BAB III LANDASAN TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
MURA>BAH}AH DAN FATWA DSN-MUI

BAB III TEORI PEMBIAYAAN MURABAHAH

BAB II LANDASAN TEORI

FATWA DSN MUI. Fatwa DSN 01/DSN-MUI/IV/2000: Giro. 1. Giro yang tidak dibenarkan secara syari'ah, yaitu giro yang berdasarkan perhitungan bunga.

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTEK MURA>BAH}AH PROGRAM PEMBIAYAAN USAHA SYARIAH (PUSYAR) (UMKM) dan Industri Kecil Menengah (IKM)

BAB II REGULASI PERBANKAN SYARI AH DAN CARA PENYELESAIANNYA. kerangka dual-banking system atau sistem perbankan ganda dalam kerangka

BAB III MURABAHAH DALAM ISLAM. Murabahah berasal dari kata Rabh, yang berarti perolehan, keuntungan,

BAB II LANDASAN TEORI. yang disepakati. Dalam Murabahah, penjual harus memberi tahu harga pokok

BAB III TINJAUAN PUSTAKA. Sedangkan pengawasan adalah : a. Menurut Sondang P. Siagian pengawasan adalah proses pengamatan

ب س م االله الر ح من الر ح ي م

Halal Guide.INFO - Guide to Halal and Islamic Lifestyle

Murabahah adalah salah satu bentuk jual beli yang bersifat amanah.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

ب س م االله الر ح من الر ح ي م

BAB II PEMBIAYAAN MURABAHAH

BAB II LANDASAN TEORI. pelanggan perusahaan tidak berarti apa-apa. Bahkan sampai ada istilah yang

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II MURA>BAH}AH DALAM FATWA DSN-MUI. berasal dari kata ribhu (keuntungan). Sehingga mura>bah}ah berarti saling

BAB II LANDASAN TEORI TENTANG PEMBIAYAAN MURABAHAH DAN UANG MUKA. Secara bahasa, murābahah berasal dari kata ar-ribhu ( الر بح ) yang

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP APLIKASI PERUBAHAN PENGHITUNGAN DARI SISTEM "FLAT" KE "EFEKTIF" PADA

BAB III TINJAUAN UMUM TENTANG JUAL BELI ISTISHNA. atas dasar saling merelakan, atau jual beli merupakan pemilikan harta benda

Pengertian. Dasar Hukum. QS. Al-Baqarah [2] : 275 Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP OPERASIONALISASI DANA DEPOSITO DI BNI SYARI AH CAB. SURABAYA

AL MURABAHAH DOSEN PENGAMPU H. GITA DANUPRANATA OLEH MELINDA DWIJAYANTI ( ) DHYKA RACHMAENI ( )

BAB III PEMBIAYAAN MURABAHAH. disebut dengan funding dan lending. Islitah lending pada bank syariah. beli maupun pembiayaan yang bersifat hibah.

BAB III LUMAJANG. berbeda beda untuk jangka waktu cicilan yang berbeda. Penerapan keuntungan transaksi pembiayaan mura>bah{ah ditetapkan

BAB II AKAD MURABAHAH PADA PEMBIAYAAN DI LEMBAGA KEUANGAN SYARIAH

BAB III PEMBAHASAN. jenis barang tertentu dengan harga yang disepakati bersama. 25. tambahan keuntungan yang desepakati. 27

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK PEMBIAYAAN MURA<BAH{AH DI BMT MADANI TAMAN SEPANJANG SIDOARJO

Contoh Penghitungan Murabahah (Hipotesis)

BAB III PEMBAHASAN. 3.1 Pengertian, Dasar Hukum, Rukun Dan Syarat Murabahah. satunya adalah akad murabahah. Akad Murabahah sama dengan bentuk

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP ASURANSI JIWA PADA PEMBIAYAAN MURA>BAH}AH DI BMT UGT SIDOGIRI CABANG LARANGAN SIDOARJO

BAB IV. A. Analisis Aplikasi Akad Mura>bah}ah di BMT Mandiri Sejahtera Jl. Raya Sekapuk Kecamatan Ujung Pangkah Kabupaten Gresik.

BAB III PEMBAHASAN. tambahan keuntungan yang telah disepakati. 1 Dalam teknis perbankan,

BAB II LANDASAN TEORI. A. Konsep Akad Bai Bitsaman Ajil dalam Fiqh Muamalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian yang dilakukan Wardi dan Putri (2011) tentang Analisis

BAB II LANDASAN TEORI. bank syari ah diwujudkan dengan pemberian pembiayaaan. Menurut Undang-Undang Perbankan No. 21 Tahun 2008, pembiayaan

BAB I PENDAHULUAN. hukum Islam. Pembentukan sistem ini berdasarkan adanya larangan dalam agama Islam untuk

BAB IV ANALISIS PENANGANAN PEMBIAYAAN MURABAHAH BERMASALAH DI BMT NU SEJAHTERA CABANG KENDAL

BAB II DASAR TEORI. mengandalkan pada bunga. Bank Syariah adalah lembaga keuangan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Artinya: Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. (QS. Al- Baqarah : 275).

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN. A. Mekanisme Pembiayaan Konsumtif di KOPSIM NU Batang

Pada hakikatnya pembiayaan Kredit Pemilikan Rumah (KPR) di Bank. pemenuhan kebutuhan akan rumah yang disediakan oleh Bank Muamalat

BAB I PENDAHULUAN. yang bertujuan untuk memuaskan kebutuhan kredit. 1. kegiatan utamanya. Besarnya jumlah kredit yang disalurkan akan menentukan

BAB II LANDASAN TEORI. Sedangkan menurut terminologi ilmu fiqih, murabahah adalah. anatara pihak bank dengan nasabah di awal perjanjian.

BAB IV. A. Analisis Hukum Islam terhadap Pasal 18 Ayat 2 Undang-Undang. memberikan pelayanan terhadap konsumen yang merasa dirugikan, maka dalam

BAB IV. IMPLEMENTASI AKAD IJĀRAH DALAM BNI ib PEMBIAYAAN HAJI DI BNI SYARIAH CABANG PEKALONGAN

BAB IV. Seperti di perbankan syari ah Internasional, transaksi mura>bah}ah merupakan

BAB III LANDASAN TEORITIS TENTANG MURABAHAH. Bentuk-bentuk akad jual beli yang telah dibahas oleh ulama fikih

BAB II LANDASAN TEORI. diberikan oleh pemilik dana kepada pengguna dana. Bank percaya kepada

mura>bahah terdapat berbagai formulasi definisi yang berbeda-beda

BAB III LANDASAN TEORISTIS TENTANG PENGAWASAN PEMBIYAAN MURABAHAH. adalah skim jual beli murabahah. Transaksi murabahah ini lazimnya digunakan oleh

ب س م االله الر ح من الر ح ي م

BAB IV. Sejalan dengan tujuan dari berdirinya Pegadaian Syariah yang berkomitmen

BAB I PENDAHULUAN. syariah adalah Baitul Mal wa at-tamwil. Baitul Mal wa at-tamwil

BAB III PEMBAHASAN DAN ANALISIS. A. Karakteristik Pembiayaan Produk Flexi ib Hasanah BNI Syariah Kantor

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. kualitas generasi mendatang, termasuk perannya sebagai pemantapan jati diri.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK PENGEMBALIAN SISA PEMBAYARAN DI KOBER MIE SETAN SEMOLOWARU

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENERAPAN AKAD QARD\\} AL-H\}ASAN BI AN-NAZ AR DI BMT UGT SIDOGIRI CABANG WARU SIDOARJO

BAB IV IMPLEMENTASI AKAD MURABAHAH PADA PEMBIAYAAN EMAS DI BNI SYARIAH CABANG PEKALONGAN (STUDY KASUS)

BAB I PENDAHULUAN. lepas dari kebutuhan. Semakin tinggi taraf hidup dari tingkat sosial atau masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. dunia, sebagaimana sabda Nabi Muhammad saw. Al-dunyā mażra ah al-akhirat

BAB II LANDASAN TEORI TEORI PEMBIAYAAN MURABAHAH DAN PENYELESAIAN PEMBIAYAAN BERMASALAH

secara tunai (murabahah naqdan), melainkan jenis yang

BAB I PENDAHULUAN. sebagai upaya kaum muslimin untuk mendasari segenap aspek kehidupan. ekonominya berlandaskan Al-Quran dan As-Sunnah.

BAB III PEMBAHASAN DAN ANALISIS. menyatakan ijab dan yang kedua menyatakan qabul, yang kemudian

Pembiayaan Multi Jasa

PEMBIAYAAN MULTI JASA

BAB II LANDASAN TEORI. Undang Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 tentang

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai kemampuan dan kecukupan dalam keuangan, maka masyarakat dapat

Menurut Antonio (2001) ada beberapa syarat khusus yang mengatur. 1) Penjual memberitahukan modal kepada nasabah

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP TRANSAKSI DERIVATIF SYARIAH PERDAGANGAN BERJANGKA DAN KOMODITI DI PT BURSA BERJANGKA JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. syariah dianggap sangat penting khususnya dalam pengembangan sistem ekonomi

4. Firman Allah SWT tentang perintah untuk saling tolong menolong dalam perbuatan positif, antara lain QS. al- Ma idah [5]: 2:./0*+(,-./ #%/.12,- 34 D

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI BARANG SERVIS DI TOKO CAHAYA ELECTRO PASAR GEDONGAN WARU SIDOARJO

PENERAPAN WAKALAH DALAM PEMBIAYAAN MURABAHAH DITINJAU DARI KOMPILASI HUKUM EKONOMI SYARIAH. Oleh : Rega Felix, S.H.

BAB IV ANALISIS SADD AH TERHADAP JUAL BELI KREDIT BAJU PADA PEDAGANG PERORANGAN DI DESA PATOMAN ROGOJAMPI BANYUWANGI

BAB I PENDAHULUAN. bidang, baik jumlah maupun waktunya. 1. berkaitan dengan industri. Dalam aktivitas bisnis berusaha menggunakan

BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP DENDA YANG TIDAK UMMAT SIDOARJO. Keuangan Syariah dalam melakukan aktifitasnya yaitu, muraba>hah, ija>rah

BAB IV ANALISIS TERHADAP MEKANISME PEMBIAYAAN EMAS DENGAN AKAD RAHN DI BNI SYARIAH BUKIT DARMO BOULEVARD CABANG SURABAYA

BAB III LANDASAN TEORI. menunjukkan meja tempat penukaran uang, yang digunakan oleh para pemberi

BAB III PEMBAHASAN DAN ANALISA. A. Ketentuan Jaminan Pembiayaan Murabahah di BPRS Asad Alif

BAB IV ANALISIS HUKUM ISLAM TERHADAP PRAKTIK JUAL BELI SAWAH BERJANGKA WAKTU DI DESA SUKOMALO KECAMATAN KEDUNGPRING KABUPATEN LAMONGAN

BAB IV ANALISIS PENETAPAN MARGIN PADA PEMBIAYAAN MURA>BAH{AH DI BSM LUMAJANG DALAM TINJAUAN FATWA DEWAN SYARIAH NASIONAL-MUI

BAB III PEMBAHASAN. adalah berasal dari kata "ribh" ( ر )yang artinya 'keuntungan'. 14. bersama tambahan keuntungan yang jelas'.

BAB III TINJAUAN UMUM AQAD MURABAHAH DALAM FIQH MUAMALAH. Kata aqad dalam kamus bahasa arab berasal dari kata ع ق د - ی ع ق د - ع ق د ا yakni

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. sekundernya, contohnya keinginan memiliki mobil, motor, HP dan lain-lain, hal pokok yang melekat pada setiap manusia.

BAB I PEDAHULUAN. peluang terjadinya jual-beli dengan sistem kredit atau tidak tunai dalam

BAB II LANDASAN TEORI

BAB IV. A. Mekanisme Penundaan Waktu Penyerahan Barang Dengan Akad Jual Beli. beli pesanan di beberapa toko di DTC Wonokromo Surabaya dikarenakan

MURA<BAH{AH BIL WAKA<LAH DENGAN PENERAPAN KWITANSI

Transkripsi:

BAB III LANDASAN TEORI A. Pemasaran 1. Pengertian Pemasaran Pemasaran adalah suatu sistem keseluruhan dari kegiatan-kegiatan bisnis yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan, dan mendistribusikan barang dan jasa yang memuaskan kebutuhan baik kepada pembeli yang ada maupun pembeli potensial. Menurut Kotler dan Armstrong 1 Pemasaran adalah proses sosial dan manajerial dimana individu dan kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan dan inginkan melalui penciptaan dan pertukaran produk serta nilai dengan pihak lain. Sedangkan menurut Kottler memberikan pengertian pemasaran sebagai berikut: Pemasaran adalah suatu tugas untuk menciptakan, memperkenalkan, dan menyerahkan barang dan jasa kepada konsumen dan perusahaan lain. 2 Berdasarkan definisi di atas bahwa pemasaran merupakan suatu aktivitas pemenuhan kebutuhan dan keinginan konsumen baik individu atau kelompok sehingga tercapai kepuasan konsumen melalui penciptaan, penawaran, dan penukaran suatu produk atau jasa dengan lainnya. h. 5. 1 Philip Kotler, Manajemen Pemasaran, (Jakarta: PT. Indeks, 2004), Ed. Milenium satu, 2 Philip Kottler, Manajemen Pemasaran, alih bahasa oleh Benyamin Molan, (Jakarta: PT. Indeks, 2005), Jilid 1, Ed. 11, h. 6. 21

22 Kebutuhan dan keinginan pembeli yang bervariasi menjadi pedoman bagi rancangan strategi pemasaran. Pembeli biasanya memperlihatkan preferensi dan prioritas produk yang berbeda. Mereka pada umumnya menginginkan produk dan jasa yang bisa memuaskan kebutuhan mereka dengan harga yang bersaing. Perbedaan-perbedaan inilah yang menciptakan segmen pasar. 3 Selanjutnya seluruh strategi pemasaran harus dibangun berdasarkan tiga langkah utama dalam pemasaran bersasaran yaitu STP- Segmentation, Targetting, dan Positioning. Gambar III.1 : Model STP 4 Segmentation Targetting Positioning 1. Mengidentifikasi dasar segmentasi pasar. 2. Mengembangkan profil segmen yang dihasilkan. 1. Mengevaluasi daya tarik dari masing-masing segmen. 2. Memilih segmen sasaran. 1. Mengidentifikasi konsep positioning yang tepat untuk masing-masing segmen. 2. memilih, mengembangkan & mengkomunikasikan konsep positioning yang dipilih. a. Segmentasi Pasar (Segmentation) Proses membagi pasar menjadi kelompok-kelompok pembeli khas yang mungkin membutuhkan produk dan atau bauran pemasaran tersendiri. Perusahaan mempunyai cara yang berbeda-beda untuk 3 Nugroho J. Setiadi, Perilaku Konsumen:Komsep dan Implikasi untuk strategi dan Penelitian Pemasaran (Bogor:Kencana 2013), Ed. 1 Cet. 1, h. 55. 4 Ibid, h. 57.

23 membuat segmen pasar dan untuk mengembangkan profil segmen pasar yang dihasilkan. 1) Membidik Pasar (Targetting) Mengevaluasi daya tarik masing-masing segmen dan memilih satu atau beberapa segmen pasar. 2) Menetapkan Posisi Pasar (Positioning) Mengembangkan posisi bersaing bagi produk dan mengembangkan bauran pemasaran yang tepat. B. Bauran Pemasaran Dalam memasarkan produknya, perusahaan membutuhkan alat komunikasi yang baik dan efektif untuk memberikan informasi mengenai produk perusahaan kepada masyarakat sehingga produk tersebut terkenal dan akhirnya masyarakat mempunyai keinginan untuk membelinya. Bauran pemasaran adalah perangkat alat yang digunakan oleh pemasar untuk mendapatkan tanggapan yang diinginkan dari pasar sasaran. 5 Ada 4 unsur bauran pemasaran (marketing mix) yaitu: 6 1. Product Produk adalah segala sesuatu yang ditawarkan ke suatu pasar untuk memenuhi keinginan atau kebutuhan, sedangkan dalam makna sempit produk adalah sekumpulan atribut fisik yang terkait dalam sebuah bentuk yang dapat diidentifikasi. 5 Philip Kottler, op.cit., h. 18. 6 Ibid, h. 55

24 2. Price Harga adalah sejumlah uang yang akan dibayarkan oleh konsumen atau pelanggan untuk mendapatkan suatu produk dari perusahaan. 3. Promotion Promosi adalah aktifitas untuk mengkomunikasikan berbagai keunggulan yang dimiliki suatu produk, dan mempengaruhi target pasar untuk membeli produk tersebut. 4. Place Distribusi merupakan tempat termasuk berbagai kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan agar produk dapat diperoleh dan tersedia bagi konsumen. Berdasarkan definisi di atas bahwa bauran pemasaran adalah rangkaian alat-alat yang dikendalikan, yang berfungi sebagai strategi pemasaran yang dibaurkan oleh perusahaan untuk membuat respon yang diinginkan dari pasar sasaran. C. Pembiayaan Murabahah 1. Pengertian pembiayaan Pembiayaan murabahah adalah suatu bentuk akad yang mana pihak yang memiliki modal yaitu bank memberikan pembiayaan atau dana kepada nasabah berupa barang. Pengertian pembiayaan menurut undang-undang nomor 10 tahun 1998 ayat 12 adalah: Pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan

25 persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak lain yang dibiayai untuk mengembalikan uang tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil. 7 Murabahah tidak dapat digunakan sebagai bentuk pembiayaan, kecuali ketika nasabah memerlukan dana untuk membeli suatu barang. Secara umum produk pembiayaan adalah produk-produk yang bertujuan untuk membiayai kebutuhan masyarakat. Pembiayaan dapat dibagi menjadi dua yaitu: a. Pembiayaan konsumtif, yakni pembiayaan yang diberikan untuk pembelian ataupun pengadaan barang tertentu yang digunakan tidak untuk tujuan usaha. b. Pembiayaan produktif, yakni pembiayaan yang diberikan untuk kebutuhan usaha. Pembiayaan produktif terbagi lagi menjadi dua: pembiayaan investasi dan pembiayaan modal kerja. 2. Pengertian Murabahah Murabahah adalah istilah dalam fikih Islam yang berarti suatu bentuk jual beli tertentu ketika penjual menyatakan biaya perolehan barang, meliputi harga barang dan biaya-biaya lain yang dikeluarkan untuk memperoleh barang tersebut, dan tingkat keuntungan (margin) yang diinginkan. 8 7 Undang-Undang Perbankan No. 10 Tahun 1998 h.81-82 8 Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008),

26 Murabahah berasal dari kata Rabh, yang berarti perolehan, keuntungan, atau tambahan. Muhammad Ayub mendefinisikan dalam murabahah penjualan harus mengungkapkan biaya dan kontrak (akad) terjadi dengan margin keuntungan yang disetujui. 9 Sejalan dengan itu, Rivai dan Andria Permata Veithzal, mengartikan Murabahah sebagai atas suatu barang, dengan harga yang disepakati antara penjual dan pembeli, setelah sebelumnya penjual menyebutkan dengan sebenarnya harga perolehan atas barang tersebut dan besarnya keuntungan yang diperolehnya. 10 Muhammad Syafi i Antonio menafsirkan bai al murabahah adalah jual beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati. 11 Bambang Hermanto berpendapat murabahah adalah akad jual beli dimana harga dan keuntungan disepakati antara penjual dan pembeli. Jenis dan jumlah barang dijelaskan dengan rinci. Barang diserahkan setelah akad jual beli dan pembayaran dilakukan secara mengangsur atau cicilan atau sekaligus. 12 Murabahah merupakan salah satu bentuk menghimpun dana yang dilakukan oleh perbankan syariah, baik untuk kegiatan usaha yang bersifat produktif, maupun bersifat konsumtif. 13 9 Muhammad Ayub, Understanding Islamic Finance A-Z Keuangan Syariah, (Jakarta:PT. Gramedia Pustaka Utama,2009), h.337 10 Veithzal Rivai dan Andria Permata Veithzal, Islamic Financial Management, (Jakarta: Raja Grafindo Persada,2008), Ed. 1, Cet. 1, h. 145 11 Muhammad Syafi i Antonio, Bank Syariah Dari Teori ke Praktek, (Jakarta: Gema Insani Press, 2001) cet. 1, h. 101 12 Bambang Hermanto, Lembaga Keuangan Syari ah, (Pekanbaru: Suska Press, 2008), h. 63 h.26 13 Hendi Suhendi, Fiqih Muamalah, ( Jakarta: Sinar Grafika,2010), Ed. Ke-1, Cet. Ke_2,

27 Sri Nurhayati dan Wasilah mengatakan Murabahah adalah transaksi penjualan barang dengan mennyatakan harga perolehan dan keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli. Hal yang mebedakan murabahah dengan penjualan yang biasa kita kenal adalah penjual memberitahu secara jelas kepada pembeli berapa harga pokok barang tersebut dan berapa besar keuntungan yang diinginkan. Pembeli dan penual dapat melakukan tawar menawar atas besaran margin keuntungan sehingga akhirnya diperoleh kesepakatan. 14 Adiwarman A. Karim menjelaskan tentang salah satu skim fiqih yang paling populer digunakan oleh perbankan syariah adalah skim jual beli murabahah. Secara sederhana, murabahah berarti suatu penjualan barang seharga barang tersebut ditambah keuntungan yang disepakati. 15 D. Dasar Hukum Murabahah 1. Al Qur an 14 Sri Nurhayati dan Wasilah, Akuntansi Syari ah di Indonesia, (J akarta: Salemba Empat,2009), h. 160 15 Adiwarman A. Karim, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan,(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada,2011), h. 113

28 Orang-orang yang Makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), Sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, Padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), Maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. orang yang kembali (mengambil riba), Maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya (QS. Al-Baqarah: 275). 2. Hadist ع ن أ بى س ع ي د الخ د ر ي رضي االله ع ن ه أ ن ر س و ل االله ص ل ي االله ع ل ي ه و ا ل ه و س ل م ق ال : وصحح ابن حبان) إ نم ا ال ب ي ع ع ن ت ر اض, (رواه البيهقي وابن ماجه Dari Abu Al-Khudri bahwa Rasulullah SAW bersabda, sesungguhnya jual beli itu harus dilakukan suka sama suka. (HR. Al-Baihaqi dan Ibnu Majah, dan dinilai shahih oleh Ibnu Hibban). 16 3. Ijma Ulama telah sepakat bahwa jual beli (murabahah) diperbolehkan dengan alasan bahwa manusia tidak akan mampu mencukupi kebutuhan dirinya, tanpa bantuan orang lain. Namun demikian, bantuan atau barang 16 Muhammad ibnu Hibban ibnu Ahmad Abu Hatim al-tamimi al-busty, Shahih ibnu Hibban, (Berut: Muassasah Al-Risalah,1414 H/1993M)

29 milik orang lain yang dibutuhkannya itu, harus diganti dengan barang lainnya yang sesuai. 17 E. Jenis-jenis Pembiayaan Murabahah 1. Murabahah dengan Pesanan (murabahah to the purchase order) Dalam murabahah jenis ini, penjual melakukan pembelian barang setelah ada pemesanan dari nasabah. Murabahah dengan pesanan dapat bersifat mengikat atau tidak mengikat nasabah untuk membeli barang yang dipesannya. Kalau bersifat mengikat, berarti pembeli harus membeli barang yang dipesannya dan tidak membatalkan pesanannya. Jika asset murabahah yang telah dibeli oleh penjual, dalam murabahah pesanan mengikat, mengalami penurunan nilai tersebut menjadi beban penjual dan akan mengurangi nilai akad. Gambar III.2 Skema Murabahah dengan Pesanan (1) Penjual (4) (5) Pembeli (2) (3) Produsen Supplier 17 Rachmat Syafe i, Fiqih Muamalah,(Bandung: Pustaka Setia,2004), Cet, ke-2, h. 75

30 Keterangan : (1) Melakukan akad murabahah (2) Penjual memesan dan membeli pada supplier/produsen (3) Barang diserahkan dari produsen (4) Barang diserahkan kepada pembeli (5) Pembayaran dilakukan oleh pembeli 2. Murabahah Sederhana Murabahah sederhana adalah bentuk akad murabahah ketika penjual memasarkan barangnya kepada pembeli dengan harga sesuai harga perolehan ditambah margin keuntungan yang diinginkan, seperti pada skema di bawah ini: Gambar III.3 Skema Murabahah Sederhana (1) Penjual 2) 3) Pembeli Keterangan : (1) Melakukan akad murabahah (2) Barang diserahkan kepada pembeli (3) Pembayaran dilakukan oleh pembeli F. Rukun dan Syarat Murabahah

31 1. Rukun dari akad murabahah yang harus dipenuhi adalah: a. Pelaku akad, yaitu ba i (penjual) adalah pihak yang memiliki barang untuk dijual, dan musytari (pembeli) adalah pihak yang memerlukan dan akan membeli barang. b. Objek akad, yaitu mabi (barang dagangan) tsaman (harga). dan c. Sighah, yaitu Ijab dan Qabul. 18 2. Beberapa syarat pokok murabahah a. Penjual memberitahu biaya modal pada nasabah b. Kontrak pertama harus sah dan sesuai dengan rukun yang ditetapkan c. Kontrak harus bebas dari riba d. Penjual harus menjelaskan kepada pembeli bila terjadi cacat atas barang sesudah pembelian e. Penjual harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan secara hutang atau angsuran. Secara prinsip jika syarat dalam a, d atau e tidak terpenuhi, pembeli memiliki pilihan: a. Melanjutkan pilihan seperti apa adanya b. Kembali kepada penjual dan menyatakan ketidaksetujuan atas barang yang dijual c. Membatalkan kontrak. 19 18 Ascarya, op.cit, h. 82 19 Muhammad Syafi i Antonio, op.cit, h. 102

32 Berdasarkan sumber dana yang digunakan, pembiayaan murabahah secara garis besar dapat dibedakan menjadi tiga kelompok: 1. Pembiayaan Murabahah, yang didanai dengan URIA (Unrestricted Iinvestment Account = Investasi tidak terikat) 2. Pembiayaan Murabahah yang didanai dengan RIA (Restricted Investment Account = investasi terikat ) 3. Pembiayaan Murabahah yang didanai dengan modal bank. 20 G. Tata Cara Pelaksanaan Perjanjian Murabahah Gambar III.4 Skema Murabahah MURABAHAH BANK 1. Akad Juali beli 5.bayar NASABAH 4. Terima Barang 2. Beli SUPPLIER 3. Kirim Barang Barang Penjelasan Skema: 21 20 Adiwarman A. Karim, op.cit, h. 117 21 Yusak Laksmana, Panduan Praktis Account Officer Bank Syariah, (Jakarta: PT. Elex Media Komputindo,2009), hal. 25

33 1. Bank dan nasabah melakukan akad pembiayaan jual beli atas suatu barang, dalam akad ini bank bertindak sebagai penjual dan nasabah sebagai pembeli. 2. Bank melakukan pembelian barang yang diinginkan dari supplier penjual dan dibayar secara tunai. 3. Barang yang telah dibeli Bank dikirim oleh supplier kepada nasabah. 4. Nasabh menerima barang yang dibeli. 5. Atas barang yang dibelinya, nasabah membayar kewajiban kepada Bank secara angsuran selama jangka waktu tertentu. H. Murabahah dalam Fatwa DSN No: 04/ DSN-MUI/ IV/ 2000 Perihal murabahah, diatur dalam fatwa DSN No: 04/ DSN-MUI/ IV/ 2000 tentang murabahah, yang mengatur hal-hal sebagai berikut: 1. Ketentuan Umum murabahah dalam Bank Syariah. a. Bank dan nasabah harus melakukan akad murabahah yang bebas riba. b. Barang yang diperjualbelikan tidak diharamkan oleh syariah Islam. c. Bank membiayai sebagian atau seluruh harga pembelian barang yang telah disepakati kualifikasinya. d. Bank membeli barang yang diperlukan nasabah atas nama bank sendiri serta pembelian ini harus sah dan bebas riba. e. Bank harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan secara utang. f. Bank kemudian menjual barang tersebut kepada nasabah (pemesan) dengan harga jual senilai harga beli, plus keuntungannya. Dalam kaitan

34 ini, bank harus memberitahu secara jujur harga pokok barang kepada nasabah berikut biaya yang diperlukan. g. Nasabah membayar harga barang yang telah disepakati tersebut pada jangka waktu tertentu yang telah disepakati. h. Untuk mencegah terjadinya penyalahgunaan atau kerusakan akad tersebut, pihak bank dapat mengadakan perjanjian khusus dengan nasabah. i. Jika bank hendak mewakilkan kepada nasabah untuk membeli barang dari pihak ketiga, akad jual beli murabahah harus dilakukan setelah barang, secara prinsip, menjadi milik bank. 2. Ketentuan murabahah kepada nasabah a. Nasabah mengajukan permohonan dan perjanjian pembelian suatu barang atau aset kepada bank. b. Jika bank menerima permohonan tersebut, ia harus membeli terlebih dahulu aset yang dipesannya secara sah dengan pedagang. c. Bank kemudian menawarkar aset tersebut kepada nasabah dan nasabah harus menerima ( membeli) nya sesuai dengan perjanjian yang telah disepakatinya karena secara hukum, perjanjian tersebut mengikat; kemudian kedua belah pihak harus membuat kontrak jual beli. d. Dalam jual beli ini, bank dibolehkan meminta nasabah untuk membayar uang muka saat menandatangani kesepakatan awal pemesanan. e. Jika nasabah kemudian menolak membeli barang tersebut, biaya riil bank harus dibayar dari uang muka tersebut.

35 f. Jika nilai uang muka kurang dari kerugian yang harus ditanggung oleh bank, bank dapat meminta kembali sisa kerugiannya kepada nasabah. g. Jika uang muka memakai kontrak urbun sebagai alternatif dari uang muka, maka: 1) Jika nasabah memutuskan untuk membeli barang tersebut, ia tinggal membayar sisa harga. 2) Jika nasabah batal membeli, uang muka menjadi milik bank, maksimal sebesar kerugian yang ditanggung oleh bank akibat pembatalan tersebut. Dan jika uang muka tidak mencukupi, nasabah wajib melunasi kekurangannya. 3. Jaminan dalam Murabahah a. Jaminan dalam murabahah dibolehkan, agar nasabah serius dengan pesanannya. b. Bank dapat meminta nasabah untuk menyediakan jaminan yang dapat dipegang. 4. Utang dalam Murabahah a. Secara prinsip, penyelasaian utang nasabah dalam transaksi murabahah tidak ada kaitannya dengan transaksi lain yang dilakukan nasabah dengan pihak ketiga atas barang tersebut. Jika nasabha menjual kembali barang tersebut dengan keuntungan atau kerugian, ia tetap berkewajiban untuk menyelesaikan utangnya kepada bank. b. Jika nasabah menjual barang tersebut sebelum masa angsuran berakhir, ia tidak wajib segera melunasi seluruh angsurannya.

36 c. Jika penjualan barang tersebut menyebabkan kerugian, nasabah tetap harus menyelesaikan utangnya sesuai kesepakatan awal. Ia tidak boleh memperlambat pembayaran angsuran atau meminta kerugian itu diperhitungkan. 5. Penundaan pembayaran dalam Murabahah a. Nasabah yang memiliki kemampuan tidak dibenarkan menunda penyelesaian utang nya. b. Jika nasabah menunda-nunda pembayaran dengan sengaja atau jika salah satu pihak tidak menunaikan kewajibannya, maka penyelesaiannya dilakukan melalui badan arbitrasi syariah, setelah tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah. 22 6. Bangkrut dalam Murabahah Jika nasabah telah dinyatakan pailit dan gagal menyelesaikan hutangnya, bank harus menunda tagihan hutang sampai ia menjadi sanggup kembali, atau berdasrkan kesepakatan. I. Pembiayaan Murabahah Menurut Ekonomi Islam pada Bank Riau Kepri Syariah Cabang Pembantu Teluk Kuantan Sistem ekonomi Islam adalah sebuah sistem ekonomi yang berdasarkan ke-tuhanan dan etika. Ekonomi Islam akan bekerja sekuat tenaga 98 22 Adrian Sutedi, S.H., M.H., Perbankan Syariah, (Bogor: Ghalia Indonesia,2009),h.96-

37 untuk mewujudkan kehidupan yang baik dan sejahtera bagi manusia. 23 Bahkan dalam jual beli (murabahah) pun Islam mengatur hal tersebut. Al-Quran tidak pernah secara langsung membicarakan murabahah meski di sana terdapat acuan tentang jual beli, laba, rugi dan perdagangan. Konsep ekonomi dan perdagangan harus dilandasi oleh nilai-nilai dan etika yang bersumber dari nilai-nilai dasar agama yang menjunjung tinggi tentang kejujuran dan keadilan. 24 Demikian pula tampaknya tidak ada hadits yang memiliki rujukan langsung kepada murabahah. Para ulama generasi awal, semisal Malik dan Syafi i yang secara khusus mengatakan bahwa jual beli murabahah adalah halal. Faqih Mashab Hanafi membenarkan keabsahan murabahah berdasarkan syarat-syarat yang penting bagi keabsahan suatu jual beli ada dalam murabahah, dan juga karena orang memerlukannya. Faqih Syafi i Nawawi cukup menyatakan murabahah boleh tanpa ada penolakan sedikitpun. 25 Berikut ini penjelasan tentang pembiayaan murabahah pada Bank Riau Kepri Syariah Cabang Pembantu Teluk Kuantan. Diantara yang ditinjau penulis dari sudut pandang ekonomi Islam tentang pembiayaan murabahah adalah masalah prinsip-prinsip pemberian pembiayaan dan prosedur pemberian pembiayaan. 23 Akhmad Mujahidin, Dasar-Dasar Ekonomi Islam, (Pekanbaru Riau,2007), h.2 24 Jusmaliani dkk, Bisnis Berbasis Syari ah,(jakarta:bumi Aksara,2008), h.54 25 Veithzal Rivai dan Andria Permata Veithzal, Islamic Finansial Management, (Jakarta:Raja Grafindo Persada,2008), Ed.1, Cet.1, h.145

38 1. Prinsip-prinsip pemberian pembiayaan murabahah Dalam memberikan pembiayaan Bank Riau Kepri Syariah Cabang Pembantu Teluk Kuantan mempunyai beberapa prinsip diantaranya adalah yang disebut dengan prinsip 5 C yaitu: a. Capacity ( kemampuan ) b. Capital ( Modal Kerja ) c. Character ( Watak ) d. Collateral ( Jaminan ) e. Condition 2. Prosedur Pemberian Pembiayaan Kalau dilihat dari prosedur pemberian pembiayaan murabahah yang diterapkan Bank Riau Kepri Syariah pada sistem pembiayaan murabahah sudah sesuai dengan syariat Islam. Bank Riau Kepri Syariah betul-betul dalam melihat karakter calon nasabah yang akan diberikan pembiayaan murabahah, dan Bank Riau Kepri Syariah sangat berhati-hati dalam pemberian pembiayaan yang mengakibatkan Bank Riau Kepri Syariah membutuhkan waktu yang cukup lama dalam memberikan pembiayaan kepada nasabahnya agar tidak terjadi kelalaian nasabah dalam pelunasan pembiayaan dan kredit macet, sedangkan nasabah menginginkan pencairan dana tersebut secepat mungkin. Dalam Al-Quran telah dijelaskan bahwa pemberian dana kepada seseorang itu dianjurkan secepat mungkin.

39 Dari prinsip dan prosedur yang diterapkan Bank Riau Kepri Syariah, maka dapat kita lihat bahwa pembiayaan murabahah telah sesuai dengan syariat Islam.