I. PENDAHULUAN. Jepang yang terdiri dari dua kata yaitu kara dan te, jika disatukan dalam satu

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. remaja akhir dan dewasa awal berdasarkan tahap perkembangannya, yaitu

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Serikat pada tahun 1891 dari sebuah sekolah pelatihan fisik (Young Men s

BAB I PENDAHULUAN. melekat kecintaanya terhadap cabang olahraga ini. Sepuluh tahun terakhir ini

BAB I PENDAHULUAN. Pencak silat merupakan bela diri asli Indonesia yang sudah diakui dunia.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Sepak bola merupakan olahraga yang paling populer di Indonesia. Hal

BAB I PENDAHULUAN. Afrian Dhea Fahmi, 2015 HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN GIZI ATLET SQUASH DENGAN POLA MAKAN PASCA KOMPETISI

BAB I PENDAHULUAN. Permainan sepak bola merupakan salah satu olahraga endurance beregu

PROFIL VO2MAX DAN DENYUT NADI MAKSIMAL PEMAIN DIKLAT PERSIB U-21

BAB 1 : PENDAHULUAN. diperlukan dalam mensuplai energi untuk aktifitas fisik (1).

BAB I PENDAHULUAN. sengaja dan sistematis untuk mendorong, membina dan mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. penting, karena olahraga dapat memberi manfaat yang sebesar-besarnya dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. gizi olahraga yang benar dan professional (Depkes RI, 2002).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga merupakan aktivitas untuk meningkatkan stamina tubuh yang

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga adalah aktivitas fisik yang bertujuan untuk meningkatkan

Kesinambungan Energi dan Aktifitas Olahraga. (Nurkadri)

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja seringkali dihubungkan dengan mitos dan stereotip

BAB I PENDAHULUAN. sekolah 6-12 tahun. Anak sekolah mempunyai karakter mudah terpengaruh

III. METODE PENELITIAN. atau resiko dan variabel terikat atau variabel akibat, akan dikumpulkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Olah Raga Karate adalah salah satu cabang olah raga bela diri yang

BAB II KERANGKA TEORI DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. golongan, mulai dari golongan muda sampai tua. Sepak bola adalah permainan

BAB I PENDAHULUAN. bersabda, Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai Allah Azza wa

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga saat ini telah menjadi kebutuhan setiap individu karena

BAB I PENDAHULUAN. Prestasi olahraga Indonesia mengalami keadaan pasang dan surut. Pada

HUBUNGAN TINGKAT KONSUMSI KARBOHIDRAT, PROTEIN DAN LEMAK DENGAN KESEGARAN JASMANI ANAK SEKOLAH DASAR DI SD N KARTASURA I SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. nutrisi yang dibutuhkan untuk kesehatan optimal sangatlah penting.

Specific Dynamic Action

BAB I PENDAHULUAAN. Semua makhluk hidup memerlukan makanan, demikian pula dengan. manusia. Makanan akan memberikan zat-zat yang akan digunakn untuk

BAB I PENDAHULUAN. berbagai bahan makanan yang mengandung berbagai macam zat yang dibutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. perempuan. Khususnya atlet Taekwondo Putra junior Sibayak Club

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data

BAB I PENDAHULUAN. playstation, dan yang saat ini digemari anak dan remaja sekarang yaitu game

BAB I PENDAHULUAN. luang dan menanggulangi keadaan-keadaan mendadak yang tidak. yang berkaitan dengan kesehatan dan yang berkaitan dengan performance.

LEMBAR PERSETUJUAN...

BAB I PENDAHULUAN. potensi jasmani, rohani dan sosial (Toho dan Ali, 2007: 2). Dari pengertian

PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN LARI AEROBIK DAN LATIHAN RENANG TERHADAP PENINGKATAN KEBUGARAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. sehingga dengan mempelajari taekwondo, pikiran, jiwa dan raga kita secara

GIZI KESEHATAN MASYARAKAT. Dr. TRI NISWATI UTAMI, M.Kes

BAB I PENDAHULUAN. pembuktian bahwa pada jaman itu Taekwondo berafialiasi ke ITF (International

HUBUNGAN ASUPAN GIZI DENGAN KEBUGARAN JASMANI PADA SISWA YANG MENGIKUTI EKSTRAKURIKULER OLAHRAGA DI SMA NEGERI 1 SUKAGUMIWANG INDRAMAYU

YADY SUPRIYATNA, 2014 KONTRIBUSI TINGKAT VO2 MAX TERHADAP KEPERCAYAAN DIRI DALAM OLAHRAGA BULUTANGKIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap orang membutuhkan kesegaran jasmani yang baik agar dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. diberikan kepadanya (dari kerja yang dilakukan sehari-hari) tanpa. menimbulkan kelelahan yang berlebihan. ( Muhajir : 2004 )

2015 DAMPAK LATIHAN FARTLEK TERHADAP PENINGKATAN V02MAX.

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Profil kondisi fisik adalah keadaan atau potensi dan gambaran dalam diri

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan

I. PENDAHULUAN. kegiatan-kegiatan seperti: Sea Games, Asean Games, dan Olimpiade, PON,

BAB I PENDAHULUAN. jasmani setiap individu berhak secara bebas memilih aktivitas cabang olahraga

BAB 1 PENDAHULUAN. selama metabolisme berkepanjangan saat latihan yang intens. 1,2 Berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi komunikasi dan trasportasi dirasa memperpendek jarak dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

2015 KONTRIBUSI DENYUT NADI ISTIRAHAT DAN KAPASITAS VITAL PARU-PARU TERHADAP KAPASITAS AEROBIK

BAB I PENDAHULUAN. didalam tubuh. Kebutuhan zat gizi berkaitan erat dengan masa. perkembangan yang drastis. Remaja yang asupan gizinya terpenuhi

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang memerlukan zat gizi untuk hidup, tumbuh, berkembang, Energi dibutuhkan oleh setiap orang untuk mempertahankan hidup,

I. PENDAHULUAN. Taekwondo merupakan cabang olahraga bela diri yang berasal dari negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Angkat Berat merupakan salah satu cabang olahraga di bawah naungan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. masih cukup tinggi (Paramurthi, 2014). Pada tahun 2014, lebih dari 1,9 miliar

BAB I PENDAHULUAN. suatu perubahan pembangunan bangsa. Peranan penting tersebut

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan merupakan aspek yang sangat penting dalam membangun peradaban

PENGARUH METODE LATIHAN DAN INDEKS MASSA TUBUH TERHADAP DAYA TAHAN AEROB PEMAIN BULUTANGKIS PUTRA PB PG MRICAN KEDIRI

Bagan Kerangka Pemikiran "##

BAB I PENDAHULUAN. Hubungan karakteristik..., Aria Novitasari, FKM UI, Universitas Universitas Indonesia Indonesia

HALAMAN JUDUL LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ABSTRACT ABSTRAK KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR GRAFIK

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Arief Sabar Mulyana, 2013

I. PENDAHULUAN. usaha yang dapat mendorong membangkitkan, mengembangkan dan membina

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia, masalah gizi perlu mendapatkan perhatian dari

BAB I PENDAHULUAN. dimainkan oleh berbagai kelompok umur, dari anak-anak, pemula, remaja, dewasa

I. PENDAHULUAN. medali pada sejumlah kegiatan perlombaan seperti Sea Games, Asean Games,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Balakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2010 yang perlu diukur

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yogie Hary Kusumah, 2015

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Muhammad Fahmi Hasan, 2013

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memerlukan kekuatan, daya tahan dan fleksibilitas. Menurut Irianto (2004: 2),

BAB I PENDAHULUAN. diperoleh suatu fungsi alat-alat tubuh yang dapat bekerja dengan normal dan

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk meningkatkan kebugaran dan kesehatan tubuh (Giam dan Teh, 1992).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gulat merupakan salah satu cabang olahraga beladiri yang identik dengan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi status sosial dalam beberapa komunitas. Karate juga merupakan suatu

I. PENDAHULUAN. kesehatan, bahkan pada bungkus rokok-pun sudah diberikan peringatan mengenai

I. PENDAHULUAN. mewujudkan tujuan yang akan dicapai. Oleh sebab itu, untuk mencapai tujuan

Problem kebugaran dan kesehatan. Suharjana FIK UNY

BAB I PENDAHULUAN. akhirnya diserap oleh sel dan dioksidasi untuk menghasilkan energi. Bahan

PERBEDAAN NILAI KAPASITAS VO 2 MAKSIMUM PADA ATLIT SEPAK BOLA DENGAN FUTSAL DI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. olahraga prestasi yang dipertandingkan baik di tingkat nasional maupun

METODE PENELITIAN. Desain, Waktu, dan Tempat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Randy Suwandi Yusuf, 2013

BAB I PENDAHULUAN. olahraga yang ada di dalam ruangan, dengan jumlah pemain yang relatif

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Prestasi belajar di bidang pendidikan adalah hasil dari pengukuran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan dunia olahraga khususnya pada olahraga prestasi saat ini semakin

MEMBANGUN PRESTASI OLAHRAGA BERDASAR ILMU OLAHRAGA

I. PENDAHULUAN. Pencak silat adalah suatu seni bela diri tradisional yang berasal dari Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menghadapi era globalisasi, tantangan yang dihadapi akan semakin berat, hal ini disebabkan karena semakin

BAB I PENDAHULUAN. menjunjung tinggi nilai-nilai sportifitas, disiplin dan ketaqwaan. Di era

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Olahraga adalah aktifitas fisik atau jasmani yang memiliki peranan penting dalam meningkatkan kebugaran dan stamina tubuh. Salah satu cabang olahraga yang banyak digemari adalah karate. Karate berasal dari bahasa Jepang yang terdiri dari dua kata yaitu kara dan te, jika disatukan dalam satu suku kata menjadi karate yang artinya tangan kosong (Simatjuntak,2004). Keterlibatan atlet karate Indonesia di ajang kejuaraan internasional menjadi bukti bahwa banyak atlet muda Indonesia yang berkualitas. Saat ini olahraga karate semakin berkembang dan memiliki banyak peminat di Indonesia Bahkan, olahraga fisik ini tidak hanya disukai kalangan orang dewasa, anakanak dan remaja juga terlihat sangat menggemarinya. Peminat karate di Provinsi Lampung dapat dilihat pada ujian kenaikan tingkat Kyu Kushin Ryu M Karate-do Indonesia (KKI) Lampung. Ujian yang berlangsung di GOR Saburai Bandarlampung pada tahun 2013 kemarin diikuti 1240 peserta atau anggota, yang berasal dari 58 Dojo Kabupaten/Kota se-lampung. Ujian kali ini merupakan pelaksanaan ujian dengan jumlah peserta terbesar dari tahuntahun sebelumnya (Detiklampung, 2014).

2 Dalam dunia olahraga, tidak hanya metode latihan atau juga bakat yang akan menentukan prestasi yang dapat diraih oleh seorang atlet, namun konsumsi nutrisi yang tepat dalam sehari-hari secara langsung juga akan memberikan pengaruh yang positif terhadap peningkatan performa serta prestasi yang dapat diraih oleh seorang atlet. Oleh karena itu, atlet yang memiliki tingkat kegiatan aktivitas fisik yang tinggi akan membutuhkan konsumsi nutrisi yang tepat komposisinya agar ketersediaan sumber energi di dalam tubuh dapat tetap terjaga baik untuk menjalankan aktivitas sehari-hari maupun saat akan menjalankan program latihan maupun saat akan bertanding. Dalam hal pemenuhan kebutuhan energi, seorang atlet secara umum disarankan untuk memenuhi kebutuhannya dengan kombinasi sebesar 50% atau secara ideal 50-65% melalui karbohidrat, 20-35% melalui konsumsi lemak, 12-15% melalui konsumsi protein (Irawan, 2007). Kebugaran jasmani didefinisikan sebagai kemampuan seseorang untuk melakukan kerja sehari-hari secara efisien tanpa menimbulkan kelelahan yang berarti sehingga masih dapat menikmati waktu luangnya. Kebugaran jasmani dikelompokkan ke dalam tiga kelompok yakni: kebugaran statis dalam arti kata keadaan seseorang yang bebas dari penyakit, kebugaran dinamis dalam arti kemampuan untuk bekerja efisien yang tidak memerlukan keterampilan, misalnya berjalan, dan mengangkat, lalu yang terakhir adalah kebugaran motoris dalam arti kemampuan untuk melakukan kerja dengan keterampilan tinggi dan efisien. Status kebugaran dapat dinilai dari komponen kebugaran yang dikelompokkan menjadi dua golongan yaitu komponen kebugaran yang berhubungan dengan kesehatan, meliputi daya tahan jantung-paru, kelenturan,

3 komposisi tubuh dan kekuatan dan daya tahan otot, lalu komponen kebugaran yang berhubungan dengan keterampilan, meliputi kecepatan, koordinasi, power, kelincahan, dan perasaan gerak (Kushartanti, 2011). Kebugaran jasmani pada umumnya dipengaruhi oleh beberapa faktor internal. Faktor internal adalah sesuatu yang sudah terdapat dalam tubuh seseorang yang bersifat menetap misalnya genetik, umur, dan jenis kelamin (Erminawati, 2009). Mengingat pentingnya kebugaran jasmani bagi seseorang yang berfungsi mengembangkan kemampuan, kesanggupan dan daya tahan diri sehingga mempertinggi daya aktivitas kerja, maka tak akan lepas dari faktorfaktor eksternal, antara lain faktor latihan, faktor istirahat, serta faktor nutrisi (Irianto, 2004). Beberapa titik kritis yang banyak ditemui pada atlet seperti : makan dalam jumlah yang tidak cukup, tidak tahu berapa yang harus dimakan, tidak mengkonsumsi kalori yang cukup, memilih makanan secara tidak seimbang dan benar, tidak tahu banyak tentang gizi, dan asupan energi tidak sesuai untuk kompetisi. Lebih-lebih pada atlet remaja hal ini sering terjadi (Purba, 2007). Penelitian di Sidoarjo tentang kebugaran jasmani yang diperoleh dari VO 2 max menunjukkan bahwa dari pengukuran VO 2 Max menunjukkan bahwa tingkat kebugaran atlet karate masih dalam klasifikasi sedang yaitu untuk putera VO 2 Max nya berada antara 41-36 sedangkan untuk puteri berada antara 38-33 (Setianingsih, 2006). Penelitian di surakarta tentang tingkat kebugaran jasmani atlet karate menunjukkan bahwa atlet yang memiliki kebugaran baik sekali tidak ada, kategori baik sebanyak 27,5%, kategori sedang sebanyak 62,5%,

4 kategori kurang sebanyak 10%, dan kategori kurang sekali tidak ada. Secara keseluruhan atlet karate di daerah Surakarta berada dalam kondisi sedang, dimana hal ini jauh dari kondisi yang seharusnya dimiliki oleh peserta olahraga prestasi yakni dalam kondisi baik sekali (Kahfi, 2013). Penelitian di Semarang tentang pengaruh tingkat kebugaran terhadap prestasi atlet karate dapat diketahui bahwa saat ini kesegaran jasmani dan prestasi karateka di Kabupaten Semarang masih dalam kategori kurang. Dari hasil analisis korelasi diketahui bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara kesegaran jasmani dengan prestasi karateka (Wuriantani, 2010). Penelitian selanjutnya di Makassar mengenai pola konsumsi atlet beladiri dapat diketahui bahwa 54,8% responden atlet bela diri memiliki pola konsumsi pangan yang baik. Sedangkan 45,2% responden yang lainnya memiliki pola konsumsi pangan yang kurang (Jumria, Dachlan, Hidayanti, 2011). Dari penelitian terhadap atlet taekwondo di Bogor menunjukkan bahwa tingkat kecukupan energi dengan tingkat kebugaran atlet (VO 2 max) menunjukkan hubungan positif yang signifikan (Pitriani, 2012). Pembinaan olahraga Karate dilakukan oleh induk organisasi karate Indonesia, yaitu Federasi Olahraga Karate-Do Indonesia (FORKI) dan salah satu faktor yang diperhatikan untuk mencapai target adalah gizi dan nutrisi yang baik, sehingga para karateka tetap dalam kondisi prima (Pbforki, 2011). Dari fenomena di atas, yaitu pola konsumsi yang kurang serta tingkat kebugaran yang masih belum sesuai serta hubungan antara pemenuhan nutrisi dengan tingkat kebugaran dapat terjadi pula pada atlet karate di Kota Bandarlampung.

5 Oleh karena itu, penulis ingin mengetahui gambaran status gizi dan tingkat kecukupan gizi atlet serta pengaruhnya terhadap tingkat kebugaran pada atlet karate di Kota Bandarlampung. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan deskripsi di atas, rumusan masalah yang diangkat adalah Apakah terdapat pengaruh status gizi dan tingkat kecukupan gizi terhadap tingkat kebugaran atlet karate di Kota Bandarlampung. 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh status gizi dan tingkat kecukupan gizi terhadap tingkat kebugaran atlet karate di Kota Bandarlampung. 1.3.2 Tujuan Khusus a. Mengetahui status gizi atlet berdasarkan Indeks Massa Tubuh menurut umur (IMT/U). b. Mengetahui tingkat kecukupan gizi meliputi energi, karbohidrat, protein, dan lemak. c. Mengetahui tingkat kebugaran berdasarkan perhitungan VO 2 max. d. Mengetahui pengaruh status gizi terhadap tingkat kebugaran atlet karate di Kota Bandarlampung.

6 e. Mengetahui pengaruh tingkat kecukupan gizi terhadap tingkat kebugaran atlet karate di Kota Bandarlampung. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Teoritis a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan ilmu pengetahuan dalam bidang gizi atlet mengenai pengaruh status gizi dan tingkat kecukupan gizi terhadap tingkat kebugaran atlet karate di Kota Bandarlampung. b. Bahan masukan untuk penelitian berikutnya yang berkaitan dengan gizi atlet karate dan tingkat kebugaran khususnya atlet karate 1.4.2 Manfaat Praktis a. Bagi para atlet karate dapat memperoleh informasi mengenai asupan gizi yang berperan penting dalam menjaga kualitas performa. b. Deskripsi tingkat kecukupan gizi dapat digunakan sebagai pertimbangan langkah-langkah sebagai upaya perbaikan gizi para atlet karate khususnya di Kota Bandarlampung.

7 1.5 Kerangka Pemikiran 1.5.1 Kerangka Teori Tingkat kebugaran jasmani dipengaruhi oleh 2 faktor utama, yakni faktor internal yang merupakan sesuatu yang sudah terdapat dalam tubuh seseorang yang bersifat menetap dan faktor eksternal yang merupakan faktor yang sangat menentukan tercapai atau tidaknya tingkat kebugaran jasmani yang baik (Erminawati, 2009 ; Irianto, 2004). Status kebugaran dapat dinilai dari komponen kebugaran yaitu komponen kebugaran yang berhubungan dengan kesehatan, meliputi daya tahan jantung-paru, kelenturan, kekuatan dan daya tahan otot (Kushartanti, 2011).

8 Faktor internal 1. Genetik 2. Umur 3. Jenis kelamin Faktor eksternal : 1. Istirahat 2. Latihan (intensitas latihan, lama latihan, frekuensi latihan ) 3. Nutrisi ( tingkat kecukupan gizi dan status gizi ) Tingkat kebugaran : 1. daya tahan jantung-paru 2. kelenturan 3. kekuatan dan daya tahan otot 4. Komposisi Tubuh Gambar 1.1 Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kebugaran

9 1.5.2. Kerangka Konsep Kerangka konsep pada penelitian ini dapat dilihat pada gambar 1.2 Variabel bebas Variabel terikat Nutrisi : 1. Tingkat kecukupan gizi 2. Status gizi Tingkat kebugaran (VO 2 max) Gambar 1.2 Kerangka konsep penelitian 1.6 Hipotesis Penelitian a. Terdapat pengaruh status gizi terhadap tingkat kebugaran atlet karate di Kota Bandarlampung. b. Terdapat pengaruh tingkat kecukupan gizi terhadap tingkat kebugaran atlet karate di Kota Bandarlampung.