UJI COBA THRESHOLDING PADA CHANNEL RGB UNTUK BINARISASI CITRA PUPIL ABSTRAK

dokumen-dokumen yang mirip
UJI COBA PERBEDAAN INTENSITAS PIKSEL TIAP PENGAMBILAN GAMBAR. Abstrak

Fitur Matriks Populasi Piksel Untuk Membedakan Frame-frame Dalam Deteksi Gerakan

APLIKASI PENGGANTI BACKGROUND PASFOTO DENGAN METODE L1-METRIC DAN INPUT CHANNEL RGB

BINARISASI CITRA MENGGUNAKAN PENCOCOKAN PIKSEL

JURNAL TEKNOLOGI INFORMASI JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA, UNIVERSITAS BUNDA MULIA Volume 10, Nomor 1, Juni 2014 PENGELOLA JURNAL

PENGGUNAAN NILAI SKALA KEABUAN DARI CITRA WATERMARK SEBAGAI CETAK BIRU DARI VISIBLE WATERMARKING

Binarisasi Citra Menggunakan Pencocokan Piksel

BAB III PERANCANGAN SISTEM. Pada dewasa sekarang ini sangat banyak terdapat sistem dimana sistem tersebut

EFEK HIGH PASS FILTERING DENGAN KOEFESIEN NOL PADA CITRA BINER

SEGMENTASI CITRA MENGGUNAKAN HEBB-RULE DENGAN INPUT VARIASI RGB ABSTRAK

BAB 2 LANDASAN TEORI

Suatu proses untuk mengubah sebuah citra menjadi citra baru sesuai dengan kebutuhan melalui berbagai cara.

Pertemuan 2 Representasi Citra

Pemanfaatan Stack Untuk Deteksi Gerakan

BAB III METODE PENELITIAN

SAMPLING DAN KUANTISASI

JURNAL TEKNOLOGI INFORMASI JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA, UNIVERSITAS BUNDA MULIA Volume 11, Nomor 1, Juni 2015 PENGELOLA JURNAL

Penghitung Kendaraan Menggunakan Background Substraction dengan Background Hasil Rekonstruksi

Watermark Using Steganography and Visible Watermarking

BAB II TEORI PENUNJANG

BAB II TI JAUA PUSTAKA

BAB 2 LANDASAN TEORI. metode yang digunakan sebagai pengawasan kendaraan yang menggunakan pengenalan

SISTEM REKOGNISI KARAKTER NUMERIK MENGGUNAKAN ALGORITMA PERCEPTRON

PENGOLAHAN CITRA DIGITAL

KLASIFIKASI TELUR AYAM DAN TELUR BURUNG PUYUH MENGGUNAKAN METODE CONNECTED COMPONENT ANALYSIS

BAB II LANDASAN TEORI

Muhammad Zidny Naf an, M.Kom. Gasal 2015/2016

PERBANDINGAN SEGMENTASI CITRA BERWARNA DENGAN FUZZY CMEANS CLUSTERING PADA BEBERAPA REPRESENTASI RUANG WARNA

PENDETEKSI TEMPAT PARKIR MOBIL KOSONG MENGGUNAKAN METODE CANNY

Model Citra (bag. 2)

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN PROGRAM APLIKASI

Analisa Perbandingan Metode Edge Detection Roberts Dan Prewitt

COMPUTER VISION UNTUK PENGHITUNGAN JARAK OBYEK TERHADAP KAMERA

BAB 2 LANDASAN TEORI. dari sudut pandang matematis, citra merupakan fungsi kontinyu dari intensitas cahaya

BAB 2 LANDASAN TEORI

PENERAPAN METODE SOBEL DAN GAUSSIAN DALAM MENDETEKSI TEPI DAN MEMPERBAIKI KUALITAS CITRA

Oleh: Riza Prasetya Wicaksana

BAB 2 LANDASAN TEORI

Pengolahan citra. Materi 3

Klasifikasi Kualitas Keramik Menggunakan Metode Deteksi Tepi Laplacian of Gaussian dan Prewitt

Mengubah Citra Berwarna Menjadi Gray Scale dan Citra biner

Perbandingan Hebb-Rule Dan Perceptron Dalam Segmentasi Citra Menggunakan Input Variasi RGB ABSTRAK

Pembentukan Citra. Bab Model Citra

Sesi 2: Image Formation. Achmad Basuki PENS-ITS 2006

Intensitas cahaya ditangkap oleh diagram iris dan diteruskan ke bagian retina mata.

Penggunaan Jaringan Syaraf Tiruanuntuk Membaca Karakter pada Formulir Nilai Mata Kuliah

APLIKASI TRANSFORMASI WATERSHED UNTUK SEGMENTASI CITRA DENGAN SPATIAL FILTER SEBAGAI PEMROSES AWAL

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN

TRACKING OBJECT MENGGUNAKAN METODE TEMPLATE MATCHING BERBASIS STEREO VISION

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Dasar Teori Citra Digital

BAB II LANDASAN TEORI

Pengolahan Citra (Image Processing)

PENENTUAN KUALITAS DAUN TEMBAKAU DENGAN PERANGKAT MOBILE BERDASARKAN EKSTRASI FITUR RATA-RATA RGB MENGGUNAKAN ALGORITMA K-NEAREST NEIGHBOR

ANALISIS CONTRAST STRETCHING MENGGUNAKAN ALGORITMA EUCLIDEAN UNTUK MENINGKATKAN KONTRAS PADA CITRA BERWARNA

PENERAPAN SEGMENTASI MULTI KANAL DALAM MENDETEKSI SEL PARASIT PLASMODIUM SP. I Made Agus Wirahadi Putra 1, I Made Satria Wibawa 2 ABSTRAK

SEGMENTASI CITRA DIGITAL DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA WATERSHED DAN LOWPASS FILTER SEBAGAI PROSES AWAL ( November, 2013 )

III. METODOLOGI PENELITIAN

PENGOLAHAN CITRA DIGITAL

DAFTAR ISI. Lembar Pengesahan Penguji... iii. Halaman Persembahan... iv. Abstrak... viii. Daftar Isi... ix. Daftar Tabel... xvi

BAB II LANDASAN TEORI

SISTEM PENGKLASIFIKASIAN KUALITAS KERAMIK DENGAN MENGGUNAKAN METODE LOG DAN PREWITT

corak lukisan dengan seni dekorasi pakaian, muncul seni batik tulis seperti yang kita kenal sekarang ini. Kain batik merupakan ciri khas dari bangsa I

TEKNIK PENGOLAHAN CITRA MENGGUNAKAN METODE KECERAHAN CITRA KONTRAS DAN PENAJAMAN CITRA DALAM MENGHASILKAN KUALITAS GAMBAR

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 2 LANDASAN TEORI

IDENTIFIKASI DAN TRACKING OBJEK BERBASIS IMAGE PROCESSING SECARA REAL TIME

BAB III METODE PENELITIAN. ada beberapa cara yang telah dilakukan, antara lain:

Sistem Deteksi Bola Berdasarkan Warna Bola Dan Background Warna Lapangan Pada Robot Barelang FC

PERANCANGAN PROGRAM PENGENALAN BENTUK MOBIL DENGAN METODE BACKPROPAGATION DAN ARTIFICIAL NEURAL NETWORK SKRIPSI

BAB IV PENGUJIAN SISTEM. mendeteksi tempat parkir yang telah selesai dibuat. Dimulai dari pengambilan

IMPLEMENTASI METODE HARMONIC MEAN FILTERDAN CANNY UNTUK MEREDUKSI NOISEPADA CITRA DIGITAL

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB 4 HASIL DAN ANALISA

BAB 1 PENDAHULUAN. Grafika komputer merupakan salah satu topik dalam bidang informatika.


KAJIAN PENERAPAN OPERASI BITWISE PADA STEGANOGRAFI

Mengenal Lebih Jauh Apa Itu Point Process

BAB II. Computer vision. teknologi. yang. dapat. Vision : Gambar 2.1

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN APLIKASI UNTUK MENDESAIN KARTU UCAPAN

DETEKSI GERAK BANYAK OBJEK MENGGUNAKAN BACKGROUND SUBSTRACTION DAN DETEKSI TEPI SOBEL

DETEKSI WAJAH BERBASIS SEGMENTASI WARNA KULIT MENGGUNAKAN RUANG WARNA YCbCr & TEMPLATE MATCHING

Gambar 4.1 Diagram Percobaan

BAB 3 PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SISTEM

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

Pengenalan Telur Berdasarkan Karakteristik Warna Citra Yustina Retno Wahyu Utami 2)

BAB III METODE PENELITIAN. menjawab segala permasalahan yang ada dalam penelitian ini.

(IMAGE ENHANCEMENT) Peningkatan kualitas citra di bagi menjadi dua kategori yaitu :

Pengolahan Citra Nanopartikel untuk Penentuan Formula Feed Additive Berdasarkan Jumlah Sel Kurkumin

BAB 2 LANDASAN TEORI

Implementasi Morphology Concept and Technique dalam Pengolahan Citra Digital Untuk Menentukan Batas Obyek dan Latar Belakang Citra

BAB IV PENGUJIAN SISTEM. koordinat pada tiap-tiap area, akses pixel, contrast streching, histogram. yang

BAB III METODE PENELITIAN. tracking obyek. Pada penelitian tugas akhir ini, terdapat obyek berupa bola. Gambar 3.1. Blok Diagram Penelitian

SEGMENTASI CITRA DIGITAL IKAN MENGGUNAKAN METODE THRESHOLDING DIGITAL FISH IMAGE SEGMENTATION BY THRESHOLDING METHOD

Peningkatan Kualitas Citra Digital Berbasis Color Constancy Menggunakan Gray World

APLIKASI PENGENALAN DAUN UBI JALAR UNTUK JENIS UBI JALAR UNGU, MERAH, PUTIH DAN KUNING MENGGUNAKAN METODE PRINCIPAL COMPONENT ANALYSIS

Bab II Teori Dasar 2.1 Representasi Citra

UKDW BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENGEMBANGAN SISTEM PEROLEHAN CITRA BERBASIS ISI PADA CITRA BATIK MENGGUNAKAN METODE INTEGRATED COLOR AND INTENSITY CO-OCCURRENCE MATRIX (ICICM)

IDENTIFIKASI TULANG DAUN MONOKOTIL DAN DIKOTIL DENGAN METODE MANUAL THRESHOLDING

Transkripsi:

UJI COBA THRESHOLDING PADA CHANNEL RGB UNTUK BINARISASI CITRA PUPIL I Gusti Ngurah Suryantara, Felix, Ricco Kristianto gusti@bundamulia.ac.id Teknik Informatika Universitas Bunda Mulia ABSTRAK Beberapa segmentasi objek dalam computer vision dilakukan dengan thresholding sehingga menghasilkan citra biner berdasarkan nilai grayscalenya. Nilai grayscale bisa didapat dari proses grayscaling secara umum, dapat pula didapat dari pemisahan channel RGB. Obyek pupil meskipun bagian tergelap dari citra mata tetap dapat terpengaruh oleh cahaya sehingga warna obyek iris maupun obyek-obyek lainnya pada citra mata hampir segelap obyek pupil. Hal ini mempersulit pengamatan terhadap pupil mata karena pada proses binarisasi akan menghasilkan banyak obyek pada citra mata selain obyek pupil. Model warna RGB memiliki channel warna RGB. Setiap channel jika dijadikan citra grayscale akan menghasilkan citra grayscale dengan kontras yang berbeda antara masing-masing channel warna R, G dan B tersebut. Pupil mata merupakan bagian tergelap dari mata yang dikelilingi irish. Irish setiap orang berbeda-beda warna. Pada Penelitian kali ini akan diuji coba pemilihan channel yang tepat bagi semua irish, sehingga akan didapatkan objek pupil yang baik dengan irish dan sclera mata yang kontras. Dengan kontrasnya nilai grayscale tersebut maka ketika dilakukan operasi thresholding didapatkan citra matra yang objek pupilnya tersegmentasi dengan baik. Percobaan dilakukan pada beberapa citra mata dengan warna irish yang berbeda-beda. Hasil akhir dari percobaan ini adalah didapatkan nilai grayscale dari channel warna red yang memiliki nilai grayscale antara pupil dengan irish yang paling kontras untuk semua warna irish. Kata Kunci: segmentasi citra pupil, channel warna RGB, Thresholding PENDAHULUAN Mulyana (Mulyana, 2016) menjelaskan pupil mata merupakan suatu objek yang dapat dianalisa secara visual untuk mendapati adanya suatu kejadian yang indikasinya dapat terlihat pada pupil mata. Melalui perubahan ukuran pada pupil mata dapat diindikasikan kondisi emosi seseorang, reaksi mata terhadap cahaya, ataupun reaksi mata ketika berusaha mengenali suatu obyek seperti snellen chart. Analisis pupil mata memerlukan segmentasi terhadap citra mata untuk memisahkan pupil dengan obyek lainnya dari citra mata yang tertangkap kamera. Ada banyak masalah yang akan timbul ketika melakukan segmentasi ini. Seperti adanya guratan pada mata, adanya nilai grayscale dari obyek lain yang hampir sama dengan nilai grayscale dari pupil, adanya cahaya yang terpantul pada kornea mata yang disebabkan karena pupil mata yang gelap sehingga membuat cahaya yang ditangkap oleh kornea yang melapisi pupil mata terpantul. Pada penelitian ini akan diuji coba beberapa citra mata dengan warna irish yang berbeda-beda. dari setiap sampel 41

citra mata tersebut akan dilakuan pemisahan warna dari channel R, G dan B untuk dilakukan ujicoba binerisasi dengan thresholding, sehingga bisa didapatkan kesimpulan channel warna mana yang lebih tepat untuk melakukan segmentasi pupil mata secara sederhana berdasarkan channel warna Red, Green dan Blue yang mampu menghasilkan citra grayscale yang kontras antara pupil dengan iris. Pengenalan obyek pada citra harus didahului dengan memisahkan antara obyek dengan latar belakang sehingga mudah untuk dianalisis. Mukherjee (Mukherjee, 2010) menuliskan bahwa metode paling sederhana untuk melakukan segmentasi citra adalah thresholding. Thresholding adalah teknik yang sangat penting pada segmentasi citra, penanganan dan deteksi obyek. Output dari proses thresholding citra biner yang mempunyai nilai skala keabuan 0 (hitam) yang mengindikasikan piksel yang berisi obyek atau target yang akan dianalisa dan nilai skala keabuan 1 (putih) yang diindikasikan sebagai latar belakang. Ridler (Ridler, 1978) menjelaskan bahwa algoritma binarisasi dalam hal ini adalah prosedur untuk melakukan threshold optimal nilai untuk setiap piksel. Model Warna RGB Salah satu model warna citra yang banyak dipergunakan dalam penelitian pengolahan citra digital adalah model warna RGB. Sutoyo (Sutoyo, 2009) menjelaskan setiap piksel pada citra warna mewakili warna dasar yang merupakan kombinasi dari tiga warna dasar merah (Red), hijau (Green) dan biru (Blue), dimana setiap warna mempunyai gradasi sebanyak 256 warna dengan variasi intensitas cahaya antara 0 sampai 255. Model ini disebut model warna RGB. Variasi dari gabungan ketiga intensitas cahaya inilah yang akan menghasilkan variasi warna-warna yang berbeda-beda. Model warna RGB dihasilkan dari tiga kombinasi warna utama (Red/merah, Green/hijau, dan Blue/biru) yang diturunkan menjadi nama model, dan pada spectrum cahaya yang dikombinasikan akan menghasilkan sebuah warna. Citra Biner Pada Model Warna RGB Pada model warna RGB, citra biner adalah citra yang berisi dua warna, yaitu hitam dan putih. Warna hitam dinotasikan dengan 0. Pada model RGB warna hitam dihasilkan dengan memberikan nilai 0 pada semua channel warna R, G dan B. Sedangkan warna putih yag bernilai biner 1, pada model RGB dihasilkan dengan memberikan nilai 255 pada semua channel, G dan B. semuanya dalam rentang nilai 0 sampai 255. PENERAPAN Program merupakan bagian dari program yang dipergunakan pada penelitian segmentasi objek pupil dari citra mata. Bagian-bagian dari program terdiri dari tampilan citra asli, panel citra hasil binerisasi, panel citra grayscale, panel citra red, panel citra green, panel citra blue, serta button load, button grayscale dan button biner, serta checkbox R untuk memilih channel R, Checkbox G untuk memilih channel G, dan checkbox B untuk memilih channel B. Penggunaan checkbox dimaksudkan agar dapat menentukan lebih dari satu channel warna yang dipergunakan untuk grayscalling. Untuk melakukan proses analisa dipergunakan program yang sudah dibuat dalam penelitian mulyana (mulyana, 2015). Tampilan seperti yang diperagakan pada gambar 1. Program dapat memilih channel yang akan diuji coba serta ditampilkan hasilnya sebagai citra grayscale. Sebagai 42

pembanding, citra akan dipilah per channel dan di tampilkan pada masingmasing panel citra di sebelahnya. Untuk mempermudah pemilihan, pada aplikasi yang dipergunakan untuk melakukan percobaan diberi pilihan channel yang akan dipergunakan pada proses grayscaling. Channel yang dipilih dapat dipilih channel tunggal R, G atau B saja, atau kombinasi dari dua atau tiga channel tersebut. Proses binerisasi citra yang paling sederhana prosesnya adalah proses thresholding. Proses ini hanya memerlukan proses grayscaling sebelum dilakukan thresholding. Setelah didapatkan citra grayscale yang sesuai maka dilakukan thresholding, dimana nilai grayscale piksel yang berada di bawah nilai threshold akan dijadikan 0, sedangkan nilai grayscale piksel yang berada di atas nilai threshold akan dijadikan 1 pada nilai biner atau 255 pada skala nilai RGB. Semua piksel dari citra grayscale di threshold dengan nila yang sudah ditentukan. Sehingga hanya mendapatkan piksel dengan warna hitam atau 0 pada nilai biner maupun pada nilai desimal, serta piksel dengan warna putih atau 1 pada nilai biner atau 255 pada nilai desimal. Mulyana (Mulyana-2, 2013), dalam penelitian mengenai visible watermarking menggunakan nilai grayscale menjelaskan Citra digital terbentuk dari piksel-piksel yang mempunyai intensitas warna merah, hijau dan biru yang dikomposisikan dengan berbagai variasi komposisi intensitas ketiganya, sehingga menghasilkan warna-warna tertentu pada posisi piksel tertentu, dan terkumpul pada posisi tertentu sehingga terbentuk menjadi sebuah citra. Jika pada ketiga chanel RGB intensitas warna tersebut dinaikkan serentak ketiga-tiga nya dengan nilai yang sama, maka akan menghasilkan piksel yang lebih cerah dengan warna yang sama dengan piksel sebelumnya. Demikian juga Jika ketiga channel RGB intensitas warna tersebut diturunkan serentak ketiga-tiga nya dengan nilai yang sama, maka akan menghasilkan piksel yang lebih gelap dengan warna yang sama dengan piksel sebelumnya. Pada penelitiannya yang lain, Pengenalan Gerakan Tangan secara optis, Mulyana (Mulyana-3, 2013) menjelaskan adanya variasi R/G/B untuk memisahkan antara objek dengan background menjadi citra biner. Channel yang terpilih nantinya akan dithreshold untuk menentukan nilai-nilai yang akan dianggap 0 dan nilai-nilai yang dijadikan 255 atau dalam citra biner dianggap sebagai 1. Dengan variasi channel R/G/B akan didapatkan kombinasi pilihan channel yang terdiri dari salah satu channel saja, yaitu channel R saja, channel G saja dan channel B saja. Kemudian kombinasi dua channel yang terdiri dari kombinasi channel R dan G, kombinasi channel R dan B, kombinasi channel G dan B. Serta kombinasi ketiga channel R, G dan B Penghitungan nilai kombinasi dari skala keabuan untuk jumlah channel yang dipilih akan disesuaikan dengan jumlah channel. Dengan berdasarkan pada proses konversi ke skala keabuan pada ketiga channel R, G dan B seperti yang dijelaskan oleh Low, (Low, 1991), yang dapat dilihat pada persamaan (1): f(x,y) = (R(x,y) + G(x,y) + B(x,y))/3.. (1) Keterangan: f(x,y) : pixel abu-abu pada R(x,y) : intensitas channel Red pada G(x,y) : intensitas channel Green pada B(x,y) : intensitas channel blue pada Karena pada pilihan channel ini dapat dipilih beberapa kemungkinan satu channel saja, kombinasi dua channel ataupun kombinasi tiga channel, secara 43

umum persamaan tersebut dapat disusun dengan persamaan (2). n f(x,y) = Σ C i (x,y) / n...(2) i=1 keterangan: f(x,y) : pixel abu-abu pada sel(x, y) n : jumlah channel yang dipilih C i (x,y) : Pilihan channel ke i pada Proses berikutnya adalah mendapatkan nilai biner dari piksel tersebut. Dengan ketentuan threshold hasil dari penskalakeabuan dari persamaan (3) dilakukan pemilahan, untuk nilai skala keabuan yang dibawah nilai threshold dijadikan 0 atau hitam, sedangkan nilai skala keabuan yang diatas nilai threshold dijadikan 255 atau 1 dalam nilai biner atau putih. HASIL DAN PEMBAHASAN citra grayscale dari intensitas channel R dapat dilihat pada gambar 1, terlihat warna grayscale pupil tampak sangat gelap, sedangkan warna grayscale iris terlihat lebih terang, demikian juga dengan warna kulit dan sklera yang terlihat terang. Gambar 3. Binerisasi dengan Channel B Gambar 4.Binerisasi Channel R dan G Gambar 5. Binerisasi Channel R dan B Gambar 6. Binerisasi Channel G dan B Gambar 1. Binerisasi dengan Channel R Gambar 2. Binerisasi dengan Channel G Gambar 7. Binerisasi Citra Dengan Ketiga Channel R, G dan B 44

citra grayscale dari intensitas channel G dapat dilihat pada gambar 2. terlihat warna grayscale pupil tampak sangat gelap, sedangkan warna grayscale iris terlihat masih lebih terang, sedangkan warna warna kulit dan sklera terlihat agak gelap dan ada bagian yang gelap yang nantinya akan mengganggu proses binerisasi. citra grayscale dari intensitas channel B dapat dilihat pada gambar 3, memang terlihat warna grayscale pupil tampak sangat gelap, dan warna grayscale iris terlihat lebih terang daripada pemakaian channel lainnya, tetapi warna kulit terlihat sangat gelap dan pasti akan mengganggu proses segmentasi. citra grayscale dari intensitas channel R dan channel G dapat dilihat pada Gambar 4. terlihat warna grayscale pupil tampak sangat gelap, sedangkan warna grayscale iris terlihat agak gelap dan hampir segelap pupil. Hal ini akan nantinya akan mengganggu proses binerisasi karena pupil dan iris akan menjadi satu objek ketika dibinerisasi. citra grayscale dari intensitas channel R dan channel B dapat dilihat pada Gambar 5, sama seperti pada Gambar 5.4 terlihat warna grayscale pupil tampak sangat gelap, sedangkan warna grayscale iris terlihat agak gelap dan hampir segelap pupil. Hal ini akan nantinya akan mengganggu proses binerisasi karena pupil dan iris akan menjadi satu objek ketika dibinerisasi. citra grayscale dari intensitas channel G dan channel B dapat dilihat pada Gambar 6, memang terlihat warna grayscale pupil tampak sangat gelap, sedangkan warna grayscale iris ada yang terlihat terang sangat kontras dengan pupil, tetapi ada bagian yang sangat gelap, selain itu juga warna kulit tampak gelap yang nantinya akan mengganggu proses segmentasi karena objek selain pupil akan lebih besar daripada objek pupil yang akan dianalisa. citra grayscale dari intensitas ketiga channel R, channel G dan channel B dapat dilihat pada Gambar 7. Terlihat citra grayscale hampir rata intensitasnya. Pada citra pupil mata dengan pencahayaan yang kurang baik, citra grayscale akan mengakibatkan pupil mempunyai nilai grayscale yang hampir sama dengan iris. Pemilihan channel yang salah akan mengakibatkan citra yang dihasilkan setelah proses grayscaling dapat mempunyai kegelapan yang hampir sama dengan obyek citra lainnya. Sehingga akan mengakibatkan sulitnya melakukan binarisasi citra seperti yang diperagakan pada Gambar 8. Gambar 8. Citra Biner Dari Pemilihan Channel RGB Yang Salah Gambar 9. Citra Grayscale dan Hasil Thresholding 45

Hasil Pengujian Percobaan dilakukan pada beberapa 12 citra mata termasuk pada mata etnis kaukasia. Citra mata yang digunakan dapat dilihat pada Error! Reference source not found.. Berdasarkan hasil uji coba yang diperagakan pada Tabel, dari hasil percobaan didapat channel Red lebih dominan berfungsi pada semua citra mata untuk mengakomodasi iris yang berwarna biru ataupun coklat. Meskipun citra pupil dari contoh mata kaukasia terlihat lebih hitam dari iris. Hal ini dikarenakan pada citra dengan channel green tersebut menghasilkan kulit disekitar mata yang ikut tertangkap kamera pada channel green menjadi segelap pupil. Hasil Ujicoba seperti yang dilakukan oleh Mulyana (Mulyana, 2016), dengan hasil seperti yang ditampilkan pada tabel 1. Merupakan tabel ujicoba yang dilakukan pada proses segmentasi pupil mata dengan proses yang lengkap yang dilakukan pada laporan penelitiannya. Tabel 1.Hasil Uji Coba Dari percobaan yang sudah dilakukan, kesulitan terbesar adalah melakukan thresholding, agar didapat citra biner yang tepat. Sedangkan proses-proses lainnya berjalan dengan baik. Pada contoh citra contoh12.jpg tidak dapat disegmentasi karena pencahayaan sangat kurang sehingga citra pupil dengan iris sama gelapnya, sehingga ketika dilakukan grayscaling dengan channel manapun tetap tidak didapat pupil yang kontras dengan iris. Kebanyakan kasus gagal dikarenakan obyek menyatu dengan obyek lain, sehingga tidak dapat disegmentasi. Obyek menyatu dengan obyek lain karena obyek lain pada semua channel menjadi segelap obyek pupil dan dalam kosnetrasi yang besar. Pada kasus terakhir bahkan didapat citra pupil menghilang karena citra iris lebih gelap dari citra pupil yang memantulkan cahaya yang masuk ke pupil. Beberapa kasus meleset terjadi pada channel blue, kasus meleset ini terjadi dimana bangun elips yang seharusnya melingkupi pupil bergeser atau dengan kata lain ada bagian pupil yang tidak masuk ke daerah elips dengan, sehingga ada bagian pupil yang tidak terlingkupi. SIMPULAN Berdasarkan penelitian segmentasi citra pupil yang sudah dilakukan ini, maka diambil simpulan: 1. Dari ketiga channel RGB yang tersedia, channel Red cukup memenuhi untuk dipakai pada grayscaling agar menghasilkan intensitas piksel citra pupil yang kontras terhadap piksel citra iris. 2. Segmentasi citra pupil memerlukan pencahayaan yang baik agar warna citra iris dapat lebih terang sehingga kontras terhadap warna citra pupil. DAFTAR PUSTAKA [1] Low, Adrian., 1991, Introductory Computer Vision and Image Processing, McGraw-Hill, Berkshire, UK. [2] Mulyana, Teady. M.S., 2013, Penggunaan Nilai Skala Keabuan dari Citra Watermark sebagai Cetak Biru Dari Visible Watermarking, Proceeding Seminar Nasional Informatika 2013, UPN, Yogyakarta [3] Mulyana, Teady. M.S., 2015, Segmentasi Citra Dengan Variasi RGB dan Algoritma Perceptron, Prosiding Seminar Nasional Riset Terapan 2015 (SENASSET 2015), Unicersitas Serang Raya, Serang, 46

(ISBN: 978-602-73672-0-3; p:132-140) [4] Mulyana, Teady. M.S., 2015, Perbandingan Hebb-Rule Dan Perceptron Dalam Segmentasi Citra Menggunakan Input Variasi RGB, Jurnal Teknologi Informasi Vol 2 No. 11, Universitas Bunda Mulia, Jakarta. (ISSN 1979-1496, p:30-39) [5] Mulyana, Teady. M.S., 2016, Modul Praktikum Pengolahan Citra, Universitas Bunda Mulia, Jakarta [6] T. M. S. Mulyana, "Reduce noise in the binary image using non linear spatial filtering of mode," 2016, 2016 International Conference on Information & Communication Technology and Systems (ICTS), Surabaya, Indonesia,, pp. 135-139, doi: 10.1109/ICTS.2016.7910287 [7] Sutoyo, T., Mulyanto, E., Suhatono V., Nurhayanti OD., Wijanarto., 2009, Teori Pengolahan Digital, Andi Offset, Yogyakarta.. 47