KOROSI. B. Jenis-jenis Korosi 1. Uniform/General Corrosion (Korosi Menyeluruh)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II DASAR TEORI. sekelilingnya. Adapun proses korosi yang terjadi disamping oleh reaksi kimia, juga diakibatkan

ELEKTROKIMIA DAN KOROSI (Continued) Ramadoni Syahputra

PENGENDALIAN KOROSI DENGAN MENGGUNAKAN ARUS TANDINGAN

BAB I PEDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pipa merupakan salah satu kebutuhan yang di gunakan untuk

TUGAS KOROSI FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LAJU KOROSI

Perlindungan Lambung Kapal Laut Terhadap Korosi Dengan Sacrificial Anode. Oleh : Fahmi Endariyadi

Bab II Tinjauan Pustaka

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya perubahan metalurgi yaitu pada struktur mikro, sehingga. ketahanan terhadap laju korosi dari hasil pengelasan tersebut.

STUDI KINERJA BEBERAPA RUST REMOVER

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki lahan tambang yang cukup luas di beberapa wilayahnya.

BAB I PENDAHULUAN. juga menjadi bisnis yang cukup bersaing dalam perusahaan perbajaan.

Jurnal Foundry Vol. 3 No. 1 April 2013 ISSN :

Moch. Novian Dermantoro NRP Dosen Pembimbing Ir. Muchtar Karokaro, M.Sc. NIP

Pertemuan <<22>> <<PENCEGAHAN KOROSI>>

LAPORAN PRAKTIKUM ILMU LOGAM DAN KOROSI

BAB II KOROSI dan MICHAELIS MENTEN

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kata korosi berasal dari bahasa latin Corrodere yang artinya perusakan

BAB 1 PENDAHULUAN. dibandingkan jenis martensitik, dan feritik, di beberapa lingkungan korosif seperti air

BAB I PENDAHULUAN. mekanik, listrik, kimia dan konstruksi, dan bahkan kehidupan sehari-hari dapat

BAB II DASAR TEORI. II.1. Dapur Pemanas Pada Kilang Minyak

Pengaruh Polutan Terhadap Karakteristik dan Laju Korosi Baja AISI 1045 dan Stainless Steel 304 di Lingkungan Muara Sungai

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

STRESS CORROSION CRACKING (SCC) A. PENGERTIAN KOROSI RETAK TEGANG (SCC)

Handout. Bahan Ajar Korosi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

STT Dr.KHEZ MUTTAQIEN PURWAKARTA IWAN PONGO,ST, MT

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Pengaruh pengelasan..., RR. Reni Indraswari, FT UI, 2010.

II. LATAR BELAKANG PENGOLAHAN AIR

PENGARUH ph TERHADAP LAJU KOROSI

PERCOBAAN LOGAM KOROSI BASAH DAN KOROSI ATMOSFERIK

Korosi Retak Tegang (SCC) Baja Karbon AISI 1010 dalam Lingkungan NaCl- H 2 O-H 2 S

BAB III LANDASAN TEORI

Korosi Retak Tegang (SCC) Baja Karbon AISI 1010 dalam Lingkungan NaCl- H 2 O-H 2 S

I. PENDAHULUAN. hidupnya. Salah satu contoh diantaranya penggunaan pelat baja lunak yang biasa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (C), serta unsur-unsur lain, seperti : Mn, Si, Ni, Cr, V dan lain sebagainya yang

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.2 DATA HASIL ARANG TEMPURUNG KELAPA SETELAH DILAKUKAN AKTIVASI

BAB IV PEMBAHASAN. -X52 sedangkan laju -X52. korosi tertinggi dimiliki oleh jaringan pipa 16 OD-Y 5

2.1 DEFINISI DAN MEKANISME KOROSI

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Gambar 2.1. Proses pengelasan Plug weld (Martin, 2007)

KASUS RIIL KOROSI KOROSI PADA BAGIAN SAMBUNGAN RAILING TANGGA

STUDI IMPRESSED CURRENT CATHODIC PROTECTION

Sidang TUGAS AKHIR. Dosen Pembimbing : Prof. Dr.Ir.Sulistijono,DEA

Analisis Perbandingan Laju Korosi Pelat ASTM A36 antara Pengelasan di Udara Terbuka dan Pengelasan Basah Bawah Air dengan Variasi Tebal Pelat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BUKU PRAKTIS KOROSI DAN LOGAM UNTUK MAHASISWA

PENGHAMBATAN KOROSI BAJA BETON DALAM LARUTAN GARAM DAN ASAM DENGAN MENGGUNAKAN CAMPURAN SENYAWA BUTILAMINA DAN OKTILAMINA

PENGARUH RASIO DIAMETER TERHADAP KEDALAMAN PADA LAJU KOROSI BAJA KARBON SEDANG

KINERJA INHIBITOR Na 2 CrO 4 DALAM LARUTAN Nacl UNTUK MELINDUNGI BAJA TAHAN KARAT AUSTENITIK TERSENSITISASI DARI SERANGAN SCC Ishak `*) ABSTRAK

10/16/2015 ELEKTROKIMIA ELEKTROKIMIA ELEKTROKIMIA. Penyebab Korosi. Dampak Korosi

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. logam dengan lingkungannya [Jones, 1996]. Korosi menjadikan logam kembali

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Hujan merupakan unsur iklim yang paling penting di Indonesia karena

BAB IV KOROSI PADA TURBIN UAP

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Korosi Baja Karbon dalam Lingkungan Elektrolit Jenuh Udara

BAB I PENDAHULUAN. Peristiwa korosi sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari dan tanpa

STUDI DEGRADASI MATERIAL PIPA JENIS BAJA ASTM A53 AKIBAT KOMBINASI TEGANGAN DAN MEDIA KOROSIF AIR LAUT IN-SITU DENGAN METODE PENGUJIAN C-RING

Oleh : Didi Masda Riandri Pembimbing : Dr. Ir. H. C. Kis Agustin, DEA.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. yang paling berbahaya., karena tidak ada tanda-tanda sebelumnya. Biasanya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Ketersediaan energi yang berkelanjutan merupakan salah satu isu yang cukup

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II LANDASAN TEORI

1 BAB IV DATA PENELITIAN

Pengukuran Laju Korosi Aluminum 1100 dan Baja 1020 dengan Metoda Pengurangan Berat Menggunakan Salt Spray Chamber

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN

II. TINJAUAN PUSTAKA

ANALISA PERBANDINGAN LAJU KOROSI MATERIAL STAINLESS STEEL SS 316 DENGAN CARBON STEEL A 516 TERHADAP PENGARUH AMONIAK

ANTI KOROSI BETON DI LINGKUNGAN LAUT

PENGARUH VARIASI KONSENTRASI LARUTAN NaCl DENGAN KONSENTRASI 3,5%, 4% DAN 5% TERHADAP LAJU KOROSI BAJA KARBON SEDANG

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Korosi

Sudaryatno Sudirham ing Utari. Mengenal. Sudaryatno S & Ning Utari, Mengenal Sifat-Sifat Material (1)

Hasil Penelitian dan Pembahasan

Bab IV Hasil dan Pembahasan

JURNAL TEKNOLOGI TECHNOSCIENTIA ISSN: Vol. 2 No. 1 Agustus 2009 PERUBAHAN LAJU KOROSI AKIBAT TEGANGAN DALAM DENGAN METODE C-RING

PENGENDALIAN KOROSI. STT Dr.KHEZ MUTTAQIEN PURWAKARTA IWAN PONGO,ST, MT

PENGARUH TEGANGAN DAN KONSENTRASI NaCl TERHADAP KOROSI RETAK TEGANG PADA BAJA DARI SPONS BIJIH LATERIT SKRIPSI

SIFAT FISIK DAN MINERAL BAJA

STUDI LAJU KOROSI WELD JOINT MATERIAL A36 PADA UNDERWATER WELDING

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perawatan ortodontik bertujuan memperbaiki maloklusi gigi, kelainan -

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Korosi merupakan fenomena kimia yang dapat menurunkan kualitas suatu

BAB VI L O G A M 6.1. PRODUKSI LOGAM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II PEMBAHASAN. II.1. Electrorefining

BAB II DASAR TEORI 2.1 PENDAHULUAN

BAB II PENGELASAN SECARA UMUM. Ditinjau dari aspek metalurgi proses pengelasan dapat dikelompokkan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Boiler merupakan salah satu unit pendukung yang penting dalam dunia

APLIKASI REAKSI REDOKS DALAM KEHIDUPAN SEHARI HARI Oleh : Wiwik Suhartiningsih Kelas : X-4

PENGARUH KEHADIRAN TEMBAGA TERHADAP LAJU KOROSI BESI TUANG KELABU

BAHAN BAKAR KIMIA. Ramadoni Syahputra

2.1. PENGERTIAN KOROSI RETAK TEGANG

2.1 PENGERTIAN KOROSI

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara di dunia yang kaya akan energi panas bumi.

PENGARUH VARIASI KONSENTRASI LARUTAN NaCl DENGAN KONSENTRASI 3,5%, 4% DAN 5% TERHADAP LAJU KOROSI ALUMINUM 5052

BAB IV BAHAN AIR UNTUK CAMPURAN BETON

Transkripsi:

KOROSI Korosi merupakan salah satu musuh besar dalam dunia industri, beberapa contoh kerugaian yang ditimbulkan korosi adalah terjadinya penurunan kekuatan material dan biaya perbaikan akan naik jauh lebih besar dari yang diperkirakan. Sehingga diperlukan suatu usaha pencegahan-pencegahan terhadap serangan korosi. A. Pengertian Korosi Korosi adalah proses degradasi / deteorisasi / perusakan material yang disebabkan oleh pengaruh lingkungan dan sekitarnya. Ada pengertian dari pakar lain, yaitu : 1. Korosi adalah perusakan material tanpa perusakan material 2. Korosi adalah kebalikan dari metalurgi ekstraktif 3. Korosi adalah system thermodinamika logam dengan lingkungan ( udara, air, tanah ), yang berusaha mencapai kesetimbangan B. Jenis-jenis Korosi 1. Uniform/General Corrosion (Korosi Menyeluruh) Gambar. Uniform Corrosion pada kaleng minuman Adalah korosi yang terjadi pada permukaan logam akibat reaksi kimia karena ph air yang rendah dan udara yang lembab,sehingga makin lama logam makin menipis. Biasanya ini terjadi pada pelat baja atau profil, logam homogen. Dampak Uniform Corrosion

Karena korosi terjadi pada permukaan logam secara merata, sehingga terjadi pengikisan permukaan logam, akibat permukaan bereaksi dengan lingkungan dan menjadi produk karat (merata). Yang kemudian ketebalan logam berkurang. Dampaknya terhadap material / benda kerja yang terkorosi merata: Kekuatan dan ketangguhan Material/benda kerja berkurang. Material terdegradasi secara lambat (penuaan), hingga akhirnya kembali menjadi bentuk bijih. Menurunkan nilai estetika daripada benda kerja. Produk korosi menimbulkan pencemaran lingkungan. Korosi jenis ini bisa dicegah dengan cara: a. Dengan melakukan pelapisan dengan cat atau dengan material yang lebih anodic b. Melakukan inhibitas dan proteksi katodik (cathodik protection) c. Untuk jangka pemakain yang lebih panjang diberi logam berpaduan tembaga 0,4% d. Diberi lapis lindung yang mengandung inhibitor seperti gemuk. 2. Galvanic Corrosion (Korosi Galvanik) Gambar. Korosi Galvanic pada Sambungan Baut Galvanic atau bimetalic corrosion adalah jenis korosi yang terjadi ketika dua macam logam yang berbeda berkontak secara langsung dalam media korosif. Mekanisme korosi galvanik : korosi ini terjadi karena proses elektro kimiawi dua macam metal yang berbeda potensial dihubungkan langsung di dalam elektrolit sama. Dimana electron mengalir dari metal

kurang mulia (Anodik) menuju metal yang lebih mulia (Katodik), akibatnya metal yang kurang mulia berubah menjadi ion ion positif karena kehilangan electron. Ion-ion positif metal bereaksi dengan ion negatif yang berada di dalam elektrolit menjadi garam metal. Karena peristiwa tersebut, permukaan anoda kehilangan metal sehingga terbentuklah sumur - sumur karat (Surface Attack) atau serangan karat permukaan. Gambar. Mekanisme Korosi Galvanis Metode-metode yang dilakukan dalam pengendalian korosi ini adalah: Menekan terjadinya reaksi kimia atau elektrokimianya seperti reaksi anoda dan katoda Mengisolasi logam dari lingkungannya Mengurangi ion hydrogen di dalam lingkungan yang di kenal dengan mineralisasi Mengurangi oksigen yang larut dalam air Mencegah kontak dari dua material yang tidak sejenis Memilih logam-logam yang memiliki unsure-unsur yang berdekatan Mencegah celah atau menutup celah Mengadakan proteksi katodik,dengan menempelkan anoda umpan. 3. Selective Leaching Corrosion

Gambar selective leaching corrosion pada pipa Selective leaching adalah korosi selektif dari satu atau lebih komponen dari paduan larutan padat. Hal ini juga disebut pemisahan, pelarutan selektif atau serangan selektif. Contoh dealloying umum adalah dekarburisasi, decobaltification, denickelification, dezincification, dan korosi graphitic. Mekanisme selective leaching : logam yang berbeda dan paduan memiliki potensial yang berbeda (atau potensial korosi) pada elektrolit yang sama. Paduan modern mengandung sejumlah unsur paduan berbeda yang menunjukkan potensial korosi yang berbeda. Beda potensial antara elemen paduan menjadi kekuatan pendorong untuk serangan preferensial yang lebih "aktif" pada elemen dalam paduan tersebut. Dalam kasus dezincification dari kuningan, seng istimewa terlarut dari paduan tembaga-seng, meninggalkan lapisan permukaan tembaga yang keropos dan rapuh.

Gambar. mekanisme selective leaching corrosion Cara pengendalian atau mencegah selective leaching adalah dengan menghindari komposisi yang berbeda dari material penyusun 4. Crevice Corrosion (Korosi Celah) Gambar Korosi Celah Pada Sambungan Pipa Korosi celah (Crecive Corrosion) ialah sel korosi yang diakibatkan oleh perbedaan konsentrasi zat asam. Korosi lokal yang terjadi pada celah diantara dua komponen baik logam dengan non-logam maupun logam dengan logam. Mekanisme tejadinya korosi celah ini diawali dengan terjadi korosi merata diluar dan didalam celah, sehingga terjadi oksidasi logam dan reduksi oksigen.

Pada suatu saat oksigen (O 2 ) didalam celah habis, sedangkan oksigen (O 2 ) didalam celah masih banyak, akibatnya permukaan logam yang berhubungan dengan bagian luar menjadi katoda dan permukaan logam didalam celah menjadi anoda sehingga terbentuk celah yang terkorosi. Mekanisme Crevice Corrosion : dimulai oleh perbedaan konsentrasi beberapa kandungan kimia, biasanya oksigen, yang membentuk konsentrasi sel elektrokimia (perbedaan sel aerasi dalam kasus oksigen). Di luar dari celah (katoda), kandungan oksigen dan ph lebih tinggi - tetapi klorida lebih rendah. Gambar Mekanisme Korosi Celah Cara pengendalian korosi celah adalah sebagai berikut: 1. Hindari pemakaian sambungan paku keeling atau baut, gunakan sambungan las. 2. Gunakan gasket non absorbing. 3. Usahakan menghindari daerah dengan aliran udara. 4. Dikeringkan bagian yang basah 5. Dibersihkan kotoran yang ada 5. Pitting Corrosion (Korosi Sumuran) Korosi sumuran adalah korosi lokal dari permukaan logam yang dibatasi pada satu titik atau area kecil, dan membentukn bentuk rongga. Korosi sumuran adalah salah satu bentuk yang paling merusak dari korosi.

Gambar. korosi sumuran pada westafle Mekanisme Pitting Corrosion : Untuk material bebas cacat, korosi sumuran disebabkan oleh lingkungan kimia yang mungkin berisi spesies unsur kimia agresif seperti klorida. Klorida sangat merusak lapisan pasif (oksida) sehingga pitting dapat terjadi pada dudukan oksida. Lingkungan juga dapat mengatur perbedaan sel aerasi (tetesan air pada permukaan baja, misalnya) dan pitting dapat dimulai di lokasi anodik (pusat tetesan air). Gambar. mekanisme pitting corrosion Cara pengendalian korosi sumuran adalah sebagai berikut: Hindari permukaan logam dari goresan. Perhalus permukaan logam.

Menghindari komposisi material dari berbagai jenis logam. 6. Intergranular Corrosion Gambar. korosi batas butir pada pipa Intergranular corrosion kadang-kadang juga disebut "intercrystalline korosi" atau "korosi interdendritik". Dengan adanya tegangan tarik, retak dapat terjadi sepanjang batas butir dan jenis korosi ini sering disebut "intergranular retak korosi tegangan (IGSCC)" atau hanya "intergranular stress corrosion cracking". Korosi intergranular adalah korosi yang terjadi pada atau di sepanjang batas butir dan batas butir bersifat anodik dan bagian tegah butir bersifat katodik. Korosi ini terjadi akibat presipitasi dari pengotor seperti khromium di batas butir, yang menyebabkan batas butir menjadi rentan terhadap serangan korosi. Dimana presipitat krom karbida terbentuk karena karbon meningkat yang ada di sekitarnya, sehingga krom disekitarnya akan berkurang dan terjadi korosi. Proses terbentuknya presipitat karbon karbida disebut sentisiasi. Terjadi pada temperatur 500-800 sehingga kekurangan krom yang memudahkan terjadinya korosi Mekanisme intergranular corrosion : jenis serangan ini diawali dari beda potensial dalam komposisi, seperti sampel inti coring biasa ditemui dalam paduan casting. Pengendapan pada batas butir, terutama kromium karbida dalam baja tahan karat, merupakan mekanisme yang diakui dan diterima dalam korosi intergranular.

Gambar mekanisme korosi batas butir Cara pengendalian korosi batas butir adalah: Turunkan kadar karbon dibawah 0,03%. Tambahkan paduan yang dapat mengikat karbon. Pendinginan cepat dari temperatur tinggi. Pelarutan karbida melalui pemanasan. Hindari pengelasan. 7. Stress Corrosion Cracking (SCC) Gambar korosi SCC pada sebuah logam Korosi retak tegangan (SCC) adalah proses retak yang memerlukan aksi secara bersamaan dari bahan perusak (karat) dan berkelanjutan dengan tegangan tarik. Ini tidak termasuk pengurangan bagian yang terkorosi akibat gagal oleh patahan cepat. Hal ini juga termasuk intercrystalline atau transkristalin korosi, yang dapat menghancurkan paduan tanpa tegangan yang diberkan atau tegangan sisa. Retak korosi tegangan dapat terjadi dalam kombinasi dengan penggetasan hidrogen. Mekanisme SCC : terjadi akibat adanya hubungan dari 3 faktor komponen, yaitu (1) Bahan rentan terhadap korosi, (2) adanya larutan elektrolit (lingkungan) dan (3) adanya tegangan. Sebagai contoh, tembaga dan paduan rentan terhadap senyawa amonia, baja ringan rentan terhadap larutan alkali dan baja tahan karat rentan terhadap klorida.

Gambar mekanisme korosi SCC Cara pengendalian korosi tegangan adalah: Turunkan besarnya tegangan Turunkan tegangan sisa termal Kurangi beban luar atau perbesar area potongan Penggunaan inhibitor. 8. Errosion Corrosion Gambar sebuah blade akibat korosi erosi Erosi Korosi mengacu pada tindakan gabungan yang melibatkan erosi dan korosi di hadapan cairan korosif yang bergerak atau komponen logam yang bergerak melalui cairan korosif, yang menyebabkan percepatan terdegradasinya suatu logam. Mekanisme erosion corrosion : efek mekanik aliran atau kecepatan fluida dikombinasikan dengan aksi cairan korosif menyebabkan percepatan hilangnya dari logam. Tahap awal melibatkan penghapusan mekanik film pelindung logam dan kemudian korosi logam telanjang oleh cairan korosif yang mengalir. Proses siklus ini sampai pelubangan komponen terjadi.

Gambar mekanisme korosi erosi Cara pengendalian korosi erosi adalah: Menghindari partikel abrasive pada fluida. Mengurangi kecepatan aliran fluida. 9. Korosi Mikroba Mikroba merupakan suatu mikroorganisme yang hidup di lingkungan secara luas pada habitat-habitatnya dan membentuk koloni yang pemukaanya kaya dengan air, nutrisi dan kondisi fisik yang memungkinkan pertumbuhan mikroba terjadi pada rentang suhu yang panjang biasa ditemukan di sistem air, kandungan nitrogen dan fosfor sedikit, konsentrat serta nutrisi-nutrisi penunjang lainnya. Mikroorganisme yang mempengaruhi korosi antara lain bakteri, jamur, alga dan protozoa. Korosi ini bertanggung jawab terhadap degradasi material di lingkungan. Pengaruh inisiasi atau laju korosi di suatu area, mikroorganisme umumnya berhubungan dengan permukaan korosi kemudian menempel pada permukaan logam dalam bentuk lapisan tipis atau biodeposit. Lapisan film tipis atau biofilm. Pembentukan lapisan tipis saat 2 4 jam pencelupan sehingga membentuk lapisan ini terlihat hanya bintik-bintik dibandingkan menyeluruh di permukaan. Lapisan film berupa biodeposit biasanya membentuk diameter beberapa centimeter di permukaan, namun terekspos sedikit di permukaan sehingga dapat meyebabkan korosi lokal. Organisme di dalam lapisan deposit mempunyai efek besar dalam kimia di lingkungan antara permukaan logam/film atau logam/deposit tanpa melihat efek dari sifat bulk electrolyte. Mikroorganisme dikatagorikan berdasarkan kadar oksigen yaitu : 1. Jenis anaerob, berkembang biak pada kondisi tidak adanya oksigen 2. Jenis Aerob, berkembang biak pada kondisi kaya oksigen. 3. Jenis anaerob fakultatif, berkembang biak pada dua kondisi. 4. Mikroaerofil, berkembang biak menggunakan sedikit oksigen

Fenomena korosi yang terjadi dapat disebabkan adanya keberadaan dari bakteri. Jenis-jenis bakteri yang berkembang yaitu : 1. Bakteri reduksi sulfat Bakteri ini merupakan bakteri jenis anaerob membutuhkan lingkungan bebas oksigen atau lingkungan reduksi, bakteri ini bersirkulasi di dalam air aerasi termasuk larutan klorin dan oksidiser lainnya, hingga mencapai kondisi ideal untuk mendukung metabolisme. Bakteri ini tumbuh pada oksigen rendah. Bakteri ini tumbuh pada daerah-daerah kanal, pelabuhan, daerah air tenang tergantung pada lingkungannya. Bakteri ini mereduksi sulfat menjadi sulfit, biasanya terlihat dari meningkatnya kadar S atau Besi sulfida. Tidak adanya sulfat, beberapa turunan dapat berfungsi sebagai fermenter menggunakan campuran organik seperti pyruvnate untuk memproduksi asetat, hidrogen dan, banyak bakteri jenis ini berisi enzim hidrogenase yang mengkonsumsi hidrogen. 2. Bakteri oksidasi sulfur-sulfida Bakteri jenis ini merupakan bakteri aerob yang mendapatkan energi dari oksidasi sulfit atau sulfur. Bebarapa tipe bakteri aerob dapat teroksidasi sulfur menjadi asam sulfurik dan nilai ph menjadi 1. bakteri Thiobaccilus umumnya ditemukan di deposit mineral dan menyebabkan drainase tambang menjadi asam. 3. Bakteri besi mangan oksida Bakteri memperoleh energi dari oksidasi atau dimana deposit berhubungan dengan bakteri korosi. Bakteri ini hampir selalu ditemukan di Tubercle (gundukan Hemispherikal berlainan ) di atas lubang pit pada permukaan baja. Umumnya oksidaser besi ditemukan di lingkungan dengan filamen yang panjang. Pada korosi bakteri secara umum merupakan gabungan dan pengembangan sel diferensial oksigen, konsentrasi klorida dibawah deposit sulfida, larutan produk korosi dan depolarisasi katodik lapisan

proteksi hidrogen. Biofilm bakteri merupakan agen dari proses inisiasi dan propagasi pertumbuhan korosi bakteri, sehingga korosi mikroba tidak terjadi dengan absennya biofilm. Biofilm menyediakan kondisi kondisi local lingkungan misalnya ph yang rendah, sel difernsial oksigen untuk inisiasi atau propagasi aktifitas korosi. Meskipun beberapa literatur menerangkan faktor fisik dan elektrokimia yang dihubungkan dengan korosi di lingkungan berair, namun relatif sedikit diketahui tentang mekanisme mikroorganisme saat inisiasi dan propagasi aktifitas korosi. material SS 316, umumnya mekanisme terjadinya korosi bakteri kurang dipahami, hanya melihat indikasi produksi asam atau serangan sulfide terlihat pada Gambar Gambar mekanisme korosi mikroba 10. Fatigue Corrosion ( Korosi Lelah ) Gambar Korosi Lelah Korosi ini terjadi karena logam mendapatkan beban siklus yang terus berulang sehingga smakin lama logam akan mengalami patah

karena terjadi kelelahan logam. Korosi ini biasanya terjadi pada turbin uap, pengeboran minyak dan propeller kapal. Korosi jenis ini dapat dicegah dengan cara : a. Menggunakan inhibitor b. Memilih bahan yang tepat atau memilih bahan yang kuat korosi. c. Memilih bahan yang tepat atau memilih bahan yang kuat korosi 11. Perapuhan Hidrogen (Hydrogen Attack) Gambar Akibat Hydrogen Attack Hydrogen attack mengakibatkan logam menjadi rapuh akibat penetrasi hidrogen ke kedalaman logam. Peristiwa perapuhan ini biasa disebut dengan Hydrogen Embrittlement. Logam juga bisa retak oleh invasi hidrogen. Belum diketahui bagaimana hidrogen bisa merusak logam secara kimiawi ataupun secara elektrokimia, tetapi efek pengrusakannya terhadap logam sebagai bahan konstruksi sudah jelas. Boleh jadi hidrogen hanya mendifusio secara fisika saja ke dalam logam akibat kecilnya ukuran atom hidrogen.

DAFTAR PUSATAKA Budi_Utomo.2009.http://ejournal.undip.ac.id/index.php/kapal/article/viewFile/27 31/2421. Di download 17 Desember 2014 jam 15.18 WIB Deky Martanto. https://www.academia.edu/9027468/jenis-jenis_korosi Diakses pada Tanggal 16 Desember 2014 jam 10.15 WIB Muhammad Furqan. 2013. Corrotion Engineering. http://m10mechanicalengineering.blogspot.com/2013/11/macam-macambentuk-korosi.html. Diakses pada 16 Desember 2014 jam 10.17 WIB Rafi Dwi Rachmani. http://www.slideshare.net/raffipputra/jenisjenis-korosi-byrafi-dwi-rachmani. Diakses pada Tanggal 16 Desember 2014 jam 10.12 WIB