BAB II TINJAUAN TEORITIS

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Promosi Kesehatan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. kedua adalah pelayanan kesehatan diantaranya adalah sumber daya manusia yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

secara sosial dan ekonomis (Notoatmodjo, 2007).

memang terdapat bentuk-bentuk perilaku instinktif (species-specific behavior) yang didasari

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Diare adalah sebagai perubahan konsistensi feses dan perubahan frekuensi

BAB 1 PENDAHULUAN. Perilaku adalah suatu tindakan atau perbuatan yang bisa kita amati bahkan

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan menjaga tingkat kesehatan, aktifitas masyarakat tidak terganggu dan dapat

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) merupakan masalah kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang setinggi-tingginya. Dengan kata lain bahwa setiap orang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Kepesertaan Jaminan Kesehatan Nasional. Sedangkan yang menjadi faktor eksternal adalah sosialisasi JKN pada masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan perhatian khusus dan perlu penanganan sejak dini. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang Mandiri, Maju, Adil dan Makmur, salah satu agenda riset nasional bidang

BAB I PENDAHULUAN. Dara Sopyan, 2014

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan adalah hasil dari proses pembelajaran dengan melibatkan

BAB I PENDAHULUAN. Sehingga hal tersebut akan mempengaruhi pola konsumsi gizi dan aktivitas fisik

Oleh: Aulia Ihsani

HUBUNGAN MOTIVASI IBU BALITA DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) Ati ul Impartina Program Studi D III Kebidanan STIKES Muhammadiyah Lamongan

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam kebijakan Indonesia sehat 2010 ( Dinkes Makassar, 2006 )

Terapkan 10 Indikator PHBS Dalam Lingkungan Keluarga

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan yang harus diwujudkan sesuai dengan cita-cita bangsa Indonesia,

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP DENGAN PERILAKU HIDUP BERSIH SEHAT DI KELURAHAN SETIAJAYA KECAMATAN CIBEUREUM KOTA TASIKMALAYA TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. 131/Menkes/SK/II/2004 dan salah satu Subsistem dari SKN adalah Subsistem

BAB I PENDAHULUAN. 1 Anak usia sekolah di Indonesia ± 83 juta orang (

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. respons sangat tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang

BAB I PENDAHULUAN. Kardiovaskuler (PKV) (Kemenkes RI, 2012). World Health Organization. yang berpenghasilan menengah ke bawah (WHO, 2003).

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Pembangunan kesehatan merupakan bagian integral dari

STUDI TENTANG PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT PADA SISWA SDN SUKARASA 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. data atau informasi indikator-indikator perilaku dapat melalui beberapa

BAB I PENDAHULUAN. Data Profil Kesehatan Puskesmas Getasan tahun 2014, menunjukkan bahwa terdapat 84 temuan kasus diare.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua (Notoatmodjo, 2003) :

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

V. IMPLEMENTASI STRATEGI PROMOSI KESEHATAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

PROMOSI KESEHATAN (TEORI SEBAB AKIBAT) Kel tiga sembilan orang

LEMBAR PRATES DAN POST-TEST PELATIHAN DENGAN METODE SIMULASI KEPADA TOKOH MASYARAKAT TENTANG PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT TATANAN RUMAH TANGGA

PEMERINTAH KABUPATEN SUMEDANG DINAS KESEHATAN PUSKESMAS SUMEDANG SELATAN Jln. Pangeran Kornel No. 48 Telp Sumedang 45313

II. TINJAUAN TEORITIS

LEMBAR PENGESAHAN PERNYATAAN KATA PENGANTAR UCAPAN TERIMA KASIH

BUPATI PROBOLINGGO PERATURAN BUPATI PROBOLINGGO NOMOR : 27 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT

LAMPIRAN 1 SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN UNTUK IKUT SERTA DALAM PENELITIAN (INFORMED CONSENT) Yang bertanda tangan dibawah ini:

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan fisik, mental dan sosial serta perlindungan dari segala

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat atau biasa juga disebut sebagai PHBS

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

BAB 1 PENDAHULUAN. produktivitas kerja guna meningkatkan kesejahteraan keluarga. Orang bijak

BAB 1 PENDAHULUAN. keberhasilan pembangunan bangsa. Untuk itu, pembangunan kesehatan di arahkan

BAB 1 PENDAHULUAN. saat ini masih menjadi masalah kesehatan masyarakat dan beban global. terutama di negara berkembang seperti Indonesia adalah diare.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Diare adalah perubahan frekuensi dan konsistensi tinja. World Health

BAB I PENDAHULAUAN. optimal diselenggarakan upaya kesehatan dengan pemeliharan dan peningkatan

PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT (PHBS) Ely Isnaeni, S. Kep, M. Kes

BAB 1 : PENDAHULUAN. sendiri. Karena masalah perubahan perilaku sangat terkait dengan promosi

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan adalah masa yang unik dalam hidup seorang wanita, yaitu keadaan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Kehamilan risiko tinggi adalah kehamilan yang menyebabkan terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku sehat. Program PHBS telah dilaksanakan sejak tahun 1996 oleh

GAMBARAN PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT PADA IBU HAMIL TRIMESTER III DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DARUL AMAN

Bab II. Solusi Terhadap Masalah-Masalah Kesehatan. Cerita Juanita. Apakah pengobatan terbaik yang dapat diberikan? Berjuang untuk perubahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kegiatan kegiatan yang dilakukan oleh masyarakat, yang. pelayanan kesehatan dasar. Kegiatan kegiatan yang ada dalam

KEPALA DESA KALIBENING KABUPATEN MAGELANG PERATURAN DESA KALIBENING KECAMATAN DUKUN NOMOR 07 TAHUN 2017 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Derajat kesehatan masyarakat yang optimal sangat ditentukan oleh tingkat

Menjadi sehat adalah impian seluruh manusia. Baik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ini manifestasi dari infeksi system gastrointestinal yang dapat disebabkan berbagai

Berbagai Teori Tentang Sikap dan Perilaku Menurut Beberapa Referensi

BAB I PENDAHULUAN. kematian bayi (AKB) masih cukup tinggi, yaitu 25 kematian per 1000

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan ilmu dan teknologi yang diikuti dengan meningkatnya

BAB I PENDAHULUAN. (socially and economically productive life). Status kesehatan berkualitas

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Status nutrisi adalah kondisi kesehatan yang dipengaruhi oleh asupan dan

PERILAKU SEHAT DAN PROMOSI KESEHATAN

KUESIONER PENELITIAN. Berbasis Masyarakat di desa Ronga-Ronga kecamatan Gajah Putih

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan hak asasi manusia yang harus dihargai. Sehat juga investasi untuk

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Gambaran Umum Panti Asuhan Harapan Kita. merupakan Panti Asuhan yang menampung anak-anak terlantar dan yang sudah

BAB I PENDAHULUAN. Derajat Kesehatan dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain lingkungan,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Anak usia sekolah merupakan kelompok masyarakat yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional yang mempunyai peranan besar dalam menentukan

PERILAKU SEHAT DAN PROMOSI KESEHATAN

BAB I PENDAHULUAN. lain-lain, bahkan merokok dapat menyebabkan kematian. Laporan dari World

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat di Indonesia, hal ini dapat dilihat dengan meningkatnya angka

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Dusun Kebonan. Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mempengaruhi kesehatan individu, kelompok, atau masyarakat (Notoatmodjo, 2003).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PEDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

1

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan suatu kebutuhan mendasar bagi kehidupan manusia

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan derajat kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Anak usia sekolah merupakan kelompok usia yang kritis karena pada usia

BAB 1 PENDAHULUAN. Pemberian ASI (Air Susu Ibu) secara eksklusif sampai usia 6 bulan pertama

BAB I PENDAHULUAN. internal maupun eksternal. Menurut WHO, setiap tahunnya sekitar 2,2 juta

Lembar Persetujuan Menjadi Responden. melakukan penelitian tentang Pengetahuan dan Sikap orangtua terhadap Perilaku

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Manusia adalah mahkluk biologis, psikologis, sosial,

PENURUNAN ANGKA KESAKITAN DAN KEMATIAN MELALUI PENERAPAN PHBS

Kuesioner penelitian

BAB 6 HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada bayi dan balita. United Nations Children's Fund (UNICEF) dan

BAB I PENDAHULUAN. Berwawasan Kesehatan, yang dilandasi paradigma sehat. Paradigma sehat adalah

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN TEORITIS 2.1. Persepsi Mengenai PHBS 2.1.1. Pengertian Persepsi Individu satu dengan yang lainnya, tentu memiliki perbedaan dalam melihat serta memaknai sesuatu yang dilihatnya. Perbedaan ini menyebabkan alasan individu menyenangi suatu objek, sedangkan orang lain belum tentu menyenangi objek yang sama. Perbedaan tersebut, disebabkan oleh bagaimana cara individu menanggapi objek dengan persepsinya (Notoatmodjo, 2012). Menurut Walgito (2002), persepsi merupakan pengorganisasian dan penginterpretasian terhadap objek yang diamati dan merupakan aktivitas terpadu dalam diri individu, sehingga apa yang ada dalam diri individu akan ikut aktif dalam memberikan persepsi. Pendapat lain juga menyatakan bahwa persepsi merupakan pandangan atau pun pendapat individu terhadap suatu kejadian (Aruan & Trianingsih, 2006). Dengan demikian, persepsi merupakan suatu proses yang terjadi didalam diri individu, sehingga individu mampu mengetahui, mengartikan, dan menghayati tentang hal yang diamati atau dilakukan, baik yang berasal dari luar maupun dari dalam diri individu. 7

8 2.1.2. Faktor yang Mempengaruhi Persepsi dan Sifat Persepsi Memaknai dan menafsirkan suatu objek yang menjadi perhatian antar individu satu dengan lainnya tentu berbeda-beda. Meskipun objek yang sama, mereka dapat mempersepsikannya secara berbeda-beda, hal ini disebabkan oleh adanya sejumlah faktor yang mempengaruhi persepsi tersebut. Menurut Robins (2003) faktorfaktor tersebut terdiri dari: 1. Pelaku persepsi, apabila seseorang memandang pada suatu objek dan mencoba menafsirkan apa yang dilihatnya, penafsiran tersebut akan dipengaruhi oleh karakteristik dari pelaku persepsi. Di antara karakteristik pribadi yang relevan dengan persepsi adalah sikap, motif, kepentingan, atau minat, pengalaman masa lalu, dan harapan. 2. Target, karakteristik dari target atau objek yang diamati dapat mempengaruhi persepsi terkait dengan cara individu mengelompokkan benda-benda yang memiliki kesamaan makna. Objek atau target yang memiliki kemiripan cenderung dipersepsikan sebagai kelompok yang sama, demikian sebaliknya. 3. Situasi, dalam menafsirkan serta memaknai suatu objek, akan sangat ditentukan oleh unsur lingkungan. Lingkungan yang baik akan memberikan persepsi yang baik pula, sebaliknya demikian.

9 Selain memiliki beberapa faktor yang mempengaruhinya, persepsi juga memiliki beberapa sifat. Newcomb (1985) dalam Arindita (2003) menyatakan bahwa terdapat beberapa sifat yang menyertai proses persepsi, yakni: a. Konstansi (menetap): Individu mempersepsikan seseorang sebagai orang itu sendiri, walaupun perilaku yang disertakan berbeda-beda. b. Selektif: persepsi dipengaruhi oleh suatu keadaan psikologis perseptor dalam mengelola dan menyerap informasi tersebut, sehingga tidak semua informasi yang didapat akan diterima seutuhnya melainkan, informasi tertentu saja yang dapat diterima dan diserap. c. Proses organisasi yang selektif: beberapa kumpulan informasi sama yang dapat disusun ke dalam pola-pola menurut cara yang berbeda-beda. Faktor-faktor serta sifat persepsi yang menyertai, saling mempengaruhi satu dengan yang lainnya. Melalui beberapa faktor yang ada maka individu atau kelompok akan menentukkan persepsinya mengenai suatu hal, yang akan berdampak pada persepsi apa yang akan diberikan maupun perilaku apa yang akan ditunjukkan, sebagai hasil akhir dari proses pengolahan persepsi di dalam diri (Arindita, 2003; Notoatmodjo, 2010).

10 2.1.3. Persepsi Sehat Sakit Istilah sehat dan sakit mengandung banyak muatan karena ada faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhinya terutama faktor sosial dan budaya sehingga pada kenyataannya masih sering ditemukan sebagian masyarakat memiliki perbedaan sudut pandang atau persepsi terkait sehat dan sakit. Umumnya, masyarakat yang mendapat penyakit dan tidak merasa sakit belum tentu bertindak. Akan tetapi, apabila sudah mendapat penyakit dan mengalami sakit, maka akan muncul berbagai macam perilaku dan usaha untuk mengatasinya. Biasanya persepsi yang demikian timbul dengan alasan penyakit tersebut belum sepenuhnya mengganggu kegiatan sehari-hari. Kejadian seperti ini, tentu saja berkaitan dengan kurangnya pemahaman masyarakat mengenai konsep sehat sakit sendiri, namun terkadang faktor inilah yang kemudian sering dilupakan oleh layanan kesehatan (Notoatmodjo, 2010). Akibatnya, sebagian masyarakat tetap memegang pemahaman mereka yang tidak sesuai dengan konsep sehat dan sakit. Berbicara mengenai sehat, sakit serta penyakit tidak terlepas dari faktor-faktor yang dapat mempengaruhinya. Menurut Blum (1974) dalam Asmadi (2005), ada empat faktor yang mempengaruhi status kesehatan seseorang, yaitu:

11 1. Keturunan (heredity) Keturunan yang dimaksudkan disini adalah, keturunan yang berkaitan dengan penyakit keturunan. Penyakit keturunan disebabkan oleh faktor genetik. 2. Layanan kesehatan, berkaitan dengan letak geografis, kualitas, biaya, sistem layanan kesehatan juga dapat mempengaruhi keterjangkauan masyarakat terhadap layanan kesehatan dalam memberikan layanan kepada masyarakat. 3. Lingkungan, memberi pengaruh besar terhadap kesehatan individu, kelompok atau masyarakat. Lingkungan yang bersih dan sehat, tentunya tidak terlepas dari adanya peran masyarakat yang berada pada wilayah tersebut. Peran yang dimaksudkan disini adalah sekelompok tingkah laku atau perilaku anggota masyarakat yang berkaitan dengan keberadaan status sosial masyarakat dalam suatu wilayah tertentu (Laksana, 2013). 4. Perilaku, sehat sakitnya individu, kelompok atau masyarakat dipengaruhi oleh perilaku. Jika perilaku pada komunitas tersebut sehat, maka dapat dipastikan status kesehatan komunitas tersebut juga sehat, begitupun sebaliknya. Hal ini karena lingkungan hidup manusia sangat dipengaruhi oleh perilaku masyarakatnya, dan tentunya sangat berkaitan dengan peran semua orang yang berada pada suatu

12 lingkungan. Perilaku tersebut dipengaruhi oleh pendidikan, pengetahuan, kebiasaan, adat istiadat, sosial ekonomi dan sebagainya. Berdasarkan penjelasan mengenai persepsi konsep sehat sakit beserta faktor-faktor yang mempengaruhinya dapat dikatakan bahwa sehat merupakan kondisi individu yang tidak mengalami gangguan secara fisik, mental, spiritual, maupun ekonomi, yang juga dalam pencapaiannya dipengaruhi oleh faktor-faktor di luar faktor klinis dan biologis, dari keempat faktor tersebut perilaku merupakan faktor yang paling besar pengaruhnya yang akan ditunjukkan sebagai hasil akhir dari persepsi terhadap sakit, penyakit bahkan kondisi sehat sekalipun. Menurut teori Health Belief Models (HBM) dalam Hayden (2013), menyatakan bahwa terdapat empat (4) variabel kunci yang menjadi konstruksi utama untuk menjelaskan penentuan perilaku sehat sesuai kepercayaan atau keyakinan-keyakinan individu atau persepsi-persepsi tentang penyakit dan ketersediaan strategistrategi untuk mengurangi penyakit-penyakit tersebut. Empat macam persepsi yang menjadi konstruk utama dari teori ini adalah: 1. Persepsi keseriusan (seriousness) Persepsi keseriusan adalah persepsi mengenai tingkat keseriusan atau kegawatan suatu penyakit dan risiko-risiko atau konsekuensi-konsekuensi yang ditimbulkan oleh

13 penyakit, sehingga memotivasi individu dalam berperilaku. Perilaku tersebut meliputi pencegahan maupun pengobatan penyakit (Notoatmodjo, 2010). Persepsi keseriusan dapat diperoleh dari informasi medis, maupun pengetahuan individu yang berasal dari dalam diri individu (keyakinan) akan dampak maupun kesulitan yang ditimbulkan suatu penyakit. 2. Persepsi kerentanan (susceptibility) Persepsi kerentanan merupakan persepsi mengenai kerentanan terhadap munculnya suatu penyakit. Ketika individu percaya dirinya tidak rentan terhadap penyakit maka perilaku sehat pun bisa saja tidak terjadi, akan tetapi sebaliknya, jika individu mempersepsikan bahwa dirinya rentan terhadap suatu penyakit perilaku sehat pun dapat terjadi, ini berarti bahwa semakin besar risiko yang dirasakan maka semakin besar kemungkinan individu terlibat dalam perilaku untuk mengurangi risiko-risiko tersebut. Persepsi keseriuan dan kerentanan keduanya juga merupakan persepsi ancaman yang biasanya digunakan untuk memotivasi terjadinya perilaku sehat. 3. Persepsi keuntungan (benefit) Persepsi keuntungan merupakan persepsi mengenai keuntungan yang diperoleh dengan menerapkan perilaku atau mengadopsi perilaku kesehatan yang disarankan untuk

14 meningkatkan kesehatan sehingga tidak ada peluang terkena penyakit. 3. Persepsi rintangan atau hambatan (barriers) Persepsi keuntungan dan hambatan merupakan evaluasi individu terhadap adaptasi perilaku. Persepsi terhadap keuntungan dan hambatan merupakan persepsi yang memainkan peranan penting dalam menentukan perubahan perilaku. Dengan kata lain agar sebuah perilaku dapat diadaptasi individu perlu meyakini keuntungan-keuntungan dari perilaku tersebut, termasuk konsekuensi-konsekuensi akibat melanjutkan perilaku yang sebelumnya dilakukan. Persepsi keuntungan dan hambatan juga merupakan persepsi yang dijadikan sebagai evaluasi terhadap perilaku sehat. Keberadaan empat persepsi yang menjadi konstruk utama di atas juga dipengaruhi oleh variabel-variabel lain seperti, budaya, level atau tingkat pendidikan, kemampuan, pengalaman masa lalu dan motivasi yang didalamnya juga termasuk karakteristikkarakteristik individual yang juga ikut berpengaruh terhadap persepsi (Notoadmodjo, 2010; Hayden, 2013). Selain terdapat empat kepercayaan atau persepsi dan variabelvariabel yang berpengaruh, teori HBM juga menjelaskan bahwa perilaku juga dapat dipengaruhi oleh variabel pendorong untuk

15 bertindak (cues to actions). Variabel pendorong untuk bertindak yang dimaksud adalah peristiwa-peristiwa (kejadian-kejadian), orang, benda-benda yang dapat menggerakkan individu untuk mengubah perilaku mereka, termasuk didalamnya penyakitpenyakit yang diderita anggota keluarga, laporan media atau media massa, saran-saran atau masukan-masukan dari orang lain, kartu pos pengingat dari penyedia jasa layanan kesehatan atau label peringatan kesehatan pada suatu produk tertentu (Hayden, 2013). Teori HBM lebih lanjut menegaskan bahwa prinsip dasar perilaku kesehatan bergantung pada cara individu mempersepsi, sehingga memberikan motivasi pada perilakunya yang berasal dari, persepsi individu akan kerentanannya terhadap penyakit dan berujung pada pengambilan keputusan individu melakukan tindakan pencegahan atau penyembuhan penyakit. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa perilaku terbentuk melalui sebuah proses yang berlangsung dalam diri manusia melalui persepsi yang dimiliki (Notoadmodjo, 2010). 2.2. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) 2.2.1. Pengertian Perilaku Sehat Sebelum membahas lebih jauh mengenai perilaku, hal pertama yang perlu dilakukan adalah memahami pengertian perilaku itu sendiri. Umumnya, perilaku adalah tindakan atau aktivitas manusia yang mempunyai bentangan sangat luas antara lain, berpikir,

16 berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, dan sebagainya yang dapat diamati secara langsung (Notoatmodjo, 2010). Selanjutnya, Blum (1980) dalam Notoadmodjo (2010), membagi domain atau ranah perilaku menjadi tiga, sebagai berikut: 1. Pengetahuan (knowledge) Pengetahuan adalah hasil dari penginderaan atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya (mata, hidung, telinga dan sebagainya), sehingga menghasilkan pengetahuan yang ditentukan oleh intensitas perhatian, dan persepsi terhadap objek. 2. Sikap (attitude) Newcomb (1985) dalam Notoadmodjo (2010) menyatakan bahwa sikap merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak dan biasanya merupakan predisposisi perilaku. Sikap belum merupakan tindakan (reaksi terbuka) atau aktivitas, akan tetapi lebih mengarah pada predisposisi perilaku (tindakan), yang juga disebut sebagai reaksi tertutup. Dalam menentukan sikap, pengetahuan, persepsi, pikiran, keyakinan dan emosi juga ikut memegang peranan penting. 3. Praktik (Practice) Sikap belum tentu terwujud dalam suatu tindakan, sebab untuk terwujudnya tindakan perlu adanya faktor lain, yaitu adanya

17 fasilitas atau sarana dan prasarana yang mendukung terwujudnya praktik atau tindakan nyata. Melihat definisi perilaku dan domain perilaku jika dihubungkan dengan perilaku sehat, dapat dikatakan bahwa perilaku sehat merupakan perilaku yang berkaitan dengan upaya mempertahankan dan meningkatkan kesehatan yang dapat terwujud dalam praktik atau tindakan yang nyata. Sarafino (2011) juga menyatakan bahwa perilaku sehat adalah segala aktivitas yang ditunjukkan individu untuk mempertahankan atau meningkatkan kesehatannya, termasuk persepsi terhadap status kesehatannya atau perilakunya untuk mencapai tujuannya. Perilaku sehat secara garis besar dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok, yakni (Notoatmodjo, 2013): a. Perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintanance) Perilaku ini mencakup pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan, perilaku gizi (makanan) dan minuman, dimana merupakan usaha-usaha untuk memelihara dan juga menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bila terkena penyakit. b. Perilaku pencarian dan penggunaan sistem atau fasilitas layanan kesehatan (health seeking behaviour) Perilaku ini meliputi upaya atau tindakan seseorang pada saat menderita penyakit atau mengalami kecelakaan.

18 c. Perilaku kesehatan lingkungan Perilaku ini terkait bagaimana seseorang merespon lingkungan fisik maupun sosial budaya, sehingga lingkungan tersebut tidak mempengaruhi kesehatannya. Selanjutnya Hayden (2013) menambahkan, perilaku sehat termasuk segala hal yang kita lakukan yang mempengaruhi fisik, mental, emosi, psikologis dan spiritual. Berikut penjelasannya: a. Status Sosial Ekonomi (SES) SES secara signifikan berkontribusi terhadap kesehatan termasuk status pendidikan, pendapatan dan pekerjaan. Di antara ketiganya, tingkat pendidikan adalah salah satu faktor yang paling baik untuk memprediksi status kesehatan, ini disebabkan karena level pendidikan yang tinggi dapat memberikan kesempatan kerja yang lebih tinggi dan secara otomatis pendapatannya juga meningkat dan status kesehatannya juga ikut meningkat. Dengan pengetahuan maka seseorang dapat membuat keputusan tentang kesehatan mereka dan sebagai hasilnya mereka akan meningkatkan perilaku sehatnya. b. Kemampuan (skill) Skema utama adanya kemampuan lebih relatif memberikan informasi baru untuk meningkatkan pengetahuan mereka, tetapi tanpa kemampuan atau pengetahuan untuk

19 menggunakan pengetahuan itu sama saja tidak ada gunanya. Jadi perilaku juga dipengaruhi oleh pengetahuan dan kemampuan. c. Budaya (Culture) Terkadang masih banyak orang yang tidak menggunakan apa yang mereka ketahui dan melakukan apa yang mereka ketahui untuk dilakukan, hal ini dikarenakan perilaku secara signifikan dipengaruhi oleh budaya. Di setiap budaya terdapat normanorma atau harapan-harapan, nilai-nilai dan kepercayaan yang mendasari adanya suatu perilaku. d. Gender Gender adalah salah satu faktor penting lainnya yang menentukan perilaku sehat. Hasil penelitian menunjukkan lakilaki lebih rendah untuk menunjukkan perilaku promosi kesehatan daripada perempuan, akan tetapi perempuan menunjukkan gaya hidup sehat yang lebih rendah. Laki-laki lebih menyukai makanan rendah serat, kurang tidur dan lebih sering kelebihan berat badan daripada perempuan. 2.2.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Sehat dan Tidak Sehat Keterkaitan antar perilaku kesehatan itu bergantung pada faktorfaktor motivasional dan secara partikular dengan persepsi-persepsi individu terhadap penanganan penyakit, nilai-nilai perilaku dalam

20 mengurangi penanganan, akan tetapi beberapa perilaku tidak sehat seperti miras (minuman keras), dan merokok seringkali menyenangkan untuk dilakukan hasilnya banyak individu yang tidak tahan dan memulai perilaku tidak sehat, dan mungkin menolak usaha-usaha atau saran-saran untuk membuat mereka berhenti (Sarafino, 2011). Persoalan semacam ini sudah menjadi hal yang biasa, dan selalu menjadi batu sandungan dalam menjalankan promosi kesehatan, terutama mengenai perilaku sehat. Sarafino (2011) menyatakan bahwa umumnya bagi sekelompok orang yang menganggap cara-cara untuk meningkatkan kesehatan mereka diperlukan perjuangan dalam menghadapi masalah-masalah yang sering ditemui dalam kehidupan nyata. Salah satu masalahnya adalah banyak orang yang mempersepsikan beberapa perilaku sehat sebagai perilaku yang kurang menarik atau mudah daripada alternatif sehat mereka. Beberapa orang yang menghadapi situasi ini mengatasinya dengan menjaga keseimbangan dalam hidup mereka, menetapkan batas kewajaran pada perilaku tidak sehat yang mereka lakukan, sehingga individu akan cenderung mengabaikan anjuran-anjuran kesehatan dan menolak mempraktikannya dengan menggunakan alasan-alasan tersebut. Tetapi tidak demikian bagi beberapa orang lainnya, yang tidak memilih untuk mendukung perubahan perilaku dan kadang

21 berupaya untuk berubah di masa mendatang: Contohnya, Saya akan diet minggu depan. Di samping itu, terdapat empat faktor lain dalam diri individu yang juga penting. Pertama, dalam mengadopsi gaya hidup sehat akan membuat individu mampu merubah perilaku yang sudah lama menetap, yang menjadi kebiasaan dan mungkin terkait kecanduan seperti merokok. Kebiasaan atau perilaku-perilaku adiktif sangat sulit untuk dimodifikasi. Kedua, orang membutuhkan sumbersumber kognitif tertentu seperti kemampuan dan pengetahuan untuk mengetahui apakah perilaku-perilaku sehat yang diadopsi untuk membuat rencana-rencana perubahan perilaku dan mengatasi hambatan-hambatan perubahan seperti, memiliki sedikit waktu atau tidak memiliki tempat latihan. Ketiga, individu membutuhkan self effifacy terkait kemampuan mereka untuk mempertahankan perubahan. Tanpa self effifacy motivasi mereka akan berubah menjadi lemah. Keempat, adanya sakit dapat mempengaruhi mood dan tingkatan energi, yang juga dapat mempengaruhi level energi dan motivasi individu (Sarafino, 2011). Selanjutnya, Hayden (2013) mengatakan bahwa di antara semuanya pengaruh interapersonal berfokus pada faktor-faktor dalam diri individu sehingga dapat mempengaruhi perilaku, antara lain pengetahuan, sikap, keyakinan, motivasi, konsep diri, latar belakang perkembangan pengalaman masa lalu dan kemampuan.

22 Faktor Interpersonal juga menjelaskan pengaruh orang lain terhadap perilaku. Orang lain mempengaruhi perilaku melalui sharing pikiran, nasihat dan perasaan-perasaan melalui dukungan emosional, dan memberikan jasa mereka. Orang lain ini bisa merupakan keluarga, teman, kelompok teman sebaya dan penyedia jasa layanan kesehatan. 2.3. Indikator PHBS Indikator PHBS yang ditetapkan pada tahun 2011 yang juga dimuat dalam Riskesdas (Riset Kesehatan Dasar) 2013 adalah sebagai berikut: 1. Persalinan oleh tenaga kesehatan Persalinan oleh tenaga kesehatan yang dimaksud adalah persalinan yang dibantu langsung oleh tenaga kesehatan seperti dokter, bidan, perawat yang memiliki pengetahuan serta kemampuan untuk membantu selama proses persalinan berlangsung. 2. Melakukan penimbangan bayi dan balita Indikator ini menggunakan variabel usia 0 sampai 59 bulan yang mempunyai riwayat pernah ditimbang dalam enam bulan terakhir. 3. Memberikan ASI (Air Susu Ibu) eksklusif Pemberian ASI eksklusif dalam analisis ini adalah bayi usia 6 bulan yang hanya mendapatkan ASI saja dalam 24 jam terakhir.

23 4. Mencuci tangan Perilaku mencuci tangan merupakan salah satu tindakan sanitasi dengan membersihkan jari dan telapak tangan dengan menggunakan air dan sabun dengan maksud memutuskan mata rantai kuman. Indikator mencuci tangan dengan benar mencakup mencuci tangan dengan air bersih dan sabun sebelum dan setelah beraktivitas (menyiapkan makanan, sebelum dan sesudah makan, setelah memegang pupuk dan lain-lain). 5. Memakai jamban sehat Perilaku menggunakan jamban sehat dapat diukur dari perilaku buang air besar dengan menggunakan jamban saja. 6. Melakukan aktivitas fisik setiap hari, Indikator ini diukur berdasarkan individu yang biasanya melakukan aktivitas fisik berat atau sedang dalam tujuh hari seminggu. 7. Konsumsi buah dan sayur setiap hari, Perilaku konsumsi buah dan sayur diukur berdasarkan individu yang biasa mengonsumsi buah dan sayur selama tujuh hari dalam seminggu. 8.Tidak merokok dalam rumah Pengertian tidak merokok adalah individu yang tidak mempunyai kebiasaan merokok di dalam rumah saat ada anggota keluarga maupun orang lain di dalam rumah tersebut.

24 9. Penggunaan air bersih Perilaku menggunakan air bersih didapatkan dari data rumah tangga yang menggunakan sumber air bersih sesuai syaratsyarat air bersih dan dapat digunakan untuk seluruh keperluan rumah tangga. 10. Memberantas jentik nyamuk. Perilaku memberantas jentik nyamuk dalam indikator ini adalah perilaku menguras bak mandi satu kali atau lebih, dalam seminggu.