BAB I PENDAHULUAN. kehidupan yang layak.pada umumnya mereka belum tersentuh oleh megahnya

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. yang ada di dunia ini khususnya di negara berkembang. Sekitar 1,29 milyar penduduk dunia

BAB I PENDAHULUAN. terhadap barang dan jasa, kesehatan, geografis, gender, dan kondisi lingkungan.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, sehingga menjadi suatu fokus perhatian bagi pemerintah Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan pengangguran yang tinggi, keterbelakangan dan ketidak

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perkembangan kota-kota besar di Indonesia memacu pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pembangunan dalam bidang ketenagakerjaan merupakan bagian dari usaha

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan dan pengangguran menjadi masalah yang penting saat ini di

BAB I PENDAHULUAN. dibahas karena tidak hanya menyangkut kehidupan seseorang, tetapi akan

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan derap laju pembangunan. Berbagai permasalahan tersebut antara lain

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang di dunia yang masih

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia upaya kepedulian terhadap persoalan kemiskinan sudah. Orde Baru, maupun pada masa pemerintahan di era Reformasi.

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan salah satu masalah sosial yang amat serius. Kemiskinan

BAB I PENDAHULUAN. sosial yang eksis hampir di semua masyarakat. Terdapat berbagai masalah sosial

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan serta penanganan ketimpangan pendapatan. dunia. Bahkan dari delapan butir Millenium Development Goals (MDGs) yang

BAB I PENDAHULUAN. namun masih banyak terjadi ketimpangan-ketimpangan secara sosial ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia telah merdeka hampir mencapai 69 tahun, tetapi masalah

BAB I PENDAHULUAN. pun manusia dan bangsa di dunia ini yang tidak membutuhkan kehidupan yang sedang

BAB I PENDAHULUAN. multidimensional, yang dapat ditandai dengan keberadaan pengangguran,

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan menjadi suatu permasalahan dalam pembangunan ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. panti tidak terdaftar yang mengasuh sampai setengah juta anak. Pemerintah

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat sebagai terjemahan istilah society merupakan sekelompok

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya seperti Indonesia. Kemiskinan seharusnya menjadi masalah

BAB I PENDAHULUAN. Persoalan kemiskinan telah menjadi masalah yang sangat sulit untuk

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Demikian juga halnya dengan kemiskinan, dimana kemiskinan

BAB I PENDAHULUAN. Anak adalah makhluk sosial seperti juga orang dewasa. Anak. membutuhkan orang lain untuk dapat membantu mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. harapan hidup penduduknya (life expectancy). Indonesia sebagai salah satu negara

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan secara formal dilakukan, memiliki sistem yang kompleks dan dinamis.

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan mampu memikul beban tugas dan tanggung jawab serta berpartisipasi

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan sektor yang mempunyai peranan strategis dalam

BAB I PENDAHULUAN. publik terhadap kehidupan anak anak semakin meningkat. Semakin tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. dan pelanjut masa depan bangsa. Secara real, situasi anak Indonesia masih dan terus

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan dengan meluncurkan program-program pemberdayaan. Sejak periode

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan menghambat tercapainya demokrasi, keadilan dan persatuan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang Kesejahteraan

BAB I PENDAHULUAN. petani identik dengan kehidupan pedesaan. Sebagian besar petani yang ada di

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan-pelayanan sosial personal yang tergolong sebagai pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kemiskinan merupakan hal klasik yang belum tuntas terselesaikan terutama

BAB I PENDAHULUAN. Selain itu melengkapi individu dengan self understanding, pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. terutama sejak terjadinya krisis ekonomi dan moneter pada tahun 1997.

BAB I PENDAHULUAN. terakhir. Pertumbuhan Indonesia hanya mencapai 5,8% pada tahun 2013 dan turun

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan tersebut membuat mereka jatuh kejurang kemiskinan.

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai individu yang berada pada rentang usia tahun (Kemenkes RI, 2014).

I. PENDAHULUAN. Sudah enam puluh sembilan tahun Indonesia merdeka, telah banyak tindakantindakan

BAB I. PENDAHULUAN A.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. adalah lingkungan pertama yang dimiliki seorang anak untuk mendapatkan pengasuhan,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Lanjut usia yang lazim disingkat, Lansia adalah warga negara Indonesia

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. perannya yang signifikan dalam mencapai kemajuan di berbagai bidang

PELAYANAN SOSIAL TERHADAP BALITA TERLANTAR DI UPT PELAYANAN SOSIAL ASUHAN BALITA SIDOARJO DINAS SOSIAL PROVINSI JAWA TIMUR

BAB I PENDAHULUAN. Pada konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Milenium Perserikatan Bangsa-Bangsa

BAB I PENDAHULUAN. tugas dan tanggung jawab untuk kelestarian kehidupan bangsa dan negara. Maka

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia menjadi masalah yang berkepanjangan.kemiskinan tidak dipahami

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan masalah yang bersifat kompleks dan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan prasyarat utama untuk memperbaiki derajat kesejahteraan rakyat.

BAB I PENDAHULUAN. Istilah gelandangan berasal dari kata nggelandang yang artinya selalu

BAB I PENDAHULUAN. sejarah ekonomi dan selalu menarik untuk dibicarakan. Pengangguran adalah

BAB I PENDAHULUAN. negara karena dari sanalah kecerdasan dan kemampuan bahkan watak bangsa di masa

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Pembangunan adalah kenyataan fisik sekaligus keadaan mental (state

BAB I PENDAHULUAN. kepulauan (archipelago state) terbesar di dunia dimana dua pertiga wilayahnya

BAB I PENDAHULUAN. merupakan fenomena yang tidak asing lagi di dalam kehidupan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan pokok bagi sebagian besar penduduk

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menyelenggarakan upaya kesehatan yang bersifat penyembuhan dan pemulihan

BAB I PENDAHULUAN. kelak menjadi motor penggerak bagi kehidupan bermasyarakat, dan bernegara demi

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Karena

BAB I PENDAHULUAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAEAH KOTA BINJAI TAHUN LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. nasional dimana keadaan ekonominya mula-mula relatif statis selama jangka

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PUBLIK DALAM PENANGANAN KEMISKINAN

KEMISKINAN KEMISKINAN DAN KESEHATAN MELIMPAHNYA PENDUDUK USIA PRODUKTIF TAHUN DAN LANSIA DI INDONESIA

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan kesehatan di Indonesia saat ini diarahkan untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan suatu kondisi bukan hanya hidup dalam

I. PENDAHULUAN. Indonesia telah mencapai 240 juta jiwa (BPS, 2011). Hal ini merupakan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. (Pemekaran setelah Undang-Undang Otonomi Khusus) yang secara resmi

Jawab Permasalahan Ekonomi, GNI Gelar Training Riset Potensi Sumberdaya Usaha

BAB I PENDAHULUAN. meliputi kebutuhan makan maupun non makan. Bagi Indonesia, kemiskinan sudah sejak lama menjadi persoalan

BAB I PENDAHULUAN. menghendaki berbagai penyelenggaraan pendidikan dengan program-program

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kemiskinan yang dihadapi negara yang berkembang memang sangat

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 01 TAHUN 2010 T E N T A N G PENYELENGGARAAN KESEJAHTERAAN SOSIAL BAGI PENYANDANG MASALAH KESEJAHTERAAN SOSIAL

BAB I PENDAHULUAN. modern pada masa kini mereka tidak menikmati fasilitas pendidikan pelayanan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar belakang Dampak dari krisis moneter yang terjadi pada tahun 1997 adalah pertumbuhan ekonomi Indonesia menurun drastis.

BAB I PENDAHULUAN. upaya telah dilakukan oleh pemerintah untuk mengetaskan kemiskinan, tetapi hingga

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan sasaran Milenium Development Goals (MDGs) telah menunjukkan menjadi 23 per 1000 kelahiran hidup (BAPPENAS, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. pencatatan sipil sebagai sub-sub sistem pilar administrasi kependudukan harus

Menganalisis lebih jauh jumlah angka BPS

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Dalam pertumbuhannya, anak memerlukan perlindungan, kasih sayang

PENGARUH PROGRAM PENGUATAN KELUARGA TERHADAP KESEJAHTERAAN SOSIAL WARGA BINAAN YAYASAN SOS DESA TARUNA MEDAN DI DESA TANJUNG ANOM

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Banyak permasalahan-permasalahan sosial yang terjadi di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Panti Sosial Bina Remaja sebagai salah satu Panti Sosial dari Unit Pelaksana

BAB I PENDAHULUAN. menetapkan stabilitas di bidang ekonomi yang sehat dan dinamis, pemeliharaan di bidang ekonomi akan tercipta melalui pencapaian

2014 PELAKSANAAN PROGRAM PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP DALAM UPAYA PENINGKATAN PENDAPATAN MASYARAKAT.

PENDAHULUAN. Indonesia, tercapainya kecukupan produksi beras nasional sangat penting

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan yang tengah dihadapi oleh dunia adalah kemiskinan.

Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/ Badan Perencanaan Pembangunan Nasional

I. PENDAHULUAN. yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia. sebagaimana dimaksud dalam Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Keluarga merupakan sebuah kelompok primer yang paling penting dalam

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Masalah Kondisi kehidupan masyarakat Indonesia khususnya yang tinggal di desadesa terpencil sampai saat ini masih belum dapat dikatakan memiliki kondisi kehidupan yang layak.pada umumnya mereka belum tersentuh oleh megahnya pembangunan sarana dan prasarana yang layak dan tertinggal dalam akses informasi tegnologi dan komunikasi. Kondisi daerah mereka yang sulit dijangkau oleh alat transportasi membuat mereka diabaikan dalam hal pengembangan sosial, budaya, politik dan ekonomi. Hal tersebut merupakan hal yang kompleks karena menyangkut berbagai macam aspek dalam kehidupan, seperti hak untuk terpenuhinya pangan, pendidikan, kesehatan, pekerjaan, dan sebagainya.mereka memiliki kualitas hidup yang rendah sebagai akibat dari terbatasnya segala akses, terbatasnya kecukupan mutu pangan, terbatasnya mutu layanan pendidikan, serta rendahnya mutu layanan kesehatan.selain itu, masyarakat juga belum memahami pentingnya hal-hal tersebut karena sudah menjadi kebiasaan dalam kehidupan mereka. Potret kehidupan masyarakat Indonesia terlihat dari data penduduk miskin yang telah dicatat oleh BPS (Badan Pusat Statistik) berikut ini, pada bulan Maret 2013, jumlah penduduk miskin (penduduk dengan pengeluaran per kapita per bulan di bawah garis kemiskinan) mencapai 28,07 juta orang (11,37%), berkurang sebesar 0,52 juta orang dibandingkan dengan penduduk miskin pada September 2012 yaitu sebesar 28,59 juta orang (11,66%). Selama periode September 2012-

Maret 2013, jumlah penduduk miskin di perkotaan berkurang hingga 0,18 juta orang (dari 10,51 juta orang pada September 2012 menjadi 10,33 juta orang pada Maret 2013). Sementara di daerah perdesaan berkurang 0,35 juta orang yaitu dari 18,09 juta orang pada September 2012 menjadi 17,74 juta orang pada Maret 2013. Namun pada September 2013, BPS mencatat kembali jumlah penduduk miskin di Indonesia mencapai 28,55 juta orang (11,47%) atau meningkat 0,48 juta orang dibandingkan dengan jumlah penduduk miskin pada Maret 2013 yang tercatat 28,07 juta orang (11,37%). Perinciannya, jumlah penduduk miskin di perkotaan naik sebanyak 0,30 juta orang dari 10,33 juta orang pada Maret 2013 menjadi 10,63 juta orang pada September 2013. Dan di daerah perdesaan naik sebanyak 0,18 juta orang dari 17,74 juta orang pada Maret 2013 menjadi 17,92 juta orang pada September 2013. Selama periode Maret-September 2013, persentase penduduk miskin di daerah perkotaan naik menjadi 8,52% dan di daerah perdesaan menjadi 14,42% pada September 2013 (http://www.bps.go.id/?news=1023 diakses pada tanggal 27 Februari 2014 pukul 15.50 WIB). Terdapat beberapa faktor penyebab peningkatan jumlah dan persentase penduduk miskin di Indonesia periode Maret-September 2013. Kepala BPS, Suryamin, dalam sebuah konferensi pers di Jakarta mengatakan bahwa hal tersebut terjadi pertama karena selama periode Maret-September 2013 terjadi inflasi sekitar 5,02% yang disebabkan oleh kenaikan harga BBM (Bahan Bakar Minyak) yang dieksekusi pada Juni 2013. Kedua, secara nasional, rata-rata harga beras mengalami peningkatan dari Rp. 10.748 per kg pada Maret 2013 menjadi Rp. 10.969 per kg pada September 2013. Ketiga, harga eceran beberapa

komoditas bahan pokok mengalami kenaikan yang signifikan. Terakhir, Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Indonesia pada Agustus 2013 mencapai 6,25%, mengalami peningkatan dibandingkan TPT pada Februari 2013 yaitu 5,92% dan pada Agustus 2012 6,14% (http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/14/01/03/jumlah-pendudukmiskin-indonesia-bertambahdiakses pada tanggal 27 Februari pukul 17.53 WIB). Khususnya di Sumatera Utara, BPS menyampaikan bahwa jumlah penduduk miskin bertambah atau mencapai 1.390.800 orang hingga September 2013 yang dipicu karena tingginya inflasi.kepala Bidang Neraca Wilayah dan Analisis Statistik Badan Pusat Statistik Sumut, Ateng Hartono di Medan, mengatakan bahwa terjadi kenaikan penduduk miskin sejumlah 51.600 orang di September 2013 dari 1.339.200 orang di Maret 2013. Pertambahan penduduk miskin di Sumut terjadi di perdesaan dan perkotaan (http://beritasore.com/2014/01/02/-jumlah-penduduk-miskin-sumutbertambah/ diakses pada tanggal 02 April 2014 pukul 21.50 WIB). Pendidikan, kesehatan, dan ekonomi yang baik merupakan sisi penting dalam membangun kesejahteraan individu dan keluarga.namun berdasarkan data penduduk miskin yang telah disajikan sebelumnya, hal tersebut masih sulit tercapai.kemiskinan tersebut berdampak terhadap kurangnya perhatian masyarakat terhadap pendidikan dan kesehatan, padahal hal tersebut merupakan hal yang sangat penting. Menteri Kesehatan (Menkes) RI periode tahun 2009-2014, Prof. Dr. Endang Rahayu Sedianingsih mengatakan bahwa masyarakat yang tingkat ekonominya rendah cenderung tidak peduli dan menganggap biasa hal-hal yang berhubungan dengan kesehatan sehingga mengakibatkan kualitas kesehatan

masyarakat Indonesia semakin menurun saat ini, selain itu pengetahuan masyarakat tentang penyakit juga rendah (http://www.uinjkt.ac.id/index.php/arsipberita-utama/1370-menkes-kualitas-kesehatan-masyarakat-menurun-.html diakses pada tanggal 20 Mei 2014 pukul 18.54 WIB). Selain kesehatan, pendidikan juga merupakan hal yang diabaikan oleh masyarakat dengan ekonomi lemah.padahal pembangunan pendidikan salah satu prioritas utama dalam agenda pembangunan nasional.bagaimana masyarakat mendapatkan pendidikan yang merata jika untuk makan pun bersusah payah? Melihat biaya pendidikan yang semakin lama semakin tinggi, masyarakat pun lebih memilih bertahan dengan kondisi sebelumnya sehingga cita-cita bangsa yang tertuang dalam pembukaan UUD 1945 untuk mencerdaskan kehidupan bangsa dan menciptakan kesejahteraan umum masih tetap cita-cita. Sampai saat ini kualitas sumber daya manusia bangsa Indonesia belum dapat dikatakan sudah lebih baik dari masa sebelumnya.kondisi tersebut disebabkan oleh karena tidak ada jaminan bagi masyarakat untuk mendapatkan pelayanan publik yang berwujud kebijakan-kebijakan publik dalam rangka meningkatkan kesejahteraan masyarakat tersebut. Proses pembangunan yang dilakukan hanya berorientasi pada kepentingan ekonomi jangka pendek semata dan bukannya menggarap sumber daya manusianya. Satu sisi pihak yang seharusnya bertanggung jawab terhadap proses pembangunan adalah negara karena negara merupakan lembaga formal yang memiliki mandat dari masyarakat melalui cara-cara tertentu yang dapat dibenarkan oleh hukum yang berlaku untuk memenuhi kepentingan publik, dan di sisi lainnya kenyataan yang berkembang adalah semakin meningkatnya jenis dan intensitas kebutuhan masyarakat,

menuntut konsekuensi logis pihak swasta atau masyarakat untuk terlibat dalam pelayanan publik atau proses pembangunan. Salah satu faktor penyebab ketidakberhasilan pembangunan nasional di berbagai bidang antara lain disebabkan oleh minimnya perhatian semua pihak, khususnya pemerintah terhadap kesejahteraan keluarga. Perhatian dan treatment yang terfokus pada keluarga sebagai basis dan sistem pemberdayaan yang menjadi pilar utama kehidupan berbangsa dan bernegara, relatif belum menjadi komitmen bersama dan usaha yang serius dari banyak pihak.seharusnya pembangunan nasional memandang penting keluarga sebagai fokus pemberdayaan karena keluarga memiliki makna sentral dan sebuah realitas sosial.selain itu, masyarakat yang sehat, kuat, cerdas, dan berkualitas dipastikan karena tumbuh dan berkembang melalui lingkungan keluarga yang sehat, kuat, cerdas, dan berkualitas pula (http://www.republika.co.id/berita/nasional/umum/14/01/03/mysfdt-jumlahpenduduk-miskin-indonesia-bertambah diakses pada tanggal 17 Februari 2014 pukul 17.53 WIB). Melalui peran dan fungsinya, keluarga sangat penting bagi kehidupan individu dan keluarga itu sendiri maupun bagi kelangsungan masyarakat, sehingga penguatan keluarga sangat diperlukan untuk menunjang peningkatan kesejahteraan keluarga.khususnya di Indonesia penguatan keluarga sangat penting dilakukan melihat jumlah keluarga miskin yang bertambah setiap tahunnya. Pentingnya penguatan keluarga, karena secara teoritis keluarga merupakan institusi utama pembangunan sumber daya manusia dan di dalam keluargalah aktivitas utama individu berlangsung sehingga keberfungian, ketahanan, kesejahteraan keluarga, akan menentukan kualitas individu.

Sesuai dengan Undang-undang Dasar 1945 Pasal 34 yang berbunyi: Fakir miskin dan anak terlantar dipelihara oleh negara, maka salah satu upaya upaya untuk mereduksi kemiskinan adalah dengan mendirikan panti-panti atau yayasan sosial. Panti-panti atau yayasan sosial ini dikelola oleh pemerintah melalui Dinas Sosial dan lembaga non-pemerintah atau yang biasa disebut juga Non Government Organization (NGO).Berdasarkan target pertama dalam Millenium Development Goals (MDGs), Indonesia terbebas dari kemiskinan pada tahun 2015, namun hal tersebut masih jauh dari harapan. Berdasarkan hal tersebut, maka bukan hanya pemerintah saja yang berperan menekan angka kemiskinan, namun masyarakat dan pemerintah harus bekerja sama agar tidak terjadi gejolak sosial yang semakin parah (http://wordpress.com/pemberdayaan-masyarakat-antara-pemerintah-lsmdan-ngo/ diakses pada tanggal 22 Maret 2014 pukul 22.51 WIB). Sumatera Utara, khususnya di Medan, terdapat banyak lembaga pemerintah maupun non pemerintah yang ikut berjuang menekan angka kemiskinan. Salah satu organisasi masyarakat non pemerintah tersebut adalah yayasan SOS Children s Village Medan atau juga disebut dengan SOS Desa Taruna Medan. Lembaga ini sudah berdiri sejak tahun 1949 dan ada di 132 negara, Indonesia salah satunya.yayasan SOS Children s Village sudah ada sejak tahun 2007 di Kota Medan.Lembaga ini menerapkan pelayanan sosial berbasis keluarga.pelayanan tersebut dilakukan dengan membuat program penguatan keluarga atau Family Strengtening Program (FSP).Program penguatan keluarga ini mempunyai misi yaitu membantu membangun keluarga kurang beruntung yang mempunyai keterbatasan atau kekurangan secara ekonomi dan sosial untuk dapat mendiri dalam lingkungan masyarakatnya, sehingga diharapkan setelah

mandiri, orang tua dan keluarga tersebut dapat menjaga dan memelihara anakanak mereka. Fokus utama program penguatan keluarga adalah peningkatan kesejahteraan sosial keluarga, karena kesejahteraan keluarga tidak dapat dipisahkan dari kesejahteraan anak dan perkembangan anak secara optimal dapat dicapai dalam keluarga yang sejahtera.program ini dilakukan dengan pendampingan anak dan keluarga yang merupakan bagian dari pemberdayaan masyarakat untuk meningkatkan kemampuan masyarakat agar dapat mengidentifikasi masalah, merencanakan, dan membuat pemecahannya dengan memanfaatkan potensi setempat dan fasilitas yang ada (Draft terjemahan Family Strengthening Programmes Manual Working Paper, 2007). Pelayanan sosial berbasis keluarga yang diterapkan oleh yayasan SOS Desa Taruna Medan ini dilakukan dalam lingkup keruangan berbasis desa. Pemilihan desa yang akan menjadi desa binaan untuk menjalankan program penguatan keluarga ini dilakukan dengan melihat kondisi keluarga yang kurang mampu secara ekonomi dan sosial di desa tersebut, yang menyebabkan anak-anak beresiko kehilangan perawatan dari keluarga dan tidak mendapat perlindungan serta terpenuhi hak-hak sebagai anak. Keluarga yang menjadi anggota program penguatan keluarga ini disebut dengan warga binaan. Sampai saat ini di kota Medan ada 4 desa yang menjadi binaan yayasan SOS Desa Taruna, yaitu Desa Namo Gajah, Ladang Bambu, Sidumulyo, dan Tanjung Anom. Desa Tanjung Anom Kecamatan Pancur Batu adalah salah satu desa binaan yang menjadi sasaran program penguatan keluarga.program ini sudah dilaksanakan sejak tahun 2007 di Desa Tanjung Anom.Desa ini menjadi salah satu

desa binaan karena sebagian besar warganya termasuk dalam keluarga miskin, rawan kecukupan ekonomi, kesehatan, serta pendidikan. Secara umum, mereka bekerja sebagai buruh kasar dengan tingkat pendidikan yang rendah, sehingga berpengaruh terhadap minimnya perhatian akan kebutuhan pendidikan dan kesehatan keluarga. Tingkat ekonomi yang rendah serta kurangnya pengetahuan dan kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan dan pendidikan, khususnya bagi anak, dikuatirkan anak-anak mereka terabaikan secara jasmani dan rohani. Mereka akan terlantar dan kehilangan haknya sebagai seorang anak. Melihat kondisi tersebut, program penguatan keluarga menjadi perpanjangan tangan SOS Desa Taruna Medan untuk membantu setiap keluarga agar dapat mandiri di lingkungan masyarakat. Sejak tahun 2007, di desa Tanjung Anom telah diberikan berbagai macam pelayanan sosial untuk mendukung penguatan keluarga. Adapun pelayanan yang diberikan melalui program penguatan keluarga ini adalah, program pendukung pendidikan baik jangka pendek maupun jangka panjang dengan mendirikan PAUD dan membentuk kelompok belajar bersama bagi anak setelah pulang sekolah, program peningkatan ekonomi keluarga dengan membentuk koperasi simpan pinjam, dan program kesehatan dengan memberikan makanan tambahan di kegiatan posyandu. Ketiga jenis pelayanan yang diberikan ini merupakan kebutuhan masyarakat yang saling berhubungan dan sangat mempengaruhi kualitas sumber daya manusia.kebutuhan tersebut menjadi modal utama untuk mewujudkan kualitas sumber daya manusia yang baik dan sehat. Dalam pelaksanaan program penguatan keluarga ini, masyarakat diminta agar bersikap aktif dan partisipatif dengan terlibat secara langsung.keterlibatan

langsung masyarakat ini bertujuan agar mereka tidak hanya bergantung pada pelayanan yang diberikan SOS Desa Taruna Medan, namun masih mau berusaha berdasarkan kemampuan mereka.program pemberdayaan ini tidak dirancang untuk memanjakan masyarakat, tetapi berupaya meningkatkan kesejahteraan sosial dan kemandirian bagi tiap keluarga sehingga mereka pun dapat menyediakan sumber daya yang dibutuhkan oleh mereka sendiri. Melalui pelaksanaan program penguatan keluarga ini, diharapkan adanya perubahan dalam kehidupan masyarakat menjadi lebih baik.program ini diharapkan dapat memberikan kontribusi bagi peningkatan kemandirian bagi setiap keluarga yang ada di Desa Tanjung Anom. Masyarakat menjadi mampu menganalisis serta memberi solusi atas permasalahan mereka sendiri serta mengetahui kebutuhan apa yang menjadi prioritas dalam kehidupan mereka. Terlaksananya program penguatan keluarga ini membuat penulis tertarik untuk mengetahui bagaimana pengaruh program tersebut terhadap kesejahteraan sosial warga binaan SOS Desa Taruna Medan. Maka berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, penulis tertarik untuk meneliti dan menyusunnya ke dalam bentuk skripsi yang berjudul Pengaruh Program Penguatan Keluarga terhadap Kesejahteraan Sosial Warga Binaan Yayasan SOS Desa Taruna Medan di Desa Tanjung Anom Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang. I.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka masalah dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: Apakah ada pengaruh program

penguatan keluarga terhadap kesejahteraan sosial warga binaan Yayasan SOS Desa Taruna Medan di Desa Tanjung Anom Kecamatan Pancur Batu Kabupaten Deli Serdang? 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian Adapun yang menjadi tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh program penguatan keluarga terhadap kesejahteraan sosial warga binaan Yayasan SOS Desa Taruna Medan di Desa Tanjung Anom Kabupaten Deli Serdang. 1.3.2 Manfaat Penelitian Adapun manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Pengembangan konsep dan teori-teori yang berkaitan dengan pemberdayaan masyarakat melalui program penguatan keluarga oleh yayasan SOS Desa Taruna Medan. 2. Pengembangan model pemberdayaan masyarakat melalui program penguatan keluarga. 1.4 Sistematika Penulisan Penulisan penelitian ini disajikan dalam enam bab dengan sistematika sebagai berikut: BAB I : PENDAHULUAN

Berisi latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta sistematika penulisan. BAB II : TINJAUAN PUSTAKA Berisi uraian konsep yang berkaitan dengan masalah dan objek yang diteliti, kerangka pemikiran, defenisi konsep, dan defenisi operasional. BAB III : METODE PENELITIAN Berisi tipe penelitian, lokasi penelitian, subjek penelitian, teknik pengumpulan, dan teknik analisis data. BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN Berisikan tentang gambaran umum lokasi penelitian yang berhubungan dengan masalah objek yang akan diteliti. BAB V : ANALISIS DATA Berisikan tentang uraian data yang diperoleh dalam penelitian beserta analisisnya. BAB VI : PENUTUP Berisikan tentang kesimpulan dan saran dari hasil penelitian yang telah dilakukan.