BAB I. PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1 diakses 26 februari 2016, Pukul WIB.

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan untuk memiliki tempat tinggal yaitu rumah sebagai unit hunian tunggal

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Ruang Kota dan Perkembangannya

BAB I PENDAHULUAN. pusat kota, terutama kawasan bantaran sungai di tengah kota. Status kepemilikan

BAB I PENDAHULUAN. Taman Sekartaji merupakan salah satu taman kota bantaran sungai di

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Yogyakarta Urban Kampung

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Pendahuluan 1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB 6 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I. PENDAHULUAN. permasalahan penelitian, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, keaslian penelitian dan Latar Belakang Penelitian

Evaluasi Tingkat Kenyamanan Penghuni Pasca Perubahan Fungsi Taman Parang Kusumo Semarang

BAB I PENDAHULUAN. khas daerah.suasana damai, tentram, nyaman dan ramah dapat dirasakan di daerah

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk yang berlangsung dengan pesat telah. menimbulkan dampak terhadap berbagai aspek kehidupan bangsa terutama di

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN Kampung Ngampilan RW I Kelurahan Ngampilan Kecamatan Ngampilan di

BAB I PENDAHULUAN. perlunya perumahan dan pemukiman telah diarahkan pula oleh Undang-undang Republik

BAB 5 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

AR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 1 PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ANALISIS POLA TATA RUANG TERBUKA TEPIAN SUNGAI WINONGO DI KAMPUNG BUDAYA BANGUNREJO

BAGIAN 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Persoalan Perancangan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

lib.archiplan.ugm.ac.id

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN TA Latar Belakang PENATAAN KAWASAN PERMUKIMAN SUNGAI GAJAH WONG DI YOGYAKARTA

BAB I: PENDAHULUAN Latarbelakang.

3.3 KONSEP PENATAAN KAWASAN PRIORITAS

PEREMAJAAN PEMUKIMAN RW 05 KELURAHAN KARET TENGSIN JAKARTA PUSAT MENJADI RUMAH SUSUN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Penerapan Metode Consensus Design pada Penataan Kembali Sirkulasi Kampung Kota di Kampung Luar Batang, Jakarta Utara

PENINGKATAN KUALITAS LINGKUNGAN PERKOTAAN MELALUI PENGEMBANGAN RUANG TERBUKA HIJAU TERINTEGRASI IPAL KOMUNAL

Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Latar Belakang Formal Latar Belakang Material

AR 40Z0 Laporan Tugas Akhir Rusunami Kelurahan Lebak Siliwangi Bandung BAB 5 HASIL PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kota-kota besar di negara-negara berkembang umumnya mengalami laju

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan kota baik dari skala mikro maupun makro (Dwihatmojo)

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

INSENTIF PENINGKATAN KEMAMPUAN PENELITI DAN PEREKAYASA KEMENTERIAN RISET DAN TEKNOLOGI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sejak tahun 2000 persentase penduduk kota di Negara Dunia Ketiga telah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

RENCANA PENATAAN LANSKAP PEMUKIMAN TRADISIONAL

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Oleh karena itu,bukan suatu pandangan yang aneh bila kota kota besar di

DAFTAR ISI. Abstrak... Prakata... Daftar Isi... Daftar Gambar... Daftar Tabel... Daftar Lampiran... Daftar Pustaka...

BAGIAN 1 PENDAHULUAN. 1.2 Latar Belakang Permasalahan Perancangan

KONSEP dan TEKNIK PENYAJIAN GAMBAR PADA PROYEK ARSITEKTUR KOTA (URBAN DESIGN)

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki banyak sungai,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan adalah upaya memajukan, memperbaiki tatanan, meningkatkan

TUJUAN DAN KEBIJAKAN. 7.1 Program Pembangunan Permukiman Infrastruktur Permukiman Perkotaan Skala Kota. No KOMPONEN STRATEGI PROGRAM

Hubungan Karakteristik Penduduk dengan Pemilihan Ruang Publik di Kampung Luar Batang, Jakarta Utara

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Status negara berkembang dengan kesejahteraan materials tingkat rendah

BAB II STEP BY STEP, UNDERSTANDING THE WHOLE PICTURE

BAB I PENDAHULUAN. laju pertumbuhan penduduk yang pesat sebagai akibat dari faktor-faktor

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN. prasarana lingkungan di kawasan Kelurahan Tegalpanggung Kota Yogyakarta ini

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PENGARUH PEMBANGUNAN KAMPUNG PERKOTAAN TERHADAP KONDISI FISIK LINGKUNGAN PERMUKIMAN DAN KONDISI SOSIAL EKONOMI MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ARAHAN PENATAAN KAWASAN TEPIAN SUNGAI KANDILO KOTA TANAH GROGOT KABUPATEN PASIR PROPINSI KALIMANTAN TIMUR TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG Hubungan antara kota dengan kawasan tepi air telah terjalin sejak awal peradaban manusia.

BAB I PENDAHULUAN. pemakaian energi karena sumbernya telah menipis. Krisis lingkungan sangat mempengaruhi disiplin arsitektur di setiap

Persepsi Masyarakat terhadap Permukiman Bantaran Sungai

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Perkembangan fisik yang paling kelihatan adalah perubahan penggunaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dilakukannya penelitian ini terkait dengan permasalahan-permasalahan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dibahas dalam tesis ini. 1 Subkawasan Arjuna pada RTRW kota Bandung tahun merupakan kawasan Arjuna

Sustainable Waterfront Develepmont sebagai Strategi Penataan Kembali Kawasan Bantaran Sungai

UNIVERSITAS DIPONEGORO PENATAAN KAWASAN PERMUKIMAN SUNGAI GAJAH WONG TUGAS AKHIR DINITYA LAKSITHA PUTRI L2B

BAB I PENDAHULUAN. selain itu juga merupakan salah satu tujuan masyarakat di berbagai wilayah di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. tanah tidak lagi mengandalkan kepada tanah-tanah yang luas tetapi

I. PENDAHULUAN. heterogen serta coraknya yang materialistis (Bintarto,1983:27). Kota akan selalu

BAB I PENDAHULUAN. Pendapatan yang rendah, terbatasnya sumber daya, khususnya dana, kualitas dan

HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERSEMBAHAN ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR PETA DAFTAR LAMPIRAN

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. kepada karakter kegiatannya, lokasi dan proses pembentuknya.carr dkk membagi

Belakang Latar. yaitu. Kota. yang. dan dekat

PEDOMAN PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN (Permen PU 06/2007)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

RANCANGAN PERDA KUMUH KOTA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Kebutuhan Perumahan bagi Penduduk Jakarta

BAB I SHARPEN YOUR POINT OF VIEW. Pelaksanaan PA6 ini dimulai dari tema besar arsitektur muka air, Riverfront

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Oleh : Kasubdit Wilayah II Direktorat Penataan Bangunan dan LIngkungan. Disampaikan dalam Workshop Persiapan Penanganan Kumuh PNPM Mandiri Perkotaan

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan penduduk kota Yogyakarta berdasarkan BPS Propinsi UKDW

BAB 1 PENDAHULUAN Fungsi Ruang terbuka Publik (RTHP) dan Taman Kota

I. PENDAHULUAN. Jakarta merupakan ibukota Negara Indonesia dan pusat pemerintahan,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Judul

BAB I PENDAHULUAN. Lingkungan permukiman merupakan bagian dari lingkungan binaan merupakan bagian

BAB 1 PENDAHULUAN. perkembangan kawasan kawasan permukiman kumuh. Pada kota kota yang

STUDI TINGKAT PEMANFAATAN FASILITAS KOTA DI KOTA BARU BUMI SERPONG DAMAI TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

Transkripsi:

BAB I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang I.1.1. Pertumbuhan Kawasan Kota dan Permasalahannya Kawasan perkotaan di Indonesia dewasa ini cenderung mengalami permasalahan yang tipikal, yaitu tingginya tingkat pertumbuhan penduduk terutama akibat arus urbanisasi sehingga menyebabkan pengelolaan ruang kota semakin berat. Jumlah penduduk perkotaan yang terus meningkat dari waktu ke waktu tersebut akan memberikan implikasi pada tingginya tekanan terhadap pemanfaatan ruang kota. Selain itu daya dukung lingkungan dan sosial yang ada juga menurun, sehingga tidak dapat mengimbangi kebutuhan akibat tekanan kependudukan.permasalahan lainnya berkaitan dengan tingginya tingkat konversi lahan, terutama lahan yang seharusnya dilindungi agar tetap hijau menjadi daerah terbangun, yang menimbulkan dampak terhadap rendahnya kualitas lingkungan perkotaan. Lemahnya penegakan hukum dan penyadaran masyarakat terhadap aspek penataan ruang juga merupakan masalah, seperti misalnya munculnya permukiman kumuh di bantaran sungai dan terjadinya kemacetan akibat terbaurnya lalu lintas regional dan lokal sebagai implikasi pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan peruntukkannya (Dirjen Dept. PU, 2007). I.1.2. Pertumbuhan Permukiman di Kawasan Kota Satu bidang dimana selalu ada kekurangan baik di negara maju maupun berkembang yang diakibatkan tekanan penduduk ialah bidang perumahan dan permukiman. Sebagian besar permintaan akan perumahan berasal dari berjuta-juta 1

migran luar kota yang datang berbondong-bondong. (Menkimpraswil, 2002). Kondisi tersebut menimbulkan permasalahan lingkungan, khususnya pusat kota (inner-city) dimana akan tercipta kawasan dan lingkungan kumuh (sick districts and neighborhoods) yang dapat diindikasikan dengan munculnya permukiman kumuh dan liar (slum and squatters), kematian dan kerusakan kawasan bersejarah, kesemrawutan dan kemacetan lalulintas (traffic congestion), kerusakan kawasan tepian air, bantaran sungai dan tepian laut, kekacauan ruang-ruang publik (public domain,public space,public easement), lingkungan pedestrian, isi dan arti komunitas, ketidaksinambungan ekologi kota serta ketidakseragaman morfologi dan tipologi kota (Soesilowati, 2007). I.1.3. Pertumbuhan Permukiman Kota di Bantaran Tepi Sungai Daerah bantaran sungai merupakan lahan milik negara yang seringkali pemanfaatannya tidak sesuai dengan peraturan yang ada yangmana pada kawasan perkotaan seringkali telah tumbuh menjadi permukiman yang relatif padat. Maksimalisasi penggunaan lahan hingga bantaran sungai tersebut tidak hanya menurunkan kualitas lingkungan, namun dapat membahayakan kehidupan manusia yang menempati lahan tersebut.terciptanya kekumuhan juga menjadi kecenderungan permukiman padat tepi sungai karena perilaku masyarakat yang menjadikan sungai sebagai buangan limbah dan sampah. 2

I.1.4. Penyediaan Ruang Publik sebagai Penataan Bantaran Sungai Guna menyiasati kondisi tersebut, pengembalian fungsi dan penggubahan bantaran sungai menjadi ruang publik merupakan strategi yang dapat memberikan beberapa keuntungan sekaligus yaitu mengembalikan fungsi ekologis, meningkatkan nilai ekonomi dan sosial.banyak studi atau penelitian yang menyatakan bahwa penyediaan ruang publik terbukti telah meningkatkan nilai kawasan.namun penerapannya dapat berbeda terutama terkait dengan lokasi, jenis, serta prioritas peruntukannya, yang dapat mempengaruhi kualitas suatu ruang publik. I.2. Rumusan Masalah dan Pertanyaan Penelitian Penataan ruang kawasan perkotaan perlu mendapat perhatian yang khusus, terutama yang terkait dengan penyediaan kawasan hunian, fasilitas umum dan sosial serta ruang-ruang terbuka publik di perkotaan (Dirjen Dept. PU, 2007). Penyediaan ruang publik di kawasan permukiman tepi bantaran sungai merupakan strategi untuk mengembalikan kualitas lingkungan maupun sosial dan diharapkan mampu meningkatkan nilai ekonomis bagi kawasan yang berdampak positif terhadap masyarakat. Karangwaru Riverside Sae Saestu (KRSS) merupakan ruang publik yang dibangun di bantaran sungai Kali Buntung pada kawasan permukiman kota. KRSS dibangun melalui Program Penataan Lingkungan Permukiman Berbasis Komunitas (PLPBK), dengan penataan bantaran sungai Kali Buntung menjadi prioritas utama. Proyek pembangunan KRSS telah dilaksanakan pada akhir tahun 2011 dan selesai pada akhir tahun 2012, dengan prioritas segmen bantaran sungai 3

Kali Buntung di wilayah Kecamatan Tegalrejo pada Kelurahan Karangwaru Lor dan Blunyahrejo. Karangwaru Riverside Sae Saestu (KRSS) dibangun untuk revitalisasi bantaran sungai Kali Buntung dengan tujuan utama untuk mengembalikan fungsi ekologis sungai yang telah berubah fungsi akibat pembangunan dan kegiatan permukiman di sekitarnya. Penyediaan ruang publik digunakan sebagai cara agar penataan lingkungan tidak hanya mengembalikan fungsi ekologis, namun juga memberi dampak sosial bahkan ekonomi bagi warga sekitar, sehingga warga merasa bertanggungjawab dan turut memelihara keberlangsungannya. Perubahan tatanan fisik erat kaitannya dengan perubahan pola aktivitas. Tatanan fisik yang berbeda akan memicu perilaku yang berbeda karena hubungan timbal balik antara pola perilaku dengan milleu pada kawasan (Lang, 1994, dalam Sunaryo, 2004). Meskipun memiliki gubahan arsitektural yang indah dan menarik, suatu ruang publik belum tentu memiliki kemampuan dan peran untuk dapat dimanfaatkan oleh pengguna karena beberapa pertimbangan pengguna terkait lokasi, kebutuhan, keinginan, bahkan kebiasaan pengguna. Ditinjau dari kemanfaatan, maka kualitas ruang publik tidak hanya dinilai berdasarkan intensitas pengguna namun juga keragaman pemanfaatan yang dapat diwadahinya. Tatanan dan kelengkapan ruang KRSS sebagai hasil rancangan ruang publik, berpotensi mewadahi pemanfaatan melalui aktivitas yang beragam. Penelitian ini menekankan pada keterkaitan antara rancangan ruang publik tepi sungai di kawasan permukiman kota yang telah terbangun terhadap pemanfaatannya. 4

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah tersebut, maka disusun pertanyaan-pertanyaan penelitian antara lain sebagai berikut: 1. Bagaimana tipologi dan fungsi KRSS sebagai ruang terbuka publik tepi sungai? 2. Bagaimanapola pemanfaatan KRSS sebagai ruang publik tepi sungai? 3. Bagaimana hubungan konfigurasi KRSS sebagai ruang publik tepi sungai dengan pemanfaatannya? I.3. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan permasalahan yang telah ditentukan, maka penelitian ini bertujuan untuk: 1. Mengidentifikasi tipologi dan fungsi KRSS sebagai ruang publik; 2. Mendeskripsikan pola pemanfaatan KRSS sebagai ruang publik; dan 3. Menilai hubungan konfigurasi KRSS dengan pemanfaatannya. I.4. Manfaat Penelitian Penelitian ini lebih menekankan pada penilaian (evaluasi) terhadap gubahan ruang publik, demikian penelitian ini diharapkan akan bermanfaat bagi pihak pengambil kebijakan serta perencana dan perancang ruang suatu kawasan baik skala permukiman maupun kota. Bagi kalangan akademisi, penelitian ini dapat menjadi referensi ilmiah terutama yang terkait dengan penataan suatu kawasan permukiman kota dan penyediaan ruang publik. Bagi masyarakat umum, penelitian ini dapat berfungsi sebagai informasi, referensi untuk advokasi dan partisipasi. 5

I.5. Keaslian Penelitian Penelitian tentang ruang publik dalam kaitannya dengan kawasan permukiman tepi sungai relatif belum terlalu banyak dilakukan. Terkait dengan penelitian ini beberapa penelitian digunakan sebagai pembanding ataupun penyanding, karena memberikan beberapa temuan dan analisis. Untuk lebih mempertegas keaslian penelitian ini, maka beberapa penelitian berikut disandingkan dan dibandingkan utamanya berdasarkan lokus (wilayah amatan) dan metode penelitian yang digunakan. Beberapa penelitian tentang ruang publik, utamanya dalam kaitan dengan kawasan permukiman kota dan tepi sungai tersebut dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1: Beberapa Penelitian Tentang Ruang Publik Tepi Sungai yang pernah Dilakukan No Nama (tahun) Judul Lokus Pendekatan Penelitian 1 Isabella, Maharani (2013) Kuantitatif, Space Syntax 2 Pramudito, Sidhi (2013) 3 Yudhanta, Widhi Cahya (2011) Interkonektivitas Ruang Publik sebagai Peningkat Kualitas Kawasan pemukiman tepian Sungai gajah wong,menggunakan space syntax Optimalisasi Livabilitas Ruang Terbuka Publik pada Bantaran Sungai Winongo di Kampung Bangunrejo, Kelurahan Kricak, Yogyakarta Hubungan Konfigurasi Ruang dan Aksesibilitas Jalan Kampung Sebagai Ruang Publik Di Kawasan Kampung Jogoyudan, Kali Code Menggunakan Space Syntax (Sumber: Pengumpulan Referensi Penulis, 2013) Kawasan Sungai Gajah Wong, D.I Yogyakarta Bantaran Sungai Winongo di Kampung Bangunrejo, Kelurahan Kricak, Yogyakarta Kawasan Kampung Jogoyudan, Kali Code, Yogyakarta Kuantitatif, Space Syntax Kuantitatif, Space Syntax 6

Penelitian Pramudito (2013) tentang ruang terbuka publik pada bantaran sungai Winongo mengangkat tentang karakter dan kualitas fisik ruang terbuka untuk pemanfaatan yang optimal. Hasil penelitian Pramuditho (2013) menunjukkan bahwa optimalisasi livabilitas ruang publik dapat dipengaruhi oleh bentuk ruang serta keterhubungan antar ruang terbuka. Selain itu, aspek fungsi, persepsi, dan kultur masyarakat akan mempengaruhi nilai performa ruang. Dengan demikian, penelitian tersebut memberikan rekomendasi tentang pentingnya keseimbangan antara faktor fisik dan non fisik. Yudhanta (2011) dalam penelitiannya tentang pemanfaatan jalan kampung sebagai ruang publik, dengan studi kasus Kawasan Kampung Jogoyudan Kalicode, memberikan temuan bahwa berdasarkan penandaan terhadap waktu kegiatan, maka pemanfaatan ruang publik di kawasan tersebut cenderung didominasi oleh aktivitas pasif, dibanding aktivitas aktif. Aktivitas aktif lebih banyak terjadi pada siang hingga sore hari.ruang-ruang jalan yang dimanfaatkan sebagai aktivitas pasif, yakni mengobrol dan memasak, cenderung terjadi pada ruang-ruang jalan, baik jalan rukunan maupun jalan inspeksi.sementara itu, aktivitas aktif sebagaimana bermain cenderung terjadi pada ruang terbuka dengan dimensi relatif lebar sebagaimana halaman masjid dan lapangan kampung dengan jenis aktivitas bermain. Sementara itu, penelitian Isabela (2012) tentang pemanfaatan ruang-ruang jalan tepian sungai, dengan studi kasus pada tepian Sungai Gajah Wong, dapat ditandai bahwa aktivitas aktif yang melibatkan banyak orang terjadi pada ruang terbuka yang berjenis lapang (square) sebagaimana lapangan, dengan jenis kegiatan bermain oleh anak-anak. Aktivitas pasif, 7

sebagaimana duduk, berbincang, memasak, dapat terjadi pada ruang-ruang jalan rukunan, ataupun gubahan ruang yang memungkinkan untuk berkumpul sebagaimana pos kamling.baik aktivitas aktif maupun pasif dapat ditandai pada hampir sepanjang waktu, dari pagi hingga sore hari, dengan puncak pada sore hari. Hasil penelitian Yudhanta (2011) maupun Isabela (2013) tersebut menggambarkan adanya kebutuhan masyarakat terhadap ruang untuk beraktivitas sosial ataupun bersifat rekreatif, baik dengan mengoptimalkan maupun melakukan penyesuaian fungsi terhadap ruang-ruang terbuka yang tersedia secara organik (sebagaimana lapangan, pekarangan, jalan rukunan) ataupun buatan (sebagaimana pos kamling dan teras masjid). Terkait dengan pemanfaatan ruang jalan dalam kaitannya dengan konfigurasi ruang, baik Yudhanta (2011) maupun Isabela (2013) menyatakan bahwa ruang jalan dengan pola jalan linier dan menerus memiliki integrasi dan visibilitas kuat, sementara jalan yang memiliki pola linier dan berliku mempunyai integrasi dan visibilitas yang lemah. Terakhir, Yudhanta (2011) dan Isabela (2013) lalu memberi kesimpulan pada penelitiannya bahwa terdapat hubungan yang kuat antara konfigurasi dan aksesibilitas dengan pemanfaatan ruang sebagai tempat aktivitas kampung (publik). juga menegaskan bahwa nilai integrasi sebuah ruang selalu berbanding lurus dengan nilai visibilitas, sehingga memacu sebuah ruang jalan sebagai tempat aktivitas. 8

Berdasarkan penelitian-penelitan sebelumnya tersebut, maka penelitian ini utamanya berbeda dari segi : 1) Lokus, yakni dengan batasan amatan yang lebih meso dan mikro pada kawasan Kali Buntung (bagian dari Sungai Winongo), D.I Yogyakarta, 2) Pendekatan penelitian yakni menggunakan metode campuran (kualitatif dan kuantitatif) dengan strategi Ekspolatoris Sekuensial. I.6. Batasan Penelitian Penelitian ini memiliki batasan-batasan sebagai berikut: 1. Kebutuhan dan kepentingan, yakni bahwa penelitian ini dilakukan dalam rangka memenuhi kepentingan akademik peneliti; 2. Lingkup atau ranah, yakni bahwa penelitian ini dalam lingkup atau ranah utamanya arsitektur, lingkungan terbina, perencanaan dan perancangan urban; 3. Teknis, yakni bahwa penelitian ini memiliki batasan terkait dengan metode, waktu, dan alat penelitian; dan 4. Istilah, yakni beberapa istilah akan didefinisikan berdasarkan perspektif teori pada Bab III Metode Penelitian. 9