BAB I PENDAHULUAN. kerugian harta benda dan dampak psikologis (IDEP, 2007)

dokumen-dokumen yang mirip
KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI ANCAMAN BENCANA KEBAKARAN DI KELURAHAN KAUMAN KECAMATAN PASAR KLIWON KOTA SURAKATA ARTIKEL PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. baik oleh faktor alam, atau faktor non-alam maupun faktor manusia sehingga

BAB I PENDAHULUAN. dialami masyarakat yang terkena banjir namun juga dialami oleh. pemerintah. Mengatasi serta mengurangi kerugian-kerugian banjir

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. Surakarta yang merupakan kota disalah satu Provinsi Jawa Tengah. Kota

BAB I PENDAHULUAN. sebagai akibat akumulasi beberapa faktor yaitu: hujan, kondisi sungai, kondisi

BAB I PENDAHULUAN. Kota Surakarta terletak antara BT BT dan. lainnya seperti Semarang maupun Yogyakarta.

BAB I PENDAHULUAN. Pasar Tradisional dan keramaian pembeli serta pedagang didalamnya

BAB I PENDAHULUAN. terhadap tata kehidupan dan penghidupan masyarakat (Sudibyakto, 2011).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dengan adanya transaksi baik berupa barang atupun jasa. Menurut Mankiw (2003: 82),

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit pada Pasal 1 ayat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengertian banjir dalam Buku Pegangan Guru Pendidikan Siaga

BAB I PENDAHULUAN. Geografi merupakan ilmu yang mempelajari gejala-gejala alamiah yang

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan aktivitas di kawasan ini menjadi semakin tinggi. Hal ini akan

BAB I PENDAHULUAN. empat lempeng raksasa, yaitu lempeng Eurasia, lempeng Hindia-Australia,

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan korban jiwa, kerugian harta benda kerusakan lingkungan,

BAB I PENDAHULUAN. Pasar Klewer Solo merupakan sebuah pasar tradisional di kota Solo dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. K3 menjadi salah satu bagian penting dalam dunia pekerjaan dewasa ini.

BAB I PENDAHULUAN. langsung maupun tidak langsung mengganggu kehidupan manusia. Dalam hal

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

SMA/MA IPS kelas 10 - GEOGRAFI IPS BAB 7. MENGANALISIS MITIGASI DAN ADAPTASI BENCANA ALAMLATIHAN SOAL 7.1

BAB I PENDAHULUAN. kemudian dikenal dengan sebutan bencana. Upaya meminimalisasi resiko. atau kerugian bagi manusia diperlukan pengetahuan, pemahaman,

BAB I PENDAHULUAN. dan dikepung oleh tiga lempeng utama (Eurasia, Indo-Australia dan Pasifik),

BAB I PENDAHULUAN. permukaan bumi yang luasnya 510 juta km 2, oleh karena itu persediaan air di

BAB 1 PENDAHULUAN. Bencana adalah sebuah fenomena akibat dari perubahan ekosistem yang terjadi

I. PENDAHULUAN. DKI Jakarta sebagai Ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. 35 Bujur Timur dan 70` 36 70` 56 Lintang Selatan. Batas. Timur adalah Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Karanganyar,

PERAN PEMERINTAH DALAM MENGHADAPI BENCANA BANJIR DI KELURAHAN NUSUKAN KECAMATAN BANJARSARI SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha agar manusia dapat mengembangkan potensi

PENANGGULANGAN BENCANA (PB) Disusun : IdaYustinA

PERATURAN BUPATI TRENGGALEK NOMOR 9 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KABUPATEN TRENGGALEK

PERATURAN BUPATI GUNUNGKIDUL NOMOR 77 TAHUN 2011 TENTANG URAIAN TUGAS BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB III LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan salah satu Negara di dunia yang mempunyai

WALIKOTA KEDIRI PERATURAN WALIKOTA KEDIRI NOMOR 56 TAHUN 2014 TENTANG URAIAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA KEDIRI

BAB I PENDAHULUAN. manusia, yang dapat terjadi secara tiba-tiba atau perlahan-lahan, yang. serta melampaui kemampuan dan sumber daya manusia untuk

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BOGOR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

PERATURAN DAERAH KABUPATEN PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

2016 KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI BENCANA KEBAKARAN PADA PERMUKIMAN PADAT PENDUDUK DI KECAMATAN BOJONGLOA KALER

BUPATI PURBALINGGA PERATURAN BUPATI PURBALINGGA NOMOR 26 TAHUN 2011 TENTANG PENJABARAN TUGAS POKOK DAN FUNGSI BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

PERATURAN WALIKOTA PROBOLINGGO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyelenggaraan pendidikan dan keselamatan kerja di lembaga

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pada 6`LU- 11` LS dan antara 95` BT - 141` BT1. Sementara secara geografis

BUPATI TULUNGAGUNG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI TULUNGAGUNG NOMOR 81 TAHUN 2014 TENTANG

KAJIAN MITIGASI BENCANA KEBAKARAN DI PERMUKIMAN PADAT (STUDI KASUS: KELURAHAN TAMAN SARI, KOTA BANDUNG)

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BOGOR,

BAB I PENDAHULUAN. digaris khatulistiwa pada posisi silang antara dua benua dan dua samudra dengan

BAB I PENDAHULUAN. satunya rawan terjadinya bencana alam banjir. Banjir adalah suatu

PERATURAN BUPATI KARANGANYAR NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PEMBERIAN BANTUAN DARURAT BENCANA

BAB I PENDAHULUAN. Suatu bencana alam adalah kombinasi dari konsekuensi suatu resiko alami

BAB I PENDAHULUAN. kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pusat aktivitas dari penduduk, oleh karena itu kelangsungan dan kelestarian kota

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan Negara kepulauan yang terletak pada pertemuan tiga

PERATURAN DAERAH KOTA BALIKPAPAN NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH KOTA BALIKPAPAN

I. PENDAHULUAN. Sebagai Ibukota Negara dan pusat pemerintahan Provinsi Daerah. Khusus Ibukota Jakarta menjadi titik sentral aktivitas pembangunan di

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia dengan keadaan geografis dan kondisi sosialnya berpotensi rawan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN BUPATI BANTUL NOMOR 88 TAHUN 2007

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

LEMBAR EVALUASI PELAKSANAAN RENCANA AKSI KELURAHAN SADAR BENCANA (KELURAHAN BANJAR-SERASAN KEC.PONTIANAK TIMUR)

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 27 TAHUN 2009 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 SERI D.4 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIREBON NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. bencana. Dalam Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan

BAB 1 PENDAHULUAN. Gempa bumi merupakan bencana alam yang relatif sering terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. berkaitan dengan aspek fisik maupun aspek sosial dan budaya. Pembangunan

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia menempati wilayah zona tektonik tempat pertemuan tiga

KERENTANAN (VULNERABILITY)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menyatu dengan tempat kedudukannya, sebagian atau seluruhnya berada di

PERATURAN BUPATI LANDAK NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 44 TAHUN 2014 TENTANG URAIAN TUGAS POKOK, FUNGSI DAN TATA KERJA BADAN PENANGGULANGAN BENCANA DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. keutuhan dan kesempurnaan baik jasmani maupun rohani. Keselamatan dan kesehatan

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 80 TAHUN 2015 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. kewilayahan dalam konteks keruangan. yang dipelajari oleh ilmu tersebut. Obyek formal geografi mencakup

BAB I PENDAHULUAN. Benua Australia dan Benua Asia serta terletak diantara dua Samudra yaitu

MANAJEMEN BENCANA PENGERTIAN - PENGERTIAN. Definisi Bencana (disaster) DEPARTEMEN DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA

Menurut data National Fire Protection Association (NFPA) di U.S Tahun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 4 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

KESIAPSIAGAAN SMP NEGERI 1 GATAK KABUPATEN SUKOHARJO DALAM MENGHADAPI BENCANA ALAM NASKAH PUBLIKASI

PENGENDALIAN BAHAYA KEBAKARAN MELALUI OPTIMALISASI TATA KELOLA LAHAN KAWASAN PERUMAHAN DI WILAYAH PERKOTAAN

BAB I. A. Latar Belakang Masalah. untuk mendirikan bangunan sehingga sangat banyak bangunan yang di padati oleh

BAB VI RENCANA DAN GAGASAN PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN PRIORITAS TAMMUA

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 6 TAHUN 2011

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengakibatkan terjadinya kerusakan dan kehancuran lingkungan yang pada akhirnya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bencana merupakan peristiwa atau rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat yang disebabkan, baik oleh faktor alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda dan dampak psikologis (IDEP, 2007) Kebakaran permukiman adalah salah satu contoh bencana yang sering kita jumpai di Indonesia khususnya di kota-kota besar di Jawa seperti Jakarta, Surabaya, Surakarta, dan Semarang. Mengingat saat ini jumlah penduduk Indonesia berdasarkan survei penduduk pada tahun 2010 mencapai lebih dari 210 juta jiwa, sehingga kebutuhan akan tempat tinggal juga semakin tinggi terutama di kota-kota besar sebagai pusat perekonomian suatu daerah. Akan tetapi pertambahan jumlah permukiman yang begitu besar tidak diiringi dengan sarana dan prasarana yang menunjang keselamatn bersama pada setiap bangunan. Sehingga ancaman terjadinya suatu bencana kebakaran bangunan juga semakin besar. Di Kota Surakarta berdasarkan Indeks rawan Bencana Indonesia (BNPB, 2011) menempatkan Kota Surakarta pada rangking 26 nasional, hal ini turut dibuktikan dengan meingkatnya kasus kebakaran yang terjadi dalam 1

2 kurun waktu 3 tahun belakangan, yaitu 28 kejadian pada tahun 2010, 37 kejadian pada tahun 2011, dan 46 kejadian sampai bulan agustus tahun 2012 (Sigap, 2013). Berdasarkan wawancara terhadap kepala unit pemadam kebakaran Kota Surakarta Hery Mulyadi, disela-sela upacara memperingati HUT (Hari Ulang Tahun) Pemadam Kebakaran ke-94 di halaman Balaikota Surakarta. Beliau mengungkapkan Sekitar 85% kebakaran di kota Surakarta diakibatkan oleh hubungan arus pendek listrik, selebihnya oleh kegiatan sehari-hari warga (Bisnis-Jateng, 2013). Sedangkan data kejadian kebakaran menurut Dinas Pemadam Kebakaran Kota Surakarta adalah sebagai berikut: Tabel 1.1. Banyaknya Peristiwa Kebakaran & Penyebab Terjadinya Kebakaran Di Kota No Tahun Banyaknya Peristiwa kebakaran (kali) Surakarta Listrik Penyebab Terjadinya Kebakaran Kompor Gas Kompor Minyak Lainnya 1. 2012 66 44 7 0 15 2. 2011 47 22 13 0 12 3. 2010 30 19 3 0 8 4. 2009 44 16 2 2 24 5. 2008 52 31 1 4 16 Sumber: Dinas Pemadam Kebakaran Kota Surakarta Tahun 2013 Tabel 1.2. Banyaknya Peristiwa Kebakaran, Korban, dan Taksiran Kerugian Di Kota Surakarta Banyaknya Korban No. Tahun Peristiwa kebakaran Taksiran Kerugian Mati Luka-luka (kali) 1. 2012 66 0 1 Rp 2.395.500.000 2. 2011 47 0 1 Rp 1.515.500.000 3. 2010 30 0 2 Rp 771.500.000 4. 2009 44 5 3 Rp 655.975.000 5. 2008 52 0 0 Rp 4.782.100.000 Sumber: Dinas Pemadam Kebakaran Kota Surakarta Tahun 2013

3 Kelurahan Kauman adalah salah satu daerah yang berada disebelah selatan kantor Balaikota Surakarta yang terletak di 110 o -111 o BT dan 7.6 o -8 o LS dengan luas wilayah sebesar 20,10 hektar. Menurut data yang diperoleh dari Kelurahan Kauman pada tahun 2012 terdapat 743 kepala keluarga dengan total jumlah warga mencapai 2.690 jiwa yang tersebar di 481 rumah, hingga menyebabkan pemukiman di kelurahan Kauman menjadi sangat padat. Menurut Eko Budi, salah seorang Linmas di Kelurahan Kauman memaparkan bahwa selama kurun waktu 5 tahun terakhir Kelurahan Kauman sudah 4 kali mengalami kebakaran, yakni satu kali di pemukiman warga, satu kali di tempat pedagang kaki lima utara pasar klewer, dan 2 kali di toko daerah Jl. Yos Sudarso. Hal ini yang kemudian menempatkan kelurahan Kauman menjadi salah satu dari enam kelurahan yang rawan dan berpotensi terjadi kebakaran di kota Surakarta. Sekilas mengulas sejarah kelurahan kauman, dahulu Kauman adalah salah satu kampung lama di Surakarta. Kauman mulai tumbuh saat Paku Buwono III membangun Masjid Agung pada tahun 1757 M, Sang Raja mengangkat Tafsir Anom sebagai Penghulu Masjid Agung. Dalam melaksanakan tugas sehari-harinya penghulu Masjid Agung dibantu oleh Abdi Dalem Ulama lainnya (yaitu Ketib, Merbot dan Berjamaah). Para abdi dalem ulama beserta para Santri tinggal di sekitar Masjid Agung yang kemudian berkembang dan dinamakan Kauman yang berarti kampung kaum.

4 Pada mulanya para abdi dalem ulama hanya bekerja sebagai abdi dalem saja, istrinya bekerja sambilan membatik di rumahnya untuk konsumsi kraton. Seiring berjalannya waktu usaha rumah tangga tersebut kemudian berkembang menjadi usaha batik dan kerja rangkap ini berhasil menaikkan taraf ekonomi masyarakat. Usaha inilah yang antara lain menyebabkan masyarakat Kauman dapat membangun rumah yang megah/indah pada tahun 1800 sampai dengan pertengahan tahun 1900. Kehidupan sosial ekonomi masyarakat Kauman saat ini terdapat perbedaan antara yang tinggal di bagian dalam dengan yang tinggal di bagian tepi. Mereka yang tinggal di bagian dalam umumnya adalah penduduk asli Kauman, dengan mata pencaharian kebanyakan sebagai pedagang atau meneruskan usaha batik orang tuanya. Rumah yang terletak di bagian tepi jalan besar dimanfaatkan untuk membuka toko/kios/grosir, baik disewakan maupun dikelola sendiri. Adapun masyarakat yang tinggal di tepi jalan besar umumnya keturunan Tionghoa bermata pencaharian dengan berdagang membuka toko-toko di sepanjang Jl. Yos Sudarso dan di sepanjang Jl. Dr. Rajiman membuka toko emas, sedangkan kios-kios buku & perlengkapan muslim milik pribumi terletak di bagian Timur Jl. Hasyim Asy ari (musyawaroh.staff.uns.ac.id, 2013). Tabel 1.3. Prosentase Jenis Pekerjaan JENIS PEKERJAAN Prosentase Sektor Informal Industri Besar Industri Kecil Pedagang 2 % 3 % 20 % 75 % Sumber: Atlas Kauman Tahun 2010

5 Berdasarkan sejarah tentang Kelurahan Kauman di atas, sangat riskan sekali apabila terjadi sebuah bencana kebakaran. Diketahui bahwa Kelurahan Kauman merupakan salah aset budaya dan sejarah tentang berkembangnya batik di Kota Solo, selain itu Kelurahan Kauman juga menjadi daerah pemukiman bagi para abdi dalem di Keraton Kasunanan Solo. Sehingga masyarakat yang tinggal di Kelurahan Kauman diharapkan untuk bisa menjaga segala aset yang dimilikinya dari suatu bencana. Masyarakat sebagai elemen utama yang merasakan suatu bencana harus mempunyai kesiapsiagaan dan mitigasi dalam menghadapi bencana, sebab kerugian yang ditimbulkan oleh suatu bencana alam ataupun non alam sangat ditentukan oleh kesiapan, pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki oleh masyarakat. Di lihat dari segi rehabilitasi fasilitas maka kecelakaan akibat kebakaran memerlukan waktu yang relatif lama belum lagi kerugian yang mustahil direcoveri seperti arsip, barang antic, sertifikat dan lain sebagainya. Oleh karena itu kesiapsiagaan dalam menghadapi ancaman bencana kebakaran merupakan pilihan utama dalam teknologi penanggulangan kebakaran. Berdasarkan latar belakang di atas maka peneliti ingin melakukan penelitian yang berjudul KESIAPSIAGAAN MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI ANCAMAN BENCANA KEBAKARAN DI KELURAHAN KAUMAN KECAMATAN PASAR KLIWON KOTA SURAKARTA

6 B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diungkapkan di atas, maka dapat diidentifikasi masalah dalam penelitian ini adalah : 1. Seringnya terjadi bencana kebakaran disebabkan karena faktor kelalaian manusia 2. Kesiapsiagaan merupakan bentuk dari pengurangan resiko terhadap ancaman suatu bencana. C. Pembatasan Masalah Berdasarkan Latar belakang dan identifikasi masalah serta adanya keterbatasan waktu dalam penelitian dan kemampuan, maka penulis membatasi masalah yang hanya terfokus pada. 1. Subyek dalam penelitian ini adalah masyarakat di Kelurahan Kauman, Kecamatan Pasar Kliwon, Kota Surakarta. 2. Obyek yang diteliti adalah tingkat kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi ancaman bencana kebakaran. D. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas maka perumusan masalah yang diajukan dalam proposal ini adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana tingkat kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi ancaman bencana kebakaran di Kelurahan Kauman? 2. Seberapa besar tingkat ancaman bahaya kebakaran bangunan di Kelurahan Kauman?

7 E. Tujuan Penelitian Berdasarkan perumusan masalah di atas maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Mengetahui tingkat kesiapsiagaan masyarakat dalam menghadapi ancaman bencana kebakaran di Kelurahan Kauman. 2. Mengetahui besarnya tingkat tingkat ancaman bahaya kebakaran bangunan di Kelurahan Kauman. F. Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini memberikan dua manfaat, yaitu manfaat yang teoritis dan manfaat yang praktis. 1. Manfaat Teoritis. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan akan pentingnya kesiapsiagaan yang harus dimiliki oleh semua pihak, terutama yang berada di daerah rawan kebakaran agar dampak yang ditimbulkan bisa diminimalisir. 2. Manfaat Praktis. a. Bagi Masyarakat Penelitian ini diharapkan bisa menjadi suatau pengalaman dan pengetahuan baru bagi masyarakat di Kelurahan Kauman akan pentingnya suatu kesiapsiagaan terhadap bencana kebakaran. b. Bagi Pemerintah Penelitian ini diharapkan bisa menjadi rujukan terhadap pemerintah untuk mengambil sikap dalam mengurangi resiko

8 terhadap ancaman bencana kebakaran di Kota Solo khususnya Kelurahan Kauman. c. Bagi Peneliti Penelitian ini diharapkan mampu menjadi tolok ukur peneliti untuk terus mengembangkan dan mengasah pengetahuan serta wawasan terhadap kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana. d. Bagi Universitas Penelitian ini diharapkan mampu menjadi bahan referensi karya ilmiah di perpustakaan Universitas Muhammadiyah Surakarta juga untuk kepentingan pendidikan dan penelitian selanjutnya.