PEDOMAN DAN PROSEDUR PENETAPAN FATWA

dokumen-dokumen yang mirip
PEDOMAN PENETAPAN FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor : U-596/MUI/X/1997 Dewan Pimpinan Majelis Ulama Indonesia, setelah :

BAB V P E N U T U P. A. Kesimpulan. Sebagai akhir dari pembahasan, tulisan ini menyimpulkan beberapa kesimpulan penting sebagai berikut :

BAB III USAHA MIKRO KECIL MENENGAH (UMKM) DAN SERTIFIKASI HALAL

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Persyaratan Sertifikasi Halal. Kebijakan dan Prosedur HAS 23000:2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB III PROSES IJMA MENURUT ABDUL WAHAB KHALLAF DAN PROSES PENETAPAN HUKUM DALAM KOMISI FATWA MUI

SISTEM JAMINAN HALAL (S J H)

SERTIFIKASI HALAL OLEH LPPOM DAN MUI PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA. Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan dan Kosmetika (LPPOM) adalah

MANUAL SISTEM JAMINAN HALAL [PERUSAHAAN ]

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan, teknologi dan informasi, maka semakin luas alur keluar dan

Keputusan Menteri Agama R.I. Nomor 518 Tahun 2001 Tanggal 30 Nevember 2001 TENTANG PEDOMAN DAN TATA CARA PEMERIKSAAN DAN PENETAPAN PANGAN HALAL

KEPUTUSAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN ULAMA ACEH NOMOR : 04 TAHUN 2009 TENTANG PERATURAN TATA TERTIB MAJELIS PERMUSYAWARATAN ULAMA ACEH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 11 TAHUN 2009

Sertifikasi dan Sistem Jaminan Halal

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR TAHUN... TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL

RANCANGAN PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PELAKSANAAN UNDANG-UNDANG NOMOR 33 TAHUN 2014 TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL

A. Latar Belakang Masalah

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN BANDUNG NOMOR 11 TAHUN 2009

CURICULUM VITAE. NAMA Dr, dr. Endy Muhammad Astiwara, MA, AAAIJ, CPLHI, ACS, FIIS. TEMPAT & TANGGAL LAHIR : Surakarta 10 Agustus 1963

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG JAMINAN PRODUK HALAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal

PENGGUNAAN BULU, RAMBUT DAN TANDUK DARI HEWAN HALAL YANG TIDAK DISEMBELIH SECARA SYAR I UNTUK BAHAN PANGAN, OBAT-OBATAN DAN KOSMETIKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut ketentuan Pasal 1 Angka (1) Undang-undang No.7 Tahun 1996 tentang

Sejauh mana penanganan label halal yang dilakukan oleh MUI (LPPOM) sekarang?

FATWA MAJELIS PERMUSYAWARATAN ULAMA ACEH NOMOR 06 TAHUN 2013 TENTANG STUNNING, MERACUNI, MENEMBAK HEWAN DENGAN SENJATA API DAN KAITANNYA DENGAN HALAL,

BAB I PENDAHULUAN. Kehadiran Agama Islam sebagai raḥmatallil ālamīn sesungguhnya telah

MAKANAN DAN MINUMAN DALAM ISLAM OLEH : SAEPUL ANWAR

SERTIFIKASI HALAL DALAM PRODUK KULINER UMKM

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB III FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL NO: 21/DSN-MUI/X/2001 TENTANG PEDOMAN UMUM ASURANSI SYARIAH

Dewan Syariah Nasional berperan secara pro-aktif dalam menanggapi perkembangan masyarakat Indonesia yang dinamis dalam bidangn ekonomi dan keuangan.

MANUAL Sistem Jaminan Halal

BAB IV ANALISIS STANDAR SERTIFIKASI PENYEMBELIHAN HALAL DAN URGENSINYA. A. Analisis Terhadap Standar dan Prosedur Sertifikasi Penyembelihan Halal

AUDIT INTERNAL UNTUK MENJAWAB 11 KRITERIA SJH

BAB III ABORSI PERSPEKTIF FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA DAN UNDANG-UNDANG NO.32 TAHUN 2009 TENTANG KESEHATAN

PENGEMBANGAN KONSEP MODEL SISTEM JAMINAN HALAL PRODUK DAGING AYAM DI RUMAH POTONG AYAM 1

QANUN ACEH NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG MAJELIS PERMUSYAWARATAN ULAMA BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR ACEH,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

KEMENTERIAN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI PERATURAN DIREKTUR JENDERAL BEA DAN CUKAI NOMOR PER- 10/BC/2012 TENTANG

Jurnal EduTech Vol. 3 No.2 September 2017 ISSN: e-issn:

PERUBAHAN KEWENANGAN LEMBAGA-LEMBAGA YANG BERWENANG DALAM PROSES SERTIFIKASI HALAL

apoteker123.wordpress.com 1 dari 5 DAFTAR PERIKSA Halal Assurance System 23000:1 PERTANYAAN PERIKSA HASIL PERIKSA

2017, No Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 140, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3874) sebagaimana telah diubah dengan deng

PEMERINTAH KABUPATEN ACEH TAMIANG

SALINAN PERATURAN MENTERI PARIWISATA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN SERTIFIKASI USAHA PARIWISATA

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG

-1- QANUN ACEH NOMOR 13 TAHUN 2017 TATA CARA PEMBERIAN PERTIMBANGAN MAJELIS PERMUSYAWARATAN ULAMA

2 MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN TENTANG PEMBINAAN DAN PENGAWASAN LEMBAGA KEUANGAN MIKRO. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dala

QANUN ACEH NOMOR 2 TAHUN 2009 TENTANG MAJELIS PERMUSYAWARATAN ULAMA BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DENGAN RAHMAT ALLAH YANG MAHA KUASA GUBERNUR ACEH,

PIAGAM KOMITE AUDIT (AUDIT COMMITTEE CHARTER) PT SINAR MAS AGRO RESOURCES & TECHNOLOGY Tbk.

-2- MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN KOMISI PENGAWAS PERSAINGAN USAHA TENTANG PEDOMAN TATA NASKAH DINAS.

Fokus Pagi Edisi Rabu, 29 Juli 2009 Tema : Kebijakan Topik : Nasib Rancangan Undang-Undang Jaminan Produk Halal

FATWA NOMOR 07 TAHUN 2013 TENTANG KEDUDUKAN HASIL HARTA WAKAF MAJELIS PERMUSYAWARATAN ULAMA ACEH

PERATURAN BERSAMA KETUA MAHKAMAH AGUNG REPUBLIK INDONESIA DAN KETUA KOMISI YUDISIAL REPUBLIK INDONESIA Nomor : 03/PB/MA/IX/ /PB/P.

KIAT MEMILIH PRODUK HALAL

FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor : 24 Tahun 2012 Tentang PEMANFAATAN BEKICOT UNTUK KEPENTINGAN NON-PANGAN

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidup lainnya, seperti kebutuhan sandang dan papan. Secara etimologi

HASIL IJTIMA ULAMA IV MASAIL FIQHIYYAH MU ASHIRAH (MASALAH FIKIH KONTEMPORER) KOMISI B-2

FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA Nomor: 52 Tahun 2012 Tentang HUKUM HEWAN TERNAK YANG DIBERI PAKAN DARI BARANG NAJIS

BAB III VASEKTOMI DALAM PERSPEKTIF MAJELIS ULAMA INDONESIA. menghimpun para ulama, zu ama dan cendekiawan muslim Indonesia untuk

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PT BFI FINANCE INDONESIA Tbk Piagam Komite Audit (Audit Committee Charter)

LEMBARAN NEGARA. KEUANGAN BPK. Tata Kerja. Pencabutan. PERATURAN BADAN PEMERIKSA KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA

PROSEDUR BAKU Edisi/Revisi: 1/0

PT ARGHA KARYA PRIMA INDUSTRY Tbk PIAGAM KOMITE AUDIT. (Audit Committee Charter)

4. Firman Allah SWT QS. al-baqarah (2): dan Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba Firman Allah SWT QS. al-baqarah (2):27

BAB I PENDAHULUAN. informasi tentang produk yang akan digunakan, informasi dapat didefenisikan

BAB I PENDAHULUAN. Populasi umat Muslim di seluruh dunia saat ini semakin meningkat.

KEWENANGAN KOMISI FATWA MUI DALAM PENYELESAIAN SERTIFIKASI HALAL LP.POM MUI. Abstract

SKRIPSI PENGARUH PENCANTUMAN LABEL HALAL TERHADAP MINAT BELI LUWAK WHITE COFFE PADA MAHASISWA FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 SAMARINDA

BAB V KESIMPULAN DAN CADANGAN

III. TINJAUAN PUSTAKA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA KOMISI PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 84 TAHUN 2012 TENTANG KOMITE PROFESI AKUNTAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DEPARTEMEN KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI

MAJELIS ULAMA INDONESIA KABUPATEN KUTAI TIMUR Sekretariat : Jl. Wahab Syahrani RT 45 Sangatta utara, Kab. Kutai Timur Telp /

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

NOMOR 215 TAHUN 2016 TENTANG BAB I PENDAHULUAN

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB V PENUTUP. atas, penulis mempunyai kesimpulan sebagai berikut: Nomor:415/Pdt.P/2010/PA.Kab.Mlg, keduanya memberikan hubungan anakbapak

2017, No Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 N

Manual SJH. Dokumen perencanaan yang menggambarkan cara perusahaan memenuhi 11 kriteria SJH Berfungsi sebagai panduan bagi perusahaan

6. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Re

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1

4. Firman Allah SWT QS. al-baqarah [2]: 275: &$!%#*#$ 234 +#,-.,(/01 '() )5'(2%6.789:;<= & #AB7CDE3" Orang yang makan (mengambil) riba ti

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2011 TENTANG PEMBENTUKAN PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 84 TAHUN 2012 TENTANG KOMITE PROFESI AKUNTAN PUBLIK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

SERTIFIKASI HALAL SEBAGAI UPAYA PENINGKATAN KUALITAS PRODUK OLAHAN KOMODITAS PERTANIAN UNGGULAN DAERAH

2017, No Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997 tentang Psikotropika (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 10, Tambahan Lembaran N

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 125/PMK.04/2007 TENTANG AUDIT KEPABEANAN MENTERI KEUANGAN,

BAB V PENUTUP. Minuman Olahan yang Belum Bersertifikat Halal (Studi Kasus Pada IKM di

TATA TERTIB KONFERENSI CABANG NAHDLATUL ULAMA JOMBANG TAHUN 2017

MATERI I PENGANTAR USHUL FIQH TIM KADERISASI

2016, No Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 137, Tambahan Lembaran Negara Republik Indon

IMA>MIYAH TENTANG HUKUM MENERIMA HARTA WARISAN DARI

Transkripsi:

PEDOMAN DAN PROSEDUR PENETAPAN FATWA Dr. HM. Asrorun Ni am Sholeh,MA Sekretaris Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia @ans

PENGERTIAN Fatwa adalah jawaban atau penjelasan dari ulama mengenai masalah keagamaan dan berlaku untuk umum. Fatwa MUI adalah fatwa MUI tentang suatu masalah keagamaan yang telah disetujui oleh anggota Komisi dalam rapat komisi. Fatwa Produk Halal adalah fatwa yang ditetapkan oleh Komisi Fatwa MUI mengenai produk pangan, obat-obatan dan kosmetika.

PENGERTIAN Auditor Halal adalah orang yang ditugaskan oleh LPPOM MUI untuk melakukan audit halal setelah melalui proses seleksi yang mencakup kompetensi, kualitas, dan integritas, serta lulus pelatihan yang diadakan oleh LPPOM MUI, dan berfungsi sebagai wakil dari ulama dan saksi untuk mencari fakta tentang produksi halal di perusahaan. Auditing adalah proses pemeriksaan atau penilaian secara sistematik, independen dan terdokumentasi yang dilakukan oleh Auditor Halal untuk menentukan apakah penerapan Sistem Jaminan Halal berjalan sesuai dengan ketentuan. Sertifikat Halal adalah fatwa tertulis yang dikeluarkan oleh MUI melalui keputusan sidang Komisi Fatwa yang menyatakan kehalalan suatu produk berdasarkan proses audit.

OTORITAS DAN DASAR FATWA Penetapan fatwa dilakukan secara kolektif oleh suatu lembaga yang disebut Komisi Fatwa. Penetapan fatwa didasarkan pada Al-Quran, Hadist, Ijma, Qiyas dan dalil lain yang mu tabar.

SIFAT FATWA Proses penetapan fatwa bersifat : responsif, proaktif dan antisipatif. Fatwa yang ditetapkan bersifat : argumentatif (memiliki kekuatan hujjah), legitimatif (menjamin penilaian keabsahan hukum), kontekstual (waqi iy), aplikatif (siap diterapkan), dan moderat.

METODE PENETAPAN FATWA (Ps 5 7) Sebelum fatwa ditetapkan, dilakukan kajian komperehensif terlebih dahulu guna memperoleh deskripsi utuh tentang : obyek masalah (tashawwur al-masalah), rumusan masalah; dampak sosial keagamaan yang ditimbulkan dan titik kritis dari berbagai aspek hukum (norma syari ah) yang berkaitan dengan masalah tersebut. Kajian komprehensif mencakup: telaah atas pandangan fuqaha mujtahid masa lalu, pendapat para imam madzhab dan ulama yang mu tabar, telaah atas fatwa-fatwa yang terkait, serta pandangan ahli fikih terkait masalah yang akan difatwakan. Kajian komprehensif antara lain dapat melalui penugasan pembuatan makalah kepada Anggota Komisi atau ahli

PENETAPAN FATWA 1. Masalah yang ma lum min al-din bi al-dlarurah langsung difatwakan dengan menyampaikan hukum sebagaimana apa adanya. 2. Masalah yang terjadi perbedaan pendapat (masail khilafiyah) di kalangan madzhab, maka : 1. Penetapan fatwa didasarkan pada hasil usaha pencapaian titik temu di antara pendapat melalui metode al-jam u wa al-taufiq; 2. Jika tidak tercapai titik temu, penetapan fatwa didasarkan pada hasil tarjih melalui metode muqaranah (perbandingan) dengan menggunakan kaidah-kaidah ushul fiqih muqaran. 3. Masalah yang tidak ditemukan pendapat hukum di kalangan madzhab atau ulama yang mu tabar, didasarkan pada ijtihad kolektif melalui metode bayani dan ta lili (qiyasi, istihsaniy, ilhaqiy, istihsaniy dan sad al-dzaraa i) serta metode penetapan hukum (manhaj) yang dipedomani oleh para ulama madzhab. 4. Dalam masalah yang terdapat perbedaan di kalangan peserta Rapat, dan tidak tercapai titik temu, maka penetapan fatwa disampaikan tentang adanya perbedaan pendapat tersebut disertai dengan penjelasan argumen masing-masing, disertai penjelasan dalam hal pengamalannya, sebaiknya mengambil yang paling hati-hati (ihtiyath) serta sedapat mungkin keluar dari perbedaan pendapat (al-khuruuj min al-khilaaf).

PROSEDUR RAPAT Rapat harus dihadiri oleh para anggota Komisi yang jumlahnya dianggap cukup memadai oleh pimpinan rapat. Dalam hal-hal tertentu, rapat dapat menghadirkan pakar atau tenaga ahli yang berhubungan dengan masalah yang akan difatwakan.

Rapat diadakan jika terdapat: permintaan atau pertanyaan dari masyarakat; permintaan atau pertanyaan dari pemerintah, lembaga/organisasi atau MUI sendiri; perkembangan dan temuan masalah-masalah keagamaan yang muncul akibat perubahan sosial kemasyarakatan, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta seni budaya.

Pimpinan Rapat Rapat dipimpin oleh Ketua atau Wakil Ketua Komisi atas persetujuan Ketua Komisi, didampingi oleh Sekretaris dan/atau Wakil Sekretaris Komisi. Jika Ketua dan Wakil Ketua Komisi berhalangan hadir, rapat dipimpin oleh salah satu pimpinan Komisi yang hadir. Selama proses rapat, Sekretaris dan/atau Wakil Sekretaris Komisi mencatat usulan, saran dan pendapat Anggota Komisi untuk dijadikan Risalah Rapat dan Bahan Fatwa Komisi.

FORMAT FATWA Nomor dan Tema Fatwa Kalimat Basmalah. Konsideran yang terdiri atas : Menimbang; memuat latar belakang dan alasan serta urgensi penetapan fatwa. Mengingat; memuat dasar-dasar hukum (adillah al-ahkam) yang berbentuk nash syar i, terjemah dalam bahasa Indonesia dan penjelasan terkait pemanfaatan dalil sebagai argumen (wajhu al-dilalah) Memperhatikan; memuat pendapat para ulama, peserta rapat, para ahli dan hal-hal lain yang mendukung penetapan fatwa. Diktum yang memuat : Ketentuan Umum; yang berisi tentang definisi dan batasan pengertian masalah yang terkait dengan fatwa, jika dipandang perlu Ketentuan Hukum; yang berisi tentang substansi hukum yang difatwakan. Rekomendasi dan/atau solusi masalah jika dipandang perlu. Lampiran-lampiran terkait masalah yang difatwakan, jika dipandang perlu.

TANDA TANGAN Fatwa ditandatangani oleh Ketua dan Sekretaris Komisi. Terhadap beberapa fatwa yang membutuhkan penjelasan lebih lanjut, fatwa dapat diberikan penjelasan agar dapat dipahami secara utuh oleh masyarakat.

KEWENANGAN DAN WILAYAH FATWA (16 19) MUI berwenang menetapkan fatwa mengenai masalah syari ah secara umum, baik dalam bidang akidah, ibadah, maupun akhlak Kewenangan penetapan fatwa juga meliputi: faham keagamaan yang muncul di masyarakat, masalah sosial kemasyarakatan, masalah pangan obat-obatan dan kosmetika (POM), masalah yang terkait dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta masalah ekonomi syari ah.

KEWENANGAN DAN WILAYAH FATWA Majelis Ulama Indonesia berwenang menetapkan fatwa yang menyangkut : umat Islam secara nasional atau masalah-masalah keagamaan di suatu daerah yang berpotensi meluas ke daerah lain. Terhadap masalah yang terjadi di daerah dan belum difatwakan oleh MUI, Majelis Ulama Indonesia Daerah berwenang untuk menetapkan fatwa terkait masalah tersebut. Majelis Ulama Indonesia Daerah yang berwenang menetapkan fatwa adalah Komisi Fatwa MUI Provinsi dan Komisi Fatwa MUI Kabupaten/Kota.

KEWENANGAN DAN WILAYAH FATWA Terhadap masalah yang telah difatwakan oleh MUI, MUI Daerah hanya berhak untuk melaksanakannya. Pada kasus tertentu di mana Fatwa MUI tidak dapat dilaksanakan, MUI daerah berkewajiban untuk berkonsultasi kepada MUI untuk menetapkan Fatwa Khusus yang terkait masalah tersebut.

KEWENANGAN DAN WILAYAH FATWA Terhadap masalah-masalah yang sangat musykil dan sensitif, MUI Daerah berkewajiban melakukan koordinasi dan konsultasi terlebih dahulu kepada MUI.

FATWA PRODUK HALAL (20 21) Penetapan fatwa produk halal dilakukan setelah : adanya laporan hasil pemeriksaan (auditing) oleh Auditor Halal dan telah melalui proses evaluasi dalam Rapat Auditor LPPOM MUI. Laporan hasil audit disampaikan oleh Direktur LPPOM MUI dalam Sidang Pleno Komisi. Dalam bidang yang memerlukan keahlian fikih secara khusus, seperti proses penyembelihan dan proses pensucian, Auditor Halal dalam menjalankan tugasnya disertai oleh Komisi Fatwa. Sertifikat Halal dikeluarkan oleh MUI setelah ditetapkan status kehalalannya oleh Komisi Fatwa MUI.

RUANG LINGKUP Penetapan fatwa terhadap produk yang berskala nasional dan internasional dilakukan oleh MUI. Penetapan fatwa terhadap produk yang berskala lokal dapat dilakukan oleh MUI Daerah.

FATWA EKONOMI SYARI AH Penetapan fatwa tentang ekonomi syari ah yang terkait dengan produk dan jasa keuangan syari ah dilakukan oleh DSN-MUI. Penetapan fatwa tentang ekonomi syari ah mengikuti pedoman penetapan fatwa dalam ketentuan ini. Ketentuan lebih lanjut mengenai mekanisme penetapan fatwa ekonomi syari ah diatur oleh Dewan Syari ah Nasional.

LAIN-LAIN Di samping penetapan fatwa dengan format sebagaimana diatur dalam Pasal 13, Komisi Fatwa juga menetapkan fatwa melalui : surat dan/atau melalui lisan secara langsung tanpa melalui rapat Komisi Fatwa terhadap masalah yang telah jelas hukum dan dalil-dalilnya (ma lum min al-din bi al-dlarurah) dengan menyampaikan hukum sebagaimana apa adanya. Di samping penetapan fatwa, Komisi Fatwa berwenang : menetapkan Rekomendasi Kesesuaian Syari ah atas berbagai hal yang terkait dengan masalah keagamaan praktis untuk menjadi panduan bagi masyarakat. Rekomendasi kesesuaian syari ah diberikan kepada masyarakat yang mengajukan setelah dilakukan pengkajian dan pendalaman sesuai dengan ketentuan syari ah.

Fatwa MUI Sebagai Wadah Ijtihad Jama i Berdasarkan paartisipasi kepesertaan, ijtihad dikategorikan menjadi dua; (i) ijtihad personal (ijtihad fardi) dan ijtihad kolektif (ijtihad jama`i). Ijtihad jama i dilakukan oleh sejumlah (sekelompok) orang yang terdiri atas para ahli di berbagai bidang, yang secara kumulatif telah memenuhi persyaratan yang diperlukan dalam berijtihad. Wujud kongkrit dari lembaga ijtihad kolektif ini, di lingkungan MUI antara lain adalah Komisi Fatwa.

Kelembagaan Fatwa MUI Komisi Fatwa adalah perangkat organisasi MUI yang bertugas untuk menelaah, membahas, dan merumuskan masalah fatwa keagamaan. Kelembagaan Komisi Fatwa berdiri bersamaan dengan berdirinya MUI, yakni pada tahun 1975.

Fatwa Produk Halal Fatwa Produk Halal adalah fatwa yang ditetapkan oleh Komisi Fatwa MUI mengenai produk pangan, obatobatan dan kosmetika.

PENETAPAN FATWA HALAL Di Indonesia, lembaga yang memiliki kewenangan mengeluarkan Sertifikat Halal adalah Majelis Ulama Indonesia (MUI). Sebelum penetapan fatwa, pelaksanaan teknis auditing dilakukan oleh LPPOM-MUI. Penetapan Fatwa dilakukan oleh Komisi Fatwa MUI.

Prosedur dan Mekanisme Penetapan Fatwa Halal (1) 1. MUI memberikan pembekalan pengetahuan kepada para auditor LPPOM tentang standar penetapan produk halal. 2. Para auditor melakukan penelitian dan audit ke pabrik-pabrik (perusahaan) yang meminta sertifikasi halal. Pemeriksaan yang dilakukan meliputi: a. Pemeriksaan secara seksama terhadap bahan-bahan produk, baik bahan baku, bahan tambahan maupun bahan penolong. b. Pemeriksaan terhadap bukti-bukti pembelian bahan produk. c. Cara pemotongan hewan untuk produk hewani atau mengandung unsur hewani.

Prosedur dan Mekanisme Penetapan Fatwa Halal.. (2) 3. Bahan-bahan tersebut kemudian diperiksa, terutama bahan-bahan yang dicurigai sebagai benda haram atau mengandung benda haram (najis), untuk mendapat kepastian, serta didiskusikan dan dikaji oleh tim di LP.POM. 4. Pemeriksaan terhadap suatu perusahaan tidak jarang dilakukan lebih dari satu kali; dan tidak jarang pula auditor (LP.POM) menyarankan bahkan mengharuskan agar mengganti suatu bahan yang dicurigai atau diduga mengandung bahan yang haram (najis) dengan bahan yang diyakini kehalalannya atau sudah berserifikat halal dari MUI atau dari lembaga lain yang dipandang berkompeten, jika perusahaan tersebut tetap menginginkan mendapat sertifikat halal dari MUI. 5. Hasil audit dan kajian LP.POM tersebut kemudian dituangkan dalam sebuah Berita Acara yang disebut dengan Laporan Hasil Auditing LP.POM-MUI dan kemudian diajukan ke Komisi Fatwa MUI untuk dibahas dalam rapat Komisi Fatwa.

Prosedur dan Mekanisme Penetapan Fatwa Halal.. (3) 6. Dalam rapat Komisi Fatwa, pihak LP.POM menyampaikan dan menjelaskan isi Laporan Hasil Auditing, dan kemudian dibahas secara teliti dan mendalam oleh peserta rapat Komisi. 7. Suatu produk yang masih mengandung bahan yang jelasjelas diharamkan atau diragukan kehalalannya, atau terdapat bukti-bukti pembelian bahan produk yang dipandang tidak transparan oleh rapat Komisi, dikembalikan kepada LP.POM untuk dilakukan penelitian atau auditing ulang ke perusahaan bersangkutan. 8. Sedangkan produk yang telah diyakini kehalalannya oleh peserta rapat, diputuskan fatwa halalnya oleh rapat Komisi tersebut. 9. Hasil rapat Komisi yang berupa keputusan fatwa halal kemudian dilaporkan kepada Dewan Pimpinan MUI untuk ditanfiz-kan dan dikeluarkan Surat Keputusan Fatwa Halal dalam bentuk Sertifikat Halal.

Proses Fatwa Produk Halal Mustafti/ Produsen Meminta fatwa (lewat LPPOM) (1) KOMISI FATWA Proses Auditing (2) (3) LPPOM-MUI (4) Fatwa Pleno menyetujui Hasil Audit (5) Rapat pleno Komisi (6) Pleno tidak menyetujui Hasil Audit 1. LPPOM menjelaskan hasil auditingnya 2. KF melakukan pendalaman dan pengkajian terhadap substansi masalah

Dokumen SJH Pendaftaran Dokumen Sertifikat Produk Audit Produk Evaluasi Audit Tidak Audit Memorandum Bahan Ya Sidang Komisi Fatwa Tidak Sertifikat Halal Ya

Syukran... @ans

Assalamu alaikum Wr.Wb @ans