KEPUTUSAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. Pol. : Kep / 43 / IX / 2004 tentang

dokumen-dokumen yang mirip
KEPUTUSAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. Pol. : Kep / 42 / / tentang

KEPUTUSAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. Pol. : Kep / 44 / IX /2004. tentang

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA LAMPIRAN A PERATURAN KAPOLRI MARKAS BESAR NOMOR : TANGGAL :

KEPUTUSAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. Pol. : Kep / 44 / IX /2004. tentang

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NO. POL.: 8 TAHUN 2006 TENTANG

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I BERKAS PENYIDIKAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2003 TENTANG PERATURAN DISIPLIN ANGGOTA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LAMPIRAN PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2003 TENTANG PERATURAN DISIPLIN ANGGOTA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2003 TENTANG PERATURAN DISIPLIN ANGGOTA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2016, No perkembangan peraturan perundang-undangan sehingga perlu diganti; d. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2002 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

STANDAR OPERATION PROCEDURE (SOP) BID PROPAM POLDA BENGKULU TENTANG PENYUSUNAN LAPORAN BERKALA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2003 TENTANG PERATURAN DISIPLIN ANGGOTA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2003 TENTANG PERATURAN DISIPLIN ANGGOTA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 36/PERMEN-KP/2017 TENTANG KODE ETIK PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL PERIKANAN

2017, No ); 3. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1983 tentang Pelaksanaan Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana (Lembaran Negara Republ

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 1997 TENTANG HUKUM DISIPLIN PRAJURIT ANGKATAN BERSENJATA REPUBLIK INDONESIA

GUBERNUR BANTEN PERATURAN GUBERNUR BANTEN

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 74, 1997 (Penjelasan dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3703)

BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK INDONESIA

2015, No c. bahwa Peraturan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Nomor 24 Tahun 2013 tentang Pedoman Penjatuhan Hukuman Disiplin dan Penindakan

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 70 TAHUN 2002 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA,

LEMBARAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 42 TAHUN : 2004 SERI : E PERATURAN DAERAH KOTA CIMAHI NOMOR : 5 TAHUN 2004 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DRAFT 16 SEPT 2009 PERATURAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PENANGANAN PERKARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2007 TENTANG KOORDINASI, PENGAWASAN DAN PEMBINAAN PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NO. POL. : 7 TAHUN 2006 TENTANG KODE ETIK PROFESI KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2010 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KOTA BEKASI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMEDANG NOMOR 12 TAHUN 2006 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 5 TAHUN 2009 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL (PPNS) DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA MALANG,

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG

PERATURAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENANGANAN PERKARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NO. POL. : 17 TAHUN 2005 TENTANG

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG MANAJEMEN PENYIDIKAN OLEH PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG TATA CARA PENYADAPAN PADA PUSAT PEMANTAUAN

STANDAR PELAYANAN PENGADILAN (SPP) DALAM LINGKUNGAN PERADILAN MILITER

PERATURAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN BANTUL NOMOR 3 TAHUN 2014 T E N T A N G

STANDAR PELAYANAN PENGADILAN (SPP) DALAM LINGKUNGAN PERADILAN MILITER

PEMERINTAH KABUPATEN BANGKA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN BANGKA BARAT

SAMPUL BERKAS PERKARA Nomor: BP-../PPNS PENATAAN RUANG / /20..

2011, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 53 TAHUN 2014 TENTANG MANAJEMEN PELAKSANAAN TUGAS PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN TENTANG HUKUM ACARA PIDANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI BANYUWANGI PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 39 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG MANAJEMEN PENYIDIKAN OLEH PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL

Bagian Kedua Penyidikan

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI TASIKMALAYA PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN TASIKMALAYA NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL

2017, No Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 10, Tambahan Lembaran N

PEDOMAN TINDAKAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA PADA PENEGAKAN HUKUM DAN KETERTIBAN DALAM PERSELISIHAN HUBUNGAN INDUSTRIAL

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG TAHUN 2010 S A L I N A N

BUPATI BARITO UTARA PROVINSI KALIMANTAN TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN BARITO UTARA NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DAERAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN KEPALA LEMBAGA SANDI NEGARA NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PEMERIKSAAN PEGAWAI DI LINGKUNGAN LEMBAGA SANDI NEGARA

PEMERINTAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 5 TAHUN 2010 TENTANG

TANDA PENGENAL DI LINGKUNGAN KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

2015, No Mengingat : 1. Pasal 24B Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BEKASI

- 2 - BAB I KETENTUAN UMUM

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) TENTANG PEMERIKSAAN DAN PEMBERKASAN PELANGGARAN KODE ETIK PROFESI POLRI

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 3 Tahun : 2013

PROVINSI LAMPUNG PERATURAN DAERAH KOTA METRO NOMOR 05 TAHUN 2015 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA

SURAT USULAN PEMBENTUKAN TIM PEMERIKSA

BUPATI SUKOHARJO PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI

PEMERINTAH KABUPATEN SAMBAS PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DI LINGKUNGAN PEMERINTAH KABUPATEN SAMBAS

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA,

ALUR PERADILAN PIDANA

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. perlu dikemukakan terlebih dahulu identitas responden. : Anggota Pembinaan dan Disiplin Bid Propam Polda Lampung

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR (SOP) TENTANG PEMERIKSAAN DAN PEMBERKASAN PELANGGARAN KODE ETIK PROFESI POLRI

BATAN KEPALA BADAN TENAGA NUKLIR NASIONAL,

PEMERINTAH KABUPATEN MELAWI

PERATURAN JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA NOMOR : PER- 022 /A/JA/03/2011 TENTANG PENYELENGGARAAN PENGAWASAN KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2014 TENTANG HUKUM DISIPLIN MILITER DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PROVINSI PAPUA BUPATI MERAUKE PERATURAN DAERAH KABUPATEN MERAUKE NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA REPUBLIK INDONESIA,

LAPORAN KEJADIAN NO... Nama :... Jenis kelamin :... Pekerjaan :... Tempat Tinggal :... Kebangsaan :...

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 18 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2004 TENTANG KOMISI YUDISIAL

PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PAJAK NOMOR PER - 47/PJ/2009 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUNGAN NOMOR 1 TAHUN 2004 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DAERAH KOTA BANJAR NOMOR 18 TAHUN 2004 TENTANG PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL DENGAN RAKHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BANJAR,

PETUNJUK TEKNIS PENGAMATAN, PEMERIKSAAN BUKTIPERMULAAN, DAN PENYIDIKAN TINDAK PIDANA DI BIDANG PERPAJAKAN I. PENDAHULUAN

LAMPIRAN PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG KODE ETIK PROFESI KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA NOMOR 1 TAHUN 2006 TENTANG TATA CARA PENANGANAN PERKARA DI KPPU KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2007 TENTANG KOORDINASI, PENGAWASAN DAN PEMBINAAN PENYIDIK PEGAWAI NEGERI SIPIL

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2011 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 24 TAHUN 2003 TENTANG MAHKAMAH KONSTITUSI

MEKANISME PENYELESAIAN KASUS KEJAHATAN KEHUTANAN

PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Transkripsi:

HASIL RPT TGL, 2-9-04 KEPUTUSAN No. Pol. : Kep / 43 / IX / 2004 tentang TATA CARA PENYELESAIAN PELANGGARAN DISIPLIN ANGGOTA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Menimbang : Bahwa dalam rangka pengaturan penyelesaian perkara pelanggaran disiplin bagi anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagaimana dimuat dalam Pasal 25 Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2003 tentang Peraturan Disiplin Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia, maka dipandang perlu menetapkan keputusan. Mengingat : 1. Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2003 tentang Pemberhentian Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia. 2. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2003 tentang Peraturan Disiplin Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia. 3. Keputusan Kapolri No. Pol. : Kep/53/X/2002 tanggal 17 Oktober 2002 tentang Organisasi dan Tata Kerja Satuan-satuan Organisasi Pada Tingkat Markas Besar Kepolisian Negara Republik Indonesia dan perubahannya. 4. Keputusan Kapolri No. Pol. : Kep/54/X/2002 tanggal 17 Oktober 2002 tentang Organisasi dan Tata Kerja Satuan-satuan Organisasi Pada Tingkat Kepolisian Negara Republik Indonesia Daerah (Polda) dan perubahannya. M E M U T U S K A N Menetapkan : KEPUTUSAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TENTANG TATA CARA PENYELESAIAN PELANGGARAN DISIPLIN ANGGOTA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA. / BAB I

2 KEPUTUSAN KAPOLRI BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Keputusan Kapolri ini yang dimaksud dengan : 1. Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia yang selanjutnya disebut anggota Polri adalah Pegawai Negeri pada Kepolisian Negara Republik Indonesia. 2. Disiplin adalah ketaatan dan kepatuhan yang sungguh-sungguh terhadap Peraturan Disiplin anggota Polri. 3. Peraturan Disiplin Anggota Polri adalah serangkaian norma untuk membina, menegakkan disiplin dan memelihara tata tertib kehidupan anggota Polri. 4. Pelanggaran Peraturan Disiplin adalah ucapan, tulisan, atau perbuatan anggota Polri yang melanggar peraturan disiplin. 5. Laporan adalah pemberitahuan yang disampaikan oleh seseorang karena hak atau kewajiban berdasarkan undang-undang kepada pejabat yang berwenang tentang telah atau sedang atau diduga akan terjadinya pelanggaran disiplin. 6. Tertangkap tangan adalah tertangkapnya seorang anggota Polri pada waktu sedang melakukan pelanggaran disiplin, atau dengan segera sesudah beberapa saat pelanggaran itu dilakukan, atau sesaat kemudian diserukan oleh khalayak ramai sebagai orang yang melakukannya, atau apabila sesaat kemudian padanya ditemukan benda yang diduga keras telah dipergunakan untuk melakukan pelanggaran disiplin yang menunjukkan bahwa ia adalah pelakunya atau turut melakukan atau membantu melakukan. 7. Temuan adalah pelanggaran disiplin yang ditemukan baik langsung maupun tidak langsung oleh pejabat pengawasan fungsional maupun struktural. 8. Penyelidikan Provos Polri adalah serangkaian tindakan anggota Provos Polri untuk mencari dan menemukan suatu peristiwa yang diduga sebagai pelanggaran disiplin dan hukum, guna menentukan dapat atau tidaknya dilakukan pemeriksaan pelanggaran disiplin dan hukum. 9. Penyelesaian pelanggaran disiplin adalah proses penanganan perkara disiplin oleh Provos atau Pejabat yang berwenang atas pelanggaran disiplin yang dilakukan oleh anggota Polri, sampai memperoleh keputusan hukuman disiplin berkekuatan tetap. 10. Tindakan disiplin adalah serangkaian teguran lisan dan/atau tindakan fisik yang bersifat membina, yang dijatuhkan secara langsung kepada anggota Polri. 11. Hukuman disiplin adalah hukuman yang dijatuhkan oleh atasan yang berhak menghukum kepada anggota Polri melalui sidang disiplin. 12. Pemeriksaan pelanggaran disiplin adalah proses kegiatan yang dimulai dari pemeriksaan oleh Provos Polri atau Pejabat yang ditunjuk sampai dengan pemeriksaan di depan sidang disiplin. / 13. Atasan..

3 KEPUTUSAN KAPOLRI 13. Atasan adalah setiap anggota Polri yang karena pangkat dan/atau jabatannya berkedudukan lebih tinggi dari pada anggota Polri yang lain. 14. Atasan Langsung adalah anggota Polri yang karena jabatannya mempunyai wewenang langsung terhadap bawahan yang dipimpinnya. 15. Atasan tidak langsung adalah setiap anggota Polri yang tidak mempunyai wewenang langsung terhadap bawahan. 16. Bawahan adalah setiap anggota Polri yang pangkat dan/atau jabatannya lebih rendah dari Atasan. 17. Atasan Yang Berhak Menghukum yang selanjutnya disebut Ankum adalah Atasan yang karena jabatannya diberi wewenang menjatuhkan hukuman disiplin kepada bawahan yang dipimpinnya. 18. Atasan Ankum adalah Atasan langsung dari Ankum. 19. Provos adalah satuan fungsi pada Polri yang bertugas membantu pimpinan untuk membina dan menegakkan disiplin serta memelihara tata tertib kehidupan anggota Polri. 20. Pemeriksa adalah anggota Provos Polri atau pejabat yang diberi wewenang berdasarkan surat perintah dari Ankum atau Atasan Ankum untuk melakukan pemeriksaan. 21. Terperiksa adalah anggota Polri yang diduga melakukan pelanggaran disiplin dan diperiksa pada tingkat pemeriksaan pendahuluan sampai dengan tingkat sidang disiplin. 22. Saksi adalah setiap orang yang dapat memberikan keterangan dalam tingkat pemeriksaan Provos atau pada pemeriksaan sidang disiplin guna pembuktian atas terjadinya pelanggaran disiplin, kecuali orang yang dalam keadaan sakit ingatan dengan dikuatkan keterangan dokter. 23. Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia yang selanjutnya disebut Kapolri adalah Pimpinan Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai penanggung jawab tertinggi dalam pembinaan, pengawasan dan pengendalian disiplin di lingkungan Polri. Pasal 2 Penyelesaian pelanggaran disiplin bertujuan untuk terwujudnya integritas disiplin, dan tercapainya kepastian hukum dalam rangka pemeliharaan disiplin dan penegakan hukum disiplin di lingkungan Polri. Pasal 3 (1) Penyelesaian pelanggaran disiplin bersifat tetap dan melekat pada Ankum. (2) Ankum berwenang memerintahkan Provos dan/atau Pejabat yang ditunjuk untuk melakukan pemeriksaan pelanggaran disiplin oleh anggota Polri. / BAB II..

4 KEPUTUSAN KAPOLRI BAB II DASAR DAN BENTUK PENYELESAIAN PERKARA Bagian Kesatu Dasar Pasal 4 Pemeriksaan perkara pelanggaran disiplin didasarkan atas: a. Laporan; b. Tertangkap tangan; c. Temuan oleh petugas. Pasal 5 (1) Laporan sebagaimana dimaksud pada Pasal 4 huruf a, disampaikan oleh setiap orang baik lisan maupun tertulis kepada petugas yang berwenang atas adanya pelanggaran disiplin. (2) Laporan yang disampaikan dituangkan dalam bentuk laporan Polisi yang dibuat oleh Provos. Pasal 6 (1) Tertangkap tangan sebagaimana dimaksud pada Pasal 4 huruf b, dapat langsung diperiksa oleh Provos. (2) Penindakan dan pemeriksaan terhadap pelaku yang tertangkap tangan, dapat dilakukan tanpa surat perintah. Pasal 7 (1) Temuan sebagaimana dimaksud pada Pasal 4 huruf c, merupakan pelanggaran yang ditemukan oleh pejabat pengawasan fungsional maupun struktural. (2) Hasil temuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) selanjutnya diserahkan kepada Provos melalui Ankum untuk proses penyelesaiannya. Bagian Kedua Bentuk Penyelesaian Pasal 8 Bentuk penyelesaian pelanggaran disiplin adalah pemberian sanksi disiplin berupa: a. Tindakan disiplin. b. Hukuman disiplin. Pasal 9 (1) Tindakan disiplin diberikan kepada anggota Polri yang melakukan pelanggaran disiplin yang sedemikian ringan sifatnya, penjatuhan sanksi langsung dilaksanakan oleh Atasan tanpa melalui sidang disiplin. / (2) Apabila.

5 KEPUTUSAN KAPOLRI (2) Apabila petugas sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) kepangkatannya lebih rendah dari anggota Polri yang melakukan pelanggaran disiplin, maka petugas menyerahkan pelanggaran tersebut kepada Ankum pelanggar untuk dijatuhi sanksi tindakan disiplin. Pasal 10 Pelanggaran disiplin yang digolongkan sebagai pelanggaran yang sedemikian ringan sifatnya adalah: a. Tidak membawa surat kelengkapan data diri. b. Pelanggaran perilaku. c. Pelanggaran ketertiban penggunaan seragam Polisi, atribut dan kelengkapannya. d. Pelanggaran sikap tampang/performance. e. Pelanggaran atas kelengkapan Ranmor. f. Pelanggaran atas penggunaan inventaris dinas. g. Lupa membawa surat izin senjata api inventaris dinas yang dipinjam pakaikan. h. Ke luar kantor pada jam dinas tanpa izin pimpinan/atasan. Pasal 11 (1) Sanksi tindakan disiplin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (1) berupa : a. teguran lisan. b. tindakan fisik. (2) Sanksi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) bersifat pembinaan dan tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan. (3) Tindakan disiplin dalam ayat (1) tidak menghapus kewenangan Ankum untuk menjatuhkan hukuman disiplin. (4) Sebagai bukti adanya pelanggaran disiplin yang dilakukan oleh anggota, maka petugas/atasan mengirimkan bukti pelanggaran (tilang) atau adanya pemberitahuan dari atasan yang melakukan pelanggaran anggota dimaksud kepada Ankum. (5) Tindakan disiplin sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dapat dijatuhkan secara kumulatif. Pasal 12 (1) Pejabat yang berwenang menjatuhkan tindakan disiplin adalah : a. Atasan langsung. b. Atasan tidak langsung. c. Anggota Provos sesuai lingkup tugas dan kewenangannya. (2) Tindakan disiplin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1) dicatat dalam buku data personel perseorangan dan dilaporkan kepada Ankum serta Pejabat Personel dan Provos secara berjenjang. / Pasal..

6 KEPUTUSAN KAPOLRI Pasal 13 Hukuman disiplin dijatuhkan oleh Ankum dan/atau Atasan Ankum kepada anggota Polri yang melanggar disiplin melalui sidang disiplin. Pasal 14 Hukuman disiplin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 berupa: a. Teguran tertulis; b. Penundaan mengikuti pendidikan paling lama 1 (satu) tahun; c. Penundaan kenaikan gaji berkala; d. Penundaan kenaikan pangkat untuk paling lama 1 (satu) tahun; e. Mutasi yang bersifat demosi; f. Pembebasan dari jabatan; g. Penempatan dalam tempat khusus paling lama 21 (dua puluh satu) hari. Pasal 15 (1) Ankum penuh dan Atasan Ankum berwenang menjatuhkan hukuman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14. (2) Ankum terbatas berwenang menjatuhkan hukuman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 huruf a dan b. (3) Ankum sangat terbatas berwenang menjatuhkan hukuman sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 huruf a. (4) Ankum tersebut sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dan (3) dapat melaksanakan sidang disiplin atas perintah Ankum penuh. Pasal 16 Hukuman disiplin sebagaimana dimaksud pada Pasal 14 dapat dijatuhkan secara kumulatif (berganda) maupun alternatif (pilihan). BAB III PELAKSANAAN Pasal 17 Penyelesaian perkara pelanggaran disiplin dilaksanakan melalui tahapan: a. Penerimaan laporan. b. Pemeriksaan. c. Pemeriksaan dalam sidang disiplin. d. Penjatuhan hukuman. e. Pelaksanaan hukuman. f. Pencatatan dalam Data Personel Perseorangan. / Bagian..

7 KEPUTUSAN KAPOLRI Bagian Kesatu Penerimaan Laporan Pasal 18 (1) Setiap adanya laporan pelanggaran disiplin anggota Polri, dituangkan dalam laporan polisi. (2) Laporan polisi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditindaklanjuti oleh Provos dengan menerbitkan Surat Perintah Pemeriksaan. (3) Berdasarkan Surat Perintah Pemeriksaan dilakukan pemanggilan terhadap Saksisaksi dan pelanggar guna pemeriksaan. (4) Terhadap adanya laporan yang belum jelas, perlu dilakukan penyelidikan. Pasal 19 (1) Pemanggilan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (3) dilaksanakan oleh Provos atau pejabat yang ditunjuk oleh Ankum atau Atasan Ankum. (2) Petugas yang menyampaikan surat panggilan adalah setiap anggota Polri. (3) Dalam hal seseorang yang dipanggil tidak berada di tempat, surat panggilan tersebut dapat diterimakan kepada keluarganya atau Ketua RT atau Ketua RW atau Ketua lingkungan atau Kepala Desa atau orang lain yang dapat dijamin bahwa surat panggilan tersebut akan disampaikan kepada yang bersangkutan. (4) Terhadap Terperiksa yang tidak memenuhi panggilan tanpa alasan yang sah atau menolak untuk menerima dan menandatangani surat panggilan serta tidak memenuhi panggilan untuk ketiga kalinya, maka petugas dapat membawa disertai dengan surat perintah. (5) Terperiksa yang tidak dapat memenuhi panggilan karena alasan sakit yang dibuktikan dengan surat keterangan dokter dan karena dinas yang dapat dipertanggungjawabkan oleh atasannya, Provos dapat melakukan pemeriksaan di tempat. Pasal 20 (1) Penyelidikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (4) dilakukan oleh anggota Provos Polri atau petugas yang ditunjuk oleh Ankum. (2) Penyelidikan terhadap pelanggaran disiplin dilakukan untuk menentukan benar tidaknya terjadi pelanggaran disiplin dan untuk mengumpulkan bukti permulaan yang cukup, guna pemeriksaan lebih lanjut. Bagian Kedua Pemeriksaan Pasal 21 Pemeriksaan terhadap anggota Polri yang melakukan pelanggaran disiplin dilakukan dengan memperhatikan kepangkatan sebagai berikut: / a. Tantama.

8 KEPUTUSAN KAPOLRI a. Tamtama dan Bintara diperiksa oleh anggota Polri serendah-rendahnya berpangkat Bintara. b. Perwira Pertama diperiksa oleh anggota Polri serendah-rendahnya berpangkat Bintara. c. Perwira menengah diperiksa oleh anggota Polri serendah-rendahnya berpangkat Perwira Pertama. d. Perwira Tinggi diperiksa oleh anggota Polri serendah-rendahnya berpangkat Perwira menengah. Pasal 22 Pemeriksaan pelanggaran disiplin merupakan tindak lanjut dari adanya penerimaan laporan, tertangkap tangan, dan temuan oleh petugas dalam bentuk kegiatan berupa: a. Pemanggilan Terperiksa dan Saksi. b. Pembuatan berita acara pemeriksaan. c. Pemeriksaan Saksi Ahli. Pasal 23 (1) Pemeriksaan pelanggaran disiplin yang dilakukan oleh beberapa anggota yang menyangkut 2 (dua) daerah kewilayahan atau lebih, dapat dilakukan oleh Provos kesatuan yang lebih tinggi (Polwil/Polda/Mabes Polri). (2) Pelanggaran disiplin yang dilakukan oleh anggota Polri pada tingkat kewilayahan yang tidak segera ditindaklanjuti oleh kesatuan anggota pelanggar yang dapat menimbulkan keresahan masyarakat, maka pemeriksaannya ditangani oleh Provos dari kesatuan yang lebih tinggi. (3) Pemeriksaan oleh Provos sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) dilaksanakan berdasarkan perintah Atasan Ankum. (4) Hasil pemeriksaan pelanggaran disiplin sebagaimana dimaksud ayat (3) dibuat dalam satu berkas perkara dan diserahkan kepada Ankum guna diselesaikan perkaranya melalui sidang disiplin. Pasal 24 (1) Terhadap pelanggar disiplin tertentu yang sifatnya memberatkan, Provos dapat melakukan pengamanan dalam rangka keselamatan pelanggar atau orang lain dan pencegahan melakukan perbuatan yang dilarang serta kepentingan penyelesaian pemeriksaan. (2) Hal-hal yang memberatkan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) apabila pelanggaran dilakukan : a. negara/wilayah tempat bertugas dalam keadaan darurat; b. dalam penugasan operasi khusus kepolisian, atau; c. dalam kondisi siaga I; (3) Tempat pengamanan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilaksanakan di tempat yang ditentukan oleh Ankum. / (4) Pengamanan..

9 KEPUTUSAN KAPOLRI (4) Pengamanan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dilakukan selama-lamanya 1 x 24 jam yang selanjutnya diserahkan kembali pada Ankum. Pasal 25 Guna memperkuat pembuktian, pemeriksa dapat melakukan pengambilan dan/atau penerimaan barang bukti pelanggaran disiplin. Pasal 26 (1) Hasil pemeriksaan terhadap Saksi, Terperiksa, Saksi Ahli, dan administrasi yang berkaitan dengan pelanggaran disiplin disusun menjadi satu berkas pemeriksaan yang berbentuk berkas perkara pelanggaran disiplin. (2) Berkas perkara pelanggaran disiplin sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) terdiri dari : a. Sampul berkas perkara pelanggaran disiplin; b. Resume; c. Laporan polisi; d. Surat perintah pemeriksaan; e. Surat panggilan; f. Berita acara pemeriksaan terperiksa, saksi dan saksi ahli; g. Daftar barang bukti; h. Berita acara penyerahan dan penerimaan barang bukti; Pasal 27 (1) Berkas perkara pelanggaran disiplin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 dilimpahkan oleh Provos kepada Ankum. (2) Berkas perkara pelanggaran disiplin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 apabila pemeriksaannya dilakukan oleh pejabat yang ditunjuk sebagaimana dimaksud pada Pasal 21 diserahkan kepada Provos untuk kemudian dilimpahkan kepada Ankum. Pasal 28 (1) Ankum setelah menerima berkas perkara pelanggaran disiplin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 27 meminta pendapat hukum dari satuan fungsi pembinaan hukum. (2) Pendapat hukum sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) selambat-lambatnya 7 hari telah diserahkan kepada Ankum. Bagian Ketiga Sidang Disiplin Pasal 29 (1) Penentuan penyelesaian pelanggaran disiplin melalui sidang disiplin merupakan kewenangan Ankum. / (2) Selambat-lambatnya..

10 KEPUTUSAN KAPOLRI (2) Selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari setelah menerima berkas perkara pelanggaran dari Provos, Ankum harus menyelenggarakan sidang disiplin. (3) Untuk menyelenggarakan sidang disiplin sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) Ankum menetapkan perangkat sidang dan waktu pelaksanaan sidang. Pasal 30 (1) Susunan keanggotaan dan perangkat sidang serta tata cara sidang disiplin dilaksanakan berdasarkan Keputusan Kapolri tentang Sidang Disiplin Bagi Anggota Polri. (2) Pelaksanaan hal-hal sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) berdasarkan Surat Perintah Ankum. Bagian Keempat Penjatuhan Hukuman Pasal 31 (1) Penjatuhan hukuman disiplin diputuskan dalam sidang disiplin. (2) Setelah mendengarkan dan/atau memperhatikan keterangan Saksi, Terperiksa, Saksi Ahli, Pendamping Terperiksa serta barang bukti, Ankum menjatuhkan putusan hukuman disiplin. (3) Putusan hukuman yang dijatuhkan oleh Ankum tidak menghapus tuntutan pidana atas pelanggaran pidana yang dilakukan oleh Terhukum. Bagian Kelima Pelaksanaan Hukuman Pasal 32 Tata cara pelaksanaan hukuman disiplin dilakukan sebagai berikut: a. Hukuman disiplin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 huruf a, dicantumkan dalam surat keputusan hukuman disiplin, yang aslinya diberikan kepada terhukum, dan tembusannya diberikan kepada Pejabat Personel, Provos dan Atasan Ankum. b. Hukuman disiplin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 huruf b, c, dan d, dicantumkan dalam surat keputusan hukuman disiplin dengan menyebutkan waktu penundaan yang jelas dan tidak melebihi masa 1 (satu) tahun, yang aslinya diberikan kepada Terhukum, dan tembusannya diberikan kepada Pejabat Personel, Provos dan Atasan Ankum. c. Putusan sidang disiplin sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, harus sudah ditindaklanjuti dengan surat keputusan oleh pejabat yang berwenang selambat-lambatnya dalam waktu 30 (tiga puluh) hari, yang tembusan surat keputusannya disampaikan kepada Ankum. / d. Hukuman..

11 KEPUTUSAN KAPOLRI d. Hukuman disiplin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 huruf e dan f, dicantumkan dalam surat keputusan hukuman disiplin yang aslinya diberikan kepada Terhukum, dan tembusannya diberikan kepada Pejabat Personel, Provos dan Atasan Ankum. e. Putusan sidang disiplin sebagaimana dimaksud dalam huruf d, harus sudah ditindaklanjuti dengan surat keputusan oleh pejabat yang berwenang selambatlambatnya dalam waktu 30 (tiga puluh) hari, yang tembusan surat keputusannya disampaikan kepada Ankum. f. Hukuman disiplin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 huruf g dicantumkan dalam surat keputusan hukuman disiplin yang aslinya diberikan kepada Terhukum, dan tembusannya diberikan kepada Pejabat Personel, Provos dan Atasan Ankum g. Putusan sidang disiplin sebagaimana dimaksud dalam huruf f, pelaksanaannya diserahkan kepada Provos. Pasal 33 Berakhirnya masa hukuman disiplin yang dilaksanakan Terhukum sesuai masa hukuman yang tercantum dalam surat keputusan hukuman disiplin. Pasal 34 Selambat-lambatnya 30 (tiga puluh) hari setelah berakhirnya masa hukuman, untuk hukuman disiplin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 huruf c, d, e, dan f, anggota Polri yang telah selesai menjalani hukuman tersebut harus dikembalikan pada keadaan semula. Pasal 35 (1) Pelaksanaan pengawasan terhadap anggota Polri semasa menjalani hukuman disiplin dan selesai menjalani hukuman disiplin untuk jangka waktu 6 (enam) bulan dilakukan oleh Ankum yang pelaksanaan sehari-hari ditugaskan kepada Provos guna memberikan rekomendasi penilaian dalam rangka pembinaan karier selanjutnya. (2) Rekomendasi penilaian sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diberikan dalam bentuk surat rekomendasi penilaian dari Provos. Bagian Keenam Pencatatan Data Personel Perseorangan Pasal 36 (1) Setiap penjatuhan tindakan disiplin maupun hukuman disiplin dilakukan pencatatan dalam buku Pencatatan Data Personel Perseorangan, yang selanjutnya dijadikan masukan bagi pengisian Riwayat Hidup Personel Perseorangan (RHPP). / (2) Pencatatan..

12 KEPUTUSAN KAPOLRI (2) Pencatatan penjatuhan hukuman sebagaimana dimaksud ayat (1) dilaksanakan oleh fungsi Personel, Provos, Paminal dan Ankum pelanggar. (3) Buku Pencatatan Data Personel Perseorangan berisi : a. Identitas Pelanggar; b. Waktu dan tempat pelanggaran; c. Jenis pelanggaran; d. Jenis hukuman; e. Nomor putusan hukuman; f. Batas waktu pelaksanaan hukuman. (4) Mengenai mekanisme penyelesaian perkara pelanggaran disiplin, format suratsurat dan hal-hal yang berkaitan dengan penyelesaian perkara disiplin sesuai dengan lampiran A sampai dengan R Keputusan ini. BAB IV KETENTUAN PERALIHAN Pasal 37 Dengan ditetapkannya Keputusan ini, maka segala ketentuan yang bertentangan dengan isi Keputusan ini dinyatakan tidak berlaku lagi. BAB V PENUTUP Pasal 38 Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. a. Kadivbinkum Polri : b. Ketua Sub Pokja : 3. Wakapolri : Kepada Yth : Distribusi A, B, C dan D Mabes Polri. PARAF PARAF PARA PEJABAT : a. Kadivbinkum Polri : b. Ketua Sub Pokja : 2. Kasetum Polri : 3. Wakapolri :... 4. Irwasum Polri :.. 5. Kabareskrim Polri :. 6. Kababinkam Polri :. 7. Kabaintelkam Polri :.. 8. Derenbang Kapolri :.. 9. De SDM Kapolri :.. 10. Delog Kapolri :.. 11. Kadivhumas Polri :. 12. Kadivpropam Polri :.. 13. Kadivtelematika Polri :.. 14. Kalemdiklat Polri :.. 15. Kakorbrimob Polri :.. 16. Koorsahli Kapolri :.. 17. Ses NCB Interpol :..

13 KEPUTUSAN KAPOLRI UMUM 1. Komjen Pol. Drs. Suyitno LS, S.H., MSi (Kabareskrim Polri) a. Dalam hal pelanggaran disiplin berkaitan dengan tindak pidana dan memerlukan kompetensi penyidik, maka surat perintah ditandatangani/dikeluarkan oleh Bareskrim atau Pejabat dibawahnya sesuai cakupan tugasnya, sehingga anggota provos dapat melakukan kewenangan penyidikan sesuai HAP/UU No. 8/1981. (Berkaitan dengan Lampiran E). b. Pencatatan Data Personel agar digunakan sebagai data masukan pembinaan karier yang bersangkutan, sehingga surat-surat berkaitan pelanggaran disiplin unit-unit kerja terkait harus diberikantembusan surat untuk kepentingan monitor perkembangan Data Personel itu. c. Manfaatkan jaringan informasi personel melalui infolahta Telematika (on line) untuk percepatan pencatatan Data Personel. d. Perlu dijelaskan apabila tindakan disiplin yang sudah diberikan oleh Ankum menjadi bagian dari hukuman disiplin sehingga tumpah tindih atau duplikasi hukuman dapat dihindarkan. e. Perlu ada tambahan pasal secara limitative, manakala terperiksa merasa keberatan, kemudian mengajukan keberatan melalui tuntutan/gugatan perdata, pidana maupun TUN. f. Perlu penyelarasan kembali dengan keputusan-keputusan Kapolri sebelumnya (Pengertian, perbedaan pemahaman pasal demi pasal, khususnya yang dapat menimbulkan salah penafsiran yang keliru atau dimanfaatkan terperiksa/yang keberatan). g. Lampiran H tentang Resume, sebelum Kesimpulan ada Pembahasan. h. Lampiran N, judul seharusnya Pengamanan Pelanggar Disiplin bukan Pelanggaran. 2. Brigjen Pol. Edhi Susilo (Wakadivtelematika) a. Tiap hal yang memerlukan atensi, perlu diketik huruf tebal agar lebih jelas. b. Lampran C dalam poin Menerangkan bahwa : agar dipenuhi unsur 7 Kah.

LAMPIRAN A KEPUTUSAN KAPOLRI MEKANISME PENYELESAIAN PERKARA DISIPLIN ANGGOTA POLRI PIMPINAN SARAN HK BINKUM GAR PLIN LAP ADUAN PROVOS PROSE S RIKSA ANKUM ATASAN SID PLIN SID KKE PUT SKHD PUT -ADM - PTDH P R O V LAK- KUM BBS TER HK WAS LAK 6 BL R E K PAMAPTA YANDUAN YANMAS

LAMPIRAN B KEPUTUSAN KAPOLRI KOPSTUK Jakarta, 2004 No.Pol. :. /. / Klasifikasi : Lampiran :. Perihal : Mohon bantuan pemeriksaan Kepada Yth.. di 1. Dasar : a. Pasal 27 ayat (1) UU Nomor 2 Tahun 2002, untuk pembinaan persatuan dan kesatuan serta meningkatkan semangat kerja dan mental disiplin anggota Polri. b. PP Nomor 2 Tahun 2003 tentang Peraturan Disiplin bagi Anggota Polri. c. Laporan Polisi No. Pol. : LP/ / /2004/. An. Pelapor d. Surat pengaduan atas nama.. tanggal 2. Bersama ini dihadapkan : a. Nama :. b. Pangkat/Nrp. : c. Jabatan : Yang diduga telah melakukan pelanggaran disiplin sebagaimana yang diatur dan diancam menurut Pasal. 3. Atas dugaan terjadinya pelanggaran disiplin, mohon agar Terperiksa tersebut di atas, diperiksa bersama Saksi yang diperlukan. 4. Hasil pemeriksaan agar dikirimkan kepada kami disertai dengan saran tindak. Kepada Yth 1. Terperiksa Tembusan : 1... 2... 3. 4. Dst. Jakarta, 2004 Selaku ANKUM/ATASAN ANKUM. a. Kadivbinkum Polri : Vide Draft b. Ketua Sub Pokja : Vide Draft 3. Wakapolri :.

LAMPIRAN C KEPUTUSAN KAPOLRI KOPSTUK LAPORAN POLISI No. Pol. : LP / / / 2004 ----------- Pada Hari ini tanggal tahun pukul.. di.. telah datang melapor / mengadu ----------. ---------------------------------------------- Nama Jelas -------------------------------------------- Pangkat/Nrp.. Jabatan/pekerjaan.. Tempat/tanggal lahir.. Agama Alamat. Menerangkan bahwa :.. --------- Setelah itu pelapor/ pengadu membubuhkan tanda tangan di bawah ini Tanda tangan pelapor/ pengadu ( ) ---------- Demikian Laporan Polisi ini dibuat dengan sebenarnya, dengan mengingat sumpah dan jabatan ------ ----------- Kemudian Laporan Polisi ini ditandatangani pada tanggal dan tempat tersebut di atas ------------------- M e n g e t a h u i Yang menerima laporan (---------------------) (-----------------) 1. a. Kadivbinkum Polri : Vide Draft b. Ketua Sub Pokja : Vide Draft 3. Wakapolri :.

LAMPIRAN D KEPUTUSAN KAPOLRI KOPSTUK SURAT TANDA PENERIMAAN LAPORAN No. Pol. : K/ / /2004 Yang bertanda tangan di bawah ini menerangkan, bahwa pada hari ini tanggal. Pukul telah datang ke... Seorang laki-laki/perempuan Warga Negara Indonesia/Warga Negara Asing : Nama :... Pangkat / NRP :... Kesatuan :... Tempat /Tanggal Lahir :... Agama :... Kebangsaan :... Alamat :... Telah melaporkan tentang terjadinya peristiwa/perkara. yang terjadi di.... pada tanggal... Kerugian atas nama yang dilakukan oleh sesuai dengan Laporan Polisi No.Pol.:.. tanggal.. Tanda Tangan Pelapor Jakarta, 2004 Yang Menerima Laporan (. ) a. Kadivbinkum Polri : Vide Draft b. Ketua Sub Pokja : Vide Draft 3. Wakapolri :.

LAMPIRAN F KEPUTUSAN KAPOLRI KOPSTUK SURAT - PANGGILAN No. Pol. : SPG/ / /2004 Pertimbangan : Bahwa untuk kepentingan pemeriksaan dalam rangka pemeriksaan pelanggaran disiplin, perlu memanggil seseorang untuk didengar keterangannya D a s a r : 1. UU No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia. 2. PP No. 2 Tahun 2003 tentang Peraturan Disiplin bagi Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia. 3. Laporan Polisi No. Pol.: LP/ / /2004/. An. Pelapor 4.. M E M A N G G I L Nama Umur /Jenis kelamin Agama Pekerjaan Kewarganegaraan Alamat :.. :.. :.. :. :. :. Untuk : Menghadap kepada di Kantor.. pada hari tanggal.. pukul.. di.. untuk didengar keterangannya sebagai.. dalam perkara pelanggaran disiplin yang diduga dilakukan oleh (Nama,PKT/NRP, jabatan, Kesatuan) melanggar Pasal PP No. 2 Tahun 2003. ( ) Pada hari ini tanggal 1 (satu) lembar dari Surat Panggilan ini telah diketahui oleh.. a. Kadivbinkum Polri : Vide Draft b. Ketua Sub Pokja : Vide Draft 3. Wakapolri :.

LAMPIRAN G KEPUTUSAN KAPOLRI KOPSTUK DAFTAR PEMERIKSAAN PERKARA PELANGGARAN DISIPLIN No.Pol.: / / / / 2004 Terperiksa : Nama :... Pangkat / NRP :... Kesatuan :... Tempat Tanggal Lahir :... Agama :... Kebangsaan :... Alamat :... Melanggar : Pasal.. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2003 Yo Tentang Peraturan Disiplin Anggota Polri. Barang Bukti :........... Saksi :........ Jakarta, 2004 a. Kadivbinkum Polri : Vide Draft b. Ketua Sub Pokja : Vide Draft 3. Wakapolri :.

LAMPIRAN H KEPUTUSAN KAPOLRI KOPSTUK RESUME I. DASAR 1. Laporan Polisi No. Pol.: LP/ / /2004/Pusprov tanggal.. 2.. 3.. II. III. PERKARA Pelanggaran Disiplin FAKTA-FAKTA 1. Pemanggilan : 2. Keterangan Saksi : 3. Keterangan Terperiksa : 4. Barang Bukti : IV. PEMBAHASAN V. KESIMPULAN VI. PENDAPAT Berdasarkan pengakuan Terperiksa dan keterangan Saksi-saksi dalam Berita Acara Pemeriksaan serta Barang Bukti yang ada, cukup alasan Terperiksa Nama Pangkat/NRP. jabatan. Kesatuan.. alamat cukup bukti telah melakukan perbuatan yang dapat dipersalahkan melanggar Pasal PP Nomor 2 Tahun 2003 tentang Peraturan Disiplin Anggota Polri. VII. PENUTUP Demikian Resume ini dibuat dengan sebenar-benarnya mengingat Sumpah dan Jabatan sekarang ini, kemudian ditutup dan ditandatangani di pada hari, tanggal di bawah ini. Jakarta, 2004 Pemeriksa a. Kadivbinkum Polri : Vide Draft b. Ketua Sub Pokja : Vide Draft 3. Wakapolri :.

LAMPIRAN I KEPUTUSAN KAPOLRI KOPSTUK DAFTAR TERPERIKSA NO NAMA/PANGKAT/NRP PEKERJAAN KESATUAN ALAMAT 1 2 3 4 5 JAKARTA, 2004 PEMERIKSA.. a. Kadivbinkum Polri : Vide Draft b. Ketua Sub Pokja : Vide Draft 3. Wakapolri :

LAMPIRAN J KEPUTUSAN KAPOLRI KOPSTUK DAFTAR SAKSI NO NAMA BANYAKNYA KETERANGAN 1 2 3 4 JAKARTA, 2004 PEMERIKSA.. a. Kadivbinkum Polri : Vide Draft b. Ketua Sub Pokja : Vide Draft 3. Wakapolri :.

LAMPIRAN K KEPUTUSAN KAPOLRI KOPSTUK SURAT PENERIMAAN BARANG BUKTI Terhadap PELANGGARAN DISIPLIN Menimbang : 1. Setelah membaca. 2. Hasil pemeriksaan terhadap. Dasar : 1. UU No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia. 2.. 3. PP No. 2 Tahun 2003 tentang Peraturan Disiplin Anggota Polri. Kepada :.. D I P E R I N T A H K A N Untuk : Menerima penyerahan barang bukti dari Terperiksa/ Saksi : Nama :. Pangkat/ NRP. :. Jabatan :. Kesatuan :. Tempat tinggal :. Barang bukti berupa : 1... 2... Yang diduga merupakan Barang Bukti yang terkait dengan perkara pelanggaran disiplin dimaksud. Demikian penerimaan Barang Bukti yang terkait dengan perkara pelanggaran disiplin dimaksud. Tercatat dalam register barang bukti Nomor :. Tanggal :. Dikeluarkan di Pada tanggal :. :. KA ( ) Surat Perintah ini satu lembar disampaikan kepada yang bersangkutan dan mengakui barang tersebut di atas telah disita oleh yang berwajib. Yang menyerahkan ( ) a. Kadivbinkum Polri : Vide Draft b. Ketua Sub Pokja : Vide Draft 3. Wakapolri :.

LAMPIRAN L KEPUTUSAN KAPOLRI KOPSTUK DAFTAR BARANG BUKTI NO JENIS BARANG BUKTI BANYAKNYA KETERANGAN 1 2 3 4 JAKARTA, 2004 PEMERIKSA.. a. Kadivbinkum Polri : Vide Draft b. Ketua Sub Pokja : Vide Draft 3. Wakapolri :.

LAMPIRAN M KEPUTUSAN KAPOLRI KOPSTUK REKOMENDASI PENILAIAN STATUS ANGGOTA POLRI No.Pol.: Rek/ / / 2004 KEPALA PUSAT PROVOS DIVISI PROVESI DAN PENGAMANAN POLRI 1. Bahwa menganggap perlu untuk memberikan rekomendasi setelah selesai menjalani hukuman disiplin, sehingga Terhukum perlu mendapatkan penilaian status dalam pembinaan karier selanjutnya sebagai Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia. 2. Dasar : a. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2003 tentang Peraturan Disiplin anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia. b. Keputusan Kapolri No.Pol.: Kep /. / /.., tanggal. Tentang Atasan yang berhak menjatuhkan hukuman di lingkungan Polri. c. Surat Keputusan Hukuman Disiplin No. Pol. : Kep/./../ tanggal. tentang Hukuman Disiplin dan masa waktu Hukuman Disiplin yang diberikan telah berakhir pada hari tanggal bulan Tahun. d. Hasil pemantauan selama 6 (enam) bulan terhadap Pati, Pamen, Pama, Bintara dan Tantama tersebut di atas, setelah menjalani hukuman dari tanggal.. bulan. s/d. Tanggal. Bulan. Tahun., telah menunjukkan sikap, mental, perilaku, dedikasi dan loyalitas yang cukup tinggi dalam tugas, serta tidak ditemukan adanya pelanggaran disiplin dan/atau pelanggaran lainnya. Memberikan Rekomendasi 1. Kepada PATI, PAMEN, PAMA, BINTARA dan TAMTAMA, Nama :., Pangkat: NRP.:, Kesatuan:.. untuk melanjutkan dan mengembangkan karier selaku angota Kepolisian Negara Republik Indonesia. 2. Mengembalikan hak-haknya sebagai Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia. 3. Terhadap yang bersangkutan tidak keberatan untuk diusulkan kenaikan pangkat, ikut pendidikan atau diberikan jabatan.. Yang melaksanakan hukuman (.. ) Tembusan: 1. Kapolri 2. Dst. Ditetapkan di : Pada Tanggal : KEPALA PUSAT PROVOS POLRI NAMA PANGKAT / NRP a. Kadivbinkum Polri : Vide Draft b. Ketua Sub Pokja : Vide Draft Ditetapkan di: Jakarta 3. Wakapolri :.

LAMPIRAN N KEPUTUSAN KAPOLRI KOPSTUK SURAT PERINTAH No. Pol. : Sprin/ / /2004 Pertimbangan : Bahwa demi keamanan dan keselamatan diri pelaku pelanggaran disiplin dan atau orang lain dari perbuatan Terperiksa serta adanya cukup bukti dan petunjuk atas perbuatan yang dilakukan serta untuk kepentingan pemeriksaan. Dasar : 1. UU No. 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia 2. Pasal 9 huruf q dan Pasal 10 PP No. 2 Tahun 2003 tentang Peraturan Disiplin bagi Anggota Polri. 3. Laporan Polisi No. Pol.: LP/ / /Pusprov tanggal. D I P E R I N T A H K A N Kepada : Untuk : 1. Mengamankan Terperiksa : Nama :.. Pangkat/ NRP. :.. Jabatan :.. Kesatuan :.. Yang diduga melakukan pelanggaran disiplin sebagaimana diatur dan diancam menurut Pasal 2. Segera memeriksa dan melaporkan hasilnya kepada Ankum. 3. Pengamanan dilaksanakan di selama hari terhitung mulai tanggal.. s/d tanggal 4. Setelah selesai dilakukan pemeriksaan Terperiksa agar dihadapkan kembali kepada Ankum Kesatuannya. Selesai. Dikeluarkan di : Pada tanggal : KA Selaku ANKUM Tembusan : 1... a. Kadivbinkum Polri : Vide Draft b. Ketua Sub Pokja : Vide Draft ( ) 3. Wakapolri :.

LAMPIRAN O KEPUTUSAN KAPOLRI KOPSTUK SURAT PERINTAH No. Pol. : Sprin/ / /2004 Pertimbangan : Bahwa untuk kepentingan pelaksanaan Putusan Hukuman Disiplin No.Pol.: Skep/ / /2004, tentang Penjatuhan Hukuman Disiplin. Dasar : 1. Pasal 9 huruf q dan Pasal 14 ayat (2) PP Nomor 2 Tahun 2003 tentang Peraturan Disiplin Anggota Polri. 2.... Memperhatikan : 1. Surat Keputusan Ankum No.Pol.: Skep/ / / 2004, tanggal. bulan Tahun.. Tentang Surat Keputusan Penghukuman Disiplin (SKHD) atas Terhukum A.n. (Nama, Pangkat/NR, Jabatan, Kesatuan) Dengan Hukuman Penempatan Pada Ttempat Khusus. 2. Pernyataan tidak keberatan atas Putusan Hukuman Displin yang dijatuhkan. M E M E R I N T A H K A N Untuk :1. Melaksanakan Hukuman Disiplin pada Tempat Khusus terhadap Terhukum atas nama : Nama Pangkat/ NRP. Jabatan Kesatuan :.. :.. :.. :.. Yang diduga melakukan pelanggaran disiplin sebagaimana diatur dan diancam menurut Pasal.. 2. Terhukum ditempatkan pada tempat khusus di.. (markas, rumah kediaman, ruang tertentu/sel, kapal) sebagaimana ditempatkan oleh Ankum. / 3. Penempatan.

2 LAMPIRAN O KEPUTUSAN KAPOLRI 3. Penempatan pada tempat khusus berlaku sejak tanggal tahun 2004 sampai dengan tanggal... 2004. Selesai. Dikeluarkan di : Jakarta Pada tanggal : 2004 TERHUKUM Selaku ANKUM (..) ( ) Tembusan 1... 2... Yang Melaksanakan Sprin (..) a. Kadivbinkum Polri : Vide Draft b. Ketua Sub Pokja : Vide Draft 3. Wakapolri :.

LAMPIRAN P KEPUTUSAN KAPOLRI KOPSTUK S U R A T P E R I N T A H No. Pol. : Sprin / / / 2004 Pertimbangan : 1. Bahwa jangka waktu pelaksanaan hukuman pada tempat khusus telah berakhir, sehingga demi hukum Terhukum harus dikeluarkan dari Tempat Khusus. 2. Bahwa Terhukum telah melaksanakan hukuman pada tempat khusus sebagaimana waktu dan tempat yang telah ditetapkan. D a s a r : 1. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia. 2. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2003 tentang Peraturan Disiplin Anggota Polri M E M E R I N T A H K A N Menetapkan : 1. Melepaskan dari Tempat Khusus atas Terhukum : Nama :.. Pangkat/ NRP. :.. Jabatan :.. Kesatuan :.. Yang diduga telah melakukan pelanggaran disiplin sebagaimana diatur dan diancam dengan hukuman disiplin menurut Pasal.. Terhitung mulai tanggal (TMT).. Yang disangka melakukan pelanggaran disiplin sebagaimana diatur dalam Pasal... 2. Anggota tersebut di atas telah melaksanakan Hukuman Disiplin dengan Penempatan pada Tempat Khusus di.. (markas, rumah kediaman, ruang tertentu/sel, kapal) sebagaimana yang ditetapkan oleh Ankum) dari tanggal. sampai dengan tanggal.. /3. Yang.

2 LAMPIRAN P KEPUTUSAN KAPOLRI 3. Yang bersangkutan dibebaskan dari Penempatan pada Tempat Khusus pada tanggal.. berakhirnya pelaksanaan hukuman. 4. Melaporkan hasil pelaksanaannya Dikeluarkan di : Pada tanggal : 2004 KA Selaku ANKUM Tembusan 1.. 2.. 3.. ( ) a. Kadivbinkum Polri : Vide Draft b. Ketua Sub Pokja : Vide Draft 3. Wakapolri :.

LAMPIRAN Q KEPUTUSAN KAPOLRI KOPSTUK UNTUK KEADILAN SURAT KEPUTUSAN No. Pol. : Skep / / /2004 tentang PENUTUPAN PERKARA DISIPLIN KA.. Menimbang : Bahwa demi kepentingan hukum dan kepentingan Kepolisian Negara Republik Indonesia, perlu Ankum/Atasan Ankum untuk menutup perkara atas nama Terperiksa di bawah ini. Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia. 2. Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2003 tentang Peraturan Disiplin anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia. 3. Keputusan Kapolri No.Pol.: Kep /.. / /.., tanggal. Tentang Atasan yang berhak menjatuhkan hukuman di lingkungan Polri. M E M U T U S K A N Menetapkan : 1. Menutup perkara Terperiksa : N a m a Pangkat / Nrp Jabatan Kesatuan : :. :. :.. 2. Penutupan perkara Terperiksa tersebut gugur akibat daluarsa/sakit yang tidak dapat disembuhkan/meninggal dunia/hilang ingatan sehingga gugur kewenangan Ankum untuk menghukum. dan lain-lain / 3. Memerintahkan

2 LAMPIRAN Q KEPUTUSAN KAPOLRI 3. Memerintahkan kepada Provos untuk menyimpan berkas perkara berikut surat-surat lainnya sebagai bahan pertimbangan lebih lanjut bila diperlukan. Kepada : 1. Terperiksa Ditetapkandi : Pada Tanggal : ANKUM /ATASAN ANKUM Tembusan: 1. Kapolri 2. Irwasum Polri 3. De SDM Kapolri 4. Atasan Ankum 5. Kadivbinkum Polri 6. Kadiv Propam Polri 7. Kapusprov Divpropam Polri. 8. Kapus paminal Divpropam Polri ( ) a. Kadivbinkum Polri : Vide Draft b. Ketua Sub Pokja : Vide Draft 3. Wakapolri :.

LAMPIRAN R KEPUTUSAN KAPOLRI PROSES PENJATUHAN HUKUMAN DISIPLIN BINKUM SARAN PERTIMBANGAN HUKUM 7 HARI PERSONEL PSL 9 bcdef PP No2/2003 HUK ADMINISTRASI SKEP MENGUATKAN PUTUSAN ANKUM DITOLAK 30 HARI 30 HARI BERKAS PERKARA DISIPLIN ANKUM SIDANG DISIPLIN PUTUSAN SIDANG KEBERATAN ATASAN ANKUM DITERIMA 30 HARI 14 HARI 30 HARI SKEP PEMBATALAN PUTUSAN ANKUM PROVOS PENEMPATAN PADA TEMPAT KHUSUS DITERIMA / DITOLAK SEBAGIAN PROVOS SKEP RUBAH KEPUTUSAN ANKUM a. Kadivbinkum Polri : Vide Draft b. Ketua Sub Pokja : Vide Draft 3. Wakapolri :.