merupakan itik lokal dari Kabupaten Magelang Jawa Tengah tepatnya di Desa Sempu, Ngadirejo, Kecamatan Secang. Itik Magelang sudah tersebar ke wilayah Ambarawa dan Temanggung. Bulu Itik Magelang berwarna coklat muda dengan ciri khas terdapatnya warna bulu putih berbentuk cincin/kalung pada bagian leher yang dapat dijadikan identitas Itik Magelang. Secara umum itik Magelang memiliki rataan panjang paruh, panjang betis, panjang paha, panjang shank, panjang jari ketiga, panjang punggung, dan panjang sayap yang lebih besar dibandingkan dengan itik Tegal maupun itik Damiaking (Sopyana dkk., 2006). Tabel 2. Ukuran Tubuh Itik Magelang Betina Dewasa
Ukuran tubuh (cm) Rataan Median Modus SD KV (%) Bobot badan (g) 1523,26 1529 1529 144,99 9,51 Panjang paruh (cm) 6,17 6,2 6,5 0,34 5,49 Lebar paruh (cm) 2,58 2,6 2,75 0,2 7,89 Panjang betis (cm) 14,03 14 14 1,06 7,59 Panjang paha (cm) 9,65 10 10 0,62 6,34 Panjang shank (cm) 7,1 7 7 0,51 7,22 Lingkar shank (cm) 0,74 0,7 0,7 0,06 8,23 Panjang jari ke-3 (cm) 7,29 7,5 7,5 0,53 7,25 Panjang punggung (cm) 25,95 26 27 1,87 7,22 Panjang leher (cm) 17,08 17 16 1,54 9,03 Lingkar sayap (cm) 27,2 27,5 28 1,46 5,38 Lingkar dada (cm) 27,55 27,5 27 0,1 3,61 Jarak tulang pubis (cm) 3 3 3 0,12 4,06 Keterangan : n = 50 ekor Sumber : Sopyana dkk., (2006) 6 2.4. Kebutuhan Nutrisi Itik Pemberian pakan ternak itik disesuaikan dengan tujuan produksi serta umur itik yang dipelihara, dikarenakan adanya perbedaan jumlah nutrisi yang dibutuhkan. Maka dari itu, Itik membutuhkan zat-zat gizi seperti energi metabolis, protein, lemak, serat kasar, mineral dan vitamin (Muslim, 1992). Pada itik pedaging, kebutuhan protein pada umur starter adalah 22% - 23% dengan kebutuhan energi metabolis 2900-3050 kkal/kg, sedangkan kebutuhan protein pada periode finisher yaitu sebanyak 19-20% dengan energi 3200 kkal/kg (Tan dkk. 1998). Pada itik petelur, kebutuhan nutrisi pada periode layer yaitu protein 19% dan energi 2800-2900 kkal/kg (Srigandono, 1997). 2.5. Sifat Kuantitatif Unggas Penampilan suatu individu sering dikaitkan dengan produksi individu, Sifat kuantitatif adalah sifat yang dapat diukur seperti produksi telur, ukuran tubuh, laju pertumbuhan dan lain-lain (Warwick, 1995). Sifat kuantitatif dikendalikan oleh
7 banyak pasang gen dan dipengaruhi oleh lingkungan (Hardjosubroto, 1994). Faktor genetik sebagai kemampuan dan faktor lingkungan sebagai kesempatan yang dimiliki. 1. Genetik Faktor genetik ditentukan oleh susunan gen di dalam pasang kromosom yang dimiliki individu. Gen adalah unit terkecil pewarisan sifat yang terdapat pada kromosom (Noor, 2008). Jumlah pasangan gen dalam suatu spesies ternak adalah tetap tetapi susunannya berbeda antara satu individu dengan individu yang lain (Warwick, 1995). 2. Lingkungan Pengaruh faktor lingkungan terhadap setiap individu tidak akan sama. Karena tidak seragamnya pengaruh lingkungan tersebut maka akan menimbulkan variasi dari faktor lingkungan. Dalam suatu penelitian atau seleksi, faktor lingkungan dibuat sekecil mungkin agar penampilan individu yang diukur mencerminkan sebagian besar dari pengaruh genetik (Hardjosubroto, 1994).