II. TINJAUAN PUSTAKA. Seperti diketahui bahwa, di dalam baja karbon terdapat ferrite, pearlite, dan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KERANGKA TEORI

TUGAS AKHIR. PENGARUH JENIS ELEKTRODA PADA HASIL PENGELASAN PELAT BAJA St 32 DENGAN KAMPUH V TUNGGAL TERHADAP STRUKTUR MIKRO DAN KEKUATAN TARIKNYA

I. PENDAHULUAN. selain jenisnya bervariasi, kuat, dan dapat diolah atau dibentuk menjadi berbagai

BAB II PENGELASAN SECARA UMUM. Ditinjau dari aspek metalurgi proses pengelasan dapat dikelompokkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pengembangan teknologi di bidang konstruksi yang semakin maju tidak

Pengaruh Jenis Elektroda Pada Pengelasan Dengan SMAW Terhadap Sifat Fisis dan Mekanis Pada Baja Profil IWF

KARAKTERISTIK HASIL PENGELASAN PIPA DENGAN BEBERAPA VARIASI ARUS LAS BUSUR LISTRIK

BAB I PENDAHULUAN. memiliki andil dalam pengembangan berbagai sarana dan prasarana kebutuhan

MAKALAH PELATIHAN PROSES LAS BUSUR NYALA LISTRIK (SMAW)

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan dibeberapa tempat, sebagai berikut:

Peralatan Las Busur Nyala Listrik

BAB I PENDAHULUAN. dalam penyambungan batang-batang terutama pada bahan besi tuang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Jl. Menoreh Tengah X/22, Sampangan, Semarang *

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Baja adalah logam paduan dengan besi sebagai unsur dasar dan karbon

BAB II LANDASAN TEORI. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh arus pengelasan

LAS BUSUR LISTRIK ELEKTRODE TERBUNGKUS (SHIELDED METAL ARC WELDING = SMAW)

ANALISIS PENGARU ARUS PENGELASAN DENGAN METODE SMAW DENGAN ELEKTRODA E7018 TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN KETANGGUHAN PADA BAJA KARBON RENDAH ABSTRAK

ANALISIS KEKUATAN TARIK BAJA ST37 PASCA PENGELASAN DENGAN VARIASI MEDIA PENDINGIN MENGGUNAKAN SMAW. Yassyir Maulana

PENGARUH BESAR ARUS LISTRIK DAN PANJANG BUSUR API TERHADAP HASIL PENGELASAN.

BAB I PENDAHULUAN. dimana logam menjadi satu akibat panas las, dengan atau tanpa. pengaruh tekanan, dan dengan atau tanpa logam pengisi.

Penelitian Kekuatan Sambungan Las pada Plat untuk Dek Kapal Berbahan Plat Baja terhadap Sifat Fisis dan Mekanis dengan Metode Pengelasan MIG

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai peranan yang sangat penting dalam rekayasa serta reparasi

PENGARUH VARIASI KUAT ARUS LAS LISTRIK PADA SUDUT KAMPUH V GANDA TERHADAP KEKUATAN TARIK DAN KETANGGUHAN IMPACT DARI MATERIAL ST 37

BAB II TINJAUAN PUSTAKA dan LANDASAN TEORI

BAB I LAS BUSUR LISTRIK

Ir Naryono 1, Farid Rakhman 2

Pengaruh Kondisi Elektroda Terhadap Sifat Mekanik Hasil Pengelasan Baja Karbon Rendah

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA dan LANDASAN TEORI. Berdasarkan definisi dari Deutche Industrie Normen (DIN), las adalah

PENGARUH VARIASI KUAT ARUS PENGELASAN TUNGSTEN INERT GAS

DASAR TEKNOLOGI PENGELASAN

PENGARUH POSISI PENGELASAN TERHADAP KEKUATAN TAKIK DAN KEKERASAN PADA SAMBUNGAN LAS PIPA

PENGARUH KELEMBABAN FLUKS ELEKTRODA E 6013 LAS SMAW PADA KEKUATAN SAMBUNGAN TUMPUL BAJA PADUAN BERKEKUATAN TARIK TINGGI AISI 4340

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

STUDI KARAKTERISTIK PENGELASAN SMAW PADA BAJA KARBON RENDAH ST 42 DENGAN ELEKTRODA E 7018

PENGARUH PROSES PREHEATING PADA PENGELASAN SMAW TERHADAP KEKUATAN TARIK MATERIAL BAJA ST 37

LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI PENGARUH TERHADAP KEKUATAN TARIK PADA LAS SMAW (SHIELDED METAL ARC WELDING) DENGAN METODE EKSPERIMEN

Pengaruh Variasi Temperatur Anneling Terhadap Kekerasan Sambungan Baja ST 37

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. dengan cara mencairkan sebagian logam induk dan logam pengisi dengan atau

I. PENDAHULUAN. berperan dalam proses manufaktur komponen yang dilas, yaitu design,

STUDI PENGARUH VARIASI KUAT ARUS PENGELASAN PELAT AISI 444 MENGGUNAKAN ELEKTRODA AWS E316L

PENGARUH ARUS LISTRIK TERHADAP DAERAH HAZ LAS PADA BAJA KARBON

Pengaruh variasi kampuh las dan arus listrik terhadap kekuatan tarik dan struktur mikro sambungan las TIG pada aluminium 5083

I. PENDAHULUAN. rotating bending. Dalam penggunaannya pengaruh suhu terhadap material

BAB I PENDAHULUAN. Kekuatan tarik adalah sifat mekanik sebagai beban maksimum yang terusmenerus

DASAR-DASAR PENGELASAN

Pengaruh Variasi Arus terhadap Struktur Mikro, Kekerasan dan Kekuatan Sambungan pada Proses Pengelasan Alumunium dengan Metode MIG

BAB II LANDASAN TEORI

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

PERLAKUAN PEMANASAN AWAL ELEKTRODA TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN FISIK PADA DAERAH HAZ HASIL PENGELASAN BAJA KARBON ST 41

Pengaruh Variasi Waktu dan Tebal Plat Pada Las Titik terhadap Sifat Fisis dan Mekanis Sambungan Las Baja Karbon Rendah

proses welding ( pengelasan )

BAB V. ELEKTRODA (filler atau bahan isi)

Gambar 2.1. Proses pengelasan Plug weld (Martin, 2007)

II. TINJAUAN PUSTAKA

SKRIPSI / TUGAS AKHIR

BAB XX DEFORMASI PADA KONSTRUKSI LAS

TUGAS PENYAMBUNGAN MATERIAL 5 RACHYANDI NURCAHYADI ( )

PENGARUH PENGELASAN TUNGSTEN INERT GAS TERHADAP KEKUATAN TARIK, KEKERASAN DAN MIKRO STRUKTUR PADA PIPA HEAT EXCHANGER

BAB I PENDAHULUAN. Banyak cara yang dapat dilakukan dalam teknik penyambungan logam misalnya

BAB III PENELITIAN DAN ANALISA

BAB III TEKNOLOGI PENGELASAN PIPA UNTUK PROSES SMAW. SMAW ( Shielded Metal Arc Welding ) salah satu jenis proses las busur

I. PENDAHULUAN. keling. Ruang lingkup penggunaan teknik pengelasan dalam konstruksi. transportasi, rel, pipa saluran dan lain sebagainya.

PENGARUH HEAT TREATMENT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SUBMARGED ARC WELDING (SAW)

PENGARUH SUHU NORMALIZING TERHADAP SIFAT FISIS DAN MEKANIS PENGELASAN BAJA PLAT KAPAL. Sutrisna*)

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN. Dalam dunia konstruksi, pengelasan sering digunakan untuk perbaikan dan

I. PENDAHULUAN. sampah. Karena suhu yang diperoleh dengan pembakaran tadi sangat rendah maka

BAB III METODE PENELITIAN. Mulai

Las busur listrik atau las listrik : Proses penyambungan logam dengan menggunakan tegangan listrik sebagai sumber panas.

BAB IV PERUBAHAN BENTUK DALAM PENGELASAN. tambahan untuk cairan logam las diberikan oleh cairan flux atau slag yang terbentuk.

TINJAUAN PUSTAKA. Definisi pengelasan menurut DIN ( Deutsche Industrie Norman) adalah ikatan

LAB LAS. Pengelasan SMAW

ANALISA PENGARUH MEDIA PENDINGIN TERHADAP PENGELASAN ELEKTRODA RB-26 AWS E 6013 DENGAN PENGUJIAN BENDING

BAB I PENDAHULUAN. adalah sebagai media atau alat pemotongan (Yustinus Edward, 2005). Kelebihan

I. PENDAHULUAN. Dalam dunia industri saat ini tidak lepas dari suatu konsruksi bangunan baja

Jurnal Dinamis Vol.II,No.14, Januari 2014 ISSN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. masing-masing benda uji, pada pengelasan las listrik dengan variasi arus 80, 90,

Frekuensi yang digunakan berkisar antara 10 hingga 500 khz, dan elektrode dikontakkan dengan benda kerja sehingga dihasilkan sambungan la

BAB IV DATA DAN ANALISA

STUDI PENGARUH BESARNYA ARUS LISTRIK TERHADAP DISTRIBUSI KEKERASAN, STRUKTUR MIKRO, DAN KEKUATAN IMPAK PADA BAJA KARBON RENDAH JENIS SB 46

ANALISA KUAT LENTUR DAN PENGELASAN PADA PEMEGANG KURSI MOBIL

PROSES DASAR PEMBENTUKAN LOGAM

PENGARUH VARIASI AMPERE PENGELASAN PLAT BAJA ST 36 TERHADAP BEBAN TEKAN BENGKOK DAN KERUSAKAN PERMUKAAN

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan efisiensi penggunaan BBM. Penggantian bahan pada. sehingga dapat menurunkan konsumsi penggunaan BBM.

TEKNIKA VOL.3 NO.2 OKTOBER_2016

BAB II DASAR TEORI Tinjauan Pustaka

Pengujian Impak (Hentakan) Pengujian Metalografi Pengujian Korosi Parameter pada Lambung Kapal...

STUDI PENGARUH PERLAKUAN PANAS PADA HASIL PENGELASAN BAJA ST 37 DITINJAU DARI KEKUATAN TARIK BAHAN

BAB I PENDAHULUAN. adalah karena sifat-sifat dari logam jenis ini yang bervariasi, yaitu bahwa

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. logam menjadi satu akibat adanya energi panas. Teknologi pengelasan. selain digunakan untuk memproduksi suatu alat, pengelasan

BAB I PENDAHULUAN. atau non ferrous dengan memanaskan sampai suhu pengalasan, dengan atau tanpa menggunakan logam pengisi ( filler metal ).

Ir. Hari Subiyanto, MSc

Jurnal Ilmiah Teknik Mesin Unlam Vol. 03 No.2 pp 91-98, 2014 ISSN

Transkripsi:

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Baja Baja adalah paduan antara unsur besi (Fe) dan Carbon (C) serta beberapa unsur tambahan lain, seperti Mangan (Mn), Aluminium (Al), Silikon (Si) dll. Seperti diketahui bahwa, di dalam baja karbon terdapat ferrite, pearlite, dan cementit yang merupakan fasa-fasa yang terbentuk selama proses pemanasan maupun pendinginan. Baja karbon berdasarkan kandungan Carbon, dapat digolongkan menjadi 3 bagian, yaitu: a. Baja Carbon rendah, memiliki kadar Carbon antara 0,1 % hingga 0,25%, b. Baja Carbon sedang, memiliki kadar Carbon antara 0,25 % hingga 0,55%, c. Baja Carbon tinggi, memiliki kadar Carbon antara 0,55 % hingga 2,0%. Pengaruh utama dari kandungan karbon dalam baja adalah pada kekuatan, kekerasan, dan sifat mudah dibentuk. Kandungan karbon yang besar dalam baja mengakibatkan meningkatnya kekerasan tetapi baja tersebut akan rapuh dan tidak mudah dibentuk. (Davis, 1982).

7 Gambar 1. Diagram Fasa Fe-Fe 3 C B. Pengelasan Pengelasan atau Welding didefinisikan oleh Deutsche Industrie Normen (DIN) adalah ikatan metalurgi pada sambungan logam atau logam paduan yang dilaksanakan dalam keadaan lumer atau cair, atau sambungan logam pada titik tertentu (terlokalisir) dengan menggunakan energi panas. Pengelasan berdasarkan sumber energi panasnya dapat dibedakan menjadi tiga yaitu mekanik, listrik dan kimia, sedangkan dari cara pengelasan dibedakan menjadi tiga bagian yaitu pengelasan cair (Fusion Welding),

8 pengelasan tekanan (Pressure Welding), dan pematrian. (Wiryosomartono, 1996) Cara pengelasan dengan elektroda yang terbungkus fluks merupakan pengembangan lebih lanjut dari pengelasan menggunakan elektroda logam tanpa pelindung (Base Metal Electrode). Elektroda logam tanpa pelindung, busur sulit dikontrol dan mengalami pendinginan yang cepat sehingga O 2 dan N 2 dari atmosfir diubah menjadi oksida dan nitrida yang berakibat sambungan menjadi rapuh dan lemah. Pengelasan elektroda terbungkus pada prinsipnya adalah busur listrik yang terjadi antara elektroda dan logam induk mengakibatkan logam induk dan ujung elektroda mencair kemudian membeku bersama-sama. Lapisan pembungkus elektroda terbakar bersamaan dengan meleburnya elektroda menghasilkan gas pelindung di sekitar busur dengan oksigen. Kualitas hasil pengelasan dipengaruhi oleh energi panas yang berarti dipengaruhi tiga parameter yaitu arus las, tegangan las dan kecepatan pengelasan. Hubungan antara ketiga parameter itu menghasilkan energi pengelasan yang sering disebut heat input. Adapun persamaannya adalah: HI (Heat Input) = ( ) ( ) ( ).(1) Keterangan : (HI) = Heat input, Joule (V) = Kecepatan Pengelasan, mm/min (E) = Tegangan, Voltase (I) = Arus Pengelasan, Ampere

9 Pada proses pengelasan terdapat tiga daerah, yaitu: a. Daerah logam lasan (Welding Material) yaitu daerah pada waktu pengelasan mencair kemudian akan membeku. b. Daerah pengaruh panas HAZ (Heat Affected Zone), yaitu logam induk yang bersebelahan langsung dengan logam lasan, dimana selama proses pengelasan mengalami siklus termal pemanasan dan pendinginan secara cepat. c. Logam induk (base metal) tidak terpengaruh panas akibat pengelasan dalam arti tidak terjadi perubahan struktur dan sifatnya. BM I HAZ I WM HAZ II BM II Gambar 2. Daerah pengelasan Keterangan : BM I -- Base Metal I HAZ I WM HAZ II BM II -- Heat Affected Zones I -- Welding Material -- Heat Affected Zones II -- Base Metal II Selain ketiga daerah tersebut, terdapat juga satu daerah khusus yang membatasi antara logam las dengan daerah pengaruh panas yang disebut batas las (fusion line).

10 C. Las Busur Listrik Elektroda Terlindung SMAW (Shielded Metal Arc Welding) Las busur listrik adalah suatu proses penyambungan logam dengan menggunakan tenaga listrik sebagai sumber panas. Prinsip pengelasan dengan SMAW termasuk kategori fussion welding, karena melebur logam yang akan disambungkan beserta elektrodanya. Proses pengelasan SMAW ( Shielded Metal Arc Welding) dilakukan dengan menggunakan energi listrik (AC/DC). Dapat dilihat pada gambar 3, busur listrik terbentuk antara logam induk dan ujung elektroda. Akibat panas dari busur ini maka logam induk dan ujung elektroda tersebut mencair dan kemudian membeku bersama-sama. (Wiryosomartonono, 1996) Gambar 3. Bagian-bagian dari Las Elektrroda Terbungkus Proses pengelasan SMAW ( Shielded Metal Arc Welding) dilakukan dengan menggunakan energi listrik (AC/DC), energi listrik dikonversi menjadi energi panas dengan membangkitkan busur listrik melalui sebuah elektroda. Busur

11 listrik diperoleh dengan cara mendekatkan elektroda las ke benda kerja/logam yang akan dilas pada jarak beberapa milimeter, sehingga terjadi aliran arus listrik dari elektroda ke benda kerja, karena adanya perbedaan tegangan antara elektroda dan benda kerja (logam yang akan dilas). Panas yang dihasilkan dapat mencapai 5000 o C, sehingga mampu melelehkan elektroda dan logam yang akan disambung untuk membentuk paduan. (Bintoro, 1999) Parameter yang harus diperhatikan untuk memperoleh hasil pengelasan yang maksimum dengan las SMAW, diantaranya: 1. Elektroda Bagian yang sangat penting dalam las busur listrik adalah elektroda las. Selama proses pengelasan elektroda akan meleleh dan akhirnya habis. Jenis elektroda yang digunakan akan sangat menentukan hasil pengelasan, sehingga sangat penting untuk mengetahui jenis dan sifat-sifat masingmasing elektroda sebagai dasar pemilihan elektroda yang tepat. Macam dan jenis elektroda sangat banyak. Berdasarkan selaput pelindungnya dibedakan menjadi dua macam, yaitu elektroda polos dan elektroda berselaput. Elektroda berselaput terdiri dari bagian inti dan zat pelindung atau fluks. Pelapisan fluks pada bagian inti dapat dilakukan dengan cara semprot atau celup. Selaput yang ada pada elektroda jika terbakar akan menghasilkan gas CO 2 yang berfungsi untuk melindungi cairan las, busur listrik, dan sebagian benda kerja dari udara luar.

12 Untuk pemilihan jenis elektroda yang digunakan, maka harus memperhatikan beberapa langkah antara lain: a. Jenis logam yang akan dilas. b. Tebal bahan yang akan dilas. c. Kekuatan mekanis yang diharapkan dari hasil pengelasan. d. Posisi pengelasan. e. Bentuk kampuh benda kerja. Dari kriteria diatas, kita dapat melihat kode elektroda sesuai dengan keperluan yang diinginkan. Kode elektroda yang berupa huruf dan angka mempunyai arti khusus yang sangat berguna untuk pemilihan elektroda. Kode elektroda sudah distandarkan atau ditetapkan. Badan yang membuat standarisasi kode elektroda yaitu AWS ( American Welding Society) dan ASTM ( American For Testing Materials). Simbol atau kode yang diberikan yaitu satu huruf E yang diikuti oleh empat atau lima angka di belakangnya. (Bintoro, 1999) 2. Arus Listrik Besarnya arus pengelasan yang diperlukan tergantung pada diameter elektroda, tebal bahan yang dilas, jenis elektroda yang digunakan, geometri sambungan, diameter inti elektroda, posisi pengelasan. Daerah las mempunyai kapasitas panas tinggi maka diperlukan arus yang tinggi. Arus las merupakan parameter las yang langsung mempengaruhi penembusan dan kecepatan pencairan logam induk. Makin tinggi arus las

13 makin besar penembusan dan kecepatan pencairannya. Besar arus pada pengelasan mempengaruhi hasil las bila arus terlalu rendah maka perpindahan cairan dari ujung elektroda yang digunakan sangat sulit dan busur listrik yang terjadi. Panas yang terjadi tidak cukup untuk melelehkan logam dasar, sehingga menghasilkan bentuk rigi-rigi las yang kecil dan tidak rata serta penembusan kurang dalam. Jika arus terlalu besar, maka akan menghasilkan manik melebar, butiran percikan kecil, penetrasi dalam serta peguatan matrik las tinggi. 3. Tegangan (Voltase) listrik Tegangan listrik yang digunakan pada proses pengelasan SMAW berbanding lurus dengan panjang busur listrik. Panjang busur listrik yang dimaksud adalah jarak antara ujung elektroda dengan permukaan logam yang akan dilas. 4. Polaritas listrik Polaritas listrik mempengaruhi hasil dari busur listrik. Sifat busur listrik pada arus searah (DC) akan lebih stabil daripada arus bolak -balik (AC). Terdapat dua jenis polaritas yaitu polaritas lurus (DC ), di mana benda kerja positif dan elektroda negatif. Polaritas balik (DC+) adalah sebaliknya. Karakteristik dari polaritas balik yaitu pemindahan logam terjadi dengan cara penyemburan, maka polaritas ini mempunyai hasil pengelasan yang lebih dalam dibanding dengan polaritas lurus.

14 5. Kecepatan pengelasan Kecepatan pengelasan tergantung pada jenis elektroda, bahan yang dilas, geometri sambungan, ketelitian sambungan dan lain lainnya. Dalam hampir tidak ada hubungannya dengan tegangan las tetapi berbanding lurus dengan arus las. Karena itu pengelasan yang rendah akan menyebabkan pencairan yang banyak dan pembentukan manik datar yang dapat menimbulkan terjadinya bentuk manik yang cekung dan takik. D. Elektroda Pengelasan dengan menggunakan las busur listrik memerlukan kawat las (elektroda) yang terdiri dari satu inti terbuat dari logam yang dilapisi lapisan dari campuran kimia. Fungsi dari elektroda sebagai pembangkit dan sebagai bahan tambah. Elektroda terdiri dari dua bagian yaitu bagian yang berselaput (fluks) dan tidak berselaput yang merupakan pangkal untuk menjepitkan tang las. Fungsi dari fluks adalah untuk melindungi logam cair dari lingkungan udara atau menghasilkan gas pelindung, menstabilkan busur dan sebagai sumber paduan. Sifat mampu las fluks ini sangat baik maka biasa digunakan untuk konstruksi yang memerlukan tingkat pengaman tinggi. Kode elektroda yang berupa huruf dan angka mempunyai arti khusus yang sangat berguna untuk pemilihan elektroda. Berikut adalah contoh penamaan elektroda British Standard Institution. (Dines, 1984)

15 Elektroda baja lunak dan baja paduan rendah untuk las busur listrik menurut klasifikasi AWS ( American Welding Society) dinyatakan dengan E XXXX yang artunya sebagai berikut: a. E, menyatakan elektroda busur listrik, b. XX (dua angka) sesudah E, menyatakan kekuatan tarik deposit las dalam ribuan lb/in 2, c. X (angka ketiga), menyatakan posisi pengelasan, angka 1 untuk pengelasan segala posisi, dan angka 2 untuk pengelsan posisi datar dibawah tangan, d. X (angka keempat), menyatakan jenis selaput dan jenis arus yang cocok dipakai untuk pengelasan. E. Daerah Pengaruh Panas (Heat Affected Zone) Pengelasan logam akan menghasilkan konfigurasi logam lasan dengan tiga daerah pengelasan yaitu pertama daerah logam induk merupakan daerah yang tidak mengalami perubahan mikrostruktur, kedua adalah daerah pengaruh panas atau disebut heat affected zone (HAZ) merupakan daerah terjadinya pencairan logam induk yang mengalami perubahan mikrostruktur karena pengaruh panas saat pengelasan dan pendinginan setelah pengelasan, daerah ketiga adalah daerah las merupakan daerah terjadinya pencairan logam dan dengan cepat kemudian mengalami pembekuaan. Daerah pengaruh panas (HAZ) merupakan daerah yang paling kritis dari sambungan las, karena selain terjadi perubahan mikrostruktur juga terjadi

16 perubahan sifat. Secara umum daerah pengaruh panas efektif dipengaruhi oleh lamanya pendinginan dan komposisi logam induk sendiri. Secara visual daerah yang dekat dengan garis lebur logam las maka susunan struktur logamnya semakin kasar. Secara skematis hubungan tinggi suhu dan daerah pengaruh panas efektif terlihat dengan semakin menurunnya suhu atau semakin jauh dari logam cair las. F. Klasifikasi Sambungan Las Sambungan las dalam konstruksi baja pada dasarnya dibagi dalam sambungan tumpul, sambungan T, sambungan sudut dan sambungan tumpang. Sebagai perkembangan sambungan dasar tersebut di atas terjadi sambungan silang, sambungan dengan penguat, dan sambungan sisi. (Wiryosomartonono, 1996) a. Sambungan tumpang Sambungan jenis ini dibagi dalam tiga jenis seperti pada gambar. Karena sambungan ini efisiensinya rendah maka jarang sekali digunakan untuk pelaksanaan penyambungan konstruksi utama. Sambungan tumpang biasanya dilaksanakan dengan las sudut dan las isi. Gambar 4. Alur sambungan tumpang

17 b. Sambungan tumpul Sambungan tumpul adalah jenis sambungan yang paling efisien. Sambungan ini dibagi lagi menjadi dua yaitu sambungan penetrasi penuh dan sambungan penetrasi sebagian. Gambar 5. Alur sambungan las tumpul c. Sambungan T Pada sambungan bentuk T, secara garis besar dibagi dalam dua jenis yaitu jenis las dengan alur dan jenis las sudut. Dalam pelaksannaan pengelasan mungkin sekali ada bagian batang yang menghalangi yang

18 dalam hal ini dapat diatasi dengan memperbesar sudut alur. Hal-hal yang dijelaskan untuk sambungan tumpul di atas, berlaku juga untuk sambungan jenis ini. Gambar 6. Alur sambungan T d. Sambungan sudut Dalam sambungan ini terjadi penyusutan dalam arah tebal pelat yang dapat menyebabkan terjadinya retak lamel. Hal ini dapat dihindari dengan membuat alur pada pelat tegak seperti pada gambar di bawah ini. Bila pengelasan dalam tidak dapat dilakukan karena sempitnya ruang maka pelaksanaannya dapat dilakukan dengan pengelasan tembus atau pengelasan dengan pelat pembantu.

19 Gambar 7. Alur sambungan sudut G. Line Heating Line heating merupakan teknik pemanasan yang memanfaatkan nyala api brander untuk membuat bentuk-bentuk lengkung atau menghilangkan deformasi pada pelat baja. Manfaat penggunaan teknik pemanasan garis ( line heating) pada proses pelengkungan pelat baja adalah sebagai berikut : a. Mengurangi pekerjaan yang menggunakan peralatan penekan yang berat, b. Mendapatkan hasil yang lebih akurat pada proses pembuatan bentuk lengkung pelat, c. Dapat diaplikasikan untuk pembentukan pelat-pelat dengan ukuran besar, d. Memudahkan pekerjaan perakitan konstruksi dengan menghilangkan deformasi yang terjadi pada setiap tahap pekerjaan.

20 H. Distorsi Distorsi atau kelengkungan pada pelat baja salah satunya dapat diakibatkan oleh proses pengelasan, dalam hal ini perbedaan temperatur pada daerah yang mengalami pengelasan dengan base metal sekitarnya. Selama proses pengelasan, bagian yang dilas menerima panas pengelasan setempat disekitar titik pengelasan. Karena panas tersebut, maka pada bagian yang dilas terjadi pengembangan termal, sedangkan bagian yang dingin tidak mengalami perubahan sehingga terbentuk tegangan sisa karena penyebaran panas las yang tidak merata. Dial gauge indicator adalah alat yang dapat mengukur distorsi yang terjadi pada pelat tipis setelah dilakukan pengelasan. Alat ukur ini berfungsi untuk mengukur : a. Kerataan permukaan bidang datar, b. Kerataan permukaan serta kebulatan sebuah poros, c. Kerataan permukaan dinding silinder, d. Kebengkokan poros, run out, kesejajaran dan lain-lain. I. Uji Tarik Proses pengujian tarik bertujuan untuk mengetahui kekuatan tarik benda uji. Pengujian tarik untuk kekuatan tarik daerah las dimaksudkan untuk mengetahui apakan kekuatan las mempunyai nilai yang sama, lebih rendah atau lebih tinggi dari kelompok raw materials. Pengujian tarik untuk kualitas kekuatan tarik dimaksudkan untuk mengetahui berapa nilai kekuatannya dan

21 dimanakah letak putusnya suatu sambungan las. Pembebanan tarik adalah pembebanan yang diberikan pada benda dengan memberikan gaya tarik berlawanan arah pada salah satu ujung benda. Penarikan gaya terhadap beban akan mengakibatkan terjadinya perubahan bentuk (deformasi) bahan tersebut. Proses pengujian tarik bertujuan untuk mengetahui kekuatan tarik benda uji. Pengujian tarik untuk kekuatan tarik daerah las dimaksudkan untuk mengetahui apakah kekuatan las mempunyai nilai yang sama, lebih rendah atau lebih tinggi dari kelompok raw materials. (Tony, 2005) Hubungan antara tegangan dan regangan dapat dilihat dalam gambar. Titik P menunjukkan batas dimana hukum Hooke masih berlaku dan disebut batas proporsi, dan titik E menunjukkan batas dimana bila beban diturunkan ke nol lagi tidak akan terjadi perpanjangan tetap pada batang uji dan disebut batas elastis. (Wiryosomartono, 1996) Pada pengujian tarik beban diberikan secara kontinu dan pelan pelan bertambah besar, bersamaan dengan itu dilakukan pengamatan mengenai perpanjangan yang dialami benda uji dan dihasilkan kurva teganganregangan. Tegangan dapat diperoleh dengan membagi beban dengan luas penampang mula benda uji.

22 Gambar 8. Kurva tegangan-regangan = Dimana: σu = Tegangan Tarik (kg/mm 2 ) Fu = Beban maksimal (kg) Ao=Luas penampang mula dari penampang batang (mm 2 ) Regangan (persentase pertambahan panjang) yang diperoleh dengan membagi perpanjangan panjang ukur (ΔL) dengan panjang ukur mula-mula benda uji. ε = 100% = x 100% Dimana: ε = Regangan (%) L = Panjang akhir (mm) Lo = Panjang awal (mm)

23 Pembebanan tarik dilakukan terus-menerus dengan menambahkan beban sehingga akan mengakibatkan perubahan bentuk pada benda uji berupa pertambahan panjang dan pengecilan luas permukaan dan akan mengakibatkan perpatahan pada spesimen uji. Gambar 9. Mesin uji tarik (universal testing machine)