BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. berkembang seoptimal mungkin sesuai dengan kemampuannya. Pertumbuhan dan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Gangguan Akibat Kekurangan Iodium (GAKI) merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kesehatan masyarakat baik di Indonesia maupun di dunia. Masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. ancaman global untuk kesehatan dan perkembangan di seluruh dunia, karena

BAB I PENDAHULUAN. beragam. Masalah gizi di Indonesia dan di Negara berkembang pada

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah Indonesia saat ini masih menghadapi beberapa masalah

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Program Keluarga Berencana adalah perawatan. kesehatan utama yang sesuai untuk kaum ibu dalam masa

BAB I PENDAHULUAN. GAKY merupakan masalah kesehatan yang telah mendunia. Organisasi. Kesehatan Sedunia (2007), menyatakan GAKY merupakan masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang terdiri dari dataran tinggi atau pegunungan. Gangguan Akibat. jangka waktu cukup lama (Hetzel, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Masalah gizi masyarakat merupakan salah satu. masalah yang sering dialami oleh negara berkembang,

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia adalah upaya peningkatan status gizi. Gangguan Akibat

Pertumbuhan dan perkembangan anak

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan akibat kekurangan Iodium (GAKI) di Indonesia masih

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan yang masih ada di Indonesia adalah Hipotiroid.

BAB I PENDAHULUAN. Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) di Indonesia merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan masyarakat Indonesia dan perlu mendapatkan perhatian

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang memproduksi 2 hormon yaitu tiroksin (T 4 ) dan triiodotironin (T 3

BAB 1 PENDAHULUAN. Tetrajodotyronin (T4) yang terakhir disebut juga tiroksin (Sediaoetama,

LYDIA NURVITA RACHMAWANTI J

BAB 1 PENDAHULUAN. masih didominasi oleh kekurangan zat gizi yang disebabkan banyak faktor, di

PERKEMBANGANN SITUASI GAKI DAN GARAM BERIODIUM DI KABUPATEN TRENGGALEK SAMPAI DENGAN TAHUN 2014

ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMERINTAH DALAM PENGHENTIAN SUPLEMENTASI KAPSUL IODIUM DI KABUPATEN MAGELANG. Styawan Heriyanto

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dari tiga masalah gizi utama di Indonesia. GAKY merupakan masalah. kelenjar gondok, kekurangan yodium dapat mempengaruhi kecerdasan

BAB I PENDAHULUAN. proses metabolisme di dalam tubuh. Gangguan akibat kekurangan yodium

DAFTAR GAMBAR. Gambar 1. Kerangka konsep penelitian pemeriksaan kadar iodium pada garam. 18

BAB 1 PENDAHULUAN. Gangguan Akibat Kekurangan Yodium (GAKY) masih merupakan. masalah kesehatan yang membutuhkan perhatian dan penanganan yang serius.

BAB I PENDAHULUAN. Dalam memenuhi kebutuhan setiap manusia atau masyarakat pada

PENDAHULUAN Latar belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. dan kecerdasan terutama pada anak-anak (Arisman, 2004). Gangguan

STUDI TENTANG FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYAKIT GONDOK PADA LANSIA DI DESA ARJOSARI KECAMATAN JABUNG MALANG

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Indonesia. Pertama, kurang energi dan protein yang. kondisinya biasa disebut gizi kurang atau gizi buruk.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. lemak, dan protein. World health organization (WHO) memperkirakan prevalensi

BAB I PENDAHULUAN. berpotensi menurunkan tingkat kecerdasan atau biasa disebut Intelligence Quotient

Apa yang dimaksud dengan Yodium?

KARYA TULIS ILMIAH. Diajukan Sebagai Salah Satu SyaratUntuk Menyelesaikan Pendidikan Diploma III (tiga) Kesehatan Bidang Gizi

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN HUBUNGAN PEMBERIAN STIMULASI IBU DENGAN PERKEMBANGAN BALITA DI POSYANDU

Jenis hormon berdasarkan pembentuknya 1. Hormon steroid; struktur kimianya mirip dengan kolesterol. Contoh : kortisol, aldosteron, estrogen,

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Hormon tiroid disintesis dan disekresi oleh kelenjar tiroid, sintesis dan sekresi

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu penentu kualitas sumber daya. manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. dari 400 gr di waktu lahir menjadi 3 kali lipatnya seteleh akhir tahun ketiga

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk mencapai tujuan pembangunan kesehatan yaitu meningkatnya kesadaran,

BAB I PENDAHULUAN. dalam kandungan, pada keadaan ini Free thyroxine (FT4) yang merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Usia toddler merupakan usia anak dimana dalam perjalanannya terjadi

BAB XIV. Kelenjar Hipofisis

PENELITIAN PEMBERIAN STIMULASI OLEH IBU UNTUK PERKEMBANGAN BALITA. Nurlaila*, Nurchairina* LATAR BELAKANG

BAB. I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. Kelenjar tiroid fetus berasal dari endodermal foregut. Perkembangannya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai bahan dasar dalam pembentukan hormon tiroid. Apabila tubuh

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Kekurangan gizi akan menyebabkan gagalnya pertumbuhan,

BAB I PENDAHULUAN. kebersihan rumah tangga dan lingkungan, serta meningkatnya pendapatan dan

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Penelitian. Anemia defisiensi besi (ADB) masih menjadi. permasalahan kesehatan saat ini dan merupakan jenis

BAB I PENDAHULUAN. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan. perkembangan kecerdasan, menurunkan produktivitas kerja, dan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

3. plasebo, durasi 6 bln KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan adalah salah satu ciri khas pada. anak yang pasti terjadi, dimulai dari masa konsepsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan diarahkan pada meningkatnya mutu SDM yang berkualitas. Salah

BAB I PENDAHULUAN. individu di seluruh dunia diperkirakan mengalami kekurangan yodium, dengan 285

BAB I PENDAHULUAN. satu masalah gizi yang ada di Indonesia. Data Riskesdas menyusui, wanita usia subur (WUS) dan anak umur 6-12 tahun.

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan kesehatan diarahkan untuk meningkatkan kesadaran,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kehamilan merupakan permulaan suatu kehidupan baru. pertumbuhan janin pada seorang ibu. Ibu hamil merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ditandai dengan berat badan diatas rata-rata dari indeks massa tubuh (IMT) yang di

BAB I PENDAHULUAN. berbagai negara, dan masih menjadi masalah kesehatan utama di. dibandingkan dengan laki-laki muda karena wanita sering mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Anak merupakan salah satu aset sumber daya manusia di masa depan yang

BAB I PENDAHULUAN. sesuai dengan perkembangannya (Hariweni, 2003). Anak usia di bawah lima tahun (Balita) merupakan masa terbentuknya

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat. Kekurangan gizi akan menyebabkan kegagalan pertumbuhan fisik dan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. insulin dan kerja dari insulin tidak optimal (WHO, 2006).

BAB I PEN DAHULUAN. prasarana pendidikan yang dirasakan masih kurang khususnya didaerah pedesaan.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut World Health Organization (WHO) wanita dengan usia tahun

HUBUNGAN PENYAKIT GONDOK DENGAN PRESTASI BELAJAR DAN TINGGI BADAN ANAK MADRASAH IBTIDAIYAH NEGERI (MIN) KORONG GADANG KECAMATAN KURANJI KOTA PADANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Lima tahun pertama kehidupan anak adalah masa yang sangat penting karena

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan fisiknya dan perkembangan kecerdasannya juga terhambat.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. cerdas, dan produktif (Adisasmito, 2010). Kualitas sumber daya manusia dapat dilihat salah satunya melalui prestasi

HUBUNGAN PENYAKIT GONDOK DENGAN KADAR YODIUM DALAM URIN MURID MADRASAH IBTIDAIYAH NEGERI (MIN) KORONG GADANG KECAMATAN KURANJI KOTA PADANG

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. terjadi pada pertengahan tahun 2008 karena penurunan ekonomi global.

BAB I PENDAHULUAN. depan bangsa, balita sehat akan menjadikan balita yang cerdas. Balita salah

BAB I PENDAHULUAN. otak dimulai dalam kandungan sampai dengan usia 7 tahun (Menteri Negara

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang. Indonesia memiliki Angka Kematian Ibu (AKI) yang. tertinggi bila dibandingkan dengan negara-negara ASEAN

1998, WHO telah merekomendasikan penambahan suplemen asam folat sebesar 400 µg (0,4 mg) per hari bagi ibu hamil untuk mencegah kelainanan tabung

Vitamin D and diabetes

BAB I PENDAHULUAN. wanita hamil mempunyai risiko terjadinya abortus, lahir mati, sampai cacat bawaan. menghambat pembangunan (Depkes RI, 2005 ).

BAB I PENDAHULUAN. merupakan masalah gizi yang paling tinggi kejadiannya di dunia sekitar 500 juta

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Mellitus (DM) merupakan gangguan metabolisme dengan. yang disebabkan oleh berbagai sebab dengan karakteristik adanya

BAB I PENDAHULUAN. Anemia adalah suatu kondisi ketika kadar hemoglobin (Hb) dalam darah lebih rendah dari batas normal kelompok orang yang

BAB I PENDAHULUAN. WHO menyatakan bahwa obesitas sudah merupakan suatu epidemi global,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. asupan yodium yang cukup pada penduduknya. 8 Defisiensi yodium akan

BAB I PENDAHULUAN. anak-anak, masa remaja, dewasa sampai usia lanjut usia (Depkes, 2003).

Batasan Ilmu gizi : pengetahuan yang mempelajari hubungan makanan dengan kesehatan tubuh

PENDAHULAUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. seutuhnya antara lain diselenggarakan melalui upaya kesehatan anak yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Anak yang berkualitas merupakan tulang punggung keberhasilan suatu negara. Kualitas anak masa kini merupakan penentu kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) di masa yang akan datang. Pembangunan manusia masa depan dimulai dengan pembinaan anak masa sekarang. Untuk mempersiapkan SDM yang berkualitas di masa yang akan datang, maka anak perlu dipersiapkan agar anak dapat tumbuh dan berkembang seoptimal mungkin sesuai dengan kemampuannya. Pertumbuhan dan perkembangan anak merupakan hasil interaksi seimbang antara faktor genetikherediter-konstitusi dan faktor lingkungan. Faktor lingkungan memberikan 3 kebutuhan dasar anak, yaitu kebutuhan fisik-biomedis (asuh), didalamnya tercakup salah satunya nutrisi, kebutuhan kasih sayang/emosi (asih) dan kebutuhan bermain/stimulasi (asah). Terpenuhinya kebutuhan dasar dan faktor genetik yang baik, dapat menjamin kualitas hidup anak di masa yang akan datang (Tanuwidjaja, 2005). Kecerdasan hanyalah bagian dari kualitas manusia dan memang tidak menentukan keberhasilan seseorang, tetapi dapat merupakan modal dasar yang penting untuk keberhasilannya sekaligus untuk menunjukkan peringkat kualitasnya (Hidajat, 2006). Iodium sebagai nutrisi mikro, dibutuhkan dalam perkembangan otak dan kecerdasan anak. Defisiensi ringan bahkan borderline juga mempunyai efek jangka panjang terhadap gangguan perkembangan dan gangguan belajar pada masa 1

depannya (Glinoer, 2004). Anak di daerah defisiensi iodium setelah berumur 7-8 tahun, yang terlahir dengan hipotiroid transien mempunyai tingkat kecerdasan yang lebih rendah daripada anak yang lahir normal yang tinggal di daerah yang sama (Calaciura et al., 1995). Meta-analysis dari 18 penelitian menunjukkan pada anakanak yang tinggal di daerah defisiensi iodium mempunyai Intelligence Quotion (IQ) 13,5 poin lebih rendah dari pada populasi anak yang setara yang tidak mengalami defisiensi iodium (Kratzsch & Pulzer, 2008). Begitu juga pemberian suplementasi kapsul iodium 400 mg pada anak usia sekolah yang dilakukan oleh Zimmermann et al. (2006) menunjukkan adanya perbaikan fungsi pengolahan informasi, ketrampilan motorik halus dan penglihatan. Ini menunjukkan pemberian suplementasi iodium pada anak hipotiroid terbukti memperbaiki kecerdasan. Organ tubuh yang bertanggungjawab mengelola iodium adalah kelenjar tiroid. Kelenjar tiroid menghasilkan hormon tiroid yang cukup, terutama 3,5,3,5 - tetraiodotironin/tiroksin (T4) dan dalam jumlah yang lebih kecil 3,5,3 -triiodotironin (T3). Hormon tiroid bekerja mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan banyak jenis sel, menstimulasi termogenesis, transport air dan ion-ion serta metabolisme asam amino, lemak dan karbohidrat. Selain itu berefek pada pertumbuhan dan perkembangan sistem saraf pusat dan tulang (Zoeller et al., 2002; Brown & Huang, 2005). Tiroid diatur oleh hormon perangsang tiroid (TSH=thyroid stimulating hormone/tirotropin), suatu glikoprotein yang dihasilkan dan disekresi oleh hipofisis anterior. Aktivasi kelenjar tiroid diatur melalui mekanisme timbal balik negatif dari thyroid-hypothalamus-pituitary axis. Hormon TSH ini mengaktivasi adenilat siklase 2

kelenjar tiroid untuk mempengaruhi pelepasan hormon tiroid, yaitu T4 dan T3. Sintesis TSH dan pelepasannya dirangsang oleh hormon pelepas tiroid (TRH=Thyroid releasing hormone) yang disintesis di hipotalamus dan di sekresi ke dalam hipofisis. Pada keadaan penurunan produksi hormon tiroid, TSH dan mungkin juga TRH akan meningkat (Behrman & Vaughan,1990). Kenaikan TSH serum, kecuali pada keadaan patologik yang sangat jarang, menunjukkan adanya insufisiensi saturasi reseptor T3 di otak, tentunya juga kadar hormon tiroid dalam serum. Sehingga peningkatan TSH serum menunjukkan adanya resiko potensial adanya defisiensi dalam perkembangan otak. Serum T3 dan T4 merupakan petunjuk yang kurang spesifik sebagai indikator adanya defisiensi karena kadarnya berubah-ubah dan sangat dipengaruhi oleh usia dan jenis kelamin (Susanto, 2006). American Academy of Pediatric (1987) merekomendasikan pemeriksaan biokimia untuk penyakit tiroid dan monitoring pengobatannya baik pada masa neonatus dan anak-anak dengan pengukuran kadar TSH lebih dulu lalu konfirmasi dengan T4 jika TSH meningkat (seperti di Jepang dan Eropa) atau sebaliknya T4 dulu lalu konfirmasi dengan TSH, bila T4 rendah (seperti di Amerika Utara). Defisiensi iodium banyak terjadi di daerah endemis GAKI (Gangguan Akibat Kekurangan Iodium). Di dunia sekitar 30 % populasi penduduknya tinggal di daerah defisiensi iodium, dimana angka tertinggi terdapat di negara berkembang (Anderson et al., 2005). Di Indonesia GAKI merupakan salah satu dari empat masalah gizi utama. Prevalensi Total Goiter Rate (TGR) atau angka pembesaran kelenjar gondok sebagai indikator masalah GAKI di Indonesia pada anak usia sekolah pada survei 3

terakhir tahun 1995 dan dipublikasikan Depkes di tahun 1998 adalah 9,8%, Prevalensi ini merupakan keempat terbesar masalah gizi di Indonesia setelah anemia pada ibu hamil (40%), gizi kurang pada balita (27,3%) dan Kurang energi kronis (KEK) pada wanita usia subur (17,6%) (Depkes, 2003). Dari survey pemetaan terakhir tahun 1998 diketahui 87 juta penduduk masih tinggal di daerah rawan GAKI, 20 juta masih menderita gondok dan 290 ribu menderita kretin dan setiap tahun diperkirakan sebanyak 9000 kretin baru ditemukan di Indonesia (Untung dkk, 2005). Survei gizi Depkes RI (2003) menunjukkan TGR provinsi DIY adalah 4,5%, dan di Kabupaten Bantul adalah 2,3 % artinya masalah GAKI bukan menjadi masalah di masyarakat. Sayangnya data ini belum mencerminkan keadaan yang sesungguhnya di masyarakat, karena tidak dilakukan secara merata sampling di tiap Kecamatan seperti yang dilakukan di tahun 1996. Sedangkan data Abunanin (1996) dari 17 Kecamatan, terdapat 2 Kecamatan endemis ringan, 1 Kecamatan endemis sedang dan 1 Kecamatan endemis berat, yaitu Kecamatan Pundong dengan TGR 30%. Sampai saat ini, evaluasi pasca pemetaan gizi di tahun 1996 belum dilakukan kembali, sehingga masyarakat maupun pemangku kebijakan dalam hal ini Dinas Kesehatan Kabupaten Bantul dan Puskesmas Pundong tidak mengetahui kondisi terbaru dari daerah endemis GAKI. Sepanjang penelusuran referensi oleh penulis, sampai saat ini data yang menunjukkan hubungan hipertirotropinemia terhadap tingkat kecerdasan anak prasekolah yaitu di Taman Kanak-kanak (TK) di Indonesia belum didapatkan, terutama di daearah endemis GAKI di Kabupaten Bantul. Dipilihnya anak usia TK dengan harapan apabila dari penelitian ditemukan adanya 4

kelainan, akan lebih mudah untuk dilakukan intervensi, sebagai upaya pencegahan sekunder. Oleh karena itu, perlu dilakukan suatu penelitian tentang hal tersebut di atas sehingga anak-anak Indonesia terselamatkan dari Loss of Generation. B. Rumusan masalah Berdasarkan uraian latar belakang sebelumnya, dirumuskan masalah bagaimana hubungan antara hipertirotropinemia dan tingkat kecerdasan pada anak TK di Desa Seloharjo, Kecamatan Pundong, Bantul, DIY. C. Pertanyaan Penelitian Apakah terdapat hubungan antara hipertirotropinemia dengan tingkat kecerdasan anak TK di Desa Seloharjo, Kecamatan Pundong, Bantul, DIY? D. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Mengetahui hubungan hipertirotropinemia dengan tingkat kecerdasan anak TK di daerah endemik GAKI, Desa Seloharjo, Kecamatan Pundong, Bantul, DIY. 2. Tujuan khusus a. Mengetahui prevalensi hipertirotropinemia anak TK di Desa Seloharjo, Kecamatan Pundong, Bantul, DIY. b. Mengetahui rerata tingkat kecerdasan anak TK di Desa Seloharjo, Kecamatan Pundong, Bantul, DIY. 5

c. Mengetahui aspek kecerdasan yang terbanyak mengalami gangguan akibat hipertirotropinemia di Desa Seloharjo, Kecamatan Pundong, Bantul, DIY. d. Mengetahui faktor luar yang mempengaruhi kecedasan anak TK di Desa Seloharjo, Kecamatan Pundong, Bantul, DIY. E. Manfaat Penelitian a. Bidang akademis : Untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan referensi yang berkaitan dengan hubungan hipertirotropinemia dengan tingkat kecerdasan anak TK di wilayah endemik GAKI, sehingga mengetahui faal tiroid yang sebenarnya. b. Bagi pelayanan/pengabdian masyarakat : Meningkatkan upaya deteksi sedini mungkin status faal tiroid anak dan mencegah kondisi kecerdasan yang rendah sehingga dapat dilakukan intervensi yang tepat dan berkelanjutan. c. Bagi penelitian : Sebagai bahan acuan pengembangan penelitian mengenai permasalahan kesehatan yang berhubungan dengan faal tiroid dan psikologik anak TK di daerah endemik GAKI, khususnya di Desa Seloharjo, Kecamatan Pundong, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. 6

F. Keaslian Penelitian Penelitian tentang hubungan TSH dengan kecerdasan cukup banyak dilakukan, terutama di luar negeri. Perbedaan penelitian sebelumnya dengan penelitian yang akan peneliti lakukan adalah variabel yang diteliti yaitu hipertirotropinemia sebagai variabel bebas dan tingkat kecerdasan sebagai variabel terikat diukur dengan menggunakan alat ukur Stanford-Binet, Fifth edition. Rancangan penelitian yang digunakan adalah potong lintang (cross sectional), dengan subjek anak taman kanakkanak di daerah replete ( 14 tahun yang lalu merupakan daerah endemik berat GAKI) di Desa Seloharjo, Kecamatan Pundong, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. 7

Tabel 1. Penelitian-penelitian yang digunakan sebagai acuan N o Peneliti Desain Penelitian Hasil Kesimpulan 1 Calaciura et al., 1995 Case control IQ global anak usia 7-8 tahun yang lahir dengan kadar TSH tinggi (hipotiroid transien) di daerah defisiensi iodium berat dibandingkan dengan anak yang lahir dengan TSH normal yaitu 78,3±11,1 vs 90,9±14,2 (p<0,05); IQ performance : 75±8,5 vs 89,2±12,5 (p<0,01) Anak hipotiroid transien pada daerah defisiensi iodium berat, mempunyai perkembangan kecerdasan IQ global dan IQ performance yang lebih rendah secara bermakna daripada anak yang normal 2 Tiwari et al., 1996 Cross sectional Kemampuan belajar anak usia 9-15 tahun dengan TSH tinggi (6,23±0,34) di daerah defisiensi iodium berat dibandingkan dengan kemampuan belajar anak dengan TSH tinggi di daerah defisiensi iodium ringan (4,85±0,28)(p<0,01) Anak hipotiroid subklinis di daerah defisiensi berat, lebih rendah secara bermakna mempunyai kemampuan belajar daripada anak hipotiroid subklinis di daerah defisiensi ringan. 3 Huda et al., 1999 Cohort Skor membaca/mengeja dan matematika anak usia 8-10 tahun dengan T4 rendah dan tinggal di daerah defisiensi berat iodium : 30,2±2,1 dan 17,23±1,3 dibandingkan anak dengan T4 normal : 40,1±2,2 dan 19±1,4 (p<0,01dan p<0,001). Anak hipotiroid di daerah defisiensi iodium berat, mempunyai skor membaca/ mengeja dan matematika yang lebih rendah secara bermakna daripada anak normal. 4 Wu T et al., 2006 Cross sectional Kemampuan berhitung remaja umur 13-18 tahun yang hipotiroid subklinis 11,39±0,75, eutiroid 8,52±0,14 dan hipertiroid subklinis 7,1±1,3 dan kemampuan desain blok berturut-turut : 11,62±0,72; 9,19±0,14; 8,36±1,2 (p<0,01) Hipotiroid subklinik menyebabkan fungsi kognitif yang lebih baik secara bermakna daripada eutiroid; sedangkan hipertiroid subklinik menjadi faktor resiko yang potensial terhadap gangguan kognitif. 8