BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pendengaran, pendengaran, penciuman dan pengecap. Pengetahuan akan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA. ditanggung) ( KBBI, 2005). Pengalaman dapat diartikan juga sebagai memori episodic,

PENGERTIAN MASA NIFAS

Pengetahuan dan Sikap Ibu Nifas tentang Perawatan Luka Perineum

HUBUNGAN ANTARA PERAWATAN LUKA PERINEUM DENGAN PENYEMBUHAN LUKA PERINEUM IBU POST PARTUM. Nur Hasana* dan Irma Damayanti** ABSTRAK

Asuhan Keperawatan Ibu Post Partum. Niken Andalasari

MAKALAH KOMUNIKASI PADA IBU NIFAS

BAB II TINJAUAN TEORITIS. berarti bahwa perilaku baru terjadi apabila ada sesuatu yang diperlukan untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan atau kognitif merupakan dominan yang sangat penting untuk

Tujuan Asuhan Keperawatan pada ibu hamil adalah sebagai berikut:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. harapan seseorang (Arifin dan Rahayu, 2011). diartikan sebagai rasa senang dan kelegaan seseorang dikarenakan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. terletak antara vulva dan anus. Perineum terdiri dari otot dan fascia urogenitalis

HUBUNGAN ANTARA STATUS NUTRISI PADA IBU NIFAS DENGAN PENYEMBUHAN LUKA PERINEUM DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS CUKIR KABUPATEN JOMBANG ABSTRAK

ASUHAN IBU POST PARTUM DI RUMAH

BAB I PENDAHULUAN. masa nifas dini (early postpartum) adalah periode kepulihan dimana ibu telah

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Dalam bab 2 ini akan diuraikan tentang konsep terkait dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. Luka perineum didefinisikan sebagai adanya robekan pada jalan lahir maupun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Rukiyah (2011) dalam Prawirohardjo (2002) masa nifas. pada kondisi tidak hamil (Varney, 2007).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. untuk meningkatkan kesehatan, aliran darah, elastisitas, dan relaksasi otot-otot. dasar panggul (Mongan, 2007, hlm 178).

BAB I PENDAHULUAN. hari) dan ada yang mengalami kelambatan dalam penyembuhannya (Rejeki,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mempengaruhi kesehatan individu, kelompok, atau masyarakat. Dari segi biologis,

Asuhan Persalinan Normal. Matrikulasi Calon Peserta Didik PPDS Obstetri dan Ginekologi

1. ASUHAN IBU SELAMA MASA NIFAS

LAMPIRAN Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Diani Nurcahyaningsih, Kebidanan DIII UMP, 2015

b) Luka bakar derajat II

BAB I PENDAHULUAN kelahiran dibandingkan 16 per kelahiran di negara maju. Indonesia

: LAUREN LITANI NIM : SEMESTER : 1

BAB I PENDAHULUAN. bangsa dalam pelayanan kesehatan. Persalinan merupakan suatu proses pengeluaran

AKPER HKBP BALIGE. Carolina M Simanjuntak, S.Kep, Ns

BAB I PENDAHULUAN. hamil saat proses melahirkan adalah episiotomi. Episiotomi yaitu tindakan bedah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. konsepsi oleh ibu. Proses ini dimulai dengan kontraksi persalinan sejati, yang

BAB I PENDAHULUAN. ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Nifas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Referat Fisiologi Nifas

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan penelitian Woman Research Institute, angka kematian ibu melahirkan

BAB IV PEMBAHASAN. Pada bab ini berisi pembahasan asuhan kebidanan pada Ny.S di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kesehatan dan merupakan suatu ukuran mutu pelayanan kepuasan pelanggan yang

NIFAS NORMAL MASA NIFAS 11/15/2010. Tujuan asuhan masa nifas

PENDAHULUAN. keberhasilan pembangunan kesehatan. Indonesia merupakan angka tertinggi dibandingkan Negara Negara

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Pengideraan

2. Indikasi Sectio Caesarea

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kulit sebelah depan perineum (Sarwono, 2007, hal. 171).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Angka kematian maternal di negara negara maju berkisar antara 5-10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengetahuan juga didapatkan dari tradisi (Prasetyo, 2007, hlm.3-4). telinga (Notoatmodjo, 2003, hlm. 121).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Pengetahuan (Knowledge) seseorang (overt behavior) (Notoatmodjo : 2003 : 127).

AMNIOTOMI. Diadjeng Setya W

PERSALINAN NORMAL ( KALA IV )

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Mutu tidak pernah merupakan sesuatu yang datang tiba-tiba, mutu selalu

BAB II TINJAUAN TEORI. hamil. Masa nifas berlangsung kira-kira 6 minggu. Puerpurium (nifas) (Ambarwati dan Wulandari, 2010, p.1).

BAB I PENDAHULUAN. Rasa nyaman berupa terbebas dari rasa yang tidak menyenangkan adalah

GAMBARAN PERAWATAN IBU NIFAS OLEH TENAGA KESEHATAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS NAN BALIMO KOTA SOLOK TAHUN 2014

PENGARUH DERAJAT LASERASI PERINEUM TERHADAP SKALA NYERI PERINEUM PADA IBU POST PARTUM

HUBUNGAN PERAWATAN LUKA PERINEUM PADA IBU NIFAS DENGAN LAMA PENYEMBUHAN LUKA JAHITAN PERINEUM IBU NIFAS DI PUSKESMAS SUSUKAN KABUPATEN SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. kematian ibu maupun perinatal (Manuaba 2010:109). Perlunya asuhan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. terletak antara vulva dan anus. Perineumterdiri dari otot dan fascia urogenitalis serta

TINGKAT PENGETAHUAN IBU NIFAS TENTANG BENDUNGAN SALURAN ASI DI BPM SUWARNI SIDOHARJO SRAGEN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Periode pascapartum ialah masa enam minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ

PENDAHULUAN Angka kematian ibu (AKI) hamil di Indonesia masih tinggi yaitu

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN. lahir. Salah satu syarat penting agar terjadi kehamilan istri harus dapat

Persalinan Normal. 60 Langkah. Asuhan Persalinan Kala dua tiga empat. Dikutip dari Buku Acuan Asuhan Persalinan Normal

BAB I PENDAHULUAN. persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti pra-hamil. Lama masa nifas yaitu 6-8 minggu (Mochtar, 2012; h. 87).

BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) menjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. Masalah kesehatan reproduksi wanita menjadi perhatian yang perlu

60 Langkah Asuhan Persalinan Normal

BAB 1 PENDAHULUAN. ke dunia luar. Beberapa kasus seperti plasenta previa, preeklamsia, gawat janin,

BAB I PENDAHULUAN. melahirkan. Pada masa ini terjadi perubahan sistem -sistem dalam tubuh, atau

BAB I PENDAHULUAN. macam aspek, diantaranya pertolongan persalinan yang salah satunya adalah

BAB 1 PENDAHULUAN. puerperium dimulai sejak dua jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan enam

KARYA TULIS ILMIAH. Oleh : RATNA NURAINI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. merupakan suatu teori kontrol. Tetapi yang jika dihubungkan dengan perantara

BAB I PENDAHULUAN. Kelahiran seorang bayi juga merupakan peristiwa sosial yang ibu dan

Mata Kuliah Askeb III (Nifas)

BAB II TINJAUAN KEPUSTAKAAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1) Masa nifas disebut juga masa post partum atau peurperium adalah. yang berkaitan saat melahirkan (Suherni dkk, 2009 : 1)

KEBUTUHAN DASAR MANUSIA KONSEP LUKA

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan dan proses kelahiran. Masa nifas yang biasa disebut juga masa

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. saat lahir kurang dari gram. Salah satu perawatan BBLR yang

BAB I PENDAHULUAN. Mukosa rongga mulut merupakan lapisan epitel yang meliputi dan melindungi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

4/5/2011. Oleh. Riwayat kesehatan Pemeriksaan fisik Pemeriksaan psikologis Laboratorium : Ht, gol darah dan Rh.

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera fisik, mental, dan

BAB I PENDAHULUAN. persalinan dan nifas (Riswandi, 2005). Angka Kematian ibu (AKI) di Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Periode paska persalinan atau masa nifas mulai setelah partus selesai, dan

BAB V PEMBAHASAN. A. Tinggi Fundus Uteri Awal pada Kelompok Eksperimen dan Kelompok

JARINGAN NASIONAL PELATIHAN KLINIK KESEHATAN REPRODUKSI PUSAT PELATIHAN KLINIK PRIMER (P2KP) KABUPATEN POLEWALI MANDAR. ( Revisi )

METODE PENELITIAN HASIL PENELITIAN Analisis Univariat

ASUHAN BAYI BARU LAHIR DAN NEONATUS

BAB I PENDAHULUAN. Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan indikator keberhasilan

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN. Universitas Muhammadiyah Ponorogo, bermaksud. Kebidanan pada Masa Hamil sampai Masa Nifas. Asuhan Kebidanan ini

PENUNTUN BELAJAR PROSEDUR PERSALINAN NORMAL. Nilailah kinerja setiap langkah yang diamati menggunakan skala sebagai berikut.:

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG MOBILISASI DINI DENGAN TINDAKAN MOBILISASI DINI PADA IBU NIFAS 1 HARI POST SECTIO CAESAREA

cairan berlebih (Doenges, 2001). Tujuan: kekurangan volume cairan tidak terjadi.

LEMBAR PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN. Universitas Muhammadiyah Ponorogo, bermaksud

MANAJEMEN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS

PERBEDAAN EFEKTIFITAS PEMBERIAN PUTIH TELUR DAN IKAN GABUS TERHADAP PENYEMBUHAN LUKA PERINEUM IBU NIFAS

BAB I PENDAHULUAN. Asuhan kebidanan komprehensif adalah suatu pemeriksaan yang dapat. dilakukan secara lengkap dengan adanya pemeriksaan laboratorium

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan reproduksi karena seluruh komponen yang lain sangat dipengaruhi. keluarga sehat dan bahagia (Anggraini, 2010.h.10).

BAB I PENDAHULUAN. dikonsumsi oleh organisme secara normal melaui berbagai tahapan yaitu

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Konsep Pengetahuan 1. Defenisi Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil dari proses pembelajaran dengan melibatkan indra pendengaran, pendengaran, penciuman dan pengecap. Pengetahuan akan memberikan penguatan terhadap individu dalam setiap mengambil keputusan dan dalam berperilaku (Setiawati.2008) Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yaitu indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan diperoleh dari mata dan telinga. Pengetahuan atau ranah kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behaviour) (Notoatmodjo. 2010). 2. Tingkat Pengetahuan Dalam Domain Kognitif Menurut Notoatmodjo (2010) dalam domain kognitif berkaikan dengan pengetahuan yang bersifat intelektual (cara berpikir, berinteraksi, analisa, memecahkan masalah dan lain lain) yang berjenjang sebagai berikut: a. Tahu (Knowledge) Menunjukkan keberhasilan mengumpulkan keterangan apa adanya. Termasuk dalam kategori ini adalah kemampuan mengenali atau mengingat kembali hal hal atau keterangan yang berhasil dihimpun atau dikenali (recall of facts). b. Memahami (Comprehension) Pemahaman diartikan dicapainya pengertian (understanding) tentang hal yang sudah kita kenali. Karna sudah memahami hal yang bersangkutan maka juga

sudah mampu mengenali hal tadi meskipun diberi bentuk lain. Termasuk dalam jenjang kognitif ini misalnya kemampuan menterjemahkan, menginterpretasikan, menafsirkan, meramalkan dan mengekplorasikan. c. Menerapkan (Aplication) Penerapan diartikan sebagai kemampuan menerapkan hal yang sudah dipahami kedalam situasi dan kondisi yang sesuai. d. Analisa (Analysis) Analisis adalah kemampuan untuk menguraikan hal tadi menjadi rincian yang terdiri unsur unsur atau komponen komponen yang berhubungan antara yang satu dengan yang lainnya dalam suatu bentuk susunan. e. Sintesis (Syntesis) Sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun kembali bagian bagian atau unsur unsur tadi menjadi suatu keseluruhan yang mengandung arti tertentu. f. Evaluasi (Evaluation) Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk membandingkan hal yang bersangkutan dengan hal hal serupa atau setara lainnya, sehingga diperoleh kesan yang lengkap dan menyeluruh tentang hal yang sedang dinilainya. 3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan Menurut Mubarak (2011) faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang adalah: a. Pendidikan. Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan seseorang kepada orang lain agar dapat memahami suatu hal. Tidak dapat dipungkiri bahwa makin tinggi pendidikan seseorang, semakin mudah pula mereka menerima informasi, dan pada akhirnya makin banyak pula pengetahuan yang dimilikinya akan semakin

banyak. Sebaliknya jika seseorang tingkat pendidikannya rendah, maka akan menghambat perkembangan sikap orang tersebut terhadap penerimaan informasi dan nilai-nilai yang baru diperkenalkan. b. Pekerjaan Lingkungan pekerjaan dapat membuat seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan, baik secara langsung maupun secara tidak langsung. c. Umur Dengan bertambahnya umur seseorang akan mengalami perubahan aspek fisik dan psikologis (mental). Secara garis besar, pertumbuhan fisik terdiri atas empat katagori perubahan yaitu perubahan ukuran, perubahan proporsi, hilangnya ciri-ciri lama dan timbulnya ciri-ciri baru. Perubahan ini terjadi karena pematangan fungsi organ. Pada aspek pskologis atau mental, taraf berfikir seseorang menjadi semakin matang dan dewasa. B. Perawatan Masa Nifas Menurut Bahiyatun (2009) masa nifas adalah masa ( kira kira 6 minggu ) setelah kelahiran bayi, selama tubuh ibu beradaptasi kekeadaan sebelum hamil, disebut juga puerperium sedangkan menurut Saleha (2009) masa nifas adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran bayi, plasenta, serta selaput yang diperlukan untuk memulihkan kembali organ kandungan seperti sebelum hamil dengan waktu kurang lebih 6 minggu postpartum. Periode masa nifas menurut Wulandari (2009) dibagi menjadi periode, yakni: Puerperium dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalanjalan. Dalam agama Islam dianggap telah bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari. Puerperium intermedial yaitu kepulihan secara menyeluruh alat-alat genetalia yang

lamanya 6-8 minggu. Remote puerperium yaitu waktu yang diperlukan pulih dan sehat sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan mempunyai komplikasi. Menurut Nurjannah (2013) program dan kebijakan teknis yang disampaikan pada buku acuan nasional pelayanan kesehatan maternal dan neonatal, 2006 menganjurkan bahwa pada kunjungan 2 dan 3 yaitu 6 hari setelah persalinan dan 2 minggu setelah persalinan petugas kesehatan melakukan hal-hal berikut ini: a. Memastikan involusi uterus berjalan normal: uterus berkontraksi, fundus dibawah umbilicus, tidak ada pendarahan abnormal, tidak ada bau. b. Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi, atau pendarahan abnormal c. Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan, cairan, dan istirahat d. Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-tanda penyulit. e. Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari. Menurut Mitayani (2009) tujuan asuhan kebidanan selama masa postpartum adalah mencegah hemoragi, memberikan kenyamanan fisik nutrisi hidrasi keamanan dan eliminasi, memberikan motivasi pada ibu dan keluarga untuk mulai mengintegrasikan proses kelahiran menjadi pengalaman hidup mereka, memelihara proses kedekatan dengan neonatus.

C. Perawatan Luka Perineum 1) Definisi Laserasi perineum adalah perlukaan yang terjadi pada saat persalinan di bagian perineum (Mochtar, 2010). Menurut Rukiyah (2010) Perlukaan perineum umumnya terjadi unilateral, namun dapat juga bilateral. Perlukaan pada diafragma urogenitalis dan muskulus levator ani, yang terjadi pada persalinan normal atau persalinan dengan alat, dapat terjadi tanpa luka pada kulit perineum atau pada vagina, sehingga tidak kelihatan dari luar. Perlukaan demikian dapat melemahkan dasar panggul, sehingga mudah terjadi prolapsus genetalis. Luka perineum setelah melahirkan ada 2 macam yaitu: a. Ruptur adalah luka pada perineum yang diakibatkan oleh rusaknya jaringan secara alamiah karena proses desakan kepala janin atau bahu pada saat proses persalinan. Bentuk ruptur biasanya tidak teratur sehingga jaringan yang robek sulit dilakukan penjahitan b. Episiotomi adalah sebuah irisan bedah pada perineum untuk memperbesar muara vagina yang dilakukan tepat sebelum keluarnya kepala bayi. Episiotomi juga merupakan tindakan insisi pada perineum yang menyebabkan terpotongnya selaput lender vagina, cincin selaput dara, jaringan pada septum rektovaginal, otot-otot dan fasia perineum dan kulit sebelah depan perineum. Derajat Perlukaan pada Perineum : Derajat I, mukosa vagina, fauchette posterior, kulit perineum. Derajat II, fauchette posterior, kulit perineum, otot perineum. Derajat III, fauchette posterior, kulit perineum, otot perineum, otot spinter ani eksternal, dinding rectum anterior. Tindakan pada Luka Perineum. Derajat I : Tidak perlu dijahit jika tidak ada pendarahan dan posisi luka baik. Derajat II : Jahit dan kemudian luka pada vagina

dan kulit perineum ditutup dengan mengikut sertakan jaringan-jaringan dibawahnya. Derajat III/IV : Penolong persalinan tidak dibekali keterampilan untuk reparasi laserasi perineum. Maka hendaknya segera merujuk ke fasilitas rujukan. (Walyani. 2015) 2) Lingkup Perawatan Menurut Rukiyah (2010) Lingkup perawatan perineum ditujukan untuk pencegahan infeksi organ-organ reproduksi yang disebabkan oleh masuknya mikroorganisme yang masuk melalui vulva yang terbuka atau akibat dari perkembangbiakan bakteri pada peralatan penampung lochea (pembalut). Sedangkan menurut Hamilton (2002) dalam Rukiyah (2010) lingkup perawatan perineum adalah: Mencegah kontaminasi dari rektum, menangani dengan lembut pada bagian yang terkena trauma, bersihkan semua keluaran yang menjadi sumber bakteri dan bau. 3) Waktu Perawatan Menurut Ferer (2001) dalam Rukiyah (2010) waktu perawatan perineum adalah: Saat mandi: Pada saat mandi, ibu postpartum pasti melepas pembalut, setelah terbuka maka ada kemungkinan terjadi kontaminasi bakteri pada cairan yang tertampung pada pembalut, untuk itu maka perlu dilakukan penggantian pembalut, demikian pula pada perineum ibu, untuk itu diperlukan pembersihan perineum. Setalah buang air kecil, pada saat buang air kecil kemungkinan besar terjadi kontaminasi air seni pada rektum akibatnya dapat memicu pertumbuhan bakteri pada perineum untuk itu diperlukan perbersihan perineum. Setelah buang air besar: Pada saat buang air besar, diperlukan pembersihan sisa-sisa kotoran disekitar anus, untuk mencegah terjadinya kontaminasi bakteri dari anus ke

perineum yang letaknya bersebelahan maka perlu proses pembersihan anus dan perineum. 4) Faktor yang Mempengaruhi Perawatan Perineum Gizi: Faktor gizi terutama protein akan sangat mempengaruhi terhadap proses penyembuhan luka pada perineum karena pengantian jaringan sangat membutuhkan protein. Obat-obatan: Steroid: Dapat menyamarkan adanya infeksi dengan mengganggu respon inflamasi normal; Antikoagulan: dapat menyebabkan hemoragik; Antibiotik spektrum luas/spesifik : Efektif bila diberikan segera sebelum pembedahan untuk patologi spesifik atau kontaminasi bakteri. Jika diberikan setelah luka ditutup, tidak efektif karena koagulasi intravaskular. Keturunan: sifat genetik seseorang akan mempengaruhi kemampuan dirinya dalam penyembuhan luka. Salah satu sifat genetik yang mempengaruhi adalah kemampuan dalam sekresi insulin dapat dihambat, sehingga menyebabkan glukosa darah meningkat. Dapat terjadi penipisan protein-kalori. Sarana prasarana: kemampuan ibu dalam menyediakan sarana prasarana dalam perawatan perineum akan sangat mempengaruhi penyembuhan perineum, misalnya kemampuan ibu dalam menyediakan antiseptik. Budaya dan keyakinan: budaya dan keyakinan akan mempengaruhi penyembuhan perineum, misalnya kebiasaantarak telur, ikan dan daging ayam, akan mempengaruhi asupan gizi ibu yang akan sangat mempengaruhi penyembuhan luka. 5) Dampak Perawatan Luka Perineum Yang Tidak Benar Perawatan perineum yang dilakukan dengan baik dapat menghindarkan hal sebagai berikut: Infeksi: Kondisi perineum yang terkena lochea dan lembab akan

sangat menunjang perkembangbiakan bakteri yang dapat menyebabkan timbulnya infeksi pada perineum. Komplikasi: Munculnya infeksi pada perineum dapat merambat pada saluran kandung kemih ataupun pada jalan lahir yang dapat berakibat pada munculnya komplikasi infeksi kandung kemih maupun infeksi pada jalan lahir. Kematian ibu postpartum: Penanganan komplikasi yang lambat dapat menyebabkan terjadinya kematian pada ibu postpartum mengingat kondisi fisik ibu postpartum masih lemah (Rukiyah.2010) 6) Fase-Fase Penyembuhan Luka Fase-fase penyembuhan luka menurut Smeltzer (2002 : 490) dalam Rukiyah (2010) adalah sebagai berikut: a. Fase inflamasi, berlangsung selama 1 sampai 4 hari. Respon vaskular dan selular terjadi ketika jaringan teropong atau mengalami cidera. Vasokonstriksi pembuluh terjadi dan bekuan fibronoplatelet terbentuk dalam upaya untuk mengontrol pendarahan. Reaksi ini berlangsung dari 5 menit sampai 10 menit dan diikuti oleh vasodilatasi venula. Mikrosirkulasi kehilangan kemampuan vasokonstriksinya karena norefineprin dirusak oleh enzim intra selular. Juga, histamin dilepaskan, yang meningkatkan permeabilitas kapiler. Ketika mikrosirkunasi mengalami kerusakan, elemen darah seperti antibodi, plasma protein, elektrolit, komplemen, dan air menembus spasium vaskular selama 2 sampai 3 hari, menyebabkan edema, teraba hangat, kemerahan dan nyeri.

b. Fase Proliferatif, berlangsung 5 sampai 20 hari Fibroblas memperbanyak dirinya dan membentuk jaringan-jaringan untuk selsel yang bermigrasi. Sel-sel epitel membentuk kuncup pada pinggiran luka; kuncup ini berkembang menjadi kapiler, yang merupakan sumber nutrisi bagi jaringan granulasi yang baru. Setelah 2 minggu, luka hanya memiliki 3% sampai 5% dari kekuatan aslinya. Sampai akhir bulan, hanya 35% sampai 59% kekuatan luka tercapai. Tidak akan lebih dari 70% sampai 80% kekuatan dicapai kembali. Banyak vitamin, terutama vitamin C, membantu dalam proses metabolisme yang terlibat dalam penyembuhan luka. c. Fase Muturasi, berlangsung 21 hari sampai sebulan atau bahkan setahun. Sekitar 3 minggu setelah cidera fibroblas mulai meninggalkan luka. Jaringan parut tampak besar, sampai fibril kolagen menyusun kedalam posisi yang lebih padat. Hal ini, sejalan dengan dehidrasi, mengurangi jaringan parut tetapi meningkatkan kekuatannya. Maturasi jaringan seperti ini terus berlanjut dan mencapai kekuatan maksimum dalam 10 atau 12 minggu, tetapi tidak pernah mencapai kekuatan asalnya dari jaringan sebelum luka. Dalam penatalaksaan bedah penyembuhan luka, luka digambarkan sebagai penyembuhan melalui intensi pertama, kedua, atau ketiga. Penyembuhan melalui intensi pertama (penyatuan primer). luka dibuat secara aseptik, dengan pengrusakan jaringan minimum, dan penutup dengan baik, seperti dengan suture, sembuh dengan sedikit reaksi jaringan melalui intensi pertama. Ketika luka sembuh melalui intensi pertama, jaringan granulasi tidak tampak dan pembentukan jaringan parut minimal.

Penyembuhan melalui instensi kedua (glanulasi). Pada luka dimana terjadi pembentukan pus (supurasi) atau dimana tepi luka tidak saling merapat, proses perbaikannya kurang sederhana dan membutuhkan waktu lebih lama. Penyembuhan melalui instensi ketiga (Suture Sekunder). Jika luka dalam baik yang belum disuture atau terlepas dan kemudian disuture kembali nantinya, dua permukaan granulasi yang berlaeanan disambungkan. Hal ini mengakibatkan jaringan parut yang lebih dalam dan luas. 7) Penatalaksanaan a. Persiapan pada ibu postpartum: Perawatan perineum sebaiknya dilakukan dikamar mandi dengan posisi ibu jongkok jika ibu telah mampu atau berdiri dengan kaki terbuka. Alat dan bahan: alat yang digunakan adalah botol, baskom dan gayung atau shower air hangat dan handuk bersih. Sedangkan bahan yang digunakan adalah air hangat, pembalut nifas baru dan antiseptik. b. Tujuan dilakukan perawatan luka perineum adalah untuk mengurangi rasa ketidak nyamanan, mencegah infeksi, meningkatkan kebersihan, dan penyembuhan pada luka perineum. c. Prosedur pelaksanaan sebagai berikut: mencuci tangannya; mengisi botol plastik yang dimiliki dengan air hangat; buang pembalut yang telah penuh dengan gerakan kebawah mengarah ke rectum dan letakkan pembalut tersebut kedalam kantong plastik; berkemih dan BAB ketoilet; semprotkan keseluruh perineum dengan air hangat; keringkan perineum dengan menggunakan tissue dari depan kebelakang; pasang pembalut dari depan kebelakang;cuci kembali tangan.

d. Lakukan evaluasi, parameter yang digunakan dalam evaluasi hasil perawatan adalah: Perineum tidak lembab, posisi pembalut tepat, ibu merasa nyaman (Rukiyah, 2010)