BAB III GAMBARAN DATA PENERAPAN SANKSI ADMINISTRASI. namun untuk kepentingan administrasi perpajakan saat terutangnya pajak tersebut

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Tata Cara Pelaksanaan Tindak Lanjut Surat Pemberitahuan Piutang Pajak dalam Rangka Impor

OLEH: Yulazri SE. M.Ak. Akt. CPA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Menurut Andriani (1991) dalam Waluyo (2011), pajak adalah iuran kepada negara

Tata Cara Pelaksanaan Tindak Lanjut Surat Pemberitahuan Piutang Pajak dalam Rangka Impor

membiayai segala pengeluaran-pengeluarannya. Pembangunan Nasional adalah kegiatan yang berlangsung secara terus-menerus dan berkesinambungan yang

Self assessment : WP membayar pajak sesuai UU tidak tergantung SKP

BAB III GAMBARAN DATA. akan dapat membawa pengaruh positif terhadap kepatuhan wajib pajak dalam

MANAJEMEN PERPAJAKAN

BAB II TINJUAN PUSTAKA

Pengantar Perpajakan bagi Account Representative Dasar

BAB III GAMBARAN PROSEDUR PENERBITAN SURAT TAGIHAN PAJAK DALAM MENINGKATKAN KEPATUHAN WAJIB PAJAK DI KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MEDAN BARAT

BAB 2 LANDASAN TEORI. Beberapa ahli dalam perpajakan telah memberikan pengertian pajak, antara lain sebagai berikut:

RESUME SANKSI PERPAJAKAN SANKSI BUNGA

SIAPA PEMBAYAR PAJAK: WAJIB PAJAK

BAB 4 PEMBAHASAN. 4.1 Rencana dan Realisasi Penerimaan Pajak Pada Kantor Pelayanan Pajak

BAB II LANDASAN TEORI. pajak, diantaranya pengertian pajak yang dikemukakan oleh Prof. Dr. P. J. A. Adriani

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Negara Republik Indonesia adalah negara hukum berdasarkan Pancasila dan

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional merupakan rangkaian upaya pembangunan yang

BAB II. adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh yang

BAB II LANDASAN TEORI. tentang pajak yang dikemukakan oleh para ahli di bidang perpajakan menurut Prof. Dr.

Definisi. SPT (Surat Pemberitahuan)

SPT (Surat Pemberitahuan) Saiful Rahman Yuniarto

KUP KETETAPAN DAN PENAGIHAN PAJAK

RINGKASAN KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN

SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) DAN BATAS PEMBAYARAN PAJAK

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. hewan) yang telah dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak (PKP) pada

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. Pembangunan nasional adalah kegiatan yang berlangsung terus-menerus

BAB II KAJIAN PUSTAKA. untuk kesejahteraan rakyat. Pajak merupakan salah satu penerimaan terbesar negara perlu terus

BAB II LANDASAN TEORI. Menurut Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata CaraPerpajakan

BAB I PENDAHULUAN. Penjualan atas Barang Mewah (PPN & PPnBM), Pajak Lain, dan Surat

BAB II BAHAN RUJUKAN

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Perhitungan Pajak Pertambahan Nilai. IV.1.1 Analisis Perolehan Barang Kena Pajak (Pajak Masukan)

PENETAPAN DAN KETETAPAN

PERTEMUAN 2 DASAR-DASAR PERPAJAKAN

..., ) Yth. Kepala Kantor Pelayanan Pajak... 3) Di... 4) Dengan hormat,

Wajib Pajak mengubah data SPT saat Pemeriksaan atau Penyidikan Pajak?

BAB III PEMBAHASAN 3.1 Tinjauan Teori Pengertian Pajak

1

..., ) Yth. Kepala Kantor Pelayanan Pajak... 3) Di... 4) Dengan hormat,

KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN (UU KUP)

BAB IV GAMBARAN SENGKETA FAKTUR PAJAK CACAT DAMPAKNYA BAGI PENGUSAHA KENA PAJAK DAN KERUAGIAN NEGARA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pajak Penghasilan Wajib Pajak Orang Pribadi. Pajak mempunyai definisi yang berbeda-beda menurut sudut pandang yang

Yth. Kepala Kantor Pelayanan Pajak. 3) Di.. 4)

BAB I PENDAHULUAN. merupakan usaha mengadakan perubahan-perubahan menuju keadaan yang lebih

BAB IV PEMBAHASAN. Dalam analisa penghitungan dan pelaporan Pajak Pertambahan Nilai, penulis

BAB II LANDASAN TEORI

TENTANG KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR KEP-...(1)...

BAB II BAHAN RUJUKAN 2.1. Pajak Pengertian Pajak Rochmat Soemitro (1990;5)

BAB II BAHAN RUJUKAN

PENGANTAR PERPAJAKAN. Amanita Novi Yushita, M.Si

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. tentang Perubahan Ketiga atas Undang-undang Nomor 6 tahun 1983 Tentang

SUSUNAN DALAM SATU NASKAH UNDANG-UNDANG PAJAK INDONESIA TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN BAB I KETENTUAN UMUM.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pembangunan nasional yang berlangsung terus menerus dan

BAB II LANDASAN TEORI. pajak berdasarkan Undang-Undang No.28 Tahun 2007 tentang. Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, yaitu sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. Kelangsungan hidup negara juga berarti kelangsungan hidup. cukup dalam membiayai kepentingan umum yang akhirnya juga mencakup

BAB II ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK LAMPIRAN I SURAT EDARAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR SE-53/PJ/2012 TENTANG

MANFAAT MEMBAYAR PAJAK DAN PENGISIAN SPT BAGI WAJIB PAJAK. Oleh: Amanita Novi Yushita, M.Si.

SKEMA KEMUNGKINAN PENGEMBALIAN PAJAK

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72/PMK.03/2010 TENTANG TATA CARA PENGEMBALIAN KELEBIHAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI ATAU PAJAK

BAB IV PEMBAHASAN. Analisis Terhadap Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. PT. HAJ adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang perusahaan dagang

PENGANTAR PERPAJAKAN. Pengantar Pajak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 4. Pembahasan Hasil Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Penelitian Terdahulu Erwis (2012) menyatakan, bahwa penagihan pajak dan pencairan

SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) DAN BATAS PEMBAYARAN PAJAK

BAB I PENDAHULUAN. Pemungutan pajak di Indonesia mengacu pada sistem self assessment. Self assessment

BAB II KERANGKA TEORI DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Pajak merupakan komponen yang sangat penting dalam keberlangsungan

BAB III GAMBARAN DATA LAPORAN TUGAS AKHIR. terpenuhinya atau terjadi suatu Taatbestand (sasaran perpajakan) yang terdiri dari :

KATA PENGANTAR DIREKTUR JENDERAL PAJAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Laporan Praktek Kerja Lapangan. pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang - Undang dengan

SURAT PEMBERITAHUAN MASA PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (SPT MASA PPN) BAGI PEMUNGUT PPN

pemungutan pajak dimana wajib pajak menghitung sendiri pajak terutangnya serta secara mandiri menyetorkan ke bank atau kantor pos dan melaporkannya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) Pada dasarnya Negara adalah sebuah rumah tangga yang besar, dan

STRUKTUR ORGANISASI KANTOR PELAYAN PAJAK (KPP) PRATAMA METRO

BAB II BAHAN RUJUKAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Bab IV PEMBAHASAN. Surat Ketetapan Pajak(SKP) Dan Surat Tagihan Pajak(STP)

BAB II LANDASAN TEORI

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 243/PMK.03/2014 TENTANG SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. a. Pengertian pajak berdasarkan Undang-undang Nomor 16 Tahun. atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-undang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

NO. URUT WEWENANG DIREKTUR JENDERAL PAJAK DASAR HUKUM DILIMPAHKAN KEPADA KETERANGAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2007 TENTANG

BAB 4 PEMBAHASAN. 4.1 Rencana Penerimaan Dan Realisasi Penerimaan PPh dan PPN Pada. Kantor Pelayanan Pajak Pratama Jakarta Kemayoran

BAB IV PEMBAHASAN. IV.1. Analisis Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai. PT. MRC adalah perusahaan swasta yang bergerak di bidang jasa konstruksi.

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS. memberikan berbagai definisi tentang pajak yang berbeda-beda, tetapi pada

BAB II LANDASAN TEORI. bukunya Mardiasmo (2011 : 1) :

BAB II KAJIAN TEORI PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL PAJAK KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR KEP-...(1)... TENTANG

Hukum Pajak. Kewajiban Perpajakan (Pertemuan #9) Semester Genap

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR 29/PJ/2008 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. Keberhasilan suatu bangsa dalam pembangunan nasional sangat ditentukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Menurut Prof. Dr. P.J.A. Adriani, Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB 2 LANDASAN TEORI

Transkripsi:

BAB III GAMBARAN DATA PENERAPAN SANKSI ADMINISTRASI A. Saat Terutang Pajak Setiap wajib pajak diwajibkan untuk membayar hutang pajaknya dengan tidak menggantungkan dengan adanya surat ketetapan pajak. Pada prinsipnya pajak terutang pada saat timbulnya objek pajak yang dapat dikenakan pajak, namun untuk kepentingan administrasi perpajakan saat terutangnya pajak tersebut adalah : 1. Pada suatu saat, untuk Pajak Penghasilan yang dipotong oleh pihak ketiga. 2. Pada akhir masa, untuk Pajak Penghasilan karyawan yang dipotong oleh pemberi kerja, atau yang dipungut oleh pihak lain atas kegiatan usaha, atau oleh Pengusaha Kena Pajak atas pemungutan Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah. 3. Pada akhir Tahun Pajak, untuk Pajak Penghasilan. B. Defenisi dan Jenis jenis Surat Ketetapan Pajak Surat Ketetapan Pajak adalah surat ketetapan pajak yang meliputi Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, Surat Ketetapan Pajak Nihil, atau Surat Ketetapan pajak Lebih Bayar.

1. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar adalah surat ketetapan pajak yang menentukan besarnya jumlah pokok pajak, jumlah kredit pajak, jumlah kekurangan pokok pajak, besarnya sanksi administrasi, dan jumlah pajak yang masih harus dibayar. 2. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKBKBT) Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan adalah surat ketetapan pajak yang menentukan tambahan atas jumlah pajak yang telah ditetapkan. 3. Surat Ketetapan pajak Lebih Bayar(SKPLB) Surat Ketetapan pajak Lebih Bayar adalah surat ketetapan pajak yang menentukan jumah kelebihan pembayaran pajak karena jumlah kredit pajak lebih besar dari pada pajak yang terutang atau seharusnya tidak terutang. 4. Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN) Surat Ketetapan Pajak Nihil adalah surat ketetapan pajak yang menentukan jumlah pokok pajak sama besarnya dengan jumlah kredit pajak atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit. C. Penjelasan Tentang Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) 1. Menurut Mardiasmo (2011 : 41) SKPKB diterbitkan apabila : 1.1 Berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain pajak yang terutang tidak atau kurang dibayar.

1.2 Surat pemberitahuan tidak disampaikan dalam jangka waktu yang telah ditentukan dan setetah ditegur secara tertulis tidak disampaikan pada waktunya sebagaimana telah ditentukan dalam Surat Teguran. 1.3 Berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain mengenai pajak pertambahan nilai dan pajak penjualan atas Barang Mewah ternyata tidak seharusnya tidak dikompensasikan selisih lebih pajak atau tidak seharusnya dikenai 0% (nol persen) 1.4 Kewajiban menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan tidak dipenuhi sehingga tidak dapat diketahui besarnya pajak yang terutang 1.5 Kepada wajib pajak diterbitkan Nomor Pokok Wajib pajak dan/atau dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak secara jabatan 2. Sanksi administrasi 2.1 Apabila SKPKB dikeluarkan dengan alasan pada poin 1.1 dan 1.5, maka jumlah kekurangan pajak terutang ditambah dengan saksi administrasi 2% (dua persen) per bulan paling lama 24 (dua puluh empat) bulan, dihitung sejak saat terutangnya pajak atau berakhirnya masa pajak, bagian tahun pajak, atau tahun pajak sampai dengan diterbitkannya Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar. 2.2 Apabila SKPKB dikeluarkan karna alasan pada poin 1.2, 1.3, dan 1.4, maka dikenakan sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar : a. 50% dari PPh yang tidak atau kurang bayar dalam satu tahun pajak

b. 100% dari PPh yang tidak atau kurang potong, tidak atau kurang dipungut, tidak atau kurang disetor, dan dipotong atau dipungut tetapi tidak atau kurang disetorkan c. 100% dari PPN dan PPnBM yang tidak atau kurang dibayar 3. Fungsi SKPKB 3.1 Koreksi atas jumlah yang terutang menurut SPT-nya 3.2 Sarana untuk mengenakan sanksi 3.3 Alat untuk menagih pajak 4. Jangka Waktu Penerbitan SKPKB Dalam jangka waktu 5 (lima) tahun setelah saat terutangnya pajak atau berakhirnya masa pajak, bagian tahun pajak, Direktur Jendral Pajak dapat menerbitkan SKPKB. Walaupun jangka waktu 5 (lima) taun telah lewat, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar masih tetap diterbitkan ditambah sanksi administrasi berupa bunga sebesar 48% (empat puluh delapan persen) dari jumlah pajak yang tidak atau kurang bayar, apabila wajib pajak setelah jangka waktu tersebut dipidana karena melakukan tindak pidana di bidang perpajakan atau tindak pidana lainnya yang dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap. 5. Wajib Pajak yang karena kealpaan tidak menyampaikan SPT atau menyampaikan tapi isinya tidak benar/lengkap atau melampirkan

keterangan yang isinya tidak benar sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara, tidak dikenai sanksi pidana bila kealpaan tersebut pertama kali dilakukan dan WP wajib melunasi kekurangan bayar pajak terutang beserta sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar 200% dari jumlah pajak yang kurang dibayar yang ditetapkan melalui penerbitan SKPKB. D. Jenis Jenis Sanksi Administrasi Sanksi administrasi merupakan sanksi yang dikenakan terhadap wajib pajak yang melakukan tindakan pelanggaran administrasi perpajakan.pengenaan sanksi ini dimaksudkan untuk menghukum wajib pajak sehingga wajib pajak menjadi sadar dan patuh untuk menjalankan kewajiban perpajakannya.jenis jenis sanksi sanksi administrasi yang diatur dalam Undang Undang Ketentuan Umum dan Tata cara Perpajakan adalah sebagai berikut : 1. Berkaitan dengan Denda Sanksi administrasi berupa dendarp. 500.000 untuk SPT masa PPN, Rp. 100.000 untuk SPT masalainnya, Rp. 1.000.000 untuk SPT TahunanPPh WP Badan, Rp. 100.000 SPT TahunanPPh WP Orang Pribadi diatur dalampasal7 ayat (1), 2% dari DPP diatur dalampasal 14 ayat (4) dan (5), denda 150% dari jumlah pajak yang kurang dibayar diatur dalampasal 8 ayat (3).

2. Berkaitan dengan Kenaikan Sanksi administrasi 50% dari pajak yang tidak/kurang dibayar diatur dalam pasal 8 ayat (5), dan 13 ayat (3a). Sanksi administrasi 100% dari jumlah kekurangan pajak diatur dalam pasal 13 ayat (3) huruf b dan c, 15 ayat (2), 17C ayat (5), 17D ayat (5). Dan sanksi administrasi 200% dari jumlah pajak yang kurang dibayar diatur dalam pasal 13A. 3. Berkaitan dengan Bunga Sanksi administrasi 2% perbulan dari jumlah pajak yang kurang dibayar, dihitung sejak jatuh tempo pembayaran s/d tanggal pembayaran maksimal 24 bulan diatur dalam Pasal8 ayat (2), 8 ayat (2a), 9 ayat (2a), 9 ayat (2b), 13 ayat (2), 14 ayat (3), 19 ayat (1), 19 ayat (2), 19 ayat (3). Sedangkan sanksi administrasi 48% dari jumlah pajak yang tidak atau kurang dibayar diatur dalam pasal 13 ayat (5) dan 15 ayat (4). Dalam tugas akhir ini penulis mengambil pembatasan masalah pada sanksi pasal 13 ayat (2) saja. Pasal 13 ayat (2) berbunyi jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar sebagai mana dimaksud pada ayat (1) huruf a ditambah dengan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% sebulan untuk selama lamanya 24 bulan dihitung sejak saat terutangnya pajak atau berakhirnya masa pajak, bagian tahun pajak sampai dengan diterbitkannya Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar.

E. Tatacara Pemungutan Pajak Menurut Siti Resmi (2011 : 8), tata cara pemungutan pajak terdiri atas : 1. Stelsel pajak Pemungutan pajak dapat dilakukan berdasarkan 3 stelsel : 1.1 Stelsel nyata Pengenaan pajak didasarkan pada objek (penghasilan yang nyata), sehingga pemungutannya baru dapat dilakukan pada akhir tahun pajak, yakni setelah penghasilan yang sesungguhnya diketahui. 1.2 Stelsel anggapan Pengenaan pajak didasarkan pada suatu anggapan yang diatur oleh undang undang. Misal : pada suatu tahun dianggap sama dengan tahun sebelumnya, sehingga pada awal tahun pajak sudah dapat ditentukan besarnya pajak terutang untuk tahun berjalan. 1.3 Stelsel campuran Stelsel ini merupakan kombinasi antara stelsel nyata dan stelsel anggapan. 2. Asas Pemungutan Pajak 2.1 Asas domisili (tempat tinggal) Negara berhak mengenakan pajak atas seluruh penghasilan wajib pajak yang bertempat tinggal ditempatnya, baik penghasilan yang berasal dari dalam maupun luar negeri.

2.2 Asas Sumber Negara berhak mengenakan pajak atas penghasilan yang bersumber di wilayahnya tanpa memperhatikan tempat tinggal wajib pajak. 2.3 Asas kebangsaan Pengenaan pajak dihubungkan dengan kebangsaan suatu negara. 3. Sistem Pemungutan Pajak 3.1 Official Assessment System Adalah suatu sistem pemungutan yang memberi wewenang kepada pemerintah (fiskus) untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak. Ciri cirinya : a. Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada fiskus b. Wajib pajak bersifat pasif c. Utang pajak timbul setelah dikeluarkan surat ketetapan pajak oleh fiskus. 3.2 Self assessment system Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada wajib pajak untuk menentukan sendiri besarnya pajak terutang. Ciri cirinya : a. Wewenang untuk menentukan besarnya pajak terutang ada pada wajib pajak sendiri

b. Wajib pajak bersifat aktif. c. Fiskus hanya dapat mengawasi. 3.3 With Holding System Adalah suatu sistem pemungutan pajak yang memberi wewenang kepada pihak ketiga untuk menentukan besarnya pajak yang terutang oleh wajib pajak. Ciri cirinya : wewenang menentukan besarnya pajak yang terutang ada pada pihak ketiga, pihak selain fiskus dan wajib pajak. Ada 4 macam tarif pajak menurut Mardiasmo (2011 : 9), yaitu : 1. Tarif sebanding/propesional Tarif berupa persentase yang tetap, terhadap berapapun jumlah yang dikenai pajak sehingga besarnya pajak yang terutang profesional terhadap besarnya nilai yang dikenai pajak. Contoh, untuk penyerahan barang kena pajak didalam daerah pabean akan dikenakan Pajak Pertambahan Nilai 10% 2. Tarif tetap Tarif berupa jumlah yang tetap terhadap berapapun jumlah yang dikenai pajak sehingga besarnya pajak yang terutang tetap. Contoh, tarif Bea Materai

3. Tarif progresif Persentase tarif yang digunakan semakin besar bila jumlah pajak yang dikenai semakin besar. Contoh, pasal 17 Undang Undang pajak penghasilan untuk wajib pajak orang pribadi dalam negri. 4. Tarif degresif 5. Persentase tarif yang digunakan semakin kecil bila jumlah pajak yang dikenai pajak semakin besar F. Dasar Hukum Penerbitan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) Peraturan perundang undangan perpajakan yang terkait dengan penerapan sanksi administrasi dalam SKPKB dan penerbitan SKPKB antara lain sebagai berikut: 1. Undang Undang Nomor 6 tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tatacara Perpajakan. Sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang Undang Nomor 16 tahun 2009. 2. Undang Undang Nomor 7 tahun 1984 tentang pengenaan Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah terakhir dengan undang undang nomor 36 tahun 2008.

3. Undang undang Nomor 8 tahun 1983 tentang PPN dan PPn BM sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang Undang Nomor 42 tahun 2009 4. Peraturan Mentri Keuangan Nomor 199/PMK.03/2007 tentang tatacara pemeriksaan pajak. 5. Keputusan Direktur Jendral Pajak Nomor Kep-22/PJ/1995 tentang pelimpahan wewenang Direktur Jendral Pajak Para Pejabat di Lingkungan Direktorat Jendral Pajak. 6. Surat edaran Direktur Jendral Pajak Nomor SE-01/PJ.7/2003 tentang kebijakan pemeriksaan pajak.

BAB IV ANALISA DAN EVALUASI A. Prosedur Penerbitan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB) di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur Adapun prosedur penerbitan SKPKB adalah sebagai berikut : 1. Penagihan Anggota Tim Pemeriksa melakukan pemeriksaan terhadap wajib pajak. 2. Setelah proses pemeriksaan selesai, Anggota Tim Pemeriksa melakukan input data, mencek Nota Perhitungan Pajak. 3. Ketua Tim Pemeriksa meneliti, memberi persetujuan dan memaraf Nota Perhitungan Pajak. 4. Kepala Kantor Pelayanan Pajak meneliti dan memaraf Nota Perhitungan Pajak. 5. Nota Perhitungan yang telah disetujui kemudian diproses oleh sistem untuk dapat diterbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar. 6. Berdasarkan Nota Perhitungan pajak yang telah disetujui oleh Kantor Pelayanan Pajak, fungsional menginput data Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar ke Dalam Sistem.

7. Kepala seksi pelayanan menugaskan pelaksana seksi pelayanan untuk mencetak Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar diterbitkan dalam rangkap 3, yaitu : Lembar ke 1 : untuk wajib pajak. Lembar ke 2 : untuk arsip seksi pelayanan. Lembar ke 3 : untuk seksi. 8. Pelaksana seksi pelayanan melakukan pencetakan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar dan menyampaikannya kepada kepala seksi pelayanan. 9. Setelah dicetak, kepala seksi pelayanan memparaf kemudian disampaikan kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak. 10. Kepala Kantor Pelayanan menandatangani Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar. 11. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar tersebut disampaikan kepada wajib pajak. B. Kendala Yang Terjadi Dalam Penerapan Sanksi Administrasi Dalam Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Adapun kendala yang terjadi dalam penerapan sanksi administrasi SKPKB adalah sebagai berikut : 1. Tidak sampainya Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar ketangan wajib pajak 2. Alamat wajib pajak yang tidak jelas.

3. Perlawanan pasif. 4. Perlawanan aktif. 5. Wajib pajak tidak sanggup membayar hutang pajaknya lagi. C. Data penerapan sanksi administrasi Pasal 13 ayat (2) dalam SKPKB PPh pasal 25/29 Badan Tabel 4.1 Data Penerapan Sanksi Pasal 13 ayat (2) Undang Undang KUP dalam SKPKB PPh Badan tahun 2014 Masa Nomor Tangga Nilai /Kurang Sanksi % Sanksi Jumlah YMHD Pajak l Bayar Pasal 13 Thd Bulan (2) Kurang Dalam Bayar Sanksi 1 2 3 4 5 6 7= 8=7/2% 8=5+6 6/5*100 01/12/ 00001/ 20-Jan- 56,989,9 38.506.69 18.483.21 48,00% 24 56.989.90 2010 206/10/ 14 09 - IDR 5 4 9 113/14 01/12/ 00001/ 10-Mar- 770,202 631.313 138.889 22,00% 11 770.202 2012 206/12/ 14 IDR

113/14 01/12/ 00002/ 02-Apr- 13,767,3 9.302.261 4.465.085 48,00% 24 13.767.34 2010 206/10/ 14 46 - IDR 6 113/14 01/12/ 00003/ 08-May- 11,050,7 7.466.693 3.584.013 48,00% 24 11.050.70 2010 206/10/ 14 06 - IDR 6 113/14 01/12/ 00001/ 08-May- 26,278,9 17.756.02 8.522.890 48,00% 24 26.278.91 2009 206/09/ 14 10 - IDR 0 0 113/14 01/12/ 00001/ 14-May- 14,489,4 11.685.00 2.804.400 24,00% 12 14.489.40 2013 206/13/ 14 00 - IDR 0 0 113/14 Sumber : seksi PENAGIHAN KPP Pratama Medan Timur SKPKB nomor 00001/206/10/113/14 Tanggal terbit 20-Januari-2014 dengan jumlah kurang bayar 38.506.695,jumlah sanksi administrasi Pasal 13(2) yang harus dibayar 2% x 24 x 38.506.695 = 18.483.214

SKPKB nomor 00001/206/12/113/14 Tanggal terbit 10-Maret-2014 dengan jumlah kurang bayar 631.313,jumlah sanksi administrasi Pasal 132(2) yang harus dibayar = 2% x 11 x 631.313 =138.889 SKPKB nomor 00002/206/10/113/14 Tanggal terbit 02-April-2014 dengan jumlah kurang bayar 9.302.261,jumlah sanksi administrasi Pasal 13(2) yang harus dibayar = 2% x 24 x 9.302.261 = 4.465.085 SKPKB nomor 00003/206/10/113/14 Tanggal terbit 08-Mei-2014 dengan jumlah kurang bayar 7.466.693,jumlah sanksi administrasi Pasal 13(2) yang harus dibayar = 2% x 24 x 7.466.693= 3.584.013 SKPKB nomor 00001/206/09/113/14 Tanggal terbit 08-Mei-2014 dengan jumlah kurang bayar 17.756.020, jumlah sanksi administrasi Pasal 13(2) yang harus dibayar = 2% x 24 x 17.756.020 = 8.522.890 SKPKB nomor 00001/206/13/113/14 Tanggal terbit 14-Mei-2014 dengan jumlah kurang bayar 11.685.000, jumlah sanksi administrasi Pasal 13(2) yang harus dibayar = 2% x 12 x 11.685.000 = 2.804.400

Tabel 4.2 Data Penerapan Sanksi Pasal 13 ayat (2) Undang Undang KUP dalam SKPKB PPh Badan tahun 2015 Masa Nomor Tangga Nilai Kurang Sanksi % Sanksi Jumlah YMHD Pajak l Bayar Pasal 13 Thd Bulan (2) Kurang Dalam Bayar Sanksi 1 2 3 4 5 6 7= 8=7/2% 8=5+6 6/5*100 01/12/ 00013/ 20-Mei- 2.109.97 1,425,661 684,316 48,00% 24 2,109,977 2014 203/11/ 2015 7 - IDR 133/15 01/12/ 00015/ 20-Mei- 2,441,49 1,649,660 791,837 48,00% 24 2,441,497 2014 203/11/ 2015 7 IDR 133/15 01/12/ 00016/ 20-Mei- 2,559,89 1,729,660 830,237 48,00% 24 2,559,897 2014 203/11/ 2015 7 IDR 133/15

01/12/ 00017/ 20-Mei- 3,874,13 2,617,660 1,256,477 48,00% 24 3,874,137 2014 203/11/ 2015 7 IDR 133/15 01/12/ 00008/ 27-Mei- 90,148,2 60,911,00 29,237,28 48,00% 24 90,148,28 2014 205/19/ 2015 80 IDR 0 0 0 133/15 01/12/ 00010/ 27-Mei- 148,489, 60,911,00 48,158,88 48,00% 24 148,489,8 2014 205/19/ 2015 880-0 0 80 133/15 IDR Sumber : seksi PENAGIHAN KPP Pratama Medan Timur SKPKB nomor 00013/203/11/133/15 Tanggal terbit 20-Mei-2015 dengan jumlah kurang bayar 1,425,660, jumlah sanksi administrasi Pasal 13(2) yang harus dibayar = 2% x 24 x 1,425,660 = Rp. 684,316 SKPKB nomor 00015/203/11/133/15 Tanggal terbit 20-Mei-2015 dengan jumlah kurang bayar 1,649,660, jumlah sanksi administrasi Pasal 13(2) yang harus dibayar = 2% x 24 x 1,649,660 = Rp. 791,837

SKPKB nomor 00016/203/11/133/15 Tanggal terbit 02-Mei-2015 dengan jumlah kurang bayar 1,729,660, jumlah sanksi administrasi Pasal 13(2) yang harus dibayar = 2% x 24 x 1,729,660 = Rp. 830,237 SKPKB nomor 00017/203/11/133/15 Tanggal terbit 20-Mei-2015 dengan jumlah kurang bayar 2,617,660, jumlah sanksi administrasi Pasal 13(2) yang harus dibayar= 2% x 24 x 2,617,660= Rp. 1,256,477 SKPKB nomor 00008/205/19/133/15 Tanggal terbit 27-Mei-2015 dengan jumlah kurang bayar 60,911,000, jumlah sanksi administrasi Pasal 13(2) yang harus dibayar = 2% x 24 x 60,911,000 = Rp. 29,237,680 SKPKB nomor 00010/205/19/133/15 Tanggal terbit 27-Mei-2015 dengan jumlah kurang bayar 60,911,000, jumlah sanksi administrasi Pasal 13(2) yang harus dibayar= 2% x 24 x 60,911,000 = Rp. 29,237,280

Dari kedua tabel diatas semua SKPKB perhitungan sanksi administrasi bunga pasal 13 ayat (2) sudah sesuai dengan ketentuan bunga pasal 13 ayat (2) Undang Undang KUP.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Dari uraian pada bab bab sebelumnya, maka penulis dapat mengambil kesimpulan antara lain : 1. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar berfungsi sebagai sarana untuk melakukan koreksi atas jumlah pajak yang terutang dan dilaporkan wajib pajak dalam Surat Pemberitahuan, sebagai sarana untuk mengenakan sanksi administrasi, dan sebagai alat untuk melakukan penagihan pajak. 2. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar diterbitkan oleh Seksi Pelayanan berdasarkan Nota Perhitungan yang dibuat oleh seksi pengawasan dan konsultasi (WASKON) dan fungsional pemeriksa. 3. Pemungutan pajak harus adil secara umum dan merata berdasarkan kemampuan masing masing wajib pajak serta harus efisien dan sederhana berdasarkan undang undang. 4. Dalam peraktiknya sanksi bunga dalam Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar PPh Badan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur sudah sesuai dengan prosedur yang diterbitkan dalam Undang Undang Ketentuan Umum dan Tatacara Perpajakan. Tetapi ada baiknya andai SKPKB dihitung sejak saat terutangnya pajak atau berakhirnya masa

B. Saran pajak, bagian tahun pajak atau tahun pajak sampai dengan diterbitkannya Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar. Dari permasalahan yang terjadi dilapangan serta berdasarkan pengamatan penulis, ada beberapa masukan yang ingin penulis berikan.hal ini berkaitan dengan penerapan sanks iadministrasi Pasal 13 ayat (2) Undang Undang Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Ketentuan Umum dan Tatacara Perpajakan pada Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar PPh pasal 25/29. Saran saran dari penulis sebagai berikut : 1. Perlunya mempercepat dilakukannya penelitian dan persetujuan yang dilakukan oleh kepala seksi Pemeriksaan, Kepala Seksi Pelayanan, dan kepala kantor pelayanan pajak terhadap Nota Penghitungan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar yang tertanggal mendekati akhir bulan. 2. Peningkatan disiplin para petugas/pegawai Seksi Pelayanan supaya pengiriman Nota Penghitungan tidak terlambat. 3. Peningkatan profesionalisme pegawai dengan jalan pembinaan oleh atasan serta sosialisasi peraturan peraturan perpajakan yang baru diberlakukan.

KPDJ Kanwil DJP Sumut I Kepala Kantor Pelayanan Pajak Pratama Medan Timur Kelompok Fungsional Pemeriksa Pajak Sub Seksi Seksi Seksi Seksi Waskon Waskon Waskon Waskon Seksi Bagian Pelayanan Penagihan Pemeriksaan Pengolahan I II III IV Ekstensifikasi Umum dan Data Sumber : KPP Pratama Medan Timur Seksi Sub Bagian Umum