BAB II TINJAUAN TEORI. (DepKes, 2000 dalam Direja, 2011). Adapun kerusakan interaksi sosial

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN TEORI. dengan orang lain (Keliat, 2011).Adapun kerusakan interaksi sosial

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel menimbulkan perilaku

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN TEORI. maupun minatnya terhadap lingkungan sosial secara langsung (isolasi diri).

BAB II KONSEP DASAR. tanda-tanda positif penyakit tersebut, misalnya waham, halusinasi, dan

BAB II TINJAUAN TEORI. menimbulkan perilaku maladaptif dan mengganggu fungsi seseorang dalam

Koping individu tidak efektif

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN SENSORI PERSEPSI: HALUSINASI

BAB II TINJAUAN TEORI PERILAKU KEKERASAN. tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri,

BAB II TUNJAUAN TEORI. orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain (Rawlins, 1993)

BAB I PENDAHULUAN. Menuju era globalisasi manusia disambut untuk memenuhi kebutuhan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONSEP TEORI. Perubahan sensori persepsi, halusinasi adalah suatu keadaan dimana individu

BAB II TINJAUAN TEORI. pengecapan maupun perabaan (Yosep, 2011). Menurut Stuart (2007)

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA TN. S DENGAN GANGGUAN MENARIK DIRI DI RUANG ABIMANYU RSJD SURAKARTA

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Sdr. D DENGAN GANGGUAN PERSEPSI SENSORI : HALUSINASI DI RUANG MAESPATI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

BAB II TINJAUAN KONSEP

BAB II KONSEP DASAR. A. Pengertian. Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang

BAB II TINJAUAN TEORI. Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan

BAB II TINJAUAN TEORI


BAB II TINJAUAN TEORI. sebenarnya tidak ada stimulus dari manapun, baik stimulus suara, bayangan, bau-bauan,

NURSING CARE PLAN (NCP)

BAB II KONSEP DASAR. memelihara kesehatan mereka karena kondisi fisik atau keadan emosi klien

BAB II TINJAUAN TEORI. Adapun definisi lain yang terkait dengan halusinasi adalah hilangnya

BAB II KONSEP DASAR. orang lain maupun lingkungan (Townsend, 1998). orang lain, dan lingkungan (Stuart dan Sundeen, 1998).

BAB II TINJAUAN TEORI. kecemasan atau kebutuhan yang tidak terpenuhi yang dirasakan sebagai ancaman.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dirasakan sebagai ancaman (Nurjannah dkk, 2004). keadaan emosional kita yang dapat diproyeksikan ke lingkungan, kedalam

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN PENATALAKSANAAN REGIMENT TERAPEUTIK INEFEKTIF

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN MASALAH UTAMA ISOLASI SOSIAL: MENARIK DIRI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. yang sebenarnya tidak ada stimulus dari manapun baik stimulus suara,

PENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN ISOLASI SOSIAL: MENARIK DIRI DI RUANG ARIMBI RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG. Oleh

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN MENARIK DIRI INTERAKSI PERTAMA/AWAL

BAB III RESUME KEPERAWATAN. Pengkajian dilaksanakan pada tanggal 3 Desember Paranoid, No Register

BAB II KONSEP DASAR. Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh dengan

BAB II KONSEP DASAR. perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana individu melakukan atau. (1998); Carpenito, (2000); Kaplan dan Sadock, (1998)).

BAB II KONSEP DASAR. A. Pengertian. Halusinasi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami perubahan

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Walgito (2001, dalam Sunaryo, 2004).

LAPORAN PENDAHULUAN (LP) ISOLASI SOSIAL

BAB II KONSEP DASAR. rangsangan dari luar yang dapat meliputi semua sistem penginderaan di mana terjadi

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN GANGGUAN PROSES PIKIR : WAHAM. Perencanaan Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Gangguan proses pikir : Waham

BAB II KONSEP DASAR A. PENGERTIAN. Halusinasi adalah suatu persepsi yang salah tanpa dijumpai adanya

BAB II TINJAUAN TEORI. Isolasi sosial adalah keadaan dimana individu atau kelompok

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Manusia sebagai makhluk holistik dipengaruhi oleh lingkungan dari dalam

BAB II KONSEP DASAR PERILAKU KEKERASAN. Marah merupakan perasaan jengkel yang timbul sebagai respon

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. stimulus yang sebenarnya tidak ada stimulus dari manapun, baik stimulus

LAPORAN PENDAHULUAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN

BAB III TINJAUAN KASUS. Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr.Aminogondhohutomo Semarang, dengan

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH ASUHAN KEPERAWATAN PADA NY. S DENGAN GANGGUAN PERILAKU KEKERASAN DI RUANG SHINTA RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SURAKARTA

BAB II KONSEP DASAR. Konsep diri adalah semua pikiran, keyakinan, dan kepercayaan yang membuat

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH

BAB II KONSEP DASAR. A. Pengertian. Perubahan persepsi adalah ketidakmampuan manusia dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Komunikasi adalah proses penyampaian gagasan, harapan, dan pesan yang

BAB II TINJAUAN TEORI. Gangguan harga diri rendah digambarkan sebagai perasaan yang negatif

BAB II TINJAUAN TEORI. kecemasan yang meningkat dan dirasakan sebagai ancaman, pengungkapan marah yang


BAB II TINJAUAN TEORI. Amarah merupakan suatu emosi yang menentang dari sifat mudah tersinggung

BAB I PENDAHULUAN. siklus kehidupan dengan respon psikososial yang maladaptif yang disebabkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan emosi yang merupakan

BAB II KONSEP DASAR. A. Pengertian. Halusinasi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami

BAB I PENDAHULUAN. dan kestabilan emosional. Upaya kesehatan jiwa dapat dilakukan. pekerjaan, & lingkungan masyarakat (Videbeck, 2008).

BAB II KONSEP DASAR. langsung (Schult & Videbeck, 1998) langsung diekspresikan (Townsend, 1998).

BAB II TINJUAN PUSTAKA

BAB IV PEMBAHASAN DAN KESIMPULAN

BAB I PENDAHULUAN. Keadaan ini sangat besar pengaruhnya terhadap kesehatan jiwa seseorang. yang berarti akan meningkatkan jumlah pasien gangguan jiwa.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Halusinasi adalah persepsi atau tanggapan dari panca indera tanpa adanya

PEMERINTAH PROPINSI JAWA TENGAH DINAS KESEHATAN. Jl. Piere Tendean No. 24 Telp , fax Semarang, 50131

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. World Health Organitation (WHO) mendefinisikan kesehatan sebagai

BAB II TINJAUAN KASUS

Depresi pada Lansia. Masalah Keperawatan Risiko Bunuh Diri

BAB IV PEMBAHASAN. Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan pada Tn. S dengan

BAB I PENDAHULUAN. dapat meningkatkan jumlah penderita gangguan jiwa (Nurdwiyanti,2008),

BAB I PENDAHULUAN. Keadaan sehat atau sakit mental dapat dinilai dari keefektifan fungsi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kesehatan jiwa menurut Undang-Undang No. 3 Tahun 1966 merupakan

TINJAUAN TEORI BAB II. A. Pengertian. Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang melakukan

BAB II TINJAUAN TEORI

BAB II KONSEP DASAR A.

A. Pengertian Defisit Perawatan Diri B. Klasifikasi Defisit Perawatan Diri C. Etiologi Defisit Perawatan Diri

Kesehatan jiwa menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 18. secara fisik, mental, spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut menyadari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sistem saraf. Gejala psikologis dikelompokan dalam lima katagori utama fungsi

BAB I PENDAHULUAN. keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan kedewasaan

BAB II KONSEP DASAR. berhubungan dengan orang lain termasuk persepsi individu akan sifat dan

PROSES TERJADINYA MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penuaan merupakan proses normal perubahan yang berhubungan dengan waktu,

BAB II TINJAUAN KONSEP DAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Keperawatan jiwa adalah proses interpersonal yang berupaya untuk

MODUL KEPERAWATAN JIWA I NSA : 420 MODUL ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN RESIKO BUNUH DIRI DISUSUN OLEH TIM KEPERAWATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa adalah berbagai karakteristik positif yang menggambarkan

BAB I PENDAHULUAN. dalam dirinya dan lingkungan luar baik keluarga, kelompok maupun. komunitas, dalam berhubungan dengan lingkungan manusia harus

MODUL KEPERAWATAN JIWA I NSA : 420 MODUL ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN WAHAM DISUSUN OLEH TIM KEPERAWATAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

Kepekaan Reaksi berduka Supresi emosi Penundaan Putus asa

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Terapi kelompok merupakan suatu psikoterapi yang dilakukan sekelompok

PENATALAKSANAAN PASIEN GANGGUAN JIWA DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI: HARGA DIRI RENDAH DI RUANG GATHOTKOCO RSJD Dr. AMINO GONDOHUTOMO SEMARANG.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Harga diri merupakan evaluasi yang dibuat individu dan kebiasaan

BAB II KONSEP DASAR. datang internal atau eksternal. (Carpenito, 2001) organic fungsional,psikotik ataupun histerik.

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan jiwa adalah berbagai karakteristik positif yang. menggambarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN TEORI A. PENGERTIAN Isolasi sosial merupakan suatu gangguan interpersonal yang terjadi akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel menimbulkan perilaku maladaptif dan mengganggu fungsi seseorang dalam hubungan sosial (DepKes, 2000 dalam Direja, 2011). Adapun kerusakan interaksi sosial merupakan upaya menghindari suatu hubungan komunikasi dengan orang lain karena merasa kehilangan hubungan akrab dan tidak mempunyai kesempatan untuk berbagi rasa, pikiran dan kegagalan. Klien mengalami kesulitan dalam berhubungan secara spontan dengan orang lain yang dimaifestasikan dengan mengisolasi diri, tidak ada perhatian dan tidak sanggup berbagi pengalaman (Balitbang, 2007 dalam Direja, 2011). Isolasi sosial adalah suatu keadaan kesepian yang dialami oleh seseorang karena orang lain menyatakan sikap yang negatif dan mengancam (Towsend, 1998 dalam Kusumawati & Hartono, 2011) Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa isolasi sosial merupakan suatu keadaan dimana seorang individu tidak mampu membina suatu hubungan komunikasi dengan orang lain karena merasa tidak mempunyai kesempatan untuk berbagi rasa, pikiran, dan kegagalan.

B. ETIOLOGI Gangguan ini terjadi akibat adaanya faktor predisposisi dan faktor presipitasi. Kegagalan pada gangguan ini akan menimbulkan ketidak percayaan pada individu, menimbulkan rasa pesimis, ragu, takut salah, tidak percaya pada orang lain dan merasa tertekan. Keadaan yang seperti ini akan menimbulkan dampak seseorang tidak ingin untuk berkomunikasi dengan orang lain, suka menyendiri, lebih suka berdiam diri dan tidak mementingkan kegiatan sehari-hari (Direja, 2011). C. FAKTOR PREDISPOSISI Menurut Stuart, (2011) ada beberapa faktor predisposisi penyebab isolasi sosial, meliputi : a. Faktor perkembangan Sistem keluarga yang terganggu dapat berperan dalam perkembangan respons sosial maladaptif. Beberapa orang percaya bahwa individu yang mengalami masalah ini adalah orang yang tidak berhasil memisahkan dirinya dari orang tua. Norma keluarga mungkin tidak mendukung hubungan dengan pihak di luar keluarga. Peran keluarga sering kali tidak jelas. b. Faktor sosiokultural Isolasi sosial merupakan faktor utama dalam gangguan hubungan. Hal ini akibat dari transiensi; norma yang tidak mendukung pendekatan terhadap orang lain; atau tidak menghargai

anggota masyarakat yang kurang produktif, seperti lanjut usia (lansia), orang cacat, dan penderita penyakit kronis. Isolasi dapat terjadi karena mengadopsi norma, perilaku, dan sistem nilai yang berbeda dari yang dimiliki budaya mayoritas. Harapan yang tidak realistis terhadap hubungan merupakan faktor lain yang berkaitan dengan gangguan ini. c. Faktor biologis Faktor genetik dapat berperan dalam respons sosial maladaptif. Bukti terdahulu menunjukkan keterlibatan neurotransmiter dalam perkembangan gangguan ini, namun tetap diperlukan penelitian lebih lanjut. D. FAKTOR PRESIPITASI Menurut Direja, (2011) ada beberapa faktor presipitasi isolasi sosial, meliputi : a. Faktor eksternal Contohnya adalah stressor sosial budaya, yaitu stress yang ditinggalkan oleh faktor sosial budaya seperti keluarga. b. Faktor internal Contohnya adalah stressor psikologis, yaitu stress yang terjadi akibat ansietas atau kecemasan yang berkepanjangan dan terjadi bersamaan dengan keterbatasan kemampuan individu untuk berpisah untuk mengatasinya. Ansietas ini dapat terjadi akibat

tuntutan untuk berpisah dengan orang terdekat atau tidak terpenuhnya kebutuhan individu. E. TANDA DAN GEJALA Menurut Direja, (2011), tanda dan gejala isolasi sosial meliputi : a. Kurang spontan b. Apatis (acuh terhadap lingkungan) c. Ekspresi wajah kurang berseri d. Tidak merawat diri dan tidak memperhatikan kebersihan diri e. Tidak ada atau kurang sadar terhadap komunikasi verbal f. Mengisolasi diri g. Tidak atau kurang sadar terhadap lingkungan sekitarnya h. Aktivitas menurun i. Kurang energi j. Rendah diri k. Asupan makanan dan minuman terganggu

F. PATOPSIKOLOGI Faktor Penyebab : - Kegagalan - Tidak percaya diri - Tidak percaya kepada orang lain - Ragu - Faktor genetik Faktor Predisposisi - Faktor perkembangan - Faktor sosiokultural - Faktor biologis Faktor Presipitasi - Faktor eksternal - Faktor internal Mekanisme Koping Rentang respon sosial Adaptif Maladaptif - Menyendiri - Otonomi - kebersamaan - Saling ketergantungan - kesepian - Tergantung - Menarik diri - Manipulasi - Impulsif - Narsisisme - Curiga Gambar 1. Patopsikologi Isolasi Sosial Sumber : (Stuart, 2007, Direja, 2011)

F. POHON MASALAH Risiko perilaku kekerasan Gangguan persepsi sensori halusinasi Isolasi sosial Gangguan konsep diri : Harga diri rendah Gambar 2. Pohon masalah Isolasi sosial Sumber : (Keliat, 2011) H. MASALAH KEPERAWATAN 1. Isolasi sosial 2. Gangguan konsep diri : Harga Diri Rendah 3. Gangguan persepsi sensori : halusinasi 3. Risiko Perilaku Kekerasan I. INTERVENSI Diagnosa 1 : Isolasi Sosial TUK 1 : klien dapat membina hubungan saling percaya - Beri salam terapeutik - Perkenalkan nama, nama panggilan perawat dan tujuan perawat berkenalan

- Tanyakan dan panggil nama kesukaan klien - Tunjukkan sikap jujur dan menepati janji setiap kali berinteraksi - Tanyakan perasaan klien dan masalah yang di hadapi klien - Buat kontrrak interaksi yang jelas - Dengarkan dengan penuh perhatian ekspresi perasaan klien TUK 2 : klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri - Mengkaji pengetahuan klien tentang perilaku menarik diri - Memberi kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan yang menyebabkan klien tidak mau bergaul - berikan pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaannya TUK 3 : klien menyebutkan keuntungan berinteraksi dengan orang lain dan kerugian berinteraksi dengan orang lain - Mengkaji pengetahuan klien tentang keuntungan memilik teman - Memberi kesempatan kepada klien untuk berinteraksi dengan orang lain - Mendiskusikan bersama klien tentang keuntungan berinteraksi dengan orang lain - Memberi pujian terhadap kemampuan mengungkapkan perasaan tentang keuntungan berinteraksi dengan orang lain - Mengkaji pengetahuan klien tentang kerugian apabila tidak berinteraksi dengan orang lain

- Memberi kesempatan kepada klien untuk mengungkapkan perasaan nya tentang kerugian tidak memiliki teman - Mendiskusikan dengan klien tentang kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain - Memberikan pujian terhadap kemampuan mengungkapkan perasaan nya TUK 4: klien dapat melaksanakan interaksi sosial secara bertahap - Mengkaji kemampuan klien membina hubungan dengan orang lain - Memperagakan cara berhubungan atau berinteraksi dengan orang lain - Mendorong dan membantu klien untuk berinteraksi dengan orang lain - Memberi pujian kepada klien terhadap keberhasilan yang telah dicapai - Membantu klien mengevakuasi keuntungan menjalin hubungan sosial - Mendiskusikan jadwal harian yang dapat dilakukan bersama klien dalam mengisi waktu, yaitu berinteraksi dengan orang lain TUK 5 : klien dapat mengungkapkan perasannya setelah berinteraksi dengna orang lain - Mendorong klien mengungkapkan perasannya bila berinteraksi dengan orang lain

- Mendiskusikan bersama klien tentang perasaannya setelah berinteraksi dengan orang lain - Memberi pujian atas kemampuan klien mengungkapkan perasaan keuntungan berinteraksi dengan orang lain TUK 6 : klien dapat menggunakan sistem pendukung atau keluarga - Membina hubungan saling percaya kepada keluarga - Mendiskusikan tentang : a. Perilaku menarik diri b. Penyebab perilaku menarik diri c. Akibat yang akan terjaid apabila perilaku menarik diri tidak ditanggapi d. Cara keluarga menghadapi kien menarik diri e. Mendorong anggota keluarga untuk memberi dukungan kepada klien dalam berkomunikasi dengan orang lain f. Memberi pujian atas hal-hal yang telah dicapai oleh keluarga Diagnosa 2 : Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah TUK 1 : klien dapat membina hubungan saling percaya - Sapa klien dengan ramah - Perkenalkan diri dengan sopan - Tanyakan nama lengkap dan panggilan kesukaan - Jelaskan tujuan pertemuan

- Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya TUK 2 : klien mampu mengidentifikasi kemampuan dan aspek yang dimiliki - Beri kesempatan kepada klien menyebutkan kegiatan - Arahkan kegiatan jika klien masih bingung - Berikan pujian kepada klien TUK 3 : klien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan - Bantu klien menilai kegiatan yang masih bisa dilakukan di rumah sakit - Berikan pujian kepada klien TUK 4 : klien dapat menetapkan/memilih kegiatan yang sesuai dengan kemampuan - Bantu klien memilih kemampuan yang akan dilatih sesuai kemampuan dan kondisi klien berada - Berikan pujian kepada klien Diagnosa 3 : gangguan persepsi sensori : halusinasi TUK I : Klien dapat membina hubungan saling percaya - Bina hubungan saling percaya - Sapa klien dengan ramah - Tanyakan nama klien dan nama panggilan kesukaan - Jelaskan tujuan pertemuan - Tunjukkan sikap empati dan menerima klien apa adanya - Beri perhatian pada klien dan penuhi kebutuhan klien

TUK 2 : Klien dapat mengenal halusinasinya - Kaji pengetahuan klien tentang perilaku halusinasi dan tandatandanya - Adakan kontak singkat dan sering secara bertahap - Observasi perilaku verbal dan non verbal yang berhubungan dengan halusinasinya - Terima halusinasi sebagai hal nyata bagi klien dan tidak nyata bagi perawat - Identifikasi bersama klien tentang waktu, munculnya halusinasi, isi halusinasi dan frekuensi timbulnya halusinasi - Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya ketika halusinasi muncul - Diskusikan dengan klien mengenai perasaannya saat terjadi halusinasi - Berikan pujian terhadap kemampuan klien dalam mengungkapkan perasaannya TUK 3 : Klien dapat mengontrol halusinasinya - Identifikasi bersama klien tindakan yang biasa dilakukan jika halusinasi muncul - Beri pujian dan penguatan terhadap tindakan yang positif - Bersama klien merencanakan kegiatan untuk mencegah terjadinya halusinasi

- Diskusikan cara mencegah timbulnya halusinasi dan mengontrol halusinasi - Dorong klien untuk memilih cara yang digunakan dalam menghadapi halusinasi - Beri pujian dan penguatan terhadap pilihan yang benar - Diskusikan bersama klien upaya yang telah dilakukan TUK 4 : Klien dapat memanfaatkan obat dengan baik - Diskusikan dengan klien tentang dosis, frekuensi serta manfaat minum obat - Anjurkan klien minta sendiri obat pada perawat dan merasakan manfaatnya - Anjurkan klien bicara dengan perawat tentang manfaat dan efek samping - Diskusikan akibat berhenti minum obat - Bantu klien menggunakan obat dengan prinsip lima benar - Berikan pujian positif. TUK 5 : Klien dapat mendapat dukungan keluarga atau memanfaatkan sistem pendukung untuk mengendalikan halusinasinya - Bina hubungan saling percaya dengan keluarga - Diskusikan dengan anggota keluarga tentang : 1) Perilaku halusinasi 2) Akibat yang akan terjadi apabila perilaku halusinasi tidak ditanggapi

3) Cara keluarga merawat klien halusinasi 4) Dorong anggota keluarga untuk memberikan dukungan kepada klien untuk mengontrol halusinasinya - Anjurkan anggota keluarga secara rutin dan bergantian menjenguk klien minimal satu minggu sekali - Berikan reinforcement positif atau pujian atas hal-hal yang telah dicapai keluarga. Diagnosa 4 : Risiko perilaku kekerasan TUK 1 : kien dapat membina hubungan saling percaya - Bina hubungan saling percaya dengan perawat - Beri salam - Perkenalkan nama, nama panggilan perawat sambil berjabat tangan - Tanyakan nama klien dan nama panggilan kesukaan klien - Jelaskan tujuan interaksi - Beri rasa aman dan tunjukkan sikap empati - Jelaskan kontrak yang akan dibuat - Tanyakan perasaan klien dan masalah yang dihadapi klien - Dengarkan dengan penuh perhatian ungkapan perasaan klien TUK 2 : klien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan yang dilakukannya - bantu klien mengungkapkan perasaannya

- motivasi klien untuk menceritakan penyabab rasa kesal dan jengkelnya - dengarkan tanpa menyela atau memberi penilaian setiap ungkapan perasaan klien TUK 3 : klien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan - bantu klien mengungkapkan tanda perilaku kekerasan yang dialami - motivasi klien menceritakan tanda fisik saat perilaku kekerasan terjadi - motivasi klien menceritakan kondisi hubungan dengan orang lain saat terjadi perilaku kekerasan TUK 4 : klien dapat mengidentifikasi jenis perilaku kekerasan yang pernah dilakukannya - diskusikan dengan pasien perilaku kekerasan yang dilakukan selama ini - motivasi klien menceritakan jenis-jenis tindakan kekerasan yang selama ini dilakukannya - motivasi klien menceritakan perasaan klien setelah tindakan kekerasan itu terjasdi - diskusikan apakah dengan tindakan kekerasan yang dilakukan, masalah yang dialami teratasi

TUK 5 : klien dapat mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan - diskusikan dengan klien akibat negatif cara yang dilakukan pada diri sendiri, orang lain/keluarga dan lingkungan TUK 6 : klien dapat mengidentifikasi cara konstruktif dalam mengungkapkan kemarahannya - diskusikan dengan klien apakah klien mau mempelajari cara baru mengungkapkan marah yang sehat - jelaskan berbagai alternatif pilihan untuk mengungkapkan marah perilaku perilaku kekerasan yang diketahui klien - jelaskan cara-cara sehat untuk mengungkapkan marah TUK 7 : klien dapat mendemonstrasikan cara mengontrol perilaku kekerasan - diskusikan cara yang mungkin dipilih dan anjurkan klien memilih cara yang mungkin untuk mengungkapkan kemarahan - latih klien memperagakan cara yang dipilih - jelaskan manfaat cara tersebut - anjkurkan klien menggunakan cara yang sudah di ajarkan tersebut - beri penguatan pada klien/perbaiki cara yang masih belum sempurna TUK 8 : klien dpaat dukungan dari keluarga untuk mengontrol perilaku kekerasan - diskusikan pentingnya peran serta keluarga sebagai pendukung klien untuk mengatasi perilaku kekerasan

- diskusikan potensi keluarga untuk membantu klien mengatasi perilaku kekerasan - jelaskan pengertian, penyebab, akibat dan cara merawat klien perilaku kekerasan yang dapat dilaksanakan oleh keluarga - peragakan cara merawat klien - beri kesempatan keluarga untuk memperagakan ulang - beri pujian kepada keluarga - tenyakan perasaan keluarga setelah mencoba cara yang dilatih TUK 9 : klien menggunakan obat sesuai program yanng telah ditetapkan - jelaskan manfaat menggunakan obat secara teratur dan kerugian tidak menggunakan obat - jelaskan pada klien jenis obat ( nama, warna, dan bentuk obat) - anjurkan klien menggunakan obat tepat waktu