BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Objek Umum Penelitian

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. pasar lokal, nasional, regional maupun internasional, dilakukan oleh setiap

BAB 1 : PENDAHULUAN. yang menjadi penentu pencapaian dan kinerja suatu perusahaan. Jika dalam proses

Mempelajari Penerapan Keselamatan dan Kesehatan Kerja Pada PT Krakatau Steel Divisi Wire Rod Mill. Disusun Oleh : Retno Fitri Wulandari ( )

BAB 1 : PENDAHULUAN. berskala besar, menengah ataupun kecil. Hal ini berpengaruh terhadap ketatnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Setiap tempat kerja selalu mempunyai risiko terjadinya kecelakaan. Besarnya

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

commit to user 6 BAB II LANDASAN TEORI A. Tinjauan Pustaka 1. Tempat Kerja Didalam Undang-undang No. 1 Tahun 1970 tentang Keselamatan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. keberhasilan atas pencapaian tujuan yang telah ditetapkan manajemen.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menciptakan tempat kerja yang aman, sehat dan bebas dari pencemaran

BAB I PENDAHULUAN. ketenagakerjaan, merupakan kewajiban pengusaha untuk melindungi tenaga

BAB I PENDAHULUAN. tenaga kerja dari kecelakaan atau penyakit akibat kerja (Ramli, 2013).

PENDAHULUAN. yang memiliki peran penting dalam kegiatan perusahaan. dari potensi bahaya yang dihadapinya (Shiddiq, dkk, 2013).

BAB 1 PENDAHULUAN. Dunia industri dengan segala elemen pendukungnya selalu berkembang secara

BAB 1 : PENDAHULUAN. merupakan kondisi yang menunjukkan Indonesia tidak dapat menghindarkan diri dari

BAB I PENDAHULUAN. yang terdapat dalam bab pendahuluan ini meliputi latar belakang masalah,

BAB 1 : PENDAHULUAN. faktor yaitu, unsafe action dan unsafe condition. OHSAS menyebutkan risiko

BAB I PENDAHULUAN. tempo kerja pekerja. Hal-hal ini memerlukan pengerahan tenaga dan pikiran

BAB I PENDAHULUAN. yang bekerja mengalami peningkatan sebanyak 5,4 juta orang dibanding keadaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. modernisasi, serta globalisasi. Oleh karena itu, penggunaan mesin-mesin,

Konsumsi Baja per Kapita Tahun 2014

BAB 1 : PENDAHULUAN. masalah-masalah baru yang harus bisa segera diatasi apabila perusahaan tersebut

BAB 1 : PENDAHULUAN. depresi akan menjadi penyakit pembunuh nomor dua setelah penyakit jantung.untuk

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya sebuah kecelakaan. Istilah risiko (risk) memiliki banyak definisi,

BAB III PROFIL PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi, sektor industri mengalami perkembangan pesat

BAB 1 PENDAHULUAN. Persaingan antar perusahaan di bidang manufaktur dan jasa sangat ketat. Hal ini

BAB 1 PENDAHULUAN. yang lebih besar dan beraneka ragam karena adanya alih teknologi dimana

BAB I PENDAHULUAN. dengan peningkatan pertumbuhan ekonomi 6,4 sampai dengan 7,5 persen setiap

BAB IITINJAUAN PUSTAKA TINJAUAN PUSTAKA. A. Manajemen Sumberdaya Manusia Manajemen Sumberdaya Manusia adalah penarikan seleksi,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dengan meningkatnya produktivitas (Multahada, 2008)

BAB I PENDAHULUAN. kecelakaan disebabkan oleh perbuatan yang tidak selamat (unsafe act), dan hanya

BAB I PENDAHULUAN. jenis material baik untuk konstruksi utama maupun untuk accessories tambahan

2015 PENGARUH IMPLEMENTASI KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA (K3) TERHADAP PEMBELAJARAN PRAKTIK PRODUKTIF DI BENGKEL OTOMOTIF SMK

Bab I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kelancaran operasional secara penuh. Sebagai suatu lingkungan kerja yang. Fasilitas pelayanan kesehatan khususnya Rumah Sakit telah

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

USULAN PERBAIKAN SISTEM MANAJEMEN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA BERDASARKAN METODE SWIFT PADA PT KRAKATAU STEEL DIVISI WIRE ROD MILL

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) merupakan suatu upaya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu dari sekian banyak bidang usaha yang tergolong sangat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kesehatan, pemulihan serta pemeliharaan kesehatan. Sebagai layanan masyarakat,

LEMBAR PENGESAHAN DOKUMEN DIBUAT OLEH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasi saat ini, pertumbuhan industri dunia yang mencapai

BAB I Pendahuluan A. Latar Belakang

INFORMASI TENTANG PROSEDUR PERINGATAN DINI DAN EVAKUASI KEADAAN DARURAT

BAB 1 : PENDAHULUAN. kuat. (2) Penerapan keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu bentuk upaya untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Created by: Esa Rahmanda H Click to edit Master title style

BAB I PENDAHULUAN. keselamatan dan kesehatan yang datang dari pekerjaan mereka tersebut. Dalam

BAB 1 : PENDAHULUAN. dinyatakan bahwa pembangunan nasional dilaksanakan dalam rangka pembangunan

adalah 70-80% angkatan kerja bergerak disektor informal. Sektor informal memiliki

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan industri di Indonesia sekarang ini berlangsung sangat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. landasan kerja dan lingkungan kerja serta cara-cara melakukan pekerjaan dan proses

BAB 1 PENDAHULUAN. dari masa ke masa. Dengan demikian, setiap tenaga kerja harus dilindungi

BAB I PENDAHULUAN. Kecelakaan merupakan kejadian yang tidak direncanakan dan tidak

Tabel I.1 Data Kecelakaan Kerja di Rumah Batik Komar. (Sumber : Rumah Batik Komar) Kecelakaan kerja Dampak Frekuensi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PT BRANTAS ABIPRAYA (PERSERO)

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan adanya globalisasi di segala bidang maka perindustrian di

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Logo Angkasa Pura II. Sumber: Gambaran Umum PT Angkasa Pura II (Persero)

BAB I PENDAHULUAN. kerja. 3 K3 di tempat kerja harus dikelola dengan aspek lainnya seperti

BAB I PENDAHULUAN. yang dipakai. Menurut American Hospital Association, 1974 dalam

dimilikinya. Dalam hal ini sangat dibutuhkan tenaga kerja yang memiliki kemampuan skill yang handal serta produktif untuk membantu menunjang bisnis

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Proses industrialisasi telah mendorong tumbuhnya industri diberbagai sektor dengan

LAPORAN KERJA PRAKTEK

BAB I PENDAHULUAN. sumberdaya manusia yang dimiliki perusahaan. Faktor-faktor produksi dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECELAKAAN KERJA PADA KARYAWAN PT KUNANGGO JANTAN KOTA PADANG TAHUN 2016

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Dalam Undang Undang Dasar 1945 Pasal 27 Ayat 2 Ditetapkan bahwa Setiap warga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Keselamatan dan Kesehatan Kerja. subkontraktor, serta safety professionals.

BAB IV HASIL DAN ANALISA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

IDENTIFIKASI BAHAYA, PENILAIAN RESIKO DAN TINDAKAN PENGENDALIAN

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan untuk membantu kehidupan manusia. Penggunaan mesin-mesin,

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi Perburuhan Internasional (ILO) memperkirakan setiap 15 detik

Perusahaan yang bergerak di bidang industri manufaktur besi baja ini sudah banyak menghasilkan produk seperti kawat baja, plat baja, maupun baja

Ujian Akhir Semester Keselamatan Kesehatan Kerja dan Lindung Lingkungan Semester Pendek Oleh: Arrigo Dirgantara

BAB I PENDAHULUAN. dan diwarnai dengan persaingan yang ketat. Dalam kondisi demikian. hanya perusahaan yang memiliki keunggulan kompetitif yang mampu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Dalam menghadapi persaingan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA)

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. (Sumber:

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusianya, agar dapat menghasilkan produk yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan pesat dunia industri konstruksi bangunan di Indonesia

HEALTH, SAFETY, ENVIRONMENT ( HSE ) DEPARTMENT PT. GRAHAINDO JAYA GENERAL CONTRACTOR

MEMPELAJARI PENERAPAN KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA DI PT. HITACHI CONSTRUCTION MACHINERY INDONESIA

BAB 1 LATAR BELAKANG. signifikan bagi perekonomian Indonesia. Pada tahun 2006, luas lahan areal kelapa

BAB 1 PENDAHULUAN. dihasilkan dari proses produksi terkadang mengandung potensi bahaya yang

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Analisis risiko..., Septa Tri Ratnasari, FKMUI, 2009

KEBIJAKAN KEMNAKER DALAM PEMBINAAN KOMPETENSI AHLI K3 KONSTRUKSI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB V PEMBAHASAN. keselamatan kerja yang diantaranya adalah program Lock Out Tag

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Objek Umum Penelitian Objek penelitian ini adalah karyawan pabrik Cold Rolling Mill (CRM) PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk. PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk merupakan perusahaan baja milik negara yang berada di Cilegon, Banten. Pemilihan PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk sebagai obyek penelitian karena merupakan perusahaan besar dengan kompleksitas proses produksi dengan risiko bahaya yang tinggi. Konsep keselamatan kerja wajib diterapkan dalam kegiatan operasional perusahaan sebagai strategi jangka pendek maupun jangka panjang dalam pemeliharaan dan peningkatan kualitas sumber daya manusia. Kondisi global saat ini berpengaruh terhadap stabilitas usaha Indonesia dan memberikan dampak pada aspek perlindungan ketenagakerjaan. Kualitas sumber daya manusia adalah salah satu tantangan besar yang dihadapi pada sektor ketenagakerjaan pada saat ini. Keselamatan kerja merupakan salah satu aspek ketenagakerjaan dan merupakan hak dasar setiap tenaga kerja (Kemnakertrans, 2014). Keselamatan kerja termasuk ke dalam upaya keselamatan dan kesehatan kerja (K3) dan merupakan bagian dari fungsi pemeliharaan sumber daya manusia yang diterapkan oleh perusahaan. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi membuat industri lebih banyak menggunakan peralatan canggih yang berdampak pada potensi bahaya bagi pekerja yang juga ikut meningkat yang mendorong tindakan pengendalian yang sebaik mungkin untuk menghindari terjadinya risiko kecelakaan kerja (sumber: www.depnakertrans.go.id diakses pada tanggal 13 April 2014). Kecelakaan kerja adalah peristiwa yang terjadi dalam lingkungan kerja atau dalam rangkaian pekerjaan yang berakibat cedera baik fatal atau tidak fatal. Kecelakaan tidak hanya merugikan bagi pekerja, tetapi juga bagi perusahaan. Pada dasarnya dalam manajemen pabrik, adanya interaksi pekerja dengan mesin atau peralatan yang digunakan, interaksi pekerja dengan lingkungan kerja lebih mengacu dan erat kaitannya dengan keselamatan kerja pada praktik keselamatan dan kesehatan kerja (K3). Keselamatan kerja adalah proses merencanakan dan mengendalikan situasi yang berpotensi menimbulkan kecelakaan kerja melalui penyiapan prosedur yang menjadi acuan dalam bekerja. Sedangkan kecelakaan kerja disebabkan oleh adanya perilaku tidak aman dan kondisi yang tidak aman. Pelaksanaan upaya keselamatan kerja dapat dilakukan melalui program Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3). Menurut Ramli (2009), salah satu tujuan dari program keselamatan kerja adalah meningkatkan perilaku aman serta menurunkan bahkan mencegah perilaku dan kondisi tidak aman karena pada dasarnya kecelakaan dapat dihindari bukan merupakan takdir. Perilaku 1

yang mendukung aspek keselamatan kerja tidak mudah untuk selalu dilakukan karena sifat individu berbeda- beda. Perilaku keselamatan kerja karyawan dalam bekerja agar mampu dilakukan secara terus menerus, juga harus didukung oleh sistem manajemen yang terpadu sehingga upaya keselamatan kerja dapat berjalan dengan baik (Ramli, 2009). Melalui pelaksanaan K3, dalam kaitannya dengan keselamatan kerja, karyawan akan merasa terjamin aman dan terlindungi sehingga dapat memacu produktivitas kerja karyawan (Ardana, dkk., 2012). Oleh karena itu, perlu adanya keselamatan kerja agar mendorong produktivitas kerja karyawan. Berdasarkan penjelasan di atas, keselamatan kerja pada karyawan pabrik menarik untuk dijadikan obyek dalam penelitian ini. 1.1.1 Profil PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk. Tepatnya pada tanggal 31 Agustus 1970, PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk didirikan dalam bentuk pabrik kawat baja, pabrik baja tulangan dan pabrik baja profil. Pada tahun 1977, Presiden Soeharto meresmikan beroperasinya produsen baja terbesar di Indonesia. Pada tanggal 10 November 2010, di tengah kondisi pasar yang masih bergejolak, PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk berhasil menjadi perusahaan terbuka dengan melaksanakan penawaran umum perdana (IPO) dan mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia. PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk dikelola oleh Kementrian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) yang bertindak selaku pemegang saham mewakili pemerintah. PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk merupakan industri baja terpadu yang memproduksi besi spons, slab baja, baja lembaran panas, baja lembaran dingin, bilet baja dan batang kawat. Lingkup bisnis perusahaan mencangkup penyelenggaraan kegiatan pemasaran, distribusi dan keagenan baik dalam maupun luar negeri. Perusahaan turut serta dalam bidang pemberian jasa seperti jasa desain dan rancang bangun, pemeliharaan teknis maupun penyediaan prasarana dan segala fasilitas yang menunjang kegiatan usaha perusahaan. 1.1.2 Visi dan Misi Visi : Perusahaan baja terpadu dengan keunggulan kompetitif untuk tumbuh dan berkembang secara berkesinambungan menjadi perusahaan terkemuka di dunia. Misi : Menyediakan produk baja bermutu dan jasa terkait bagi kemakmuran bangsa. 2

1.1.3 Logo PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk. Gambar 1.1 Logo PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk. Sumber: www.krakatausteel.com (diakses pada tanggal 20 Maret 2014) 1.1.4 Struktur Organisasi Pabrik Cold Rolling Mill Gambar 1.2 Struktur Organisasi Pabrik Cold Rolling Mill Direktur Produksi General Manager Plant Maintenance CRM General Manager CRM Chief Engineer CRM Sekretaris Senior Engineer Superintendent Engineer Koordinator Shift Koordinator Teknisi Plant Inspector Adm. SMKS Supervisor Foreman Pelaksana Operator; Teknisi Sumber: Hasil pengolahan penulis berdasarkan data pabrik Cold Rolling Mill 3

1.1.5 Pabrik Cold Rolling Mill (CRM) PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk. Pabrik Cold Rolling Mill (CRM) merupakan salah satu dan yang paling terbesar dari tujuh pabrik yangdimiliki oleh PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk. Pabrik ini berfungsi untuk memproduksi baja jenis lembaran dingin dari beberapa jenis baja yang ada. Baja jenis lembaran tersebut merupakan bahan yang kemudian akan digunakan dalam proses produksi sebagai bahan baku dalam pembuatan meja, kursi, lemari, kaleng (susu/ minuman, makanan, pelumas, baterai dan lain- lain), otomotif, pipa dan tabung, dan lain sebagainya. Rata- rata jumlah produksi baja lembaran dingin yang diproduksi sebanyak 477 ribu ton /tahun (Annual Report, 2013) dengan total pekerja organik atau tetap bagian produksi dan perawatan sebanyak 614 orang. Pabrik CRM memiliki potensi bahaya dan risiko terkait keselamatan kerjaseperti kecelakaan terbanyak yang mungkin terjadi pada karyawan (Registrasi K3, 2014). Dalam proses produksi, banyak alat berat, tegangan listrik tinggi, bahan kimia dan gas berbahaya, dan lain sebagainya digunakan. Hal- hal tersebut mendorong pentingnya upaya keselamatan kerja diterapkan oleh perusahaan dari atasan hingga bawahan karena pekerja yang berhubungan langsung dengan proses tersebut harus terlindungi. Kondisi pabrik atau lingkungan kerja yang tidak aman apabila didukung adanya perilaku yang tidak aman yang dilakukan oleh karyawan, maka akan mengakibatkan kecelakaan. Kecelakaan yang terjadi di pabrik CRM masih cukup tinggi. Hal tersebut didukung oleh hasil kuesioner pra penelitian yang disebarkan kepada 22 orang responden oleh penulis. Hasil kuesioner pra penelitian menunjukkan bahwa kecelakaan masih sering terjadi dan perilaku tidak aman menjadi penyebab kecelakaan dalam 5 tahun terakhir. 1.2 Latar Belakang Penelitian Sumber daya manusia merupakan faktor penting bagi perusahaan. Sumber daya manusia dalam hal ini adalah karyawan perusahaan yang dipahami sebagai kekuatan yang bersumber pada potensi manusia dan modal untuk melakukan aktivitas dalam mencapai tujuan perusahaan. Sumber daya manusia merupakan titik sentral untuk mencapai keunggulan bersaing sehingga harus dikelola dan dipelihara dengan baik. Manajemen sumber daya manusia bertanggung jawab dalam mengelola sumber daya manusia untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi perusahaan (Yuniarsih dan Suwatno, 2011). Dalam Yuniarsih dan Suwatno (2011) produktivitas ditentukan dari segi efisiensi dan efektivitas pengelolaan semua sumber daya organisasi. Salah satunya yaitu pengelolaan sumber daya manusia melalui program keselamatan kerja. Hal tersebut berdasarkan pada UU Nomor 13 Tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan bahwa, Untuk melindungi keselamatan pekerja/ buruh guna mewujudkan produktivitas kerja yang optimal diselenggarakan upaya keselamatan dan kesehatan kerja. Dalam UU Nomor 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja disebutkan 4

bahwa, Setiap tenaga kerja berhak mendapat perlindungan atas keselamatannya dalam melakukan pekerjaan untuk kesejahteraan hidup dan meningkatkan produksi serta produktivitas Nasional. Keselamatan kerja adalah bagian dari metode pemeliharaan yang merupakan salah satu fungsi (maintenance) manajemen sumber daya manusia (Hasibuan, 2012). Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia, Muhaimin Iskandar mengatakan bahwa pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi membuat industri lebih banyak menggunakan peralatan canggih yang berdampak pada potensi bahaya bagi pekerja yang juga ikut meningkat (sumber: www.depnakertrans.go.id diakses pada tanggal 13 April 2014). Sehingga apabila tidak dilakukan pengendalian sebaik mungkin, maka semakin besar pula kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang ditimbulkan. Kecelakaan kerja merupakan salah satu bentuk risiko yang dapat terjadi pada karyawan atau pekerja sebagai sumber daya manusia yang dimiliki oleh perusahaan, baik pekerja tetap atau kontrak. Menurut Kemnakertrans Republik Indonesia (2014), kecelakaan adalah suatu kejadian yang tidak diduga semula dan tidak dikehendaki yang mengacaukan proses yang telah diatur dari suatu aktivitas dan dapat menimbulkan kerugian baik korban manusia maupun harta benda. Kecelakaan kerja tidak harus dilihat sebagai takdir, karena kecelakaan tidak terjadi begitu saja. Dalam UU Nomor 3 Tahun 1992 Tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja: Kecelakaan kerja adalah kecelakaan yang terjadi berhubungan dengan pekerjaan, termasuk penyakit yang timbul karena hubungan kerja, demikian pula kecelakaan yang terjadi dalam perjalanan berangkat dari rumah menuju tempat kerja, dan pulang ke rumah melalui jalan yang biasa atau wajar dilalui. Banyak hal menjadi penyebab kecelakaan kerja pada pekerja. Hal tersebut secara umum dibagi dua, yaitu kondisi dan perilaku yang tidak aman (Ramli, 2009). Kedua penyebab tersebut muncul karena kurangnya kesadaran tentang pentingnya keselamatan kerja baik dari pihak perusahaan, pekerja dan masyarakat umum. Muhaimin Iskandar menambahkan jika kesadaran terhadap pentingnya penerapan norma K3 di lingkungan kerja tidak hanya menghindarkan diri dari kecelakaan kerja, tetapi juga dapat meningkatkan aspek perlindungan, produktivitas dan kesejahteraan pekerja (sumber: www.depnakertrans.go.id diakses pada tanggal 13 April 2014). Tingkat kecelakaan kerja pada para pekerja sebagai ancaman keselamatan kerja di Indonesia masih cukup tinggi. Berdasarkan laporan International Labor Organization (ILO), setiap hari terjadi kecelakaan kerja yang mengakibatkan sekitar 6000 kasus. Sementara di Indonesia setiap 100.000 tenaga kerja terdapat 20 orang fatal akibat kecelakaan kerja dengan kerugian empat persen dari Pendapatan Domestik Bruto (PDB) Indonesia (sumber: www.depnakertrans.go.id diakses pada tanggal 10 Juni 2014). Sehingga, baik secara langsung maupun tidak langsung kecelakaan kerja dapat merugikan perusahaan. 5

Pada era globalisasi saat ini, penerapan keselamatan kerja yang terintegrasi dengan manajemen perusahaan atau dikenal dengan istilah Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) merupakan salah satu tuntutan utama dalam pemenuhan standar Internasional terhadap suatu produk barang atau jasa. Pelaksanaan keselamatan kerja di perusahaan harus dilaksanakan secara efektif melalui pendekatan kesisteman dengan melibatkan seluruh manajemen, tenaga kerja, kontraktor dan sumber- sumber produksi lainnya yang terintegrasi dengan sistem manajemen perusahaan. Hal tersebut selain merupakan kewajiban tertulis dalam peraturan perundang- undangan, juga merupakan upaya dalam memenuhi tuntutan perdagangan internasional oleh perusahaan. PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk memiliki sistem manajemen yang disebut dengan Sistem Manajemen Krakatau Steel (SMKS). Dalam pengelolaan keselamatan kerja, perusahaan menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) yang sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 50 Tahun 2012 Tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan Occupational Health and Safety Assessment Series (OHSAS) 18001:2007, Sistem Manajemen Lingkungan (ISO 14000) dan perundang- undangan lainnya yang berlaku (Annual Report, 2013). PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk merupakan perusahaan milik negara dengan jumlah pekerja mencapai 7.490 orang karyawan pada akhir 2013, dengan rincian 2.507 orang yang dipekerjakan oleh sebelas anak perusahaan PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk (Annual Report, 2013). Dengan begitu banyaknya pekerja yang dimiliki, perusahaan wajib melaksanakan upaya keselamatan dan kesehatan kerja sesuai dengan ketentuan yang berlaku yaitu Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 50 Tahun 2012 Tentang Sistem Manajemen K3. Hal tersebut juga didukung faktor risiko yang mungkin dapat terjadi pada para pekerja. Berikut data potensi bahaya atau risiko yang ada di salah satu pabrik milik PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk, Cold Rolling Mill (CRM) pada Tabel 1.1: Tabel 1.1 Potensi Bahaya di Pabrik CRM PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk Potensi No. Penjelasan Bahaya Bahaya fisik adalah setiap gerakan dan aliran energi yang 1 Bahaya Fisik berpotensi merugikan pekerja. Kebisingan adalah suara yang tidak dikehendaki yang dapat a Bising mengganggu fungsi pendengaran yang berasal dari getaran yang terkonduksi melalui padatan, cairan dan gas yang digunakan dan (Bersambung) 6

(Sambungan) saling berinteraksi. Jenis kebisingan yang ada di pabrik CRM termasuk bising bersifat kontinu karena bising yang ada relatif stabil dan tidak terputus- putus selama proses produksi berlangsung. b Radiasi Beberapa bahan radioaktif yang digunakan di pabrik dapat mengakibatkan pekerja terpapar radiasi. 2 Bahaya Kimia Pabrik CRM menggunakan bahan kimia dan gas dalam proses produksi. Bahaya yang ditimbulkan berupa konsentrasi uap, gas, dan padatan bentuk fume atau debu. Apabila terpapar, akan menyebabkan iritasi mata, kulit serta gangguan pernafasan, dll. a Debu Debu merupakan partikel yang dihasilkan dari aktifitas fisik pada area kerja. Banyaknya konsentrasi debu yang ada perlu diperhatikan demi kesehatan para pekerja. b Bahan kimia dan gas yang digunakan di pabrik CRM salah Iritasi bahan satunya adalah HCl (Hidrogen Klorida yang bersifat asam) sangat kimia dan gas berbahaya apabila terpapar tanpa pelindung diri. 3 Potensi bahaya di pabrik CRM yang termasuk ke dalam bahay Bahaya mekanik yaitu tertimpa benda jatuh, terjepit alat, tergelincir, Mekanis tergores, dan terkena percikan api. Merupakan salah satu potensi bahaya yang terjadi akibat sering seringnya pekerja melakukan postur janggal dalam durasi waktu 4 yang panjang, beban yang berat dan dilakukan secara terus Bahaya menerus. Potensi gangguan kesehatan yang timbul, antara lain Ergonomi Mosculosketal Disorders (gangguan otot rangka) seperti Low Back Pain (LBP) yaitu nyeri pada punggung bagian bawah/ sakit pinggang. 5 Bahaya Kebakaran dan Ledakan Potensi bahaya ini menjadi perhatian khusus karena dalam aktivitas produksi banyak menggunakan instalasi listrik berukuran besar, pipa bertekanan tinggi. Sumber: Data diolah penulis berdasarkan data Divisi Health, Safety dan Environment (HSE) PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk. Menurut Registrasi K3 (2014) dan berdasarkan hasil pengolahan data yang dilakukan oleh penulis, tingkat risiko terjadinya kecelakaan yang tentu berbahaya bagi keselamatan para pekerja di pabrik CRM paling banyak dibandingkan enam pabrik lainnya yang dimiliki oleh 7

perusahaan. Registrasi K3 tahun 2014 merupakan hasil revisi dari dokumen tahun sebelumnya yang dihasilkan dari suatu proses yang diuraikan dalam Work Instruction (WI) Identifikasi Bahaya, Penilaian dan Pengendalian Risiko PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk. Jika dilihat dari potensi bahaya yang dijelaskan di atas, tentu pekerjaan yang dilakukan oleh pekerja setiap harinya selama 8 jam/ hari (UU Nomor 13 Tahun 2003) merupakan pekerjaan yang berisiko tinggi. Pekerjaan dengan risiko yang tinggi tentu akan menyebabkan terjadinya rawan kecelakaan. Kecelakaan akibat kerja dapat menyebabkan gangguan kesehatan, cacat hingga kematian. Sejak beroperasi pertama kali pada tahun 1977 hingga sekarang, tentu pernah terjadi kecelakaan baik yang mengakibatkan sakit, cacat bahkan kematian di PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk. Hal tersebut didukung dengan adanya hasil pengumpulan dan pengolahan data kuesioner pra penelitian yang disebarkan kepada 22 orang karyawan yang berasal dari berbagai jabatan, yaitu superintendent, senior engineer, supervisor, engineer, dan foreman di pabrik CRM seperti pada Gambar 1.3 di bawah ini: Gambar 1.3 Grafik Hasil Kuesioner Pra Penelitian di Pabrik CRM 25 20 15 10 5 0 Kecelakaan pernah terjadi di lingkungan kerja Perilaku tidak aman adalah penyebab kecelakaan 5 tahun terakhir Pelanggaran K3 Kepuasan karyawan pernah dilakukan olehcrm terhadap kinerja karyawan CRM Divisi K3LH (HSE) Ya Tidak Sumber: Data hasil pengolahan penulis berdasarkan kuesioner pra penelitian Kuesioner pra penelitian dilakukan untuk memberikan gambaran awal mengenai keselamatan kerja karyawan di pabrik Cold Rolling Mill (CRM). Menurut 18 orang dari total jumlah responden kuesioner pra penelitian, menyatakan bahwa kecelakaan pernah terjadi selama bekerja di pabrik CRM dan sisanya sebanyak 4 orang karyawan menyatakan tidak pernah terjadi kecelakaan selama bekerja. Hal tersebut memungkinkan karena lingkungan kerja 8

yang luas dan terbagi- bagi ke dalam banyak area. Sehingga pekerja tidak mengetahui informasi kecelakaan tersebut. Kecelakaan kecil, seperti tergores tentu tidak akan banyak diketahui pekerja lainnya dalam lingkup pabrik yang sangat besar. Para responden juga menyebutkan bahwa selain kondisi yang memang tidak aman, perilaku tidak aman lebih sering menjadi penyebab kecelakaan pada karyawan atau pekerja dalam 5 tahun terakhir. Hal itu didukung dengan masih adanya karyawan yang mengaku pernah melakukan pelanggaran terkait disiplin K3 sebanyak 8 orang dan 14 orang lainnya tidak pernah melakukan pelanggaran tersebut. Terkait kepuasan karyawan CRM terhadap kinerja Divisi Health, Safety & Environment (HSE), 12 orang karyawan mengaku bahwa mereka puas, sedangkan 10 orang lainnya mengaku tidak puas. Berdasarkan hasil kuesioner pra penelitian yang sama, diketahui juga bahwa jenis kecelakaan yang sering terjadi berdasarkan potensi bahaya di pabrik CRM digambarkan pada Gambar 1.4 sebagai berikut: Gambar 1.4 Persentase Jenis Kecelakaan yang Sering Terjadi di Pabrik CRM Kebakaran 8% Terpapar bahan kimia/ racun 5% Ledakan 5% Terjepit 20% Tertimpa 8% Terbakar 5% Terjatuh 9% Terpleset 12% Tergores 18% Iritasi 10% Sumber: Data hasil pengolahan penulis berdasarkan kuesioner pra penelitian Berdasarkan kuesioner pra penelitian, jenis kecelakaan yang paling sering terjadi menimpa karyawan pabrik Cold Rolling Mill adalah terjepit. Dilihat dari gambar di atas, potensi bahaya atau risiko yang paling tinggi karena sering terjadi adalah bahaya mekanis. Menurut Registrasi K3 PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk (2014), contoh risiko terjepit adalah terjepit pelat baja, pada saat bongkar pasang alat produksi, penarikan dan pengaturan alat produksi. 9

Sedangkan risiko lainnya adalah tergores, terpleset, iritasi debu dan bahan kimia atau racun dan lain- lain yang juga dapat terjadi pada pekerja saat berinteraksi dengan bahan dan alat produksi baik ketika produksi, perbaikan, maupun pengecekan. Untuk menghindari kecelakaan atau mengurangi faktor risiko yang ada, dilakukan pengendalian seperti adanya Standard Operating Procedure (SOP), penggunaan Alat Pelindung Diri (APD), pengendalian lingkungan dan isnpeksi, izin khusus kegiatan, rambu K3, pelatihan Tim Tanggap Darurat (TTD), penyediaan fasilitas K3 seperti alat pemadam kebakaran, dan lain- lain (Registrasi K3, 2014). Hasil wawancara dengan beberapa sumber dari pihak perusahaan, baik karyawan Divisi Cold Rolling Mill maupun Divisi Health, Safety, & Environment mengatakan bahwa kecelakaan tidak hanya menimpa baik karyawan organik maupun outsourcing, tetapi juga pernah terjadi pada tamu atau pelajar yang melakukan praktek kerja industri di pabrik. Hal tersebut terjadi karena perilaku korban yang tidak aman. Faktor perilaku tidak aman sering mengakibatkan terjadinya kecelakaan walaupun sebelumnya telah dilakukan pembinaan potensi bahaya atau risiko dalam lingkungan perusahaan, seperti safety induction. Perilaku yang tidak aman serta kurangnya kedisiplinan kerja juga tidak hanya memberikan dampak negatif dalam jangka pendek, tetapi juga jangka panjang karena hal itu dapat meningkatkan risiko dari kondisi yang sudah tidak aman sebelumnya. Sehingga, kesadaran dan kewaspadaan individu berperan penting dalam mencegah terjadinya kecelakaan kerja. Kurangnya disiplin kerja terkait keselamatan kerja baik jangka panjang maupun jangka pendek dapat memicu terjadinya kecelakaan. Kecelakaan dan kerugian dapat timbul akibat tindakan dan keadaan yang tidak aman tersebut. Sehingga, inspeksi penting dilakukan untuk mencegah dan bagian dari upaya pengendalian terkait keselamatan dan kesehatan kerja (K3). Inspeksi merupakan salah satu program K3 dalam upaya keselamatan kerja yang dilakukan oleh perusahaan. Berikut data mengenai program K3 yang dilakukan oleh PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk pada Tabel 1.2 di bawah ini: Tabel 1.2 Program K3 di PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk. No. Program K3 Penjelasan Inspeksi adalah kegiatan yang dilakukan untuk pengendalian dengan cara pemeriksaan, pengujian tempat/ lingkungan 1 Inspeksi kerja, mesin, alat, instalasi, dan lainnya. Terdapat dua jenis inspeksi, yaitu inspeksi yang terjadwal rutin dan inspeksi khusus dengan waktu yang tidak ditentukan. Peringatan Peringatan bulan K3 pada tanggal 12 Januari 12 Februari 2 Bulan K3 setiap tahunnya. Penentuan bulan K3 ini diberlakukan secara (Bersambung) 10

(Sambungan) Nasional dalam lima tahun terakhir sebagaimana yang dimaksud dalam Keputusan Menkertrans Nomor 372 Tahun 2009 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Bulan K3. 3 Penyediaan fasilitas K3 adalah peralatan dan pelengkapan K3 Penyediaan seperti Alat Pemadam Kebakaran, Hydrant, Mobil Pemadam Fasilitas K3 Kebakaran, dan Alat Pelindung Diri (APD) saat bekerja. Perawatan alat, perlengkapan K3, seperti alat pemadam 4 Perawatan, Perbaikan dan Pengendalian kebakaran, rambu K3 seperti lampu emergency, perbaikan yang berkelanjutan dan pengendalian berupa inspeksi prosedur kerja, monitoring lingkungan bagian fasilitas yang diberikan dalam menunjang upaya K3. Pemberian pengetahuan tentang perusahaan, contoh: 5 Pelatihan berkaitan dengan risiko bahaya, kompetensi yang harus dimiliki dalam bekerja, dan lain sebagainya. Hal tersebut mencegah terjadinya kecelakaan kerja. 6 Promosi Merupakan bentuk komunikasi terkait K3, contoh Rambu K3 dan Poster. 7 Safety Talk Program dalam bentuk komunikasi perusahaan kepada karyawan untuk selalu mengutamakan keselamatan kerja. Safety talk biasanya dilakukan baik kepada pimpinan unit atau divisi kepada bawahannya saat akan bekerja. 8 Safety Briefing Safety briefing biasanya dilakukan saat rapat para pimpinan yang nantinya akan disampaikan kepada bawahannya untuk selalu melakukan pekerjaan dengan konsep K3. Program yang dilakukan dan diberikan kepada orang atau 9 kelompok yang akan berhubungan langsung dengan proses Safety produksi. Contoh, pengarahan mengenai cara kerja dan Induction potensi bahaya di pabrik kepada pelajar/ mahasiswa yang akan praktek kerja industri. Sumber: Hasil pengolahan data Divisi HSE PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk. Direktur Pembinaan Norma Kecelakaan Kerja, Kemnakertrans, Amri,AK., mengatakan bahwa tingkat kecelakaan kerja di Indonesia masih tinggi dan cenderung meningkat setiap tahunnya. Tahun 2013 tercatat sembilan orang meninggal setiap harinya akibat kecelakaan kerja. Jumlah tersebut meningkat 50 persen dibanding tahun sebelumnya yang tercatat enam 11

orang meninggal akibat kecelakaan kerja (sumber: www.poskotanews.com diakses pada tanggal 15 Juni 2014) Kecelakaan kerja dapat menurunkan produktivitas kerja, sedangkan bagi perusahaan berakibat pada tidak tercapainya jumlah produksi serta memberikan citra yang kurang baik terhadap kualitas dan kapasitas perusahaan (Barthos, 2009:150). Dampak lain bagi perusahaan terkait masalah keselamatan kerja, selain biaya, tingkat keparahan kecelakaan dapat menyebabkan jumlah hari hilang (lost time) untuk melakukan produksi. Berikut data yang menggambarkan hubungan antara total pencapaian sasaran kerja pabrik Cold Rolling Mill (CRM) dan Lost-Time Injury Frequency Rate (LTIFR) PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk berdasarkan control line (CL) pada tahun 2012 dan 2013 pada Gambar 1.5 di bawah ini: Gambar 1.5 Grafik Persentase Pencapaian Sasaran Kerja CRM dan Lost- Time Injury Frequency Rate (LTIFR) Berdasarkan Control Line (CL) Tahun 2012-2013 100 80 60 40 20 0 2012 2013 Consequence Level/ Control Line Sasaran Kerja (%) LTIFR (%) Sumber: Data hasil pengolahan penulis berdasarkan data Divisi Cold Rolling Mill dan Divisi Health, Safety & Environment PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk. Lost- Time Injury Frequency Rate (LTIFR) merupakan perhitungan tingkat kekerapan terjadinya kecelakaan kerja dengan cara membagi jumlah seluruh jam orang (man-hour). Sedangkan consequence level (CL) adalah batas batas maksimal jumlah jam kerja hilang akibat kecelakaan kerja yang dapat diterima (Suma mur, 2009:413). Berdasarkan data Divisi Health, Safety & Environment, nilai CL di PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk adalah 47%, sedangkan persentase LTIFR pada tahun 2012 dan 2013 adalah 26% dan 58%. PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk menggunakan istilah control line pada consequence level. Apabila persentase LTIFR melebihi nilai CL, maka pada tahun tersebut terindikasi bahwa ada kecelakaan yang bersifat fatal yang dialami oleh perusahaan. Kecelakaan tersebut terjadi pada tahun 2013. Pencapaian sasaran kerja pabrik CRM pun pada tahun 2012 dan 2013 tidak 12

mencapai target yaitu 93,31% dan 82,21%. Berdasarkan gambar di atas, dapat diartikan bahwa kecelakaan kerja masih terjadi setiap tahun dan berpengaruh secara negatif terhadap pencapaian sasaran kerja karyawan. Kerugian akibat kecelakaan beragam dan dapat dipandang dari dua sisi, yaitu sisi pekerja dan sisi ekonomi (Hadiguna, 2009:236). Kerugian dari sisi pekerja adalah hilangnya kesempatan untuk mencapai kinerja yang maksimal. Sedangkan sisi ekonomis berupa kerusakan mesin, kehilangan produksi, penurunan perolehan pendapatan, dan sebagainya. Pada akhirnya, bagi perusahaan kecelakaan berdampak pada penurunan kinerja dan produktivitas. Pengendalian memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap kinerja karyawan. Respon pekerja dalam menyelesaikan pekerjaan sangat dipengaruhi oleh lingkungan kerja. Lingkungan kerja dikatakan baik apabila dalam kondisi yang demikian pekerja dapat melaksanakan kegiatannya dengan baik, sehat, aman, dan selamat (Hadiguna, 2009). Adanya peraturan dan kebijakan dan sistem manajemen yang berlaku mengatur tentang keselamatan kerja dan program keselamatan kerja diharapkan dapat meningkatkan keselamatan kerja karyawan. Akan tetapi, beberapa hal tersebut tidak cukup apabila tidak didukung oleh kepedulian para karyawan mengenai aspek keselamatan dalam perilaku sehari- hari. Perubahan perilaku keselamatan kerja dapat meningkatkan budaya keselamatan dan kesehatan kerja sehingga tingkat insiden menurun (Somad, 2013). Budaya K3 yang baik baru terbentuk setelah usaha- usaha apenerapan program K3 dan pencegahan kecelakaan secara konsisten dan bersifat jangka panjang. Keselamatan dan kesehatan kerja seharusnya tidak hanya sekedar program, tetapi juga menjadi cerminan budaya atau kultur dalam organisasi (Ramli, 2009). Menurut penelitian yang dilakukan Saputra (2014) keselamatan kerja berpengaruh signifikan terhadap produktivitas karyawan. Begitu juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Fitriani, dkk. (2013) dan Syafi i (2009) menunjukkan bahwa keselamatan kerja berpengaruh secara signifikan terhadap produktivitas kerja karyawan. Berdasarkan data- data yang diperoleh penulis dan konsep teori Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3), pembahasan mengenai keselamatan kerja lebih berkaitan erat dibandingkan dengan kesehatan kerja. Seperti beberapa teori yang telah disebutkan sebelumnya bahwa keselamatan kerja dapat mempengaruhi produktivitas karyawan, serta didukung adanya beberapa penelitian terdahulu, demi tercapainya produktivitas kerja karyawan di pabrik PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk, maka perlu diadakan penelitian dengan judul: Pengaruh Keselamatan Kerja Terhadap Produktivitas Karyawan Pabrik Cold Rolling Mill PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk. 13

1.3 Perumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Bagaimana keselamatan kerja pabrik Cold Rolling Mill (CRM) PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk? 2. Bagaimana produktivitas karyawan pabrik Cold Rolling Mill (CRM) PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk? 3. Seberapa besar pengaruh keselamatan kerja terhadap produktivitas karyawan pabrik Cold Rolling Mill (CRM) PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk? 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui keselamatan kerja pabrik Cold Rolling Mill (CRM) PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk. 2. Untuk mengetahui produktivitas karyawan pabrik Cold Rolling Mill (CRM) PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk. 3. Untuk mengetahui besar pengaruh keselamatan kerja terhadap produktivitas karyawan pabrik Cold Rolling Mill (CRM) PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk. 1.5 Kegunaan Penelitian Adapun kegunaan dari penelitian ini adalah: 1. Secara Teoritis Diharapkan dapat menambah pengetahuan dan keilmuan serta pemahaman khususnya di bidang keselamatan kerja dalam penerapannya pada Manajemen Sumber Daya Manusia. 2. Secara Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat dipergunakan sebagai pertimbangan yang bermanfaat bagi PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk khususnya mengenai program keselamatan kerja. Sehingga dampak upaya keselamatan kerja dapat lebih optimal bagi karyawan di perusahaan pada masa yang akan datang. 1.6 Sistematika Penelitian Sistematika penulisan dibuat untuk memberikan gambaran umum mengenai penelitian yang dilakukan agar terstruktur sekaligus untuk memperjelas penulisan penelitian. Sistematika penulisan pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 14

BAB I PENDAHULUAN Pada bab ini berisi tentang pengenalan masalah meliputi gambaran awal obyek penelitian yaitu karyawan pabrik Cold Rolling Mill (CRM) PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk, latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian serta sistematika penulisan. BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LINGKUP PENELITIAN Pada bab ini berisi tentang kajian pustaka dan uraian umum teori- teori yang digunakan serta literatur- literatur baik jurnal maupun skripsi yang berkaitan dengan penelitian yang mendukung permasalahan, kerangka pemikiran, dan lingkup penelitian. BAB III METODE PENELITIAN Pada bab ini dijelaskan tentang jenis penelitian yang digunakan, variabel operasional yang digunakan, skala pengukuran, tahapan penelitian, populasi dan sampel, pengumpulan data, uji validitas dan reliabilitas, dan teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Pada bab ini dijelaskan secara rinci tentang pengolahan data berdasarkan hasil penyebaran kuesioner, hasil penelitian, dan pembahasan hasil penelitian mengenai hubungan keselamatan kerja dengan produktivitas karyawan. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Pada bab ini berisi kesimpulan akhir dari hasil analisis dan pembahasan pada bab sebelumnya serta saran- saran yang dapat dimanfaatkan oleh beberapa pihak, seperti perusahaan terkait maupun untuk penelitian yang selanjutnya. 15