BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nasional). Pelaksanaan pendidikan di Indonesia masih mengalami

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. dan dirinya sendiri. Orang tua tidak memiliki waktu yang cukup dan tidak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dunia pendidikan merupakan kehidupan yang penuh dengan tantangan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian . Josie Fitri Handayani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi

BAB I PENDAHULUAN. Republik Indonesia No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,

BAB I PENDAHULUAN. antara lain dengan data UNESCO (2000) tentang peringkat Indeks

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peranan guru dalam meningkatkan kualitas pendidikan di sekolah

BAB I PENDAHULUAN. Belajar dari pengalaman negara-negara maju di dunia ini, tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dalam pengembangan sumber daya manusia melalui pendidikan. Profesi guru

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang buruk dan tidak berkembang akan berpengaruh juga terhadap

PERANAN MUSYAWARAH GURU MATA PELAJARAN (MGMP)DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI PROFESIONAL GURUIPS SMP DI KOTA PADANG ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. maka dari itu guru harus mempunyai kompetensi di dalam mengajar. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. di negara kita tidak ketinggalan dengan negara lain. anak didik agar mampu mengembangkan kemampuannya secara optimal

I PENDAHULUAN. Dalam pembangunan bangsa, pendidikan merupakan salah satu aspek penting

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PROBLEMATIKA KOMPETENSI DAN PROFESIONALISME GURU

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang sangat mengedepankan

BAB I PENDAHULUAN. yang ada dalam masyarakat, karena dengan pendidikan, manusia dapat

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada era

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dalam upaya membantu siswa untuk mencapai tujuan, maka guru harus

BAB I PENDAHULUAN. Mutu pendidikan di Indonesia saat ini belum tercapai seperti yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan faktor utama dalam pembentukan pribadi manusia.

P., 2015 PENGARUH PEMBERIAN TUNJANGAN PROFESI TERHADAP KINERJA MENGAJAR GURU DI SMPN SE-RAYON 03 KABUPATEN GARUT

BAB I PENDAHULUAN. tertuju kepada guru. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama

BAB I PENDAHULUAN. untuk menggerakan seluruh kegiatan dan menentukan keberhasilan kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa Inggris merupakan bahasa internasional yang telah diajarkan

I. PENDAHULUAN. yang mana didalamnya terdapat pembelajaran tentang tingkah laku, norma

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Itan Tanjilurohmah,2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. ini karena tanpa pendidikan manusia akan sulit berkembang dan akan

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Hal ini bersentuhan dengan Undang - undang Nomor 20 Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. Kualitas pembelajaran di sekolah dibangun oleh beberapa aspek, mulai

BAB I PENDAHULUAN. yang memadai agar warga negara terhindar dari kebodohan. keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

BAB 1 PENDAHULUAN. pendidikan terdapat nilai-nilai yang baik, luhur, dan pantas untuk dikembangkan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dunia pendidikan sedang diguncang oleh berbagai perubahan seperti

BAB I PENDAHULUAN. perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dikuasai dan diwujudkan oleh guru dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Kualitas pelaksanaan pendidikan di sekolah ditentukan oleh berbagai unsur,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bangsa Indonesia kini sedang dihadapkan pada persoalan-persoalan kebangsaan

diidentikkan dengan pendidikan formal. Pendidikan formal diupayakan untuk

kompetensi tersebut karena guru merupakan orang terdepan yang secara langsung

BAB I PENDAHULUAN. salah satu pekerjaan yang bersifat profesional. Guru yang profesional dapat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kompetitif. Dengan semakin berkembangnya era sekarang ini membuat kinerja

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kedudukan guru sebagai tenaga profesional berfungsi untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keberhasilan pembangunan nasional dalam suatu Negara salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah modal utama bagi suatu bangsa dalam upaya meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. yang berkaitan dengan pelaksanaan pembelajaran pada satu satuan

BAB I PENDAHULUAN. Manajemen adalah pengelolaan usaha, kepengurusan, ketatalaksanaan,

BAB I PENDAHULUAN. mengajar dan prestasi murid adalah guru. bertanggung jawab dalam membantu anak-anak mencapai kedewasaan.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

SANTI BBERLIANA SIMATUPANG,

BAB I PENDAHULUAN. berkala agar tetap relevan dengan perkembangan jaman. pedoman penyelenggaraan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. kelas, tapi seorang guru juga harus mampu membimbing, mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan nasional yang diatur secara sistematis. Pendidikan nasional berfungsi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu permasalahan pendidikan yang dihadapi Bangsa Indonesia adalah

2015 PROGRAM PENINGKATAN KINERJA GURU BIMBINGAN DAN KONSELING BERDASARKAN HASIL ANALISIS KINERJA PROFESIONAL

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengembangkan diri berdasarkan potensi yang dimiliki. Penigkatan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dihadapi kedepan adalah globalisasi dengan dominasi teknologi dan informasi

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan bangsa Indonesia untuk menciptakan manusia yang berilmu, cerdas dan terampil di lingkungan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

TRI WIYANTO F

BAB I PENDAHULUAN. pada kemampuan bangsa itu sendiri dalam meningkatkan kualitas sumber daya

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

NASKAH PUBLIKASI. Untuk Mengetahui Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-I Pendidikan Akuntansi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu upaya untuk memberikan

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kriteria administratif, yaitu memiliki ijazah yang sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kegiatan pelaksanaan pendidikan di sekolah, guru merupakan orang yang

BAB I PENDAHULUAN. pustakawan, komite sekolah dan lain-lain yang satu sama lain harus saling. meningkatkan prestasi belajar siswa secara optimal pula.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring dengan perkembangan zaman saat ini, pendidikan adalah suatu hal

BAB I PENDAHULUAN. Gunung Jati, Bandung, 1997, hlm

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembinaan guru pascasertifikasi penting dilakukan untuk

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia tersebut adalah pendidikan. Tujuan pendidikan adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sertifikasi guru merupakan salah satu terobosan dalam dunia

A. Latar Belakang Pendidikan merupakan faktor sangat penting dalam pembangunan nasional dimana pembangunan itu sendiri membutuhkan sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia. dan Undang-undang Dasar Tahun Upaya tersebut harus selalu

I. PENDAHULUAN. kehidupan lainnya seperti keluarga, sosial kemasyarakatan, pemerintahan,

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan salah satu bentuk satuan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. pendidikan. Guru merupakan kunci keberhasilan pendidikan, sebab dalam proses

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu pengalaman belajar yang terprogram dalam

2015 PENGARUH KEPEMIMPINAN KEPALA SEKOLAH DAN KUALITAS PENDIDIK TERHADAP MUTU PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Penelitian Hasanah Ratna Dewi, 2015

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. tuntutan akan kebutuhan sumber daya manusia (SDM) yang dapat berkompetisi di

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini ternyata

BAB I PENDAHULUAN. profesional harus menguasai betul seluk-beluk pendidikan dan pengajaran

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, politik, budaya, sosial dan pendidikan. Kondisi seperti ini menuntut

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu aspek terpenting dalam pembangunan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional). Pelaksanaan pendidikan di Indonesia masih mengalami berbagai macam hambatan, bahkan sebagian besar terletak pada proses pembelajaran. Dalam suatu proses pendidikan, guru memegang peranan yang sangat penting, sebab keberhasilan pelaksanaan proses pendidikan sangat tergantung pada guru. Sebagaimana dijelaskan dalam Peraturan Bersama Menteri Pendidikan Nasional No. 14 Tahun 2010 mengenai Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru, bahwa Guru adalah pendidik professional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Dari pengertian tersebut terlihat bahwa guru merupakan fasilitator utama dalam suatu proses pendidikan, sehingga diperlukan guru yang berkualitas guna tercapainya suatu pendidikan yang juga berkualitas. 1

2 Fullan (2001) dalam Ahmad Rizali, Indra Djati, dan Satria Darma (2009 : 12) mengatakan bahwa kelas dan sekolah baru akan efektif apabila (1) kita merekrut orang-orang terbaik untuk menjadi guru dan (2) lingkungan kerja dibuat nyaman dan kondusif untuk bekerja dan mendorong guru berkarya agar guru tidak loncat mencari pekerjaan lain. Dari pendapat tersebut, guru merupakan kunci utama efektivitas di dalam kelas dan sekolah. Ini diperkuat dengan pendapat Muhibbuddin (2008) dalam artikel Ilham Alfian Noor Kompetensi Guru dan Efektivitas Sumber Belajar, yaitu sebagai berikut : Salah satu fungsi guru adalah sebagai pengelola kegiatan belajar mengajar. Sebagai pengelola pembelajaran (learning manager), guru berperan dalam menciptakan iklim belajar yang memungkinkan siswa dapat belajar secara nyaman. Melalui pengelolaan kelas yang baik guru dapat menjaga kelas agar tetap kondusif untuk terjadinya proses belajar seluruh siswa. Sehingga kemampuan pengelolaan kelas sangat penting untuk dikuasai oleh guru, apalagi untuk model pembelajaran di luar kelas. Peranan guru sangat menentukan dalam usaha peningkatan mutu pendidikan formal. Untuk itu guru sebagai agen pembelajaran dituntut untuk mampu menyelenggarakan proses pembelajaran dengan sebaik-baiknya, dalam kerangka pembangunan pendidikan. Guru mempunyai fungsi dan peran yang sangat strategis dalam pembangunan bidang pendidikan, dan oleh karena itu perlu dikembangkan sebagai profesi yang bermartabat. Undang-Undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen Pasal 4 menegaskan bahwa guru sebagai agen pembelajaran berfungsi untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional. Untuk dapat melaksanakan fungsinya dengan baik, guru wajib untuk memiliki syarat tertentu, salah satu di antaranya adalah kompetensi.

3 Menurut Mulyasa (2011 : 18), karakteristik guru yang dinilai kompeten secara profesional adalah mampu mengembangkan tanggung jawab dengan baik,melaksanakan peran dan fungsinya dengan tepat, mampu bekerja untuk mewujudkan tujuan pendidikan di sekolah dan mampu melaksanakan peran dan fungsinya dalam pembelajaran di kelas. Jadi, guru yang profesional adalah guru yang memiliki kompetensi atau standar mutu yang dipersyaratkan untuk melakukan tugas pendidikan dan pengajaran serta mengedepankan nasib peserta didiknya untuk bisa menggunakan potensi dan kecakapan yang dimilikinya. Berbagai fakta menunjukkan bahwa kualitas pendidikan di Indonesia sangat memprihatinkan. Sebagaimana dikemukakan Hamzah B. Uno dan Nina Lamatenggo (2012 : 20) bahwa hal tersebut tercermin antara lain dari hasil studi kemampuan membaca untuk tingkat sekolah dasar (SD) yang dilaksanakan oleh organisasi International Educational Achievement (IEA) menunjukkan bahwa siswa SD di Indonesia berada pada urutan ke-38 dari 39 negara peserta studi. Sementara untuk tingkat sekolah lanjutan tingkat pertama (SLTP), studi untuk kemampuan matematika siswa SLTP di Indonesia berada pada urutan ke-39 dari 42 negara, dan untuk kemampuan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) hanya berada pada urutan ke-40 dari 42 negara peserta. Permasalahan-permasalahan ini menjadi salah satu ciri bahwa kinerja pendidikan Indonesia masih cukup rendah. Pernasalahan pendidikan yang terjadi di Indonesia tentunya tidak terlepas dari peranan berbagai Sumber Daya Manusia yang ada didalamnya, salah satunya yaitu guru.

4 Pemerintah sempat menyelenggarakan Ujian Kompetensi Awal bagi guruguru yang akan mengikuti sertifikasi. Ternyata hasil yang diberikan tidak maksimal. Hal ini terlihat dari nilai rata-rata sebesar 42,5 dengan rincian nilai yang dapat dilihat pada tabel 1.1. Data hasil Uji Kompetensi Awal yang telah dilakukan di awal tahun 2012 tersebut menunjukkan bahwa sebagian guru-guru yang terdapat di Kota Besar di Indonesia kenyataannya masih memiliki wawasan yang sempit mengenai profesi yang dijalaninya. Dengan rata-rata sebesar 42,5 dan nilai tertinggi 50,1 memperlihatkan bahwa sebagian besar guru di Indonesia belum memiliki kompetensi yang memadai. Untuk provinsi Jawa Barat sendiri, rata-rata nilai yang diperoleh dalam UKA adalah sebesar 44,0. Nilai tersebut cukup memprihatinkan. Pasalnya, diantara provinsi lainnya di pulau jawa, Jawa Barat menduduki nilai yang terendah. Jawa Barat yang menyumbang hampir seperlima penduduk Indonesia, tentu memiliki pengaruh besar terhadap pencapaian pendidikan di Indonesia. Bagi Jawa Barat sendiri, kualitas SDM bisa dilihat dari capaian ini. (Rieke Diah Pitaloka & Teten Masduki, 2013, Ada apa dengan pendidikan di Jawa Barat? ) Tabel 1.1 Nilai Ujian Kompetensi Awal Terbesar Per-Provinsi di Indonesia No. Provinsi Nilai 1. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) 50,1 2. DKI Jakarta 49,2 3. Bali 48,9 4. Jawa Timur 47,1 5. Jawa Tengah 45,2

5 6. Jawa Barat 44,0 7. Kepulauan Riau 43,8 8. Sumatera Barat 42,7 9. Papua 41,1 10. Banten 41,1 Sumber : Jawa Pos Group Online 2012 Pada dasarnya terdapat empat kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru, diantaranya Kompetensi Pedagogik, Kompetensi Profesional, Kompetensi Sosial, dan Kompetensi Pribadi. Dari keempat kompetensi yang harus dimiliki guru, dua di antaranya dinilai masih menjadi problem serius dan krusial di kalangan guru, yakni kompetensi pedagogik dan kompetensi profesional. Dari aspek kompetensi pedagogik, misalnya, guru dinilai belum mampu mengelola pembelajaran secara maksimal, baik dalam hal pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, maupun pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Dari aspek kompetensi profesional, banyak guru yang dianggap masih gagap dalam menguasai materi ajar secara luas dan mendalam sehingga gagal menyajikan kegiatan pembelajaran yang bermakna dan bermanfaat bagi siswa. (Sawali Tuhusetya : 2008, Mampukah Pemberdayaan MGMP Menjadi Therapi Kejut bagi Guru?) Kompetensi guru juga menentukan kinerja guru. Apabila kompetensi guru masih cukup rendah, tentunya kinerja guru yang bersangkutan pun belum optimal. Walaupun terdapat berbagai program pemerintah guna mengevaluasi kinerja guru, nyatanya hasil yang diberikan tidak sesuai dengan kenyataan yang terjadi di

6 lapangan. Fenomena yang terjadi adalah kinerja guru yang sudah lolos sertifikasi masih belum memuaskan. Motivasi kerja yang tinggi justru ditunjukkan oleh guru-guru di berbagai jenjang pendidikan yang belum lolos sertifikasi, dengan harapan segera mendapat sertifikasi berikut uang tunjangan profesi. Hasil survei yang dilakukan Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) mengenai dampak sertifikasi profesi guru terhadap kinerja guru menunjukkan bahwa 16 dari 28 provinsi yang diteliti memberikan hasil kurang memuaskan. Padahal, diharapkan sertifikasi bisa meningkatkan kinerja dan profesionalisme guru. (Unifah Rosyidi dalam Kompas 2009) Dari fenomena tersebut terlihat bahwa kinerja guru di Indonesia masih jauh dari kualitas yang baik. Bahkan peningkatan kinerja yang diharapkan dari guru yang sudah bersertifikasi, seperti perubahan pola kerja, motivasi kerja, pembelajaran, atau peningkatan diri, dinilai masih tetap sama. Guru-guru yang sudah lolos sertifikasi sudah mulai enggan mengikuti seminar atau pelatihan untuk peningkatan kualitas diri. Untuk menjaga mutu guru yang sudah lolos sertifikasi, diperlukan pola pembinaan yang terpadu dan berkelanjutan bagi para guru. Salah satu teori yang mendasari kajian kinerja guru adalah teori dari Sutermeister. Teori ini mengemukakan bahwa "performance = f (ability x motivation)". Menurut teori ini kinerja seseorang merupakan fungsi perkalian antara kemampuan dan motivasi. Faktor kemampuan didalamnya mencakup pengetahuan dan keterampilan, dimana indikator dari pengetahuan adalah

7 pendidikan dan pengalaman kerja, sedangkan untuk indikator keterampilan diantaranya adalah pelatihan, sikap, dan kepribadian. (Sutermeister, 1963: 11) Berbagai cara dapat dilakukan guna meningkatkan profesionalisme dan kualitas guru di Indonesia. Salah satu upaya riil yang telah dilakukan yakni melalui pembentukan MGMP (Musyawarah Guru Mata pelajaran). Berikut definisi MGMP yang tertera dalam Pedoman Penyelenggaraan MGMP (Depdiknas, 1995) : MGMP adalah forum/wadah kegiatan professional guru mata pelajaran sejenis di sanggar yang terdiri dari dua unsur yaitu Musyawarah dan Guru Mata Pelajaran. Musyawarah mencerminkan kegiatan dari, oleh, dan untuk guru, sedangkan guru mata Pelajaran adalah guru SMP dan SMA negeri atau swasta yang mengasuh dan bertanggung jawab mengelola mata pelajaran yang ditetapkan di dalam kurikulum MGMP (Musyawarah Guru Mata Pelajaran) adalah wadah untuk pertemuan para guru mata pelajaran sekolah. Lembaga ini dibentuk tidak hanya sebagai forum silaturahmi, tetapi juga sebagai forum untuk menampung berbagai permasalahan yang dihadapi guru di sekolah masing-masing sesuai dengan tugas dan tanggung jawab yang diembannya (Rahima, dalam artikel MGMP Wadah untuk Pemberdayaan Guru, 2008). Ini membuktikan bahwa pembentukan MGMP cukup berperan dalam mengatasi permasalahan yang dihadapi oleh guru, sesuai dengan bidang studinya masing-masing. Melalui MGMP diharapkan guru dapat mempertahankan kualitas profesionalismenya sesuai tuntutan jaman dan kebutuhan sekolah. Selain itu, MGMP juga dituntut untuk berperan sebagai (1) reformator, dalam classroom

8 reform, terutama dalam reorientasi pembelajaran efektif, (2) mediator dalam pengembangan dan peningkatan system pengujian, (3) supporting agency, dalam inovasi manajemen kelas dan manajemen sekolah, (4) collaborator, terhadap unit terkait dan organisasi profesi yang relevan, (5) evaluator dan developer school reform dalam konteks MPMBS dan (6) clinical dan academic supervisor, dengan pendekatan penilaian appraisal (Hunaenah dalam Duwi Tri Lestari, 2012 : 11). Sebagaimana dikemukakan dalam workshop 'Better Teaching and Learning' (BTL) yang diselenggarakan oleh USAID dan DBE3 (2009) bahwa : Peningkatan profesionalisme guru dapat dilakukan dengan berbagai cara, salah satunya adalah melalui wadah Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP). Namun demikian, hasil studi DBE3 menunjukkan bahwa MGMP belum mencapai kinerja yang optimal. Beberapa faktor yang mempengaruhi antara lain ukuran organisasi yang masih terlalu besar, manajemen yang belum mapan, ketersediaan anggaran yang belum mencukupi, serta dukungan para stakeholder yang masih kurang. Di samping itu, pembentukan MGMP dan pelaksanaan kegiatannya masih diatur dari atas, bukan merupakan organisasi dan kegiatan yang benarbenar dibutuhkan oleh guru sendiri. Penjelasan tersebut memperlihatkan bahwa penyelenggaraan MGMP memiliki peranan penting dalam peningkatan profesionalisme guru, namun memang dalam penyelenggaraan kegiatan MGMP pun guru masih dihadapkan dengan berbagai persoalan yang menyebabkan penyelenggaraan kegiatan tersebut belum optimal. Peningkatan profesionalisme melalui kegiatan MGMP, dapat mengasah kompetensi yang dimiliki oleh guru, yang nantinya juga akan menentukan kinerja masing-masing guru yang bersangkutan.

9 Mengingat bahwa mata pelajaran Ekonomi juga merupakan salah satu pelajaran yang diberikan dalam Ujian Nasional di tingkat SMA, maka penelitian ini penting untuk dilaksanakan guna peningkatan kompetensi dan kinerja guru Ekonomi yang tentunya memiliki tanggung jawab dalam mempersiapkan peserta didik mencapai hasil belajar yang memuaskan. Oleh karena itu penulis akan melakukan penelitian yang berjudul : Pengaruh Manajemen Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP) terhadap Kompetensi Profesional dan Kompetensi Pedagogik Guru serta Implikasinya pada Kinerja Guru Mata Pelajaran Ekonomi di SMA Negeri se-kota Bandung. 1.2 Identifikasi dan Perumusan Masalah Kajian dalam penelitian ini yaitu kinerja guru. Terdapat banyak faktor yang mempengaruhi kinerja guru, salah satunya yakni kompetensi guru. Kompetensi yang dipaparkan dalam penelitian ini yaitu kompetensi professional dan kompetensi pedagogik guru. Di sisi lain, kompetensi guru juga turut dipengaruhi oleh pelatihan yang salah satunya berbentuk penyelenggaraan kegiatan Musyawarah Guru Mata Pelajaran (MGMP). Adapun kegiatan MGMP sebagai suatu manajemen,indikator keberhasilannya dilihat dari ukuran efektivitas. Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian ini diantaranya :

10 1. Bagaimana gambaran efektivitas manajemen MGMP, tingkat kompetensi professional guru, tingkat kompetensi pedagogik, dan tingkat kinerja guru Ekonomi SMA Negeri di Kota Bandung? 2. Bagaimana pengaruh efektivitas MGMP terhadap kompetensi profesional guru ekonomi SMA Negeri di Kota Bandung? 3. Bagaimana pengaruh efektivitas MGMP terhadap kompetensi pedagogik guru ekonomi SMA Negeri di Kota Bandung? 4. Bagaimana pengaruh kompetensi profesional terhadap kinerja guru ekonomi SMA Negeri di Kota Bandung? 5. Bagaimana pengaruh kompetensi pedagogik terhadap kinerja guru ekonomi SMA Negeri di Kota Bandung? 6. Bagaimana pengaruh efektivitas MGMP terhadap kinerja guru ekonomi SMA Negeri di Kota Bandung? 1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini yakni untuk mengetahui pengaruh efektivitas manajemen MGMP ekonomi di Kota Bandung terhadap kompetensi professional dan kompetensi pedagogik serta implikasinya terhadap kinerja guru. Lebih spesifik lagi, penelitian ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut: 1. Untuk mendeskripsikan gambaran efektivitas manajemen MGMP, tingkat kompetensi professional guru, tingkat kompetensi pedagogik, dan tingkat

11 kinerja guru Ekonomi SMA Negeri di Kota Bandung Untuk mendeskripsikan tingkat kompetensi professional guru Ekonomi SMA Negeri di Kota Bandung. 2. Untuk mengetahui pengaruh efektivitas MGMP terhadap kompetensi profesional guru ekonomi SMA Negeri di Kota Bandung. 3. Untuk mengetahui pengaruh efektivitas MGMP terhadap kompetensi pedagogik guru ekonomi SMA Negeri di Kota Bandung. 4. Untuk mengetahui pengaruh kompetensi profesional terhadap kinerja guru ekonomi SMA Negeri di Kota Bandung. 5. Untuk mengetahui pengaruh kompetensi pedagogik terhadap kinerja guru ekonomi SMA Negeri di Kota Bandung. 6. Untuk mengetahui pengaruh efektivitas MGMP terhadap kinerja guru konomi SMA Negeri di Kota Bandung. 1.3.2. Manfaat Penelitian 1. Secara Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah ilmu pendidikan, khususnya mengenai pengembangan Kompetensi dan Kinerja Guru melalui penyelenggaraan Kegiatan MGMP di berbagai bidang studi dan jenjang pendidikan. 2. Secara Praktis

12 a. Untuk memberikan informasi mengenai pengaruh efektivitas MGMP terhadap kompetensi professional dan kompetensi pedagogik guru serta implikasinya pada kinerja guru mata pelajaran ekonomi. b. Sebagai pertimbangan bagi pihak-pihak yang berkepentingan dalam pengembangan profesi keguruan serta peningkatan kualitas pendidikan khususnya di Indonesia.