BAB I PENDAHULUAN. membicarakan secara langsung, menyampaikan lewat media-media elektronik,

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS LAPIS UNSUR PUISI KUCARI JAWAB KARYA J.E. TATENGKENG

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. atau pengertian yang diabstrakkan dari peristiwa konkret; (3) ling gambaran

BAB I PENDAHULUAN. kreatif dalam rupa atau wujud yang indah. Pengertian indah, tidak semata-mata merujuk pada

BAB I PENDAHULUAN. cara pengungkapannya. Puisi merupakan karya sastra yang disajikan secara

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. memberikan pemaparan hasil-hasil yang ditemukan dalam penelitian ini. Penelitian yang

BAB I PENDAHULUAN. Segala aktivitas kehidupan manusia menggunakan bahasa sebagai alat perantaranya.

BAB I PENDAHULUAN. yang objeknya adalah manusia dan kehidupannya dengan menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. pengarang serta refleksinya terhadap gejala-gejala sosial yang terdapat di

intrinsiknya seperti peristiwa, plot, tokoh, latar, sudut pandang, dan lain-lain yang semuanya bersifat imajinatif. Novel adalah karya fiksi yang

BAB I PENDAHULUAN. memperhitungkan efek yang ditimbulkan oleh perkataan tersebut, karena nilai

BAB I PENDAHULUAN. sastra merupakan penjelasan ilham, perasaan, pikiran, dan angan-angan (cita-cita)

BAB I PENDAHULUAN. yang berbudaya dan bermasyarakat. Tak ada kegiatan manusia yang tidak disertai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II KONSEP, LANDASAN TEORI, DAN TINJAUAN PUSTAKA. Konsep adalah gambaran mental dari suatu objek, proses, atau apapun

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran bahasa Indonesia adalah menyimak, berbicara, membaca, dan. kesatuan dari aspek bahasa itu sendiri (Tarigan, 2008: 1).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan sekolah, keterampilan menulis selalu dibelajarkan. Hal ini disebabkan oleh menulis

BAB I PENDAHULUAN. Sastra sebagai cabang dari seni, yang keduanya unsur integral dari

Samuel Taylor Coleridge mengemukakan puisi itu adalah kata-kata yang terindah dalam susunan terindah.

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa sangat penting dalam kehidupan manusia, baik komunikasi. kehidupan masyarakat. Manusia membutuhkan bahasa sebagai alat untuk

BAB I PENDAHULUAN. Wida Kartika Ayu, 2016

ANALISIS GAYA BAHASA PERSONIFIKASI DAN HIPERBOLA LAGU-LAGU JIKUSTIK DALAM ALBUM KUMPULAN TERBAIK

BAB I PENDAHULUAN. terlepas dari peristiwa komunikasi untuk mengungkapkan gagasan, ide,

DIKSI DALAM NOVEL SAAT LANGIT DAN BUMI BERCUMBU KARYA WIWID PRASETYO OLEH INDRAWATI SULEMAN

BAB I PENDAHULUAN. manusia dalam mencurahkan isi hati dan pikirannya. Dalam sebuah karya sastra

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

ANALISIS DIKSI DAN GAYA BAHASA PADA LAGU ANAK-ANAK CIPTAAN A.T. MAHMUD

STRATA NORMA PUISI-PUISI W.S RENDRA DALAM KUMPULAN PUISI DOA UNTUK ANAK CUCU SEBAGAI BAHAN AJAR SASTRA DI SMA DAN MODEL PEMBELAJARANNYA

ANALISIS PUISI CINTAKU JAUH DI PULAU KARYA CHAIRIL ANWAR DENGAN PENDEKATAN STRATA NORMA

BAB I PENDAHULUAN. khususnya bahasa Indonesia sebagai salah satu mata pelajaran yang penting dan

PEMBELAJARAN MENULIS PUISI DENGAN MENGGUNAKAN

PENDAHULUAN. sosialnya. Imajinasi pengarang dituangkan dalam bentuk bahasa yang kemudian

MAJAS DALAM PUISI SISWA KELAS VIII SMPN 3 GUNUNG TULEH PASAMAN BARAT

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Sejauh pengetahuan peneliti, penelitian tentang pengajaran satra telah

BAB I PENDAHULUAN. Sastra adalah suatu bentuk hasil pemikiran dan pekerjaan seni yang kreatif

BAB I PENDAHULUAN. sisi-sisi kehidupan manusia dan memuat kebenaran-kebenaran kehidupan

BAB II LANDASAN TEORI. meneliti tentang lirik lagu Umi karya Hayashi Ryuuha dan Omocha No

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berbagi pengalaman, belajar dari yang lain, dan meningkatkan pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. etimologis, fiksi berasal dari akar kata fingere (Latin) yang berarti berpurapura.

BAB I PENDAHULUAN. Sastra selalu identik dengan ungkapan perasaan dan pikiran pengarang

KEMAMPUAN MENULIS CERPEN BERDASARKAN PENGALAMAN SISWA DI SMP NEGERI 17 KOTA JAMBI

BAB I PENDAHULUAN. indah dan berusaha menyalurkan kebutuhan keindahan manusia (Semi, bahasa sebagai mediumnya (Sugono, 2008:129).

SMP kelas 8 - BAHASA INDONESIA BAB 11. PUISILatihan Soal Himne. Balada. Epigram. Elegi

I. PENDAHULUAN. membangkitkan pesona dengan alat bahasa. Melalui karya sastra, seseorang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. melalui cipta, rasa, dan karsa manusia. Al-Ma ruf (2009: 1) menjelaskan

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya belajar berbahasa adalah belajar berkomunikasi. Oleh karena itu,

BAB I PENDAHULUAN. keindahan dalam isi dan ungkapannya (Sugono, 2011: 159). Pembelajaran sastra

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana

KARAKTERISTIK PUISI MAHASISWA OFFERING A ANGKATAN 2009 JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS NEGERI MALANG

BAB I PENDAHULUAN A. Bahasa Karya Sastra

KEMAMPUAN MEMPROSAKAN PUISI KEPADA ADIK-ADIKKU KARYA ARIFIN C. NOOR SISWA SMA. Oleh

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berkomunikasi oleh masyarakat pemakainya. Menurut Wibowo (2001:3) bahasa

I. PENDAHULUAN. Menulis merupakan kegiatan komunikasi berupa penyampaian pesan secara

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. kesatuan dan kesinambungan mengandung irama dan ragam nada (suara yang berirama) disebut

KISI-KISI SOAL KOMPETENSI PROFESIONAL BIDANG STUDI BAHASA INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. sastra tadi harus dapat dikomunikasikan kepada orang lain, karena dapat saja

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum tujuan pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia bidang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sastra menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Drama merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Sampai saat ini tidak banyak penelitian yang memperhatikan tentang

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai pengetahuan tentang kode bahasa, kode budaya dan kode sastra.

BAB I PENDAHULUAN. untuk mengungkapkan pikiran dan perasaannya. Oleh karena itu, puisi selalu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL...i. LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING...ii. HALAMAN PENETAPAN UJIAN...iii. PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN...iv. KATA PENGANTAR...

BAB 2 LANDASAN TEORETIS. menjadi hasil seni sastra yang kata-katanya disusun menurut syarat tertentu

BAB I PENDAHULUAN. Wellek dan Warren (1993:14) bahasa adalah bahan baku kesusastraan, seperti

89. Mata Pelajaran Sastra Indonesia untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA) Program Bahasa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. suatu objek tertentu. Rene Wellek mengatakan bahwa sastra adalah institusi sosial

BAB I PENDAHULUAN. sendiri mempunyai kelebihan yang tidak dimiliki oleh makhluk lainnya. Salah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

SKRIPSI. Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1. Disusun oleh: Ajeng Wulandari A

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Puisi merupakan karya sastra yang mengandung imajinasi. Bahasa yang

BAB I PENDAHULUAN. dilukiskan dalam bentuk tulisan. Sastra bukanlah seni bahasa belaka, melainkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sebuah imitasi. Karya sastra merupakan bentuk dari hasil sebuah kreativitas

RAGAM TULISAN KREATIF. Muhamad Husni Mubarok, S.Pd., M.IKom

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan karya sastra dari zaman dahulu hingga sekarang tentunya

BAB I PENDAHULUAN. Werren, 1993:14). Oleh karena itu Nurgiyantoro (2007:2), mengatakan bahwa

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS CERPEN DENGAN MEDIA AUDIO VISUAL PADA SISWA KELAS X-2 SMA PGRI 1 KARANGMALANG SRAGEN TAHUN AJARAN 2009/2010.

BAB 1 PENDAHULUAN. Karya sastra muncul karena karya tersebut berasal dari gambaran kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. menjelaskan bahwa puisi berasal dari bahasa Yunani poeima membuat atau

BAB II LANDASAN TEORI. yang representatif dalam suatu alur atau suatu keadaan yang agak kacau atau kusut.

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan ciri-ciri khas, meskipun puisi telah mengalami perkembangan

PEMBELAJARAN MENULIS KREATIF PUISI DENGAN MENGGUNAKAN METODE SHOW NOT TELL DI MTs CAHAYA HARAPAN

4. KOMPETENSI INTI DAN KOMPETENSI DASAR BAHASA INDONESIA SMA/MA/SMK/MAK (PEMINATAN)

Kisi-Kisi Uji Kompetensi Guru Tahun 2012

BAB I PENDAHULUAN. karya seni yang memiliki kekhasan dan sekaligus sistematis. Sastra adalah

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. sekolah. Lerner (dalam Mulyono, 2003:224) berpendapat bahwa menulis adalah

BAB I PENDAHULUAN. Sastra merupakan sebuah ungkapan atau pikiran seseorang yang dituangkan

BAB I PENDAHULUAN. sastra diciptakan oleh para sastrawan untuk dapat dinikmati, dipahami, dan

KOHESI LEKSIKAL REPETISI PADA WACANA INTERAKTIF DALAM KOLOM DETEKSI HARIAN JAWA POS EDISI JUNI 2007 SKRIPSI

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Balakang Pada dasarnya setiap individu mempunyai pengalaman tentang suatu peristiwa. Pengalaman itu dapat berupa: kesenangan, kesedihan, keharuan, ketragiasan, dan sebagainya. Adakalanya pengalaman itu disimpan menjadi sebuah rahasia pribadi. Tetapi, sebagian besar ada yang ingin berbagi rasa dengan orang lain dengan cara menyampaikan. Ada berbagai cara yang dilakukan, misalnya membicarakan secara langsung, menyampaikan lewat media-media elektronik, bahkan lewat tulisan. Seiring perkembangan zaman pengalaman pribadi yang ditulis dan disebarluaskan telah menjadi fenomena. Segala yang dirasakan dan dilihat dituangkan dalam sebuah tulisan yang di dalamnya dipadukan dengan sentuhan imajinasi sehingga menjadi sebuah karya individu. Karya yang seperti ini disebut dengan karya sastra. Karya sastra mengandung pengertian ungkapan perasaan penyair berupa ideide atau gagasan-gagasan yang dituangkan dalam bentuk tulisan. Adanya ide-ide baru yang dituangkan dalam karya sastra menciptakan kreatifitas pengarangnya. Lubis (dalam Tuloli, 2000:2-3) mengemukakan, kreatifitas seorang sastrawan adalah kemampuannya untuk menyuling manusia dan kehidupannya, pengalaman masyarakatnya, sejarah bangsanya dan negerinya, lingkungan hidupnya, kebudayaan dan sistem nilai bangsanya baik yang homogeni maupun yang beragam-ragam. Kemudian ia menuangkannya dalam kerangka ciptaannya yang berbentuk puisi atau 1

prosa, kemudian menandai ciptaannya ini dengan citra kepribadiannya, keyakinannya, kejujurannya, nilai-nilai yang dipegangnya, keberaniannya, kebenarannya dan rasa keindahannya. Demikian, adanya kratifitas dari pengarang karya sastra yang memacu untuk menciptakan karya-karya baru dengan berbagai macam jenis, seperti: puisi dan prosa (cerpen, novel, dan drama). Altenbernd (dalam Pradopo, 2009-5-6) mendefisikan puisi adalah pendramaan pengalaman yang bersifat penafsiran (menafsirkan) dalam bahasa berirama (bermetrum) (as the dramatization of experience in metrical language). Sedangkan cerpen atau cerita pendek dikemukakan oleh Edgar (dalam Tuloli, 2000:17), sebagai ragam khusus yang dapat dibaca dari satu sampai dua jam, serta hanya mempunyai efek khusus atau efek tunggal tertentu. Novel adalah kesusastraan yang berbentuk prosa yang menceritakan suatu kejadian yang luar biasa dan dari kejadian itu lahirlah satu konflik suatu pertikaian yang merubah nasib mereka, (Lubis, 1994:161). Semi (1988:156) mendefinisikan drama adalah cerita atau tiruan prilaku manusia yang dipentaskan. Banyaknya karya sastra yang diciptakan membuktikan bahwa kehadirannya diminati masyarakat. Namun, seiring perkembangan zaman karya sastra jenis puisi mulai ditinggalkan oleh masyarakat. Kecenderungan memilih prosa (cerpen, novel, dan drama) daripada puisi diakibatkan bahasa yang digunakan sulit dipahami oleh pembaca. Padahal dahulu sangat penting digunakan orang-orang untuk melawan penjajah melalui tulisan. Penggunaan bahasa yang singkat, padat, dan penuh majas menjadikan puisi seraya benda hidup yang dapat menyentuh hati pembaca dan 2

pendengarnya. Oleh karena itu, zaman dahulu puisi ibarat pisau runcing bagi penjajah. Demikian, puisi merupakan bagian dari sejarah. Namun kenyataannya, sekarang ini puisi mulai disingkirkan, bahkan kini diciptakan hanya untuk sampiran pada bagian novel yang saat ini diminati pembaca. Adapun mengenai pengkajian puisi hanya di lingkungan pendidikan, yakni terdapat pada mata pelajaran tertentu. Selain itu, penikmat karya sastra sudah tidak menghiraukan puisi. Keadaan seperti ini memungkinkan puisi akan tersisihkan dari bagian karya sastra. Terdapat alasan tentang hal ini, yaitu pembaca jenuh dengan bahasa konotatif pada puisi yang sulit dipahami. Komposisi puisi yang terlihat singkat, padat dan tidak menggunakan arti yang sebenarnya menjadikan maknanya sulit dimengerti. Keadaan ini menimbulkan keinginan pembaca memilih jenis karya sastra lain, misalnya novel, cerpen, dan naskah drama. Tetapi, hal ini berbeda dengan pernyataan Johnson (dalam Gani, 1988:147), puisi adalah seni penyatuan kesenangan dengan kebenaran melalui sentuhan imaji yang bernalar. Artinya, pembaca dapat ikut merasakan keadaan pengarangnya, yakni dengan membaca. Pada puisi justru pengarangnya menggambarkan keadaan yang benar-benar hidup. Bahkan, dapat menimbulkan emosi bagi pembacanya. Demikian dapat dibuktikan, puisi bukan sulit dipahami, justru bahasa puisi dapat menyalurkan imajinasi pengarang pada pembaca melaui unsur-unsurnya. Sehingga dapat membawa pikiran pembaca pada keadaaan pengarangnya. Unsur-unsur yang dimaksud akan ditemukan pembacanya sendiri secara bertahap hingga menemukan maknanya. Ketika seseorang mulai membaca maka 3

yang terlihat hanya tulisan tidak bermakna. Kemudian dilanjutkan dengan membaca satu persatu kata membentuk kalimat dan alenia. Di dalamnya terdapat tanda baca sehingga pembaca secara bertahap akan menemukan maknanya. Begitu pula dengan puisi. Ketika seseorang membaca puisi maka sebelum menemukan maknanya terlebih dahulu akan melewati beberapa tahapan, yakni unsur-unsurnya. Mengenai unsur dalam puisi bukan hanya berdiri sendiri (hanya satu unsur) tetapi memiliki lapis yang disebut strata norma (lapis unsur). Teori strata norma pertama kali dikemukakan oleh Roman Ingarden. Strata berarti lapis sedangkan pengertian norma dikemukakan Wellek dan Werren (dalam Pradopo, 2002:64) bahwa, norma ini janganlah dikacaukan dengan norma-norma klasik, etika, ataupun politik (yang ditentukan dari luar). Norma itu harus dipahami sebagai norma implisit yang harus ditarik dari setiap pengalaman individu karya sastra dan bersama-sama merupakan karya sastra murni sebagai keseluruhan. Artinya, pengertian norma ini akan kacau jika ditentukan dari luar (memiliki aturan yang paten, yakni norma-norma klasik, etika, ataupun politik) tetapi, norma ini akan muncul secara bertahap oleh pembacanya dan membentuk sebuah struktur yang utuh hingga disebut karya sastra. Demikian, norma merupakan unsur-unsur dalam puisi yang akan ditemukan pembacanya secara bertahap hingga menemukan maknanya. Adapun mengenai strata norma terdiri atas: lapis bunyi, lapis arti, lapis objek, lapis dunia, dan lapis metafisis. Bunyi merupakan lapis pertama yang ditemukan pembaca. Bila orang membaca puisi, maka yang terdengar itu ialah rangkaian bunyi yang dibatasi jeda pendek, agak panjang, dan panjang. Pada dasarnya setiap bunyi pada puisi 4

mengandung arti. Oleh karena itu, muncullah satuan arti yakni lapis arti. Berdasarkan lapis arti maka muncullah lapis objek yang tergambar di dalamnya, misalnya pelaku/tokoh, latar, dan dunia pengarang (cerita keseluruhan dari latar dan pelaku). Lapis ketiga menimbulkan lapis keempat, yakni lapis dunia. Dijelaskan Wellek (dalam Pradopo, 2000:15), lapis dunia yang dipandang dari titik pandang tertentu yang tak perlu dinyatakan, tetapi terkandung di dalamnya (implied). Artinya, dalam puisi terdapat beberapa ungkapan pengarang yang maknanya tidak diterangkan secara nyata tetapi dapat dipahami oleh pembacanya. Lapis terakhir, yakni lapis metafisis berupa sifat-sifat metafisis (yang sublim, yang tragis, mengerikan atau menakutkan, dan yang suci), dengan sifat-sifat ini seni dapat memberikan renungan (kontemplasi) kepada pembaca. Akan tetapi, tidak semua karya sastra di dalamnya terdapat lapis metafisis seperti itu. Kelima lapis tersebut merupakan norma atau unsur dalam karya sastra khususnya puisi yang tidak dapat dipisahkan. Seperti telah diketahui bahwa puisi memiliki komposisi bahasa yang padat dan singkat. Oleh sebab itu, setiap unsur yang ada di dalamnya mengandung makna mulai dari lapis bunyi dan seterusnya. Puisi Kucari Jawab karya J.E. Tatengkeng merupakan salah satu puisi yang terkenal pada angkatan pujangga baru. Puisi ini tergolong sangat singkat dan padat, yakni memiliki sembilan bait dan tiap bait berjumlah dua baris. Walaupun demikian, puisi ini memiliki unsur-unsur yang lengkap dan saling berjalinan. Oleh karena itu, puisi ini terdiri atas lapis unsur/strata norma yang menjadikannya berbeda dengan karya sastra lainnya. 5

Pada puisi tersebut lapis bunyi sangat dipentingkan oleh J.E. Tatengkeng, walaupun tidak ada keterkaitan antarkalimat. Oleh karena itu, setiap bunyi pada puisi ini mengandung arti. Sementara itu, jika melihat komposisi puisi ini yang terlihat singkat dan padat maka untuk lapis arti yang diperoleh dari susunan diksinya sulit dipahami karena pengarang lebih mementingkan unsur bunyinya. Demikian, lapis objek yang dikemukakan pun sangat minim serta untuk lapis dunia, yakni banyaknya makna yang tidak diutarakan secara langsung oleh pengarangnya. Sedangkan lapis metafisis yakni, bahasa puisi ini mampu menimbulkan emosi pembaca sehingga dapat ikut merenungi. Berdasarkan uraian di atas, diperlukan penelitian pada puisi Kucari Jawab karya J.E. Tatengkeng untuk mengetahui struktur dan lapis unsur/strata norma yang terdapat pada puisi tersebut. Demikian, maka dirumuskan judul penelitian tentang Analisis Strata Norma Puisi Kucari Jawab Karya J.E. Tatengkeng. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, ditemukan beberapa permasalahan sebagai berikut. 1. Seiring perkembangan zaman karya sastra jenis puisi mulai ditinggalkan oleh masyarakat. 2. Adanya anggapan bahwa bahasa puisi sulit dipahami yang menjadikan penikmat karya sastra memilih prosa (cerpen, novel, dan drama) untuk dibaca. 3. Puisi diciptakan hanya untuk sampiran pada bagian novel yang saat ini diminati pembaca. 6

4. Pengkajian puisi hanya di lingkungan pendidikan, yakni terdapat pada mata pelajaran tertentu. 5. Pada puisi Kucari Jawab karya J.E. Tatengkeng banyak permasalahan yang belum terpecahkan, yakni: (1) lapis bunyi. Alasan J.E. Tatengkeng mementingkan lapis bunyi (rima, irama, dan ragam bunyi), walaupun tidak adanya keterpaduan antarkalimat, (2) lapis arti. Diksi dalam puisi ini sulit dipahami karena pengarang lebih mementingkan unsur bunyi, (3) lapis objek. Puisi ini cukup sederhana, yakni sembilan bait dan tiap bait dua baris menjadikan minimnya objek yang diutarakan, (4) lapis dunia. Banyaknya makna yang tidak diutarakan secara langsung oleh pengarangnya, dan (5) lapis metafisis. Bahasa puisi ini mampu menimbulkan emosi pembaca sehingga dapat ikut merenugi. 1.3 Batasan Masalah Permasalahan yang teridentifikasi di atas sangatlah luas cakupannya. Oleh karena itu, penelitian ini hanya dibatasi pada masalah pengkajian strata norma, yakni lapis norma pada puisi Kucari Jawab karya J.E. Tatengkeng yang saat ini kurang diketahui dan dipahami oleh kalangan pembaca. 1.4 Rumusan Masalah Berdasarkan batasan masalah yang telah dipilih, maka masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut. 1. Bagaimana gambaran riwayat hidup J.E. Tatengkeng dan karya-karyanya? 2. Bagaimana struktur puisi Kucari Jawab karya J.E. Tatengkeng yang meliputi: struktur fisik dan batin? 7

3. Bagaimana strata norma puisi Kucari Jawab karya J.E. Tatengkeng yang meliputi: (1) lapis bunyi, (2) lapis arti, (3) lapis objek, (4) lapis dunia, dan (5) lapis metafisis. 1.5 Definisi Operasional Berikut penjelasan istilah-istilah yang berkaitan dengan judul penelitian. 1. Analisis Menurut Derrida (Siswantoro, 2010:10) kata analisis berasal dari bahasa Yunani yaitu analyein yang berarti menyelesaikan, menguraikan. Analisis yang dimaksud dalam penelitian ini ialah menguraikan hasil penelitian yang meliputi: (a) riwayat hidup J.E. Tatengkeng dan karya-karyanya, (b) struktur puisi Kucari Jawab karya J.E. Tatengkeng, dan (c) strata norma puisi tersebut. 2. Strata Pradopo (2009:14) menyamakan strata dengan lapis karya sastra itu tak hanya merupakan satu sistem norma, melainkan terdiri dari beberapa strata (lapis) norma. Demikian, strata dapat diartikan lapisan. Strata yang dimaksud pada penelitian ini adalah lapisan atau tingkatan pada unsur puisi Kucari Jawab karya J.E. Tatengkeng, yakni lapis pertama sampai dengan lapis kelima. 3. Norma Pradopo (2009:118) menyamakan norma dengan unsur, norma-norma puisi atau unsur-unsur sajak berjalinan secara erat atau berkoherensi secara padu. Maka yang dimaksud norma adalah unsur dalam karya sastra. Namun, perlu diketahui pengertian norma pada penelitian ini tidak diartikan secara umum, yakni menyangkut 8

etika dan aturan. Unsur/strata yang dimaksud dalam penelitian ini meliputi: unsur bunyi, unsur arti (satuan arti), unsur objek, unsur dunia, dan unsur metafisis. 4. Puisi Dunton (dalam Pradopo, 2009:6) berpendapat, puisi merupakan pemikiran manusia secara konkret dan artistik dalam bahasa emosional serta berirama. Misalnya dengan kiasan, dengan citra-citra, dan disusun secara artistik (selaras, simetris, pemilihan katanya tepat, dan sebagainya) dan bahasanya penuh perasaan, serta beirama seperti musik (pergantian bunyi kata-katanya berturut-turut secara teratur. Puisi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah puisi Kucari Jawab karya J.E. Tatengkeng yang di dalamnya memiliki struktur dan bermakna. 5. J. E. Tatengkeng Jang Engelbert Tatengkeng atau dikenal dengan J.E. Tatengkeng adalah penyair yang berasal dari Sulawesi Utara, lahir 19 Oktober 1907 di Kolongan Sangihe. Ia dididik mula-mula di Volkscool, kemudian HIS manganait, Kweekscool Kristen di Bandung, dan HKS Kristen di Solo, (Tuloli, 1999:32). J.E. Tatengkeng yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pengarang puisi Kucari Jawab yang dijadikan objek penelitian. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat diketahui yang dimaksud dengan analisis strata norma puisi Kucari Jawab karya J.E. Tatengkeng dalam penelitian ini adalah uraian lapis unsur pada puisi Kucari Jawab karya J.E. Tatengkeng yang di dalamnya terdapat struktur fisik dan batin yang saling menjalin. 9

1.6 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan sebagai berikut. 1. Mendeskripsikan gambaran riwayat hidup J.E. Tatengkeng dan karya-karyanya. 2. Mendeskripsikan struktur puisi Kucari Jawab karya J.E. Tatengkeng yang meliputi: struktur fisik dan batin. 3. Mendeskripsikan strata norma puisi Kucari Jawab karya J.E. Tatengkeng yang meliputi: (1) lapis bunyi, (2) lapis arti, (3) lapis objek, (4) lapis dunia, dan (5) lapis metafisis. 1.7 Manfaat Penelitian Diharapkan penelitian ini dapat memberikan manfaat sebagai berikut. 1. Peneliti Menambah pengetahuan serta memberikan pengalaman untuk mengetahui struktur puisi Kucari Jawab karya J.E. Tatengkeng dan strata norma/lapis unsur puisi tersebut. 2. Pelajar Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai kajian teori sastra, khususnya pada puisi serta menjadi bahan bandingan terhadap ilmu pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya terkait dengan analisis struktur dan lapis unsur/strata norma puisi. 3. Lembaga Pendidikan Skripsi ini dapat menjadi dokumen dalam lembaga pendidikan, khususnya di Universitas Negeri Gorontalo (UNG) sebagai karya mahasiswa. 10