PERILAKU BULLYING YANG TERJADI DI SD NEGERI UNGGUL LAMPEUNEURUT ACEH BESAR. ABSTRAK

dokumen-dokumen yang mirip
Pengertian tersebut didukung oleh Coloroso (2006: 44-45) yang mengemukakan bahwa bullying akan selalu melibatkan ketiga unsur berikut;

BAB 1 PENDAHULUAN. lingkungan sekolah, banyak siswa yang melakukan bullying kepada siswa lainnya

SELF ESTEEM KORBAN BULLYING (Survey Kepada Siswa-siswi Kelas VII SMP Negeri 270 Jakarta Utara)

BAB I PENDAHULUAN. A. LatarBelakang. individu khususnya dibidang pendidikan. Bentuk kekerasan yang sering dilakukan

Bullying: Tindak Kekerasan Antara Siswa Laki-Laki Dan Siswa Perempuan Dalam Perspektif Jender di SMA Negeri 2 Ambon

BAB I PENDAHULUAN. Individu sebagai makhluk sosial membutuhkan interaksi dengan lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. A. LatarBelakangMasalah. dalam mengantarkan peserta didik sehingga dapat tercapai tujuan yang

BULLYING. I. Pendahuluan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini sering kita dengar tentang banyaknya kasus kekerasan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak akan dapat bertahan hidup sendiri.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Perubahan zaman yang semakin pesat ini membawa dampak ke berbagai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Bullying. itu, menurut Olweus (Widayanti, 2009) bullying adalah perilaku tidak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Maraknya kasus-kasus kekerasan yang terjadi pada anak-anak usia sekolah

H, 2016 HUBUNGAN ANTARA REGULASI EMOSI DAN KONTROL DIRI DENGAN PERILAKU BULLYING

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang bersifat penjelasan (explanatory

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dijalanan maupun ditempat-tempat umum lainnya (Huraerah, 2007).

INTENSITAS TERKENA BULLYING DITINJAU DARI TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DAN INTROVERT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menimbulkan konflik, frustasi dan tekanan-tekanan, sehingga kemungkinan besar

BAB I PENDAHULUAN. yang kompleks yang merupakan hasil interaksi berbagai penyebab dari keadaan

PENGARUH LAYANAN DISKUSI KELOMPOK DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA AUDIO VISUAL TERHADAP PERILAKU BULLYING SISWA KELAS XI (Studi di SMA Negeri 5 Sigi )

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masa remaja merupakan suatu fase perkembangan antara masa kanakkanak

BAB I PENDAHULUAN. mulai bergabung dengan teman seusianya, mempelajari budaya masa kanakkanak,

BAB III METODE PENELITIAN. teori yang dikembangkan oleh Coloroso (2006:43-44), yang mengemukakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. batas kewajaran. Kekerasan yang mereka lakukan cukup mengerikan, baik di

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah merupakan pendidikan kedua setelah lingkungan keluarga, manfaat

ANALISIS PERILAKU SISWA SMP DALAM MENERAPKAN NILAI-NILAI PANCASILA SILA KELIMA DI LINGKUNGAN SEKOLAH (Studi Kasus Di SMP Negeri 3 Sawit Boyolali)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Devi Eryanti, 2013

BAB I PENDAHULUAN. mengatakan mereka telah dilukai dengan senjata. Guru-guru banyak mengatakan

PERBEDAAN KONSEP DIRI NEGATIF ANTARA REMAJA YANG SEKOLAH DAN REMAJA YANG PUTUS SEKOLAH. Nurul Uliyah Fakultas Psikologi Universitas Yudharta Pasuruan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan, pendidikan dan mengasihi serta menghargai anak-anaknya (Cowie

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. aspek kehidupan terutama dalam bidang pendidikan. Terselenggaranya layanan

BAB I PENDAHULUAN. kognitif, dan sosio-emosional (Santrock, 2007). Masa remaja (adolescence)

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ASSURE UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR GEOGRAFI SISWA KELAS XI IPS SMA NEGERI 12 BANDA ACEH ABSTRAK

B A B 1 PENDAHULUAN. Gangguan jiwa merupakan suatu penyakit yang disebabkan karena adanya

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

PROFIL PENYESUAIAN DIRI REMAJA YANG PUTUS SEKOLAH DENGAN TEMAN SEBAYA DI KAMPUNG KAYU GADANG KECAMATAN SUTERA KABUPATEN PESISIR SELATAN JURNAL

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan ideologi, dimana orangtua berperan banyak dalam

PENGARUH PEMBERIAN PENGUATAN TERHADAP PERKEMBANGAN MORAL ANAK Di KELOMPOK B3 TK NEGERI PEMBINA PALU. Zulfitri 1

2015 PENGARUH PENGGUNAAN TEKNIK TOKEN EKONOMI DALAM MENGURANGI PERILAKU KEKERASAN PADA SISWA KELAS VI DI MADRASAH IBTIDAIYAH AISYAH KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Bullying atau ijime adalah masalah umum di setiap generasi dan setiap

BAB III METODE PENELITIAN. dalam pengumpulan data dan analisis data yang diperlukan guna menjawab persoalan

PENERAPAN KEGIATAN MANAJEMEN KELAS OLEH GURU DI KELAS IV SD NEGERI LAMREUNG KECAMATAN KRUENG BARONA JAYA ACEH BESAR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Masa remaja merupakan periode baru didalam kehidupan seseorang, yang

LAPORAN PENELITIAN HUBUNGAN ANTARA EGOSENTRISME DAN KECENDERUNGAN MENCARI SENSASI DENGAN PERILAKU AGRESI PADA REMAJA. Skripsi

BAB III METODE PENELITIAN. Sebagai subjek dalam penelitian ini adalah guru dan siswa kelas V tahun

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. penyelidikan yang hati-hati dan sempurna terhadap sesuatu masalah, sehingga

BAB III METODE PENELITIAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

DAMPAK PSIKOLOGIS BULLYING

HUBUNGAN POLA ASUH ORANG TUA TERHADAP AGRESIFITAS ANAK DI TAMAN KANAK-KANAK KARTIKA 1-61 PADANG

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan Kontrol..., Agam, Fakultas Psikologi 2016

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya, hukuman hanya menjadi salah satu bagian dari metode

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan sekolah. Perkelahian tersebut sering kali menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian adalah suatu cara atau jalan untuk memahami suatu

BAB III METODE PENELITIAN. 176 Pekanbaru Kecamatan Tampan tahun pelajaran dengan. materi Kenampakan alam, sosial, dan budaya (Variabel Y).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nurlaela Damayanti, 2013

KENDALA GURU DALAM MENERAPKAN PENDEKATAN SAINTIFIKPADA KURIKULUM 2013 DI SDN TEUPIN PUKAT MEUREUDU PIDIE JAYA

UPAYA GURU DALAM MENINGKATKAN MOTIVASI BELAJAR SISWA KELAS XI PADA MATA PELAJARAN PKN DI SMK NEGERI 1 BALAESANG. Zainuddin 1. Jamaludin 2.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Salah satu tugas perkembangan siswa yaitu mencapai hubungan baru dan yang

BAB I PENDAHULUAN. individu dengan individu yang lain. Untuk mewujudkannya digunakanlah media

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penerapan metode penelitian, yang digunakan adalah penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. ilmu-ilmu agama di suatu pondok-pondok pesantren tertentu. Seperti halnya di

BAB I PENDAHULUAN. terselenggara apabila dipengaruhi oleh suasana kondusif yang diciptakan oleh

BAB I PENDAHULUAN. remaja dihadapkan pada konflik dan tuntutan social yang baru, termasuk. dirinya sesuai dengan perkembangannya masing-masing.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. dengan kematangan fisik hingga emosi. Kematangan emosi yang dimiliki

BAB I PENDAHULUAN. patut di junjung tinggi serta harus mendapatkan hak-haknya tanpa harus

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa manusia menemukan jati diri. Pencarian. memiliki kecenderungan untuk melakukan hal-hal diluar dugaan yang

BAB I PENDAHULUAN. mulai memasuki masa dewasa. Oleh karena itu, periode remaja dapat

PENGARUH PENDEKATAN TIDWELL DAN BACHUS DALAM LAYANAN KONSELING KELOMPOK TERHADAP AGRESIVITAS PESERTA DIDIK KELAS VIII PAGI SMPN 9 TAMBUN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 2 Hasan Basri, Landasan Pendidikan, CV Pustaka Setia, Bandung, 2013, hlm Ibid., hlm. 15.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Belajar Filsafat Islam Mashasiswa Prodi PAI Antara Alumni Pesantren

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. adalah bahwa aksi-aksi kekerasan baik individual maupun massal sudah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial, individu, dan berketuhanan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Iceu Rochayatiningsih, 2013

Oleh. Hamidah SDN 1 Cakranegara

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. dirumuskan, maka jenis penelitian ini adalah menggunakan metode penelitian

BAB I PENDAHULUAN. masalah yang ringan seperti mencontek saat ujian, sampai pada perkelahian

BAB I. Pendahuluan. I.A Latar Belakang. Remaja seringkali diartikan sebagai masa perubahan. dari masa anak-anak ke masa dewasa.

BAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hasil proyeksi sensus penduduk 2011, jumlah penduduk Indonesia

PERSEPSI GURU SMP MUHAMMADIYAH 5 YOGYAKARTA TERHADAP DAMPAK NEGATIF PASCA MARAKNYA AKSI KLITIH DI KALANGAN PELAJAR

BAB III METODE PENELITIAN. Research), karena data-data yang diperlukan untuk menyusun karya ilmiah ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Berbicara tentang siswa sangat menarik karena siswa berada dalam kategori

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. kuantitatif. Pendekatan kuantitatif digunakan untuk meneliti populasi atau sampel

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini menyajikan hal-hal yang menjadi latar belakang penelitian,

Transkripsi:

PERILAKU BULLYING YANG TERJADI DI SD NEGERI UNGGUL LAMPEUNEURUT ACEH BESAR Nadia Dewi, 1* Hasmiana Hasan, 2 Mahmud AR 3 1, 2, 3 universitas syiah kuala *Nadia_dewi93@yahoo.com ABSTRAK Dalam konteks persoalan perilaku bullying, salah satu perilaku yang menggunakan kekerasan terhadap siswa. Penelitian ini berupaya mengungkapkan perilaku apa saja yang terjadi di SD Negeri Unggul Lampeuneurut Aceh Besar, secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan bentuk-bentuk bullying yang terjadi SD Negeri Unggul Lampeuneurut Aceh Besar. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian yaitu deskriptif. Data penelitian ini bersumber dari hasil observasi (pengamatan), selain itu didukung dengan teknik a ngket, sedangkan sumber data adalah siswa kelas IV dan V SD Negeri Unggul Lampeunerut Aceh Besar yang berjumlah 25 siswa yang diambil secara random. Pengumpulan data dilakukan dengan Teknik berupa observasi dan angket, dalam penelitian ini hasil diperoleh dari pengedaran angket yang berjumlah 40 pertanyaan yang akan dibagikan kepada siswa. 20 soal ditagorikan dalam bullying fisik dan 20 ditegorikan dalam bullying non-fisik. Berdasarkan hasil analisis data, temuan peneliti dapat dikemukakan sebagai berikut. Pertama, adanya perilaku bullying yang terjadi di kelas IV dan V. kedua, siswa yang mengalami bullying fisik 4% dari 25 siswa menjawab selalu mengalami kejadian bullying, 12% menjawab sering, 47% siswa menjawab kadang-kadang, dan 37% menjawab tidak pernah, serta pada bullying non-fisik menjawab 3% selalu, 12% sering, 36% kadang-kadang, dan 49% dari 25 siswa menjawab tidak pernah mengalami kejadian bullying non-fisik. Kesimpulan penelitian ini adalah lebih dari 50% pernah mengalami kejadian bullying fisik di sekolah, dan hanya 37% dari 25 siswa yang menjawab tidak pernah mengalami kejadian bullying fisik, serta yang mengalami kejadian bullying non-fisik pada mereka, dapat dilihat dari hasil penlelitian ini yang menunjukkan 49% dari 25 siswa tidak pernah mengalami tindakan bullying non-fisik di sekolah, serta lebih dari 50% dari mereka pernah mengalami tindakan bullying non-fisik. Kata Kunci : Perilaku bullying, bentuk-bentuk bullying 37

PENDAHULUAN Pendidikan merupakan salah satu proses dalam usaha mengembangkan potensi anak. Melalui proses pendidikan, anak-anak diharapkan dapat mengembangkan kemampuan yang ada pada diri mereka dan membentuk kepribadian yang dimiliki secara maksimal sehingga dapat menjadi individu yang bermanfaat, pendidikan itu sendiri dapat diperoleh anak pada saat ia di rumah bersama orangtua atau pada saat anak berada di sekolah. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Muhibbin Syah (2010: 10) bahwa Pendidikan dapat diartikan sebagai sebuah proses dengan metode-metode tertentu sehingga orang memperoleh pengetahuan, pemahaman, dan cara bertingkahlaku yang sesuai dengan kebutuhan. Menurut Syamsu Yusuf (2011: 30) mengemukakan bahwa Sekolah merupakan sebuah lembaga pendidikan formal yang secara sistematis melaksanakan program bimbingan, pengajaran, dan/atau pelatihan dalam rangka membantu para siswa agar mampu mengembangkan potensinya secara optimal, baik yang menyangkut aspek moral-spritual, intelektual, emosional, sosial, maupunfisikmotoriknya. Seringkali perilaku bullying luput dari perhatian orang tua maupun pihak sekolah. Umumnya, orangtua dan pihak sekolah beranggapan bahwa saling mengejek, berkelahi, maupun mengganggu anak lain merupakan hal yang biasa terjadi pada anak sekolah dan bukan merupakan masalah serius. Biasanya masalah tersebut dianggap serius dan dikatakan sebagai perilaku bullying ketika perilaku tersebut telah mengakibatkan timbulnya cedera atau masalah fisik pada anak yang menjadi korban bullying. Padahal definisi bullying tidak terbatas pada tindakan kekerasan yang menyebabkan cedera fisik saja. Novan Ardy (2012:20) mengemukakan bahwa, Terminologi bullying mengacu pada penggunaan kekerasan atau kekuatan untuk menyakiti seseorang atau sekelompok sehingga korban merasa tertekan, trauma, dan tidak berdaya. Pengaruh bullying terhadap anak usia 5-12 tahun. Dampak negatif bullying juga bisa terjadi pada pelakunya. Anak-anak yang suka melakukan bullying memiliki kemungkinan untuk terlibat dalam aksi kekerasan atau perilaku beresiko 38

lainnya ketika mereka dewasa. Anak-anak ini memiliki resiko lebih tinggi untuk menjadi pecandu narkoba dan alkohol, terlibat dalam tawuran, tindakan kriminal, dan menyimpan potensi untuk melakukan tindak KDRT kepada istri dan anaknya ketika mereka berkeluarga. Sementara itu, anak menjadi saksi bullying yang dilakukan oleh temannya kepada teman lain di sekolah, juga menunjukkan tanda-tanda kecemasan dan depresi. Mereka menyimpan ketakutan jika hal yang sama terjadi pada mereka. Akibat kecemasan yang meningkat ini, anak-anak jadi kehilangan minat untuk sekolah dan mengikuti pelajaran. Saat mereka dewasa, ketakutan ini akan diobati dengan mengonsumsi alkohol dan narkoba. Peran guru dalam hal ini sangatlah berpengaruh terhadap tindakan-tindakan siswa dalam melakukan bullying di sekolah, dengan adanya peran guru siswa akan lebih berperilaku baik, karena mereka merasa ada yang mengawasi tingkahnya sehingga mereka tidak akan terbiasa dengan tindakan bullying di sekolah. Paparan diatas menjelaskan bahwa kasus bullying ternyata banyak ditemui di sekolah dan tidak hanya tejadi pada sekoah menengah pertama maupun atas tetapi saat ini telah banyak ditemukan disekolah dasar, sering kali fenomena bullying disekolah dasar ini luput dari perhatian pihak sekolah sendiri, berdasarkan pengalaman PPL di SD Negeri Unggul Lampeuneurut masih banyak siswa yang menjadi korban bullying terutama di kelas IV dan V. Berikut ini adalah contoh tindakan yang termasuk kategori bullying yang terdapat di SD Negeri Unggul Lampeuneurut, peneliti melihat kejadian yang dilakukan beberapa pelaku baik individual maupun group secara sengaja menyakiti atau mengancam korban dengan cara: 1. Menyisihkan seseorang dari pergaulan 2. menyebarkan gossip 3. membuat julukan yang bersifat ejekan 4. mengerjai seseorang untuk mempermalukannya 5. serta melukai secara fisik. Berdasarkan dasar-dasar pemikiran dan kenyataan dilapangan yang ditemukan di atas peneliti terdorong untuk melakukan penelitian ini yang berjudul 39

Perilaku Bullying Yang Tejadi di SD Negeri Unggul Lampeuneurut Aceh Besar. Alasan peneliti melakukan penelitian di sekolah tersebut didasarkan pengalaman yang telah dipaparkan di atas, dan menunjukkan bahwa terdapat indikasi kejadian bullying di sekolah tersebut. Selain itu, penelitian ini melibatkan siswa-siswi kelas IV dan V. Berdasarkan latar belakang masalah yang dikemukan di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Apa saja bentuk-bentuk bullying yang terjadi di SD Negeri Unggul Lampeuneuruet Aceh Besar? 2. Bagaimana frekuensi bentuk-bentuk bullying yang terjadi di SD Negeri Unggul Lampeuneurut Aceh Besar? Tujuan penelitian dalam penulisan ini adalah untuk mendeskripsikan bentukbentuk bullying yang terjadi di SD Negeri Unggul Lampeuneuruet Aceh Besar. METODE PENELITIAN Pendekatan penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif yaitu penelitian yang dimaksudkan untuk menyelidiki keadaan, kondisi, situasi, peristiwa, kegiatan, yang hasilnya dipaparkan dalam bentuk laporan penelitian. Tempat pelaksanaan penelitian ini adalah di SD Negeri Unggul Lampeuneurut. Adapun yang menjadi subjek di penelitian ini adalah siswa kelas IVa, IVb, IVc, dan Va, Vb, Vc di SD Negeri Unggul Lampeuneurut Aceh Besar yang berjumlah 126 siswa, di ambil menggunakan tehnik random dengan mengunakan cara undian (untung-untungan). Untuk memperoleh data yang diperlukan, peneliti menggunakan beberapa instrument yaitu sebagai berikut: 1. Observasi Observasi adalah cara pengumpulan data dengan cara melakukan pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap gejala atau fenomena yang ada dalam objek penelitian (Arikunto, 2010: 133). Dalam peneltian ini data yang 40

diperoleh dengan cara ini adalah data tentang perlengkapan bentuk-bentuk bullying yang terjadi di SD Negeri Unggul Lampeuneurut Aceh Besar. 2. Angket Angket adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui (Arikunto, 2010 : 194). Tehnik analisis data diperoleh dengan teknik pengumpulan data dengan observasi digunakan bila, penelitian berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar. Sedangkan data diolah dengan menggunakan rumus presentase yang dikemukan oleh Sudijono (2009 : 43) sebagai berikut: p = x 100% keterangan: F = frekuensi yang sedang dicari presentasenya N = jumlah frekuensi/banyaknya individu P = angka persentase. Dari hasil penelitian dan pengolahan data yang dilakukan di kelas IV dan V SD Negeri Unggul Lampeuneurut Aceh Besar. Dapat dijumpai bahwa sebagian besar dari siswa pernah melakukan penindasan (bullying) dalam bentuk fisik maupun non-fisik. Rata-rata dari mereka pernah menjadi korban maupun sebagai pelaku, tempat untuk mereka melakukan hal tersebutpun tidak hanya di kelas, akan tatapi mereka melakukannya di luar kelas. Tidak sedikit dari siswa menjadikan bullying sebagi hal biasa yang boleh mereka lakukan. Banyak sekali dari siswa tidak tau akan dampak bullying bagi mereka, mungkin karena kurang bimbingan dan kepedulian dari pihak sekolah maupun orang tua sehingga mereka terbiasa dengan hal tersebut. Dampak dari televisi yang mereka nontonpun sangatlah berpengaruh seperti yang di kemukan oleh Roberts (dalam Jhon W, 2009 : 128) sejauh mana anak-anak akan terimbas kekerasan dan agresi di televisi telah menimbulkan keperhatinan khusus, sebagai cotoh kartun sabtu pagi menunjukkan rata-rata lebih dari 25 tindakan kekerasan per jam. Dengan demikian 41

sebagai orang tua perlu mengontrol kegiataan anaknya menggunakan teknologi sekarang. 1. Perilaku Bullying Dalam Bentuk Fisik Prilaku bullying fisik yang terjadi di SD Negeri Unggul Lampeuneurut Aceh Besar menunjukkan masih banyak dari siswa kelas IV dan V yang mengalami kejadian bullying fisik pada mereka. Dapat dilihat dari hasil penlelitian ini yang menunjukkan lebih dari 50 % siswa pernah digigit oleh temannya sedang sebagi pelaku yang menggigit 80% mengaku tidak pernah, dan sebagai pelaku dan korban pada soal menarik rambut/jelbab temannya siswa menjawab lebih dari 50% menjadi korban sedangkan yang menjadi pelaku hanya 48% yang tidak pernah menarik rambut/jilbab teman kelasnya, sangat sedikit siswa menjawab tidak pernah dipukul oleh temannya, kebanyakan dari mereka sering di pukul oleh temannya. Serta lebih dari 50% dari 40 siswa mengakui mereka pernah memukul temannya, Hasil penelitian menunjukkan bahwa 12 siswa (48%) pernah di tend ang oleh temannya. Dengan demikian siswa harus banyak bimbingan dari guru maupun orang tua. Pada umumnya siswa menjawab sering didorong oleh temannya, dengan demikain guru harus sering memberikan ilmu tentang sikap dalam berteman.dari jawaban siswa tentang mereka pernah didorong, mendorong, dicakar, mencakar serta diludahi, mereka menjawab hampir 50% lebih siswa penah mengalami hal itu. Hasil penelitian menunjukkan 13 siswa (52%) pernah menja di korban dengan di rusak barang kepemilikannya. Dengan demikian disini guru kelas harus lebih intensif lagi dengan siswanya sehingga hal seperti ini tidak terjadi lagi. Jawaban menunjukkan 4 siswa menjawab selalu, 2 menjawab sering, 15 siswa menjawab kadang-kadang, dan 4 siswa yang tidak pernah disakiti dengan benda tajam oleh temannya. sangat sedikit siswa yang tidak pernah menjadi korban yang disakiti dengan benda tajam. Dengan demikian guru harus lebih sering memriksa tas siswa dan melarang siswa membawa benda-benda tajam. Berdasarkan uraian diatas dapat diperoleh kesimpulan bahwa lebih dari 50% pernah mengalami kejadian bullying fisik di sekolah, dan hanya 37% dari 40 siswa yang menjawab tidak pernah mengalami kejadian bullying fisik. Menurut Olweus (dalam Novan Ardi, 2012: 12) mengemukakan: bullying adalah perilaku 42

negatif yang mengakibatkan seseorang dalam keadaan tidak nyaman/terluka dan biasanya terjadi berulang-ulang. Sedangkan menurut Pearce (dalam Astuti, 2008: 3 ) menyatakan bahwa tindakan penganiayaan bahkan intimidasi atau ancaman halus bukanlah sekedar masalah kekerasan biasa, tindakan ini disebut bullying, karena tindakan ini sudah bertahun-tahun secara berulang, bersifat generative. Menjadi kebiasaan atau dradisi yang mengancam jiwa korban. Bullying ini salah satu bentuk dari tindakan agresi. 2. Perilaku Bullying Dalam Bentuk Non-fisik Berikut ini dapat peneliti uraikan bentuk bullying non-fisik apa saja yang pernah dilakukan oleh siswa sebagi berikut: Hasil penelitian menunjukkan bahwa 17 siswa 68% pernah meledeki temannya, dengan demikian guru harus lebih memperhatikan tingkah-tingkah ataupun mendengar jika siswa member tahu guru bahwa ada siswa lain meledeki sehingga ada peneguran untuk siswa tersebut. Berdasarkan penelitian meunjukkan bahwa pada umumnya siswa menyatakan sangat sering siswa lain memerasnya, memeras disini yaitu meminta uang siswa lain. Dengan demikian disini siswa harus lebih berani untuk melawan dan mengadu hal tersebut ke guru. Serta lebih dari 50% menunjukkan umumnya siswa menjawab pernah di ancam oleh temannya, 15 siswa 60% menjawab pernah mengancam siswa lain, dengan demikian siswa-siswa seperti ini harus mendapat arahan dari gurunya. Pada umumnya siswa menjawab pernah di permalukan oleh siswa lain, di permalukan disini seperti member nama julukan yang bukan namanya. Dengan demikian siswa lain harus lebih berani untuk mengadu siswa seperti itu ke guru kelas sehingga meraka mendapat arahan. Saat mereka berteman ada dari mereka yang inmengasingkan temannya dengan alasan karena tidak cantik, kaya, dan pintar, dengan demikian hasil penelitian menunjukkan bahwa pada umumnya siswa menjwab hampir 100% menjawab pernah mengasingkan temannya. Pada umumnya siswa menjawab pernah di curangi oleh temannya baik saat di dalam kelas maupun diluar kelasnya. 43

KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa beberapa bentuk-bentuk bullying yang trjadi di SD Negeri Unggul Lampeuneurut dapat di simpulkan seperti berikut ini: 1. Berdasarkan observasi langsung dilakukan penulis di SD Negeri Unggul Lampeuneurut Aceh Besar, adanya perilaka bullying yang terjadi di kelas IV dan V, baik itu bullying fisik maupun bullying non-fisik. 2. Berdasrkan hasil dari jawaban angket siswa SD Negeri Unggul Lampeuneurut Aceh Besar, dapat disimpulkan bahwa bullying fisik yang tejadi di SD Negeri Unggul Lamapeuneurut hasilnya menunjukkan bahwa dari 25 siswa 4% siswa menjawab selalu mengalami kejadian bullying fisik, sedangkan 12% siswa menjawab sering mengalami perlakuan bullying fisik, 47% siswa kadang-kadang pernah mengalami kejadian Bullying fisik, dan 37% siswa menjawab tidak pernah mengalami perlakuan bullying fisik padanya. Adapun saran-saran yang dapat penulis kemukakan adalah sebagai berikut: 1. Guru kelas harus lebih dekat dengan siswanya, dan tidak mengabaikan masalahmasalah yang terjadi di dalam kelas antara siswa dengan siswa lain. Karena banyak sekali masalah-masalah bullying yang terjadi di sekolah, sehingga guru harus lebih dekat dan memberikan arahan kepada siswa. 2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan salah satu masukan bagi sekolah untuk menyusun Program anti bullying di SD Negeri Unggul Lampeuneurut. 3. Bagi peneliti, agar dapat melakukan penelitian lebih lanjut serta dapat mengembangkannya dalam topic dan tempat yang berbeda dengan tujuan peningkatan kualitas proses pembelajaran dan menambah wawasan serta pengetahuan. DAFTAR PUSTAKA Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik, Jakarta: Rineka Cipta. 44

Astuti, Retno. (2008). Meredam Bullying, Jakarta: PT Grasindo Kompas Gramedia. Novan Ardi. (2012). from sckool bullying, Jakarta:Ar-ruzz media. Santrock, John W. (2011). Masa Perkembangan Anak. Jakarta: Salemba Humanika. Syah, Muhibbin. (2010). Psikologi pendidikan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Sudijono, Anas. (2009). Pengantar Statistik Pendidikan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. Yusuf, Syamsu. (2011). Perkembangan Peserta Didik, Jakart : PT RajaGrafindo Prsada 45