TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

dokumen-dokumen yang mirip
PENDAHULUAN. Penyuluhan pertanian adalah sistem pendidikan di luar sekolah (non

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 0100 TAHUN 2017

PEMBINAAN TEKNIS TIM PENILAI PRANATA KOMPUTER - ADMINISTRASI

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 025 TAHUN 2014 TENTANG FORMASI JABATAN FUNGSIONAL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 87 TAHUN 1999 TENTANG RUMPUN JABATAN FUNGSIONAL PEGAWAI NEGERI SIPIL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

5 BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penyuluh Pertanian Dalam UU RI No. 16 Tahun 2006 menyatakan bahwa penyuluhan pertanian dalam melaksanakan tugasnya

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN. Tujuan dan Keuntungan. Dasar Hukum Jabatan Fungsional Pranata Komputer

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penyuluh pertanian merupakan pendidikan non formal yang ditujukan kepada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN. kehidupan para petani di pedesaan tingkat kesejahteraannya masih rendah.

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2001 TENTANG TUNJANGAN JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH KELUARGA BERENCANA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2001 TENTANG TUNJANGAN JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH KELUARGA BERENCANA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

GUBERNUR KEPULAUAN RIAU

IMPLEMENTASI PERMENPAN NOMOR 38 TAHUN 2014 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL ANALIS KETAHANAN PANGAN

IMPLEMENTASI PERMENPAN NOMOR 38 TAHUN 2014 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL ANALIS KETAHANAN PANGAN

PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris, hampir 80% warga negaranya. bermasyarakat di pedesaan serta sekitar 62% dari jumlah tersebut bermata

PERATURAN KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA NOMOR 20 TAHUN 2015 TENTANG KETENTUAN BATAS USIA PENSIUN BAGI PEJABAT FUNGSIONAL SANDIMAN

Badan Pusat Statistik

TINJAUAN PUSTAKA. budidaya ini meluas praktiknya sejak paruh kedua abad ke 20 di dunia serta

2012, No

BUPATI HULU SUNGAI SELATAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN BERSAMA MENTERI PERTANIAN DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR 54/Permentan/OT.210/11/2008 NOMOR 23 A TAHUN 2008

BAB V KELEMBAGAAN PENYULUHAN PERTANIAN DI KABUPATEN BOGOR

Catatan Kecil Tentang Arsiparis Indonesia

PERATURAN BERSAMA KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA, TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR,

Badan Pusat Statistik

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 42 TAHUN 2008 T E NTA N G JABATAN FUNGSIONAL PENYULUH PERTANIAN WALIKOTA SURABAYA

BERITA DAERAH KABUPATEN HULU SUNGAI UTARA TAHUN 2006 NOMOR 12 SERI D NOMOR SERI 2 PERATURAN BUPATI HULU SUNGAI UTARA NOMOR 15 TAHUN 2006 TENTANG

TINJAUAN PROGRAM PENYULUHAN PERTANIAN PETANI PADI SAWAH DI WKPP SEI BERAS SEKATA, KECAMATAN SUNGGAL, KABUPATEN DELI SERDANG

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

TINJAUAN PUSTAKA. dorongan kepada para petani agar mau mengubah cara berpikir, cara kerja dan

BUPATI HULU SUNGAI SELATAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG

URAIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI JABATAN FUNGSIONAL PRANATA KOMPUTER BERDASARKAN POSISI DAN KEDUDUKAN

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan pertanian yang berkelanjutan merupakan keniscayaan dalam

PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 121 TAHUN 2012

XXII. STATISTISI A. DASAR HUKUM

PEDOMAN UJI KOMPETENSI BAGI PEJABAT FUNGSIONAL PENGAWAS BIBIT TERNAK BAB I PENDAHULUAN

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 28 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. dekade ini termasuk di Indonesia. Berdasar Undang-undang Nomor 18 tahun 2012

PENDAHULUAN Latar Belakang

2016, No Nomor 6, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494); 2. Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 1966 tentang Pemberhentia

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan sektor pertanian selalu dikaitkan dengan kondisi kehidupan para

- 1 - PERATURAN WALIKOTA PONTIANAK NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN PENGAWAS TENAGA NUKLIR,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS PENELITIAN

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 40 TAHUN 2008 T E NTA N G JABATAN FUNGSIONAL PENGAWAS PERIKANAN WALIKOTA SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN. dibicarakan pada saat ini. Bukan karena adanya peningkatan melainkan

I. PENDAHULUAN. Pertanian adalah seluruh kegiatan yang meliputi hulu sampai hilir yaitu,

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI

PERATURAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil dalam Jabatan Fungsional Pamong Budaya Melalui Penyesuaian/Inpassing

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1

TINJAUAN PUSTAKA. Meskipun sebagai bahan makanan pokok, padi dapat digantikan atau disubstitusi

DAMPAK PENYULUHAN PERTANIAN PARTISIPATIF TERHADAP PENINGKATAN KESEJAHTERAAN KELOMPOK TANI PEMULA

KEPUTUSAN BERSAMA KEPALA BADAN PUSAT STATISTIK DAN KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN NEGARA NOMOR : 002/BPS-SKB/II/2004 NOMOR : 04 TAHUN 2004 TENTANG

WALIKOTA BUKITTINGGI PROVINSI SUMATERA BARAT

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI NOMOR 16 TAHUN 2009 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL GURU DAN ANGKA KREDITNYA

16. Keputusan Presiden Nomor 59/P Tahun 2011;

SINKRONISASI SKP DAN ANGKA KREDIT JABATAN FUNGSIONAL NON PENELITI DI LINGKUNGAN KEMENTERIAN PERTANIAN. Biro Organisasi dan Kepegawaian 2017

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2010 NOMOR 21 SERI E PERATURAN BUPATI KABUPATEN BANJARNEGARA NOMOR 473 TAHUN 2010

2016, No Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 5

PENDAHULUAN. lebih baik (better farming), berusahatani lebih baik (better bussines), hidup lebih

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN WALIKOTA BATU NOMOR 52 TAHUN 2017 TENTANG

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR: PER/220/M.PAN/7/2008 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL AUDITOR DAN ANGKA KREDITNYA

TINJAUAN PUSTAKA. komunikasi informasi secara sadar dengan tujuan membantu sasarannya

BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

BUPATI HULU SUNGAI SELATAN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN BUPATI HULU SUNGAI SELATAN NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN MENTERI PERTANIAN. NOMOR : 49/Permentan/OT.140/10/2009 TENTANG KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENYULUHAN PERTANIAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR 66/KEP/M.PAN/7/2003

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat dan Waktu

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Kep. MENPAN No. 7/KEP/M.PAN/7/2003 Tentang JABATAN FUNGSIONAL PENGAWAS RADIASI

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI

BAB II GAMBARAN UMUM INSTANSI

WALIKOTA BANJAR PERATURAN WALIKOTA BANJAR NOMOR 25 TAHUN 2011 TENTANG KENAIKAN PANGKAT PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KOTA BANJAR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

PERATURAN BUPATI KARANGANYAR NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG

PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yang telah dinyatakan dalam

BAB VI PEMBAHASAN. pelaksanaan, dan hasil terhadap dampak keberhasilan FMA agribisnis kakao di

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI NEGARA PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA NOMOR: PER/220/M.PAN/7/2008 TENTANG JABATAN FUNGSIONAL AUDITOR DAN ANGKA KREDITNYA

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2017, No Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2009 tentang Dosen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 76, Tambahan Lembaran

KEPALA BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN,

TINJAUAN PUSTAKA. kehidupan rakyat, dan pembangunan dijalankan untuk meningkatkan produksi dan

PERATURAN KEPALA BKN NOMOR 21 TAHUN 2010 TENTANG KETENTUAN PELAKSANAAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 53 TAHUN 2010

2017, No Pemerintah Nomor 40 Tahun 2010 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 16 Tahun 1994 tentang Jabatan Fungsional Pegawai Nege

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian Profil Badan Kepegawaian dan Diklat

XV. PRANATA KOMPUTER

TINJAUAN PUSTAKA. meramu bahan-bahan kimia (anorganik) berkadar hara tinggi. Misalnya, pupuk urea

MENTERI PENDAYAGUNAAN APARATUR NEGARA DAN REFORMASI BIROKRASI REPUBLIK INDONESIA

Transkripsi:

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN Tinjauan Pustaka Penyuluhan Pertanian Berbicara tentang penyuluhan sebenarnya merupakan suatu persoalan yang takkan pernah selesai. Apalagi bagi negara kita yang tergolong dalam kategori negara yang sedang melakukan pembangunan. Dimana pun manusia berada dan bagaimanapun rumitnya keadaan masyarakat tersebut kehadiran seorang penyuluh mutlak diperlukan urgensinya. Masalah demi masalah yang ada di negara kita, kita tidak dapat menghentikannya, tetapi kita dapat memecahkan masalah tersebut dengan mencari jalan keluar melalui pengembangan pertanian Indonesia yang kurang diperhatikan selama ini. Salah satu caranya yang dapat dilakukan adalah dengan menyiapkan suatu modal dasar yang perlu diketahui dan dimiliki oleh mereka sebagai tenaga penyuluh dan bertindak sebagai agen pembaharuan masyarakat, seorang penyuluh berdasarkan fungsinya harus berhubungan langsung dengan petani, ia harus dikenal oleh para petani, dan demikian juga sifat- sifat yang harus dimiliki oleh seorang penyuluh (Sastraadmadja, 1993). Menurut Kartasapoetra (1994) Sifat-sifat yang harus dimiliiki seorang penyuluh itu harus dapat menunjukkan hal-hal sebagai berikut: 1. Rasa cinta akan tugas yang diembannya, dengan demikian maka ia akan menunjukkan rasa tanggung jawabnya. 2. Rasa cinta dan kasih terhadap sesama terutama terhadap petani di desa yang umumnya masih berada pada tingkatan yang masih rendah.

3. Keyakinan bahwa apa yang disuluhkannya dapat meningkatkan penghasilan dan kesejahteraan petani. 4. Penguasaan ilmu dan teknologi pertanian yang mampu menjelaskan, memperagakan, dan memberikan contoh-contoh dalam praktek dan hal-hal yang berkaitan dengan budidaya tanaman usahatani. 5. Luwes menarik penampilannya, dan cepat beradaptasi terhadap situasi dan kondisi perdesaan, khususnya wilayah pekerjaan. 6. Beritikad baik, sabar dan tekun dalam mengemban tugasnya. 7. Pandai menyelami jiwa dan perasaan serta keinginan petani selalu siap memberi bantuan dalam berbagai masalah yang menyangkut bidang pertanian yang tengah dihadapi para petani. 8. Jiwa mendidik dan tidak mudah putus asa, tidak bersikap masa bodoh dengan apa yang sedang dialami petani. 9. Dinamis, progresif, dan demokratis. 10. Mau belajar, melatih ketrampilan dan kecakapan praktis sehubungan dengan keadaan pertanian yang terus berkembang. Penyuluhan pertanian merupakan proses pendidikan. Fungsi seorang penyuluh dalam kegiatan penyuluhan adalah mendidik, bukan sebagai penyalur sarana produksi, bukan petugas koperasi, bukan juga sebagai penagih kredit. Seorang penyuluh pertanian dalam menjalankan perannya sebagai pendidik hendaknya melihat petani sebagai subyek dan bukan sebagai obyek. Petani sebagai orang yang dididik mempunyai pikiran, pandangan, keinginan dan masalah serta kebiasaan atau budaya yang dipengaruhi oleh lingkungan fisik, spiritual, dan material. Penyuluhan pertanian sebagai dinamisator berfungsi untuk

mengubah sikap dan perilaku petani agar lebih respon untuk mewujudkan pertanian yang tangguh ( Nuryanto, dkk, 2000). Jenjang pangkat untuk masing-masing jabatan penyuluh pertanian sebagaimana dimaksud adalah jenjang pangkat dan jabatan berdasarkan jumlah angka kredit yang dimiliki untuk masing-masing jenjang jabatan. Penetapan jenjang jabatan penyuluh pertanian untuk pengangkatan dalam jabatan ditetapkan berdasarkan jumlah angka kredit yang dimiliki setelah ditetapkan oleh pejabat yang berwenang menetapkan angka kredit, sehingga dimungkinkan pangkat dan jabatan tidak sesuai dengan pangkat dan jabatan ( Anonimus a, 2012 ). Kegiatan penyuluhan merupakan kegiatan untuk mengubah sikap para petani agar mampu menolong dirinya untuk menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapinya dengan bantuan secara terus menerus dilakukan para penyuluh. Pola penyuluhan adalah dengan sistem LAKU (Latihan dan Kunjungan) yang dalam kegiatannya disesuaikan dengan situasi dan kondisi daerah. Peningkatan sarana penyuluhan dengan menambahkan jumlah tenaga PPL demonstrater, PPL laboratorium diagnostik, peningkatan produksi ternak memanfaatkan faktor-faktor produksi dan teknologi (Cahyono, 1983). Kemampuan seseorang untuk berkomunikasi bukan hanya dipengaruhi oleh bakat, tetapi dapat tumbuh dari pengalaman hidup seseorang, di samping itu juga sejumlah prinsip komunikasi antar pribadi, komunikasi kelompok dan komunikasi massa. Penyuluh/komunikator dalam komunikasi penyuluhan dapat berupa individu, kelompok ataupun lembaga. Selain memiliki kecakapan, kredibilitas yang tinggi. Kecakapan untuk mempengaruhi orang lain, mempunyai pengetahuan yang luas dan memiliki kharisma atau daya tarik, seorang penyuluh harus

melakukan persiapan-persiapan seperti melakukan penelitian tentang sasaran/khalayak. Dengan demikian penyuluh dapat mengetahui latar belakang pendidikan, agama, bahasa, adat, kebiasaan, norma, usia, pekerjaan, jabatan, pengetahuan. selain dari hal-hal yang harus diperhatikan mengenai gangguan yang mungkin terjadi seperti engineering noise (ganguan yang timbul akibat dari kurang sempurnanya medium yang digunakan baik oleh komunikan atau penyuluh) dan semantic noise (gangguan yang timbul dari susunan kata-kata, lambang sehingga tidak dipahami oleh komunikan), selanjutnya yang harus diperhatikan penyuluh adalah berkenaan audience coverage (berapa besar dan macam audiens yang dapat dicapai ), audience response (apakah audiens dapat mengerti pesan-pesan yang disampaikan), communication impact (apa efek yang tampak dari penyampaian pesan) dan procces of influence (bagaimana proses penyuluhan mempengaruhi seseorang) (Rachman, dkk, 1995 ). Sementara fasilitas yang diterima penyuluh sangat tidak memadai. Alat penyuluhan dan pengangkutan sangat kurang, pendidikan para penyuluh yang kurang memadai, gaji penyuluh yang sangat rendah dan lain-lain. Keadaan itu sangat bertentangan dengan harapan yang dipikulkan pada pundak penyuluh atau petugas penyuluh lapangan. Sehingga tidak heran bila ada hasil penelitian atau survei yang menyatakan bahwa sebagian besar petani kita belum pernah berjumpa penyuluh, anggota kelompok tani dan tidak tahu siapa petugas penyuluh yang bertugas di desanya, atau petani belum pernah menerima masukan dari penyuluh, dan lain sebagainya. Keadaan ini sudah bisa dimaklumi dengan mengetahui keadaan Penyuluh kita yang sebenarnya ( Daniel, dkk, 2005 ).

Tujuan penyuluhan pertanian masa lalu adalah untuk mengubah perilaku petani agar dapat bertani lebih baik (better farming), berusahatani lebih menguntungkan (better business), hidup lebih sejahtera (better living) dan bermasyarakat lebih baik (better community). Tujuan penyuluhan pertanian sekarang adalah menghasilkan pengusaha agribisnis yang unggul, manusia pemimpin masyarakatnya, manusia guru dalam masyarakatnya dari petani lain yang bersifat mandiri dan independen. Sifat mandiri meliputi kemandirian material, kemandirian intelektual dan kemandirian pembinaan (Daniel dkk, 2005). Landasan Teori Tugas pokok penyuluh Profesionalisme PPL berkaitan erat dengan tugas pokok penyuluh pertanian. Tugas pokok penyuluh secara garis besar adalah menyiapkan, melaksanakan, mengembangkan, mengevaluasi dan melaporkan, kegiatan penyuluhan pertanian. Setiap penyuluh harus mampu melaksanakan peran ganda sebagai guru, penganalisa, konsultan dan organisator. Peran penyuluh berkaitan erat dengan tugas pokok penyuluh (Nuryanto, dkk, 2000). Menurut Padmowiharjo (2001) mengatakan Adapun misi dan pesan penyuluh pertanian mencakup : 1. Bertani lebih baik (better farming). 2. Berusahatani lebih menguntungkan (better bussines). 3. Hidup Lebih Sejahtera (better living). 4. Membentuk masyarakat tani yang lebih sejahtera (better Community).

Faktor internal (seperti tingkat pendapatan) maupun faktor eksternal (seperti citra penyuluh sebagai pelaksana) dapat mempengaruhi kemampuan penyuluh secara profesionalis (Nuryanto, dkk, 2000). Penyuluhan diartikan sebagai proses penyebar-luasan informasi, penyebarluasan dalam hal ini merupakan penyebarluasan tentang ilmu pengetahuan, teknologi dan seni yang dihasilkan oleh perguruan tinggi ke dalam praktek atau kegiatan praktis (Mardikanto, 2009 ). Peneliti, tenaga pengajar maupun penyuluh sama-sama merupakan tenaga fungsional yang seharusnya bertanggung jawab pada bidang keahlian dan kemampuan profesionalnya. Pertanggungjawaban penyuluh dalam melaksanakan profesinya akan dinilai oleh petani (Slamet, 2003). Kelompok jabatan fungsional (KJF) mempunyai tugas melakukan kegiatan sesuai dengan fungsional masing-masing berdasarkan peraturan perundang-undangan. Kelompok jabatan fungsional terdiri dari jabatan fungsional ketrampilan. Jabatan fungsional ketrampilan dibagi ke dalam empat (4) jenjang jabatan yaitu jenjang pelaksana pemula (golongan II/a), jenjang pelaksana ( II/b-II/d ), jenjang pelaksana lanjutan (golongan III/a-III/b) dan jenjang penyelia (golongan III/c-III/d). Jabatan fungsional keahlian dibagi ke dalam 4 jenjang jabatan pertama (golongan III/a-III/b ), jenjang muda (golongan III/c-III/d), jenjang madya ( golongan IV/a- IV/e ). Penyuluh memegang jabatan fungsional keahlian disebut Penyuluh Pertanian Ahli (PPA) dengan pendidikan minimal S-1/D-IV. Penyuluh yang memegang jabatan fungsional ketrampilan disebut penyuluh pertanian terampil (PPT) dengan pendidikan minimal sarjana muda/d-iii ( Hamdani, dkk, 1999 ).

Tunjangan operasional/fungsional penyuluh yang tidak dibayarkan atau tidak sebesar sebagaimana seharusnya menyebabkan kurangnya motivasi penyuluh untuk bekerja lebih baik. Besarnya tujuan fungsional seorang penyuluh bergantung pada jabatan fungsional penyuluh. PNS yang berhak mendapatkan tunjangan fungsional penyuluh pertanian adalah PNS yang diangkat dan ditugaskan secara penuh dalam jabatan fungsional penyuluh (Anonimus a, 2012 ). Menurut Siagian (2001) faktor yang mempengaruhi produktivitas tenaga kerja yaitu : 1. Tingkat upah dan gaji ( tingkat pendapatan) 2. Sifat tugas yang dilakukan 3. Kemampuan organisasi dalam memberikan penghargaan yang wajar 4. Iklim kerja yang terdapat dalam organisasi 5. Syarat kerja; kondisi kerja, hubungan kerja dan manajemen organisasi 6. Keselamatan kerja. Di Indonesia pada umumnya penyuluhan pertanian belum dapat dikatakan berhasil hal ini disebabkan antara lain karena jumlah penyuluh masih terlalu sedikit, yaitu hanya sampai pada tingkat desa. Saat ini satu penyuluh lapangan membawahi satu WKPP (Wilayah Kerja Penyuluh Pertanian) yang umumnya meliputi satu desa. Bahkan dibeberapa daerah ada satu penyuluh untuk tiga desa. Berarti satu orang penyuluh akan membina minimal 1000 warga atau paling tidak 800 petani ( Daniel, 2002). Menurut Kepala Badan Pengembangan SDM Pertanian Kementerian Pertanian Ato Suprapto dalam acara raker antara Komisi IV DPR RI dengan Kementerian Pertanian di gedung DPR RI Jakarta mengungkapkan "diharapkan

pada akhir tahun 2014, jumlah desa yang 75.000 tersebut semua sudah memiliki tenaga penyuluh pertanian". Sehingga untuk menambah kekurangan penyuluh, telah diangkat penyuluh bantu atau Tenaga Harian Lepas Tenaga Bantu Penyuluh Pertanian (THL-TBPP) sebanyak 25.000 orang, namun jumlah tersebut ternyata masih kurang sehingga dalam beberapa tahun berikutnya semua yang berjumlah 75.000 desa itu dapat terpenuhi. Sebagai gambaran di Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang sendiri THL-TBPP Deptan memiliki 8 (delapan) personil yang terdiri dari angkatan I, II dan III yang tersebar di beberapa (WKPP) Wilayah Kerja Penyuluh Pertanian ( Harian Analisa, 2010 ). Di Indonesia pada umumnya penyuluhan pertanian belum dapat dikatakan berhasil hal ini disebabkan antara lain karena jumlah penyuluh masih terlalu sedikit yaitu hanya pada tingkat kecamatan yang masing-masing seorang mantra untuk kurang lebih sepuluh ribu orang penduduk tani. Alat-alat penyuluhan dan pengangkutan yang sangat kurang, pendidikan para penyuluh yang kurang memadai, gaji penyuluh yang rendah dan lain-lain lebih menyulitkan lagi pencapaian-pencapaian tujuan penyuluhan tersebut (Mubyarto, 1989). Menurut Mubyarto (1989) penyuluhan dapat dianggap berhasil kalau : 1. Pengetahuan petani mengenai sesuatu yang berguna. 2. Ada penerimaan adopsi petani terhadap hal-hal yang dianjurkan penyuluh. 3. Petani bersedia bekerjasama dengan penyuluh. 4. Petani bersedia memberi suatu balas jasa kepada penyuluh. 5. Penyuluh dapat mengubah sikap petani yang merugikan. 6. Pengetahuan praktis yang ada pada penyuluh bertambah.

Karakteristik Sosial dan Ekonomi 1. Umur Umur pada umumnya sangat berpengaruh terhadap aktivitas sehari-hari. Penggolongan umur produktif kerja berada pada 15-64 tahun (BPS, 2006). Sorenson (1964) menyatakan bahwa terdapat banyak bukti dimana perkembangan mental individu berjalan parallel dengan perkembangan fisik. Oleh sebab itu, dengan bertambahnya usia seseorang maka kemampuannya untuk memahami pengertian-pengertian yang rumit akan meningkat, termasuk dalam mengelola pendapatannya (Suardiman, 2001). 2. Tingkat Pendidikan Apabila tingkat pendidikan formal Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) mayoritas tamatan SPP dibandingkan sarjana, ini sangat berpengaruh terhadap adopsi inovasi. Jika pendidikan penyuluhnya tinggi maka akan proses penyampaian informasi mengenai adopsi inovasi akan lebih baik dan apabila tingkat pendidikan penyuluh rendah maka proses penyampaian informasi akan sulit, namun ada beberapa faktor selain tingkat pendidikan dapat juga mempengaruhi proses adopsi inovasi seperti bidang keahlian dan materi penyuluhan ( Anonimus b, 2012 ). 3. Jumlah tanggungan Tanggungan keluarga merupakan salah satu sumber daya manusia pertanda yang dimiliki oleh petani terutama yang berusia produktif dan ikut membantu dalam usahataninya. Demikian juga halnya dengan penyuluh tanggungan keluarga juga dapat menjadi beban hidup bagi keluarga apabila tidak dapat bekerja (Syafrudin, 2003 ).

4. Lama bekerja Pengalaman menyuluh mempunyai pengaruh signifikan negatif dengan pemahaman terhadap tugas pokok dan fungsi penyuluh ini berarti bahwa semakin lama seseorang menjadi penyuluh belum tentu akan membuat seseorang penyuluh menjadi lebih paham terhadap tugas pokok. Hal ini sejalan dengan penelitian Suhada, 2008 yang menyatakan lama bekerja penyuluh memberi efek positif bagi penyuluh yang masih baru. Sementara kepada penyuluh yang sudah lebih lama bekerja menunjukkan tingkat kepuasan klien yang rendah ( Briawan, dkk, 2008 ). Orang-orang yang lama berada pada suatu pekerjaan akan lebih produktif daripada mereka yang senioritasnya lebih rendah ( Soehardiyono, 1992 ). 5. Frekuensi Kunjungan Penyuluh. Frekuensi kunjungan penyuluh adalah banyaknya atau jumlah kunjungan yang dilakukan oleh seorang penyuluh terhadap kelompok tani binaannya. Semakin banyak kunjungan yang dilakukan oleh penyuluh terhadap kelompok tani binaannya maka akan semakin besar peluang untuk membangkitkan kemauan petani terhadap teknologi baru yang disampaikan atau diberikan oleh penyuluh. Agar pelaksanaan kunjungan berjalan dengan baik, setiap penyuluh diwajibkan untuk mempersiapkan jadwal kunjungan yamg harus disesuaikan dengan jumlah kelompok yang ada dalam satu wilayah kelompok ( Anonimus b, 2012 ). 6. Fasilitas penyuluhan. Salah satu bentuk dukungan yang diberikan oleh organisasi dalam hal ini untuk memperlancar dan mempermudah pelaksanaan tugas penyuluh berdasarkan hasil penelitian yang diberikan oleh pemerintah kepada penyuluh untuk

memperlancar tugasnya berupa kendaraan bermotor, biaya operasional penyuluh dan koran sinar tani ( Briawan, dkk 2008 ). 7. Jarak rumah dengan wilayah kerja. Jarak yang ditempuh oleh penyuluh dari rumah dimana dia tinggal dengan tempat dia bekerja. Dengan adanya fasilitas yang dimiliki seperti kendaraan akan memudahkan penyuluh untuk sampai ke tempat pekerjaaanya (Anonimous, 2012). 8. Tingkat pendapatan Tingkat pendapatan meningkat maka bertambah juga pengeluaran kepala rumah tangga untuk konsumsi dan modal (Tohir, 1991). Menurut Siagian (2001) faktor yang mempengaruhi produktivitas tenaga kerja salah satunya yaitu tingkat upah dan gaji (tingkat pendapatan). Kerangka Pemikiran Untuk meningkatkan kualitas dan profesionalisme dari penyuluh perlu diadakan motivasi dan etos kerja, perlu dilaksanakan semacam penyegaran terhadap tenaga penyuluh yaitu mungkin dengan memberikan pelatihan ataupun sertifikasi seperti halnya dengan petani. Dalam mendukung keberhasilan penyuluhan maka penyuluh tersebut harus melaksanakan program penyuluh pertanian yang akan dikerjakan yaitu : 1. Sistem pertanaman legowo 4:1 2. P2BN ( Peningkatan Produksi Beras Nasional) 3. Pembentukan Gapoktan 4. Sekolah Lapang Pengelolaan Terpadu. 5. Pemanfaatan pupuk organik.

Dimana penyuluh pertanian memiliki karakteristik yaitu : 1. Umur 2. Tingkat pendidikan 3. Lama bekerja 4. Frekuensi kunjungan 5. Jarak rumah dengan wilayah kerja 6. Jumlah tanggungan 7. Fasilitas yang diperoleh 8. Tingkat pendapatan Karakteristik penyuluh pertanian dapat mempengaruhi keberhasilan program penyuluhan. Keberhasilan program penyuluhan dapat dikategorikan berdasarkan : 1. Ketika program penyuluhan dilakukan PPL dengan aktif dan petani mengadopsi teknologi mencapai 50 % maka tin gkat keberhasilan tinggi. 2. Ketika program penyuluhan dilakukan PPL secara aktif dan petani mengadopsi teknologi mencapai > 25 % maka tingkat keberhasilan sedang. 3. Ketika program penyuluhan dilakukan PPL dengan aktif dan petani mengadopsi teknologi 25% maka tingkat keberhasilan rendah. Karakteristik tersebut dapat kita lihat dalam kerangka pemikiran dibawah ini.

Skema Kerangka Pemikiran Skema Program kerangka penyuluhan pemikiran pertanian Penyuluh Pertanian Lapangan Karakteristik PPL : 1. Umur 2. Tingkat pendidikan 3. Lama bekerja 4. Frekuensi kunjungan 5. Jarak rumah dengan wilayah kerja 6. Jumlah Tanggungan 7. Tingkat pendapatan 8. Fasilitas yang diperoleh Program penyuluhan di BPP Medan krio : 1. Sistem pertanaman legowo 4:1 2. P2BN(Peningkatan Produksi beras nasional) 3. Pembentukan Gapoktan 4. Sekolah Lapang Pengelolaan Terpadu. 5. Pemanfaatan pupuk organik Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran Tingkat keberhasilan Pengaruh Karakteristik PPL programp penyuluhan Terhadap pertanian Keberhasilan Program penyuluhan. Keterangan : Mempengaruhi. Tinggi Sedang Rendah Ket : Gambar 1. Skema kerangka pemikiran pengaruh karakteristik PPL terhadap keberhasilan program penyuluhan Mempengaruhi