BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pernafasan akut yang meliputi saluran pernafasan bagian atas seperti rhinitis,

dokumen-dokumen yang mirip
TL-2271 Sanitasi Berbasis Masyarakat Minggu 3

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memenuhi syarat fisiologis, psikologis, dan bebas dari penularan penyakit.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

RUMAH SEHAT. Oleh : SUYAMDI, S.H, M.M Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Karanganyar

KESEHATAN DAN SANITASI LINGKUNGAN TIM PEMBEKALAN KKN UNDIKSHA 2018

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. balita di dunia, lebih banyak dibandingkan dengan penyakit lain seperti

BAB I PENDAHULUHAN A. Latar Belakang

BAB I LATAR BELAKANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. komplek dan heterogen yang disebabkan oleh berbagai etiologi dan dapat. berlangsung tidak lebih dari 14 hari (Depkes, 2008).

BAB I PENDAHULUAN. Sanitasi adalah usaha pengawasan terhadap faktor-faktor lingkungan fisik manusia

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah infeksi akut yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. saluran pernapasan sehingga menimbulkan tanda-tanda infeksi dalam. diklasifikasikan menjadi dua yaitu pneumonia dan non pneumonia.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Rumah Sehat. edited by Ratna Farida

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

mendukung penghuninya agar dapat bekerja dengan produktif (Prasetya, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh mikroorganisme termasuk common cold, faringitis (radang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. unsur, yaitu infeksi dan saluran pernapasan bagian atas. Pengertian infeksi

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat,

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. dan bakteri termasuk nasofaringitis atau common cold, faringitis akut, uvulitis akut,

ARTIKEL PENELITIAN HUBUNGAN KONDISI SANITASI DASAR RUMAH DENGAN KEJADIAN DIARE PADA BALITA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS REMBANG 2

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Puskesmas Marisa Kec. Marisa merupakan salah satu dari 16 (enam belas)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan infeksi penyakit

Kode. Lembar Persetujuan Menjadi Responden Penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 ISPA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1. No. Responden : 2. Nama : 3. Jenis Kelamin : 4. Umur : 5. Lama tinggal dikost :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tuberkulosis paru (Tb paru) adalah penyakit infeksius. 5 Tb paru ini bersifat menahun

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Keputusan Menteri Kesehatan No. 261/MENKES/SK/II/1998 Tentang : Persyaratan Kesehatan Lingkungan Kerja

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lelah, beristirahat setelah penat melaksanakan kewajiban sehari-hari,

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Balita. Pneumonia menyebabkan empat juta kematian pada anak balita di dunia,

PERSYARATAN LINGKUNGAN HUNIAN SEHAT

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pneumonia adalah penyakit batuk pilek disertai nafas sesak atau nafas cepat,

- 5 - BAB II PERSYARATAN TEKNIS HIGIENE DAN SANITASI

BAB II TINJUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. tingginya angka kesakitan dan angka kematian karena ISPA khususnya pneumonia,

Gambar lampiran 1: Tempat Pencucian Alat masak dan makan hanya satu bak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk hidup sangat tergantung pada lingkungan untuk

BAB V PEMBAHASAN. kepadatan hunian tidak menunjukkan ada hubungan yang nyata.

BAB I PENDAHULUAN. yang paling banyak diderita oleh masyarakat. Sebagian besar dari infeksi

BAB I PENDAHULUAN. (saluran atas) hingga alveoli (saluran bawah) termasuk jaringan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. lima tahun pada setiap tahunnya, sebanyak dua per tiga kematian tersebut

INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT (ISPA)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. infeksi, saluran pernafasan, dan akut. Infeksi adalah masuknya mikroorganisme ke

BAB I PENDAHULUAN. yang disebabkan oleh virus atau bakteri dan berlangsung selama 14 hari.penyakit

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGGINYA ANGKA KEJADIAN ISPA DI RW. 03 KELURAHAN SUKAWARNA WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUKAWARNA KOTA BANDUNG TAHUN

PANDUAN WAWANCARA PENDERITA TB PARU DI KLINIK SANITASI

BAB I PENDAHULUAN. ini. Udara berfungsi juga sebagai pendingin benda-benda yang panas, penghantar bunyi-bunyian,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Lampiran 1. Kategori Objek Pengamatan. Keterangan. Prinsip I : Pemilihan Bahan Baku Tahu. 1. Kacang kedelai dalam kondisi segar dan tidak busuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Definisi Infeksi Saluran Pernapasan Akut ( ISPA ) Infections disingkat ARI. Dalam lokakarya ISPA I tersebut ada dua

Berapa penghasilan rata-rata keluarga perbulan? a. < Rp b. Rp Rp c. > Rp

BAB 1 PENDAHULUAN. Tujuan pembangunan nasional bidang kesehatan yang tercantum dalam


BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan industri dapat memberikan dampak positif bagi

BAB 1 PENDAHULUAN. akibat penggunaan sumber daya alam (Wardhani, 2001).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan mutu dan daya saing sumber daya manusia Indonesia.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Informasi penyakit ISPA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) adalah infeksi saluran

BAB II. Tinjauan Pustaka

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat, baik fisik, biologi, maupun sosial yang memungkinkan setiap orang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilakukan pada 26 April sampai 10 Mei 2013 di Kelurahan

Pujianto, SE DINAS PERINKOP DAN UMKM KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2015

melebihi 40-70%, pencahayaan rumah secara alami atau buatan tidak dapat menerangi seluruh ruangan dan menyebabkan bakteri muncul dengan intensitas

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini pencemaran udara telah menjadi masalah kesehatan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Barat). Luas wilayah Kecamatan Kabila sebesar 193,45 km 2 atau sebesar. desa Dutohe Barat dan Desa Poowo.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan berbagai spektrum penyakit dari tanpa gejala atau infeksi ringan

Kuesioner ditujukan kepada karyawan pengolah makanan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. wilayah kerja Puskesmas Buhu yang telah melaksanakan kegiatan klinik sanitasi,

Lampiran 1. Aspek Penilaian GMP dalam Restoran

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN. Kecamatan Kabila Kabupaten Bone Bolango. Wilayah Kerja. Poowo, Poowo Barat, Talango, dan Toto Selatan.

SATUAN ACARA PENYULUHAN ( SAP )

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan manusia akan protein hewani, ini ditandai dengan peningkatan produksi daging

Sanitasi Penyedia Makanan

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan WHO (World Health Organisation) pada tahun 2014,

Salah satu upaya pencegahan pneumonia yang berhubungan dengan lingkungan adalah dengan menciptakan lingkungan hidup yang baik.

OLEH: IMA PUSPITA NIM:

BAB 1 : PENDAHULUAN. Dalam hal ini sarana pelayanan kesehatan harus pula memperhatikan keterkaitan

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) 2.1.1 Definisi ISPA Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) adalah penyakit saluran pernafasan akut yang meliputi saluran pernafasan bagian atas seperti rhinitis, fharingitis, dan otitis serta saluran pernafasan bagian bawah seperti laryngitis, bronchitis, bronchiolitis dan pneumonia, yang dapat berlangsung selama 14 hari. Batas waktu 14 hari diambil untuk menentukan batas akut dari penyakit tersebut. Saluran pernafasan adalah organ mulai dari hidung sampai alveoli beserta organ seperti sinus, ruang telinga tengah dan pleura (Depkes RI, 2008). ISPA merupakan radang akut saluran pernafasan atas maupun bawah yang disebabkan oleh infeksi jasad renik atau bakteri, virus maupun riketsia, tanpa atau disertai radang parenkim paru. ISPA yang mengenai saluran napas bawah, misalnya bronkitis,bila menyerang kelompok umur tertentu, khususnya bayi, anak-anak, dan orang tua, akan memberikan gambaran klinik yang berat dan jelek dan seringkali berakhir dengan kematian (Alsagaff dan Abdul, 2010). 2.1.2 Klasifikasi ISPA Klasifikasi ISPA menurut Depkes RI (2009): 1. ISPA ringan adalah seorang yang menderita ISPA ringan apabila ditemukan gejala batuk, pilek dan sesak. 2. ISPA sedang apabila timbul gejala-gejala sesak nafas, suhu tubuh lebih dari 39 0 C dan bila bernafas mengeluarkan suara seperti mengorok. 10

11 3. ISPA berat apabila kesadaran menurun, nadi cepat atau tidak teraba, nafsu makan menurun. 2.1.3 Etiologi ISPA Etiologi ISPA terdiri dari bakteri, virus, jamur, dan aspirasi. Bakteri penyebab ISPA antara lain Diplococcus pneumoniae, Pneumococcus, Streptococcus pyogenes, Staphylococcus aureus, dan Haemophilus influenza. Virus penyebab ISPA antara lain Influenza, Adenovirus, dan Sitomegalovirus. Jamur yang dapat menyebabkan ISPA antara lain Aspergillus sp., Candida albicans, dan Histoplasma. Sedangkan aspirasi lain yang juga dapat menjadi penyebab ISPA adalah makanan, asap kendaraan bermotor, BBM (bahan bakar minyak) biasanya minyak tanah, cairan amnion pada saat lahir, dan benda asing seperti biji-bijian (Widoyono, 2008). Sebagian besar ISPA disebabkan oleh infeksi, akan tetapi dapat juga disebabkan oleh bahan-bahan seperti aspirasi minyak mineral, inhalasi bahanbahan organik atau uap kimia seperti Berillium, inhalasi bahan-bahan debu yang mengandung alergen, seperti spora aktinomisetes termofilik yang terdapat pada ampas tebu di pabrik gula, obat (Nitrofurantoin, Busulfan, Metotreksat), radiasi dan Desquamative interstitial pneumonia, Eosinofilic pneumonia (Alsagaff dan Abdul, 2010). 2.1.4 Tanda dan Gejala Klinis ISPA Tanda dan gejala penyakit infeksi saluran pernafasan dapat berupa batuk, kesulitan bernafas, sakit tenggorokan, pilek, demam dan sakit kepala. Sebagian besar dari gejala saluran pernapasan hanya bersifat ringan seperti batuk, kesulitan

12 bernapas, sakit tenggorokan, pilek, demam dan sakit kepala tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotik. Namun sebagian anak yang menderita radang paru (pneumonia), bila infeksi paru ini tidak diobati dengan antibiotik akan menyebabkan kematian (Fuad, 2008). 2.1.5 Faktor Resiko ISPA Menurut Departemen Kesehatan RI dalam Maryani (2012) secara umum terdapat 3 faktor risiko terjadinya ISPA yaitu faktor lingkungan, faktor individu anak, dan faktor perilaku. 2.1.5.1 Faktor Lingkungan a. Pencemaran Udara dalam Rumah Asap rokok dan asap hasil pembakaran bahan bakar untuk memasak dengan konsentrasi tinggi dapat merusak mekanisme pertahan paru sehingga akan memudahkan timbulnya ISPA. Hal ini dapat terjadi pada rumah yang keadaan ventilasinya kurang dan dapur terletak di dalam rumah, bersatu dengan kamar tidur, ruang tempat bayi dan anak balita bermain. b. Luas Ventilasi Ventilasi yaitu proses penyediaan udara atau pengerahan udara ke atau dari ruangan baik secara alami maupun secara mekanis. Fungsi dari ventilasi dapat dijabarkan sebagai berikut: 1. Menyuplai udara bersih yaitu udara yang mengandung kadar oksigen yang optimum bagi pernapasan. 2. Membebaskan udara ruangan dari bau-bauan, asap ataupun debu dan zatzat pencemar lain dengan cara pengenceran udara.

13 3. Menyuplai panas agar hilangnya panas badan seimbang. 4. Menyuplai panas akibat hilangnya panas ruangan dan bangunan. 5. Mengeluarkan kelebihan udara panas yang disebabkan oleh radiasi tubuh, kondisi, evaporasi ataupun keadaan eksternal. 6. Mendisfungsikan suhu udara secara merata. c. Pencahayaan Pencahayaan alami dan atau buatan langsung maupun tidak langsung dapat menerangi seluruh ruangan minimal intensitasnya 60 lux dan tidak menyilaukan. d. Kualitas udara Kualitas udara di dalam rumah tidak melebihi ketentuan sebagai berikut: 1. Suhu udara nyaman berkisar 18 0-30 0 Celcius. 2. Kelembaban udara berkisar antara 40%-70%. 3. Konsentrasi gas CO² tidak melebihi 0,10 ppm/24 jam. 4. Pertukaran udara=5 kaki kubik per menit per penghuni. 5. Konsentrasi gas formaldehid tidak melebihi 120 mg/m³. e. Kepadatan hunian rumah Kepadatan hunian dalam rumah menurut Keputusan Menteri Kesehatan RI No.829/Menkes/SK/VII/1999 tentang persyaratan kesehatan rumah, kepadatan hunian ruang tidur minimal luasnya 8m² dan tidak dianjurkan digunakan lebih dari 2 orang kecuali anak di bawah umur 5 tahun. Berdasarkan kriteria tersebut diharapkan dapat mencegah penularan penyakit dan melancarkan aktivitas. Keadaan tempat tinggal yang padat dapat meningkatkan faktor polusi dalam rumah yang telah ada.

14 2.1.5.2 Faktor Individu Anak Faktor resiko terjadinya Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) terkhusus pada anak-anak adalah sebagai berikut: a. Umur Anak b. Berat Badan lahir c. Status gizi d. Vitamin A e. Status Imunisasi 2.1.5.3 Faktor Perilaku Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat yang berkumpul dan tinggal dalam suatu rumah tangga, satu dengan lainnya saling tergantung dan berinteraksi. Peran aktif keluarga dan masyarakat dalam menangani ISPA sangat penting karena penyakit ISPA merupakan penyakit yang ada sehari-hari di dalam masyarakat atau keluarga (Maryani, 2012). Perilaku kesehatan adalah suatu respon seseorang terhadap stimulus atau objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan, minuman, serta lingkungan. Dapat diklasifikasikan menjadi 3 kelompok (Notoatmodjo, 2007): 1) Perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintanance) atau usaha seseorang untuk menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit. Oleh sebab itu perilaku pemeliharaan kesehatan ini terdiri dari 3 aspek :

15 a) Perilaku pencegahan penyakit, dan penyembuhan penyakit bila sakit, serta pemulihan kesehatan jika telah sembuh dari penyakit. b) Perilaku peningkatan kesehatan. c) Perilaku gizi, makanan dan minuman dapat memelihara dan meningkatkan kesehatan seseorang, tetapi sebaliknya menjadi penyebab menurunnya kesehatan seseorang bahkan dapat mendatangkan penyakit. 2) Perilaku pencarian dan penggunaan fasilitas pelayanan kesehatan atau disebut perilaku pencarian pengobatan (health seeking behavior). 3) Perilaku kesehatan lingkungan adalah bagaimana seseorang berespons terhadap lingkungannya sebagai determinan kesehatan manusia sehingga lingkungan tersebut tidak mempengaruhi kesehatannya. Perilaku ini antara lain mencakup : a) Perilaku sehubungan dengan air bersih, termasuk didalamnya komponen, manfaat, dan penggunaan air bersih untuk kepentingan kesehatan. b) Perilaku sehubungan dengan pembuangan air kotor, yang menyangkut segi-segi higiene, pemeliharaan, teknik, dan penggunaannya. c) Perilaku sehubungan dengan limbah, baik limbah padat maupun limbah cair, termasuk didalamnya sistem pembuangan sampah dan air limbah yang sehat, serta dampak pembuangan limbah yang tidak baik. d) Perilaku sehubungan dengan rumah yang sehat, yang meliputi ventilasi, pencahayaan, lantai, dan sebagainya. e) Perilaku sehubungan dengan pembersihan sarang-sarang nyamuk (vektor), dan sebagainya.

16 2.1.6 Cara Penularan ISPA ISPA ditularkan lewat udara pada saat orang yang sudah terinfeksi akan mengalami batuk, bersin atau bernafas maka bersamaan dengan itu bakteri atau zat virus yang menyebabkan ISPA secara tidak sengaja akan menginfeksi orang yang ada di sekitar yang menghirup udara tersebut. Faktor yang dapat memudahkan penularan (Said, 2010): 1) Kuman (bakteria dan virus) yang menyebabkan ISPA mudah berkembangbiak dalam rumah yang lantainya lembab, pencahayaan kurang, ventilasi yang tidak memenuhi standar dan polusi udara entah karena asap rokok ataupun asap api sebagai bahan untuk memasak. 2) Orang yang terkena ISPA akan mudah menularkan kuman pada orang lain baik lewat kontak langsung maupun lewat udara saat bersin atau batuk tanpa menutup mulut dan hidung. 3) Kuman yang menyebabkan ISPA mudah sekali menular dari orang yang satu ke orang yang lain, terutama pada rumah yang anggota keluarganya banyak dan tinggal dalam rumah yang ukurannya kecil. 2.2 Rumah dan Kesehatan 2.2.1 Definisi Rumah Definisi perumahan (housing) menurut WHO adalah suatu bangunan fisik yang digunakan untuk tempat berlindung, dimana lingkungan dan bangunan tersebut termasuk fasilitas dan perlengkapan pelayanan yang diperlukan, baik untuk kesehatan jasmani, rohani dan keadaan sosialnya, baik untuk keluarga maupun individu (Sarudji, 2010).

17 Menurut UU No.4/1992 dalam Sarudji (2010) yang dimaksud dengan rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian dan sarana pembinaan keluarga, sedangkan perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi sarana lingkungan. Pemukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik kawasan perkotaan ataupun pedesaan yang mendukung perikehidupan dan penghidupan. 2.2.2 Rumah Sehat Rumah sehat merupakan bangunan tempat tinggal yang memenuhi syarat kesehatan yaitu rumah yang memiliki jamban yang sehat, sarana air bersih, tempat pembuangan sampah, sarana pembuangan air limbah, ventilasi yang baik, kepadatan hunian rumah yang sesuai dan lantai rumah yang tidak terbuat dari tanah (Depkes RI, 2003). 2.2.3 Syarat-syarat Umum Perumahan Sehat 1. Syarat Fisiologis Perumahan harus memenuhi persyaratan fisiologis agar kebutuhan faal tubuh terpenuhi melalui fasilitas yang tersedia. Yang termasuk dalam kebutuhan fisiologis dalam perumahan adalah: a. Pencahayaan Pencahayaan yang diperlukan untuk suatu ruangan dapat berbentuk cahaya alami (sinar matahari) dan cahaya buatan (sinar lampu).

18 b. Penghawaan Penghawaan untuk suatu ruangan di dalam rumah harus diperhitungkan aliran udara yang masuk dan kapasitas ruangan untuk suatu hunian atau jumlah udara yang diperlukan per orang yang tinggal di dalamnya. c. Kebisingan Tidak ada gangguan ketenangan akibat kebisingan baik yang bersumber dari luar maupun dari dalam rumah. d. Ruangan Tersedia ruang yang cukup untuk kegiatan bermain bagi anak, dan untuk belajar, ruang tamu, ruang tidur,dsb. 2. Syarat Psikologis Rumah menjamin ketenangan dan kebebasan anggota keluarga sehingga tidak terganggu oleh anggota keluarga lain. Selain itu, tersedianya ruang keluarga dan lingkungan yang sesuai juga merupakan syarat psikologis. Rumah juga harus memiliki halaman yang dapat ditanami pepohonan atau tumbuhan taman. Hewan peliharaan harus memiliki kandang sendiri terpisah dari rumah. 3. Mencegah Penularan Penyakit Beberapa persyaratan berikut yang berkaitan dengan tersedianya fasilitas sanitasi agar kesehatan penghuninya tetap terjaga, tidak tertular penyakit infeksi baik antar penghuni maupun dengan kehadiran anggota warga lainnya. a. Tersedianya persediaan air bersih/air minum. b. Bebas dari vektor ataupun binatang pengerat.

19 c. Tersedianya tempat pembuangan tinja dan air limbah. d. Luas/ukuran kamar mimimum ukuran 2,5 m x 3 m dengan ketinggian langit-langit 2,75-3 m. Sanitasi perumahan, khususnya yang menyangkut kepadatan penghuni kamar dan luas jendela berpengaruh terhadap timbul dan menularnya penyakit pneumonia. e. Fasilitas untuk pengolahan makanan/memasak dan penyimpanan makanan yang terbebas dari pencemaran maupun binatang pengerat. 4. Mencegah Terjadinya Kecelakaan a. Adanya ventilasi di dapur b. Cukup intensitas cahaya c. Jauh dari pohon besar d. Bangunan mengikuti garis rooi (garis sempadan). Jarak pagar dengan bangunan minimal ½ lebar jalan. e. Lantai yang selalu basah tidak licin dan tetap dipelihara. f. Bagian bangunan yang dekat api atau listrik terbuat dari bahan tahan api. g. Cara mengatur isi ruangan yang memberikan keleluasaan anggota keluarga. h. Cara menyimpan bahan beracun, hindarkan dari jangkauan anak-anak (Sarudji, 2010). 2.2.4 Persyaratan Lingkungan Dalam Rumah Sehat Persyaratan kesehatan suatu rumah tinggal sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan RI No.829/Menkes/SK/VII/1999 adalah sebagai berikut: 1. Bahan bangunan

20 a. Tidak terbuat dari bahan-bahan yang dapat melepaskan zat-zat yang dapat membahayakan kesehatan, antara lain: 1) Debu total tidak lebih dari 150 µg/m³ 2) Asbes bebas tidak melebihi 0,5 fiber/m³/jam 3) Timah hitam (Pb) tidak melebihi 300 mg/kg. b. Tidak terbuat dari bahan yang dapat menjadi tumbuh dan berkembangnya mikroorganisme patogen. 2. Komponen dan penataan ruang rumah Komponen rumah harus mempunyai persyaratan fisik dan biologis sebagai berikut : a. Lantai kedap air dan mudah dibersihkan b. Dinding: 1) Di ruang tidur dan ruang keluarga dilengkapi dengan sarana ventilasi untuk pengaturan sirkulasi udara. 2) Di kamar mandi dan tempat cuci harus kedap air dan mudah dibersihkan. c. Langit-langit harus mudah dibersihkan dan tidak rawan kecelakaan. d. Bumbungan rumah yang memiliki tinggi 10 meter atau lebih harus dilengkapi dengan penangkal petir. e. Ruang di dalam rumah harus ditata agar berfungsi sebagai ruang tamu, ruang keluarga, ruang makan, ruang tidur, ruang dapur, kamar mandi dan ruang bermain anak. f. Ruang dapur harus dilengkapi dengan sarana pembuangan asap.

21 3. Pencahayaan Pencahayaan alam dan atau buatan langsung maupun tidak langsung dapat menerangi seluruh ruangan minimal intensitasnya 60 lux dan tidak menyilaukan mata. 4. Kualitas Udara Kualitas udara di dalam rumah tidak melebihi ketentuan sebagai berikut : a. Suhu udara berkisar antara 18-30 C b. Kelembaban udara berkisar antara 40-70% c. Konsentrasi gas SO², tidak melebihi 0,10 ppm/24 jam d. Konsentrasi gas CO tidak melebihi 100 ppm/8 jam e. Konsentrasi gas formaldehid tidak melebihi 120 mg/m² 5. Ventilasi Luas penghawaan atau ventilasi alamiah yang permanen minimal 10% dari luas lantai. 6. Binatang penular penyakit Tidak ada tikus, nyamuk ataupun lalat yang bersarang di dalam rumah. 7. Penyediaan air a. Tersedia sarana air bersih dengan kapasitas 60 liter/hari/orang b. Kualitas air minum harus memenuhi persyaratan kesehatan air bersih dan atau air minum sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. 8. Tersedia sarana penyimpanan makanan yang aman.

22 9. Limbah a. Limbah cair yang berasal dari rumah tidak mencemari sumber air, tidak menimbulkan bau dan tidak mencemari permukaan tanah. b. Limbah padat harus dikelola agar tidak menimbulkan bau, pencemaran terhadap permukaan tanah serta air tanah. 10. Kepadatan hunian ruang tidur Luas ruang tidur minimal 8 m² dan tidak dianjurkan digunakan lebih dari 2 orang dalam satu ruang tidur, kecuali anak di bawah usia 5 tahun. 2.3 Kerangka Konsep Karakteristik Responden 1. Umur 2. Jenis Kelamin 3. Status pernikahan 4. Pendidikan 5. Pekerjaan 6. Alamat Desa Tempat Tinggal Kondisi Fisik Rumah 1. Kondisi Lantai 2. Kondisi Dinding 3. Luas Ventilasi 4. Kelembaban 5. Suhu 6. Kepadatan Hunian Kejadian ISPA pasca Erupsi Gunung Sinabung Perilaku Penghuni 1. Membersihkan Rumah 2. Menutup/membuka Jendela 3. Kebiasaan Merokok Gambar 2.1. Skema Kerangka Konsep