Analisis Distribusi Tegangan Listrik ke Busi dari Rangkaian Electronic Ignition Berdasarkan Kecepatan Putar Flywheel Mesin

dokumen-dokumen yang mirip
Cara Kerja Sistem Pengapian Magnet Pada Sepeda Motor

BAB IV PENGUJIAN ALAT

PENGGUNAAN IGNITION BOOSTER

K BAB I PENDAHULUAN

Sistem Pengaturan Kecepatan Stasioner dengan Pengapian Multispark Menggunakan Kontroler PID. Primadani Kurniawan

PENGARUH PEMASANGAN DUA CDI DAN VARIASI PUTARAN MESIN TERHADAP OUTPUT DAN KONSUMSI BAHAN BAKAR

ANALISIS PENGARUH VARIASI CDI TERHADAP PERFORMA DAN KONSUMSI BAHAN BAKAR HONDA VARIO 110cc

Oleh: Nuryanto K BAB I PENDAHULUAN

Perancangan dan Implementasi Kontroler PID untuk Pengaturan Waktu Injeksi dan Waktu Pengapian Saat Kecepatan Stasioner pada Spark Ignition Engine

Upaya Peningkatan Unjuk Kerja Mesin dengan Menggunakan Sistem Pengapian Elektronis pada Kendaraan Bermotor

Spark Ignition Engine

USAHA PENGHEMATAN BAHAN BAKAR DENGAN SISTEM PENGAPIAN CDI. Ireng Sigit A ) Abstrak

PRINSIP KERJA MOTOR DAN PENGAPIAN

TROUBLE SHOOTING PADA SISTEM PENGAPIAN CDI - AC SEPEDA MOTOR HONDA ASTREA GRAND TAHUN Abstrak

BAB II DASAR TEORI 2.1 Motor Bakar 2.2 Prinsip Kerja Mesin Bensin

Sistem Pengapian CDI AC pada Sepeda Motor Honda Astrea Grand Tahun 1997 ABSTRAK

PERBEDAAN DAYA PADA MESIN PENGAPIAN STANDAR DAN PENGAPIAN MENGGUNAKAN BOOSTER

BAB IV HASIL DAN ANALISA DATA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

PENGARUH PENGGUNAAN STABILISER TEGANGAN ELEKTRONIK DAN VARIASI BUSI TERHADAP KONSUMSI BAHAN BAKAR PADA YAMAHA MIO SOUL TAHUN 2010

PENGARUH VARIASI BAHAN DAN JUMLAH LILITAN GROUNDSTRAP TERHADAP MEDAN MAGNET PADA KABEL BUSI SEPEDA MOTOR

TUGAS AKHIR ANALISIS SISTEM PENGAPIAN DIRECT IGNITION SYSTEM PADA MESIN 1 TR-FE TOYOTA KIJANG INNOVA

Peningkatan Performa Sepeda Motor Dengan Variasi CDI Programmable. Ibnu Siswanto Pendidikan Teknik Otomotif, FT UNY

Engine Tune Up Engine Conventional

STUDI KARAKTERISTIK TEKANAN INJEKSI DAN WAKTU INJEKSI PADA TWO STROKE GASOLINE DIRECT INJECTION ENGINE

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi dibidang otomotif dari waktu kewaktu terus mengalami

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan tegnologi dibidang industri otomotif sepeda motor.

JOB SHEET TEKNIK KENDARAAN RINGAN PEKERJAAN DASAR OTOMOTIF

PENGARUH PERUBAHAN NA DAN VOOR ONSTEKING TERHADAP KERJA MESIN

JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK MESIN

ECS (Engine Control System) TROOT024 B3

BAB III METODE PENGUJIAN

Motor diesel dikategorikan dalam motor bakar torak dan mesin pembakaran dalam merubah energi kimia menjadi energi mekanis.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. 2.1 Konsep Dasar Sistem Pengisian Sepeda Motor

LEMBAR KERJA SISWA TUNE UP MESIN 4 Tak 4 SILINDER

PENGARUH FILTER UDARA PADA KARBURATOR TERHADAP UNJUK KERJA MESIN SEPEDA MOTOR

: Memelihara/servis engine dan komponen-komponenya(engine. (Engine Tune Up)

BAB III METODE PENELITIAN

Gambar 1. Motor Bensin 4 langkah

DAMPAK KERENGGANGAN CELAH ELEKTRODE BUSI TERHADAP KINERJA MOTOR BENSIN 4 TAK

Sistem Pengaturan Kecepatan Stasioner Mesin Bensin Menggunakan Kontroler PID

BAB IV SISTEM PENGAPIAN (IGNITION SYSTEM)

SISTIM PENGAPIAN. Jadi sistim pengapian berfungsi untuk campuran udara dan bensin di dalam ruang bakar pada.

PENGARUH VARIASI UNJUK DERAJAT PENGAPIAN TERHADAP KERJA MESIN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Peningkatan Performa Sepeda Motor Dengan Variasi CDI Programmable. Ibnu Siswanto Pendidikan Teknik Otomotif, FT UNY

Jurnal Teknik Mesin UMY

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH PENGGUNAAN ALAT PENGHEMAT BAHAN BAKAR BERBASIS ELEKTROMAGNETIK TERHADAP UNJUK KERJA MESIN DIESEL ABSTRAK

Materi. Motor Bakar Turbin Uap Turbin Gas Generator Uap/Gas Siklus Termodinamika

BAB I PENDAHULUAN. Hakekat motor bensin menurut jumlah langkah kerjanya dapat diklasifikasikan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. stand dari pengapian ac dan pengisian dc yang akan di buat. Dalam metode

Pengaruh Penggunaan Busi Terhadap Prestasi Genset Motor Bensin

BAB III METODE PENELITIAN

ECS (Engine Control System) TROOT024 B3

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL HALAMAN PERSETUJUAN. HALAMAN PENGESAHAN. HALAMAN PERSEMBAHAN. KATA PENGANTAR. DAFTAR GAMBAR. BAB I PENDAHULUAN 1

BAB I PENDAHULUAN. Motor bakar merupakan salah satu jenis penggerak mula. Prinsip kerja

Gambar 3.1. Diagram alir percikan bunga api pada busi

ANALISIS PENCAMPURAN BAHAN BAKAR PREMIUM - PERTAMAX TERHADAP KINERJA MESIN KONVENSIONAL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Imam Mahir. Jurusan Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Jakarta Jalan Rawamangun Muka, Jakarta

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Rumusan Masalah

BAB III METODE PENELITIAN

PENGARUH PENGGUNAAN VARIASI BUSI TERHADAP KARAKTERISTIK PERCIKAN BUNGA API DAN KINERJA MOTOR HONDA BLADE 110 CC

PERBEDAAN ANTARA PENGAPIAN KONVENSIONAL DENGAN PENGAPIAN ELEKTRONIK CDI TERHADAP EMISI GAS BUANG PADA MESIN TOYOTA KIJANG SERI 5 K

Pengaruh Kerenggangan Celah Busi terhadap Konsumsi Bahan Bakar pada Motor Bensin

BAB III METODE PELAKSANAAN. Yamaha Mio di Laboratorium, Program Vokasi Universitas Muhammadiyah

Mesin Diesel. Mesin Diesel

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Sistem Pengaturan Injeksi Bahan Bakar Mesin Mitsubishi 4g63 Menggunakan Metode Fuzzy

PENGARUH VARIASI UKURAN MAIN JET KARBURATOR DAN VARIASI PUTARAN MESIN TERHADAP KONSUMSI BAHAN BAKAR PADA SEPEDA MOTOR HONDA SUPRA X 125

BAB III METODE PENELITIAN

PERBANDINGAN PENGGUNAAN KOIL STANDAR DAN KOIL RACING KTC TERHADAP DAYA MESIN DAN KONSUMSI BAHAN BAKAR PADA SEPEDA MOTOR YAMAHA MIO TAHUN 2006

BAB II DASAR TEORI. Menurut Wiranto Arismunandar (1988) Energi diperoleh dengan proses

(54) Judul Penemuan : PENYEMPURNAAN ROTOR DISTRIBUTOR UNTUK MOTOR BAKAR BENSIN (51) 1.P.C : F02P 7/03

TUGAS AKHIR. DisusunOleh: MHD YAHYA NIM

ANALISA PERBANDINGAN DAYA DAN KONSUMSI BAHAN BAKAR ANTARA PENGAPIAN STANDAR DENGAN PENGAPIAN MENGGUNAKAN BOOSTER PADA MESIN TOYOTA KIJANG SERI 7K

LAPORAN PRAKTIKUM 3 PEMERIKSAAN DAN PENYETELAN CELAH KATUP

LAPORAN PRAKTIKUM PENGARUH TIMING PENGAPIAN TERHADAP KONSUMSI BAHAN BAKAR PREMIUM DAN PERTALITE

Pengaruh Variasi Durasi Noken As Terhadap Unjuk Kerja Mesin Honda Kharisma Dengan Menggunakan 2 Busi

BAB II TINJAUAN LITERATUR

BAB II LANDASAN TEORI. mekanik berupa gerakan translasi piston (connecting rods) menjadi gerak rotasi

Variabel terikat Variabel kontrol Pengumpulan Data Peralatan Bahan Penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Troubleshooting Sistem Pengapian Dan Pengisian Sepeda Motor. 1. Cara Kerja Sistem Pengapian Sepeda Motor Yamaha Mio

Sumber: Susanto, Lampiran 1 General arrangement Kapal PSP Tangki bahan bakar 10. Rumah ABK dan ruang kemudi

PERENCANAAN MOTOR BAKAR DIESEL PENGGERAK POMPA

TROUBLESHOOTING SISTEM PENGAPIAN KONVENSIONAL MOTOR BAKAR GASOLINE EMPAT SILINDER 4 TAK

Letak sensor EFI pada toyota Avanza dan Daihatsu Xenia tak sensor pada Avanza/ Xenia tak Sensor dan Injektor Mesin Avanza/xenia

BAB II LANDASAN TEORI. mobil seperti motor stater, lampu-lampu, wiper dan komponen lainnya yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI

PERBANDINGAN KOMPRESI

TUGAS AKHIR TROUBLESHOOTING SISTEM PENGAPIAN INTEGRATED IGNITION ASSEMBLY ( IIA ) PADA TOYOTA GREAT COROLLA 1600 TAHUN 1992

UJI PERFORMANSI MESIN OTTO SATU SILINDER DENGAN BAHAN BAKAR PREMIUM DAN PERTAMAX PLUS

BAB II LANDASAN TEORI

Makalah PENGGERAK MULA Oleh :Derry Esaputra Junaedi FAKULTAS TEKNIK UNNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

Gambar 3. Posisi katup ISC pada engine

D. LANGKAH KERJA a. Langkah awal sebelum melakukan Engine Tune Up Mobil Bensin 4 Tak 4 silinder

Tune Up Mesin Bensin TUNE UP MOTOR BENSIN

Peningkatan Performa Sepeda Motor Dengan Variasi CDI Programmable. The Improvement of Motorcycles Performance using CDI Programmable

Transkripsi:

Analisis Distribusi Tegangan Listrik ke Busi dari Rangkaian Electronic Ignition Berdasarkan Kecepatan Putar Flywheel Mesin Parlindungan P. Marpaung 1* 1 Institut Teknologi Indonesia, Jln. Raya Puspiptek Serpong, Tangerang Selatan 15417 Program Studi Teknik Mesin Otomotif Abstrak Pada sistem pengapian mesin bahan bakar bensin empat silinder tegangan listrik koil sekunder dibangkitkan pada rangkaian electronics ignition yang terdistribusi ke busi melalui kontak distributor yang terhubung ke busi. Kontak distributor berputar melingkar terhubung ke busi dengan lama waktu sudut putar 90 derajat berdasarkan kecepatan putar flywheel mesin. Selanjutnya amplitudo tegangan listrik koil sekunder dibangkitkan dari rangkaian electronics ignition dalam fungsi waktu dengan satuan detik dinyatakan parameter V s.koil(t). Ketika mesin dijalankan, maka kecepatan putar flywheel berubah menyebabkan perubahan lama sudut putar 90 derajat kontak distributor melingkar terhubung ke busi. Lamanya sudut putar 90 derajat kontak distributor terhubung ke busi dinyatakan dengan parameter t (k.dist.) satuan detik. Akibatnya amplitudo V s.koil(t) terdistribusi ke busi berpacu dengan lama t (k.dist.) terhubung ke busi. Pada perubahan lama sudut putar flywheel 90 derajat kontak distributor terhubung ke busi menghasilkan amplitudo V s.koil(t) pada keluaran rangkaian electronics ignition. Analisis perubahan parameter t (k.dist.) disimulasikan pada rangkaian electronics ignition menggunakan software komputer simulasi EWB (electronics work bench). Pada penelitian ini digunakan data perubahan kecepatan putar flywheel mesin adalah 2000 rpm sampai dengan 8000 rpm menghasilkan jangkauan waktu 1,8 ms t (k.dist.) 7,2 ms. Perubahan t (k.dist.) tersebut disimulasikan pada rangkaian electronics ignition menghasilkan amplitudo tegangan koil sekunder dinyatakan V s.koil(t.dist). Hasil simulasi nilai t (k.dist.) = 7,2 ms diperoleh amplitudo V s.koil(7,2ms) = 4782 volt. Kemudian simulasi nilai t (k.dist.) = 3,6 ms menghasilkan amplitudo V s.koil(3,6ms) = 4771 volt. Selanjutnya untuk nilai t (k.dist.) = 2,7 ms menghasilkan amplitudo V s.koil(2,7ms) = 4768 volt dan nilai t (k.dist.) = 1,8 ms menghasilkan amplitudo V s.koil(1,8 ms) = 4768 volt. Dengan demikian jangkauan perubahan 1,8 ms t (k.dist.) 7,2 ms menghasilkan amplitudo tegangan V s.koil(t) terdistribusi ke busi diantara 4782 volt sampai dengan 4768 volt. Hasil keluaran penelitian diperoleh amplitudo tegangan V s.koil(t) terdistribusi ke busi melalui kontak distributor mengalami perubahan relatif kecil satuan volt ketika terjadi perubahan kecepatan putar flywheel mesin. Kata kunci: amplitudo tegangan, kontak distributor, sudut putar melingkar *Penulis korespondensi: telp: +62 21 7561091; cellular: +628128212064. Alamat email: par_marm@yahoo.com 1. Pendahuluan Pada bagian peralatan sistem pengapian busi mesin bahan bakar bensin parameter suplai tegangan listrik koil sekunder, ketika mencapai maksimum terdistribusi ke busi memegang peranan penting menghasilkan pengapian pada gap busi. Faktor parameter lain yang dapat mempengaruhi sitem pengapian mesin bakar bensin antara lain kualitas bahan bakar dan posisi pembukaan katup silinder. Apabila faktor parameter lain tersebut telah terpenuhi, tetapi suplai level tegangan listrik maksimum koil sekunder yang terdistribusi ke busi tidak menghasilkan percikan api pada gap busi, maka akan menjadi sia sia. Dimana level tegangan listrik koil sekunder menghasilkan percikan api pada gap busi fungsi lama waktu sudut putar kontak distributor melingkar 90 derajat terhubung ke busi tersebut. Lama waktu sudut putar kontak distributor 90 derajat terhubung ke busi menentukan nilai amplitudo tegangan koil sekunder yang dipengaruhi oleh kecepatan putar flywheel. Selanjutnya tegangan listrik koil sekunder ini dibangkitkan dari rangkaian pengapian electronics ignition fungsi waktu t (dalam satuan detik) dinyatakan parameter V s.koil (t). Dengan demikian lama waktu kontak distributor terhubung ke busi 1

Analisis Distribusi Tegangan Listrik ke Busi dari Rangkaian Electronics Ignition Berdasarkan Kecepatan Putar Flywheel Mesin mempengaruhi amplitudo tegangan V s.koil (t). Hal ini terjadi, karena kecepatan putaran flywheel mesin berubah dari putaran rendah ke putaran tinggi dan menyebabkan perubahan kecepatan kontak distributor terhubung ke busi yang memungkinkan busi tidak mendapatkan level amplitudo tegangan V s.koil (t) dan tidak menghasilkan percikan bunga api pada gap busi. Untuk itu dilakukan analisis simulasi rancang bangun rangkaian electronic ignition menghasilkan amplitudo tegangan keluaran koil sekunder fungsi lama waktu kontak distributor terhubung ke busi. Diharapkan waktu yang diperlukan busi mendapatkan amplitudo tegangan koil sekunder bersamaan dengan lama kontak distributor terhubung ke busi ketika terjadi perubahan kecepatan putar flywheel mesin. Pada kegiatan penelitian ini dilakukan simulasi rancang bangun rangkaian pengapian electronic ignition menghasilkan amplitudo sinyal tegangan koil sekunder yang terdistribusi ke busi terhadap lamanya kontak. Perumusan masalah penelitian adalah amplitudo tegangan sekunder koil terdistribusi ke busi untuk lama waktu kontak distributor berputar melingkar 90 derajat. Perlu diketahui, bahwa timing pengapian suatu mesin otomotif adalah waktunya busi mendapat suplai tegangan sekunder koil melalui kontak distributor. Adapun nilai level tegangan koil sekunder terdistribusi ke busi dibangkitkan dari tegangan keluaran rangkaian electronic ignition fungsi waktu t dalam satuan detik berhubungan dengan lama waktu sudut putar 90 derajat kontak distributor terhubung ke busi. Masalahnya adalah kecepatan sudut putar flywheel sebesar sudut putar 90 derajat, maka lama kontak distributor terhubung ke busi semakin singkat. Hal ini akan membatasi waktu yang tersedia bagi amplitudo tegangan V s.koil terdistribusi ke busi. Dengan demikian lama waktu amplitudo tegangan V s.koil berpacu dengan lama waktu kontak distributor terhubung ke busi. Apabila level amplitudo tegangan V s.koil terdistribusi ke busi tepat saat kontak distributor terhubung ke busi, maka busi mendapat suplai tegangan pengapian yang optimal. Sebaliknya ketika kontak distributor telah terhubung ke busi dan level amplitudo tegangan V s.koil tidak terdistribusi ke busi, maka suplai tegangan V s.koil ke busi menjadi tidak optimal. Lama waktu kontak distributor terhubung ke busi disimulasikan pada rangkaian pengapian electronics ignition menghasilkan amplitudo tegangan V s.koil. Rancang bangun rangkaian pengapian electronics ignition menghasilkan amplitudo tegangan V s.koil satuan volt menggunakan software komputer simulasi electronics work bench (EWB). Tujuan penelitian adalah menganalisis level amplitudo tegangan koil sekunder yang terdistribusi ke busi, ketika terjadi perubahan lama waktu kontak distributor berdasarkan perubahan kecepatan putaran flywheel. Amplitudo tegangan sekunder koil terdistribusi ke busi dibangkitkan dari hasil simulasi pada rancang bangun rangkaian electronics ignition menggunakan software simulasi electronic work bench (EWB). Batasan masalah penelitian adalah data kecepatan flywheel yang digunakan putaran 0 rpm sampai dengan 8000 rpm. Capaian penelitian dilakukan melalui analisis nilai amplitudo tegangan sekunder koil terdistribusi ke busi fungsi waktu kontak distributor terhubung ke busi berdasarkan perubahan kecepatan putaran flywheel mesin. Selanjutnya parameter perhitungan matematis menggunakan data sebagai berikut: - Perubahan putaran 2000 rpm, 4000 rpm, 6000 rpm dan 8000 rpm. - Perubahan lama waktu kontak distributor berputar melingkar 90 derajat terhubung ke busi dihitung menggunakan persamaan matematis pada setiap perubahan putaran flywheel mesin. - Lama sudut putar melingkar 90 derajat kontak distributor disimulasikan pada rangkaian electronics ignition dengan menggunakan software simulasi EWB. 2. Teori Dasar Pada mesin bahan bakar bensin busi mendapat suplai tegangan listrik yang berasal dari tegangan kumparan sekunder. Pada Gambar 1 terlihat kontak distributor mendistribusikan tegangan ke setiap busi dengan urutan busi-1, busi-3, busi-4, dan terakhir ke busi-2 yang dinyatakan dengan urutan pengapian busi 1-3-4-2. Tegangan listrik terdistribusi ke setiap busi melalui kontak distributor terhubung ke busi yang digerakkan oleh putaran melingkar crankshaft. Pada Gambar 2 diperlihatkan kontak distributor berputar melingkar digerakkan oleh crankshaft mesin [1], [2]. 2

Jurnal IPTEK, Volume 1, mor 1, April 2017: 1-7 Gambar 1. Tegangan Sekunder Koil Terdistribusi ke Busi Pada sistem pengapian dinyatakan saat timing pengapian adalah kontak distributor terhubung ke busi mendistribusikan amplitudo tegangan listrik koil sekunder terhubung ke busi. Gambar 3. Gerak Langkah Piston Usaha Seiring Gerak Putar Melingkar Crankshaft Kecepatan Sudut Putar Melingkar Ketika kondisi mesin kendaraan dinyalakan, poros engkol menggerakkan lingkaran flywheel, crankshaft dan kontak distributor. Hubungan putaran poros engkol dengan kecepatan putar melingkar flywheel mesin terlihat pada Gambar 4. Selanjutnya kecepatan putar flywheel terindikasi melalui indikator titik 23 sampai dengan titik 24 (pada Gambar 5). Indikator titik 23 ke titik 24 membentuk sudut putar pada busur lingkaran fisik flywheel dinyatakan parameter sudut Ɵ. Hubungan putaran melingkar crankshaft seiring dengan putaran rpm flywheel yang digerakkan melalui putaran poros mesin [3]. Gambar 2. Crankshaft Menggerakkan Kontak Distributor Melalui Rotor Percikan api pada gap busi menyebabkan pembakaran campuran bensin dan udara yang menghasilkan momentum daya dorong piston langkah usaha dalam silinder mesin yang menggerakkan poros crank berputar melingkar. Pada Gambar 3 terlihat pengapian busi mendorong posisi piston langkah usaha menggerakkan crankshaft. Gambar 4. Hubungan Putaran Flywheel dan Crankshaft Melalui Poros Mesin 3

Analisis Distribusi Tegangan Listrik ke Busi dari Rangkaian Electronics Ignition Berdasarkan Kecepatan Putar Flywheel Mesin Gambar 5. Hubungan Piston dengan Poros Engkol Crankshaft dan Flywheel. Perumusan matematis kecepatan sudut putar melingkar flywheel terhadap lama waktu sudut putar dirumuskan seperti pada persamaan 1 [6]. ω = θ t.. 1. Dimana: ω = kecepatan sudut putar, (derajat/detik) t = waktu putaran, (detik) Ɵ = sudut putar, (derajat). 3. Metodologi Metode penelitian menggunakan perhitungan matematis dan metoda simulasi pada rancangan bangun rangkaian elektronika pengapian (electronic ignition). Adapun metodologi simulasi menggunakan software komputer simulasi EWB pada rancang bangun rangkaian electronic ignition. Analisis metodologi perhitungan matematis digunakan data nilai kecepatan putar flywheel suatu mesin empat silinder melalui tampilan peraga pada Gambar 6. Dimana kecepatan putar flywheel mesin dimulai dari putaran 0 rpm sampai dengan putaran maksimum 8.000 rpm. Gambar 6. Data Putaran RPM Speedometer. Karakteristik Sudut Putar Melingkar Karakteristik sudut putar gerak melingkar timing pengapian sudut BTDC, putaran crankshaft dan putaran kontak distributor dipresentasikan pada dua bagian busur lingkaran, yaitu bagian BDC (bottom dead center) dan TDC (top dead center) terlihat seperti pada Gambar 7. Sudut putar kontak distributor adalah mulai titik TDC atau posisi 0 0 BTDC terhubung ke busi-3 membentuk sudut putar 90 derajat [4]. Gambar 7. Karakteristik sudut putar timing BTDC dan kontak distributor. Perubahan Kecepatan Putaran Flywheel Perubahan kecepatan putaran flywheel mesin terjadi dari putaran rpm tinggi menuju rpm rendah atau sebaliknya. Pada kecepatan putaran flywheel mesin maksimum diperoleh nilai rpm (maks.)= 8000 putaran/menit atau 133,33 putaran/detik. Kecepatan sudut putar flywheel dinyatakan parameter ω (wheel) = 133,33 * 360 = 47.998,8 derajat/detik. Hasil kecepatan sudut putar sebesar 1 derajat per lama sudut putar berdasarkan perubahan putaran flywheel mesin pada Tabel 1. Tabel 1. Kecepatan sudut putar ω wheel Kecepatan flywheel rpm putaran/dtk ω wheel 1 2000 33,33 1 0 /0,08 ms 2 4000 66,67 1 0 /0,04 ms 3 6000 100,0 1 0 /0,03 ms 4 8000 133,33 1 0 /0,02 ms Kontak Distributor Terhubung ke Busi Pada mesin empat silinder, kontak distributor berputar melingkar dengan sudut putar 90 derajat terhubung ke busi seiring putaran flywheel mesin. Untuk putaran flywheel maksimum 8000 rpm diperoleh kecepatan sudut putar ω wheel = 1 derajat/0,02 ms (dari data Tabel 1). Diperoleh sudut putar kontak distributor 90 derajat dinyatakan ω k.dist.(90derajat) = 90 derajat/1,8 ms. Lama sudut putar t k.dist.(90derajat) = 1,8 ms. Dengan demikian distribusi tegangan listrik koil sekunder ke busi melalui kontak distributor mendapat waktu luang sama dengan 1,8 ms. Perhitungan matematis lama sudut putar kontak distributor terhubung ke busi berdasarkan perubahan putaran flywheel diperlihatkan pada Tabel 2. 4

Jurnal IPTEK, Volume 1, mor 1, April 2017: 1-7 Tabel 2. Kecepatan dan Lama Waktu Sudut Putar Kontak Distributor Lama Kec. sudut putar waktu ω wheel(1 o ) ω k.dist. (90derajat) t (k.dist.) 1 1 0 /0,08 ms 90 0 /7,2 ms 7,2 ms 2 1 0 /0,04 ms 90 0 /3,6 ms 3,6 ms 3 1 0 /0,03 ms 90 0 /2,7 ms 2,7 ms 4 1 0 /0,02 ms 90 0 /1,8 ms 1,8 ms Tegangan Vs.koil(t) Terdistribusi ke Busi Adapun tegangan koil sekunder V s.koil(t) dibangkitkan rangkaian pengapian electronic ignition diperlihatkan pada skema diagram rangkaian pada Gambar 8. Nilai amplitudo tegangan V s.koil(t) terdistribusi ke busi disimulasikan untuk lama waktu kontak distributor terhubung ke setiap busi [3], [4]. Gambar 8. Skema Diagram Rangkaian Sistem Pengapian pada Busi amplitudo V s.koil(t). Nilai perubahan lama waktu kontak distributor berdasarkan perubahan kecepatan putar flywheel yang menggunakan data Tabel 1 dan Tabel 2 diperlihatkan pada Tabel 3. Tabel 3. Perubahan Waktu t (k.dist.) Berdasarkan Putaran Flywheel Mesin Putaran flywheel Lama waktu kontak distributor ke busi rpm t (k.dist.) 1 2000 7,2 ms 2 4000 3,6 ms 3 6000 2,7 ms 4 8000 1,8 ms Lama amplitudo tegangan V s.koil(t) fungsi waktu t disimulasikan untuk nilai t = t (k.dist) (data Tabel 3) pada rangkaian electronic ignition menggunakan software simulasi EWB diperlihatkan pada Gambar 9. Simulasi nilai waktu t 1 = 7,2 ms, t 2 = 3,6 ms, t 3 = 2,7 ms dan t 4 = 1,8 ms pada rancang bangun rangkaian electronic ignition dilakukan dengan cara menentukan nilai resistansi R 2, kapasitor C 1 dan resistor variabel Rv. Hasil simulasi perubahan lama kontak distributor terhubung ke busi tersebut pada rangkaian electronic ignition diperoleh level amplitudo tegangan keluaran dinyatakan V s.koil(7,2ms), V s.koil(3,6ms), V s.koil(2,7ms), dan V s.koil(1,8ms). Amplitudo tegangan koil sekunder fungsi waktu ditampilkan melalui fasilitas peraga spektrum analyzer software EWB. Analisis level amplitudo tegangan V s.koil(t) dibangkitkan dari rancang bangun rangkaian electronic ignition ditampilkan pada peraga software simulasi EWB [5], [7]. 4. Hasil dan Pembahasan Pada kegiatan penelitian ini hasil perubahan lama waktu kontak distributor terhubung ke busi, yaitu lama waktu t (k.dist.) = 7,2 ms, t (k.dist.) = 3,6 ms, t (k.dist.) = 2,7 ms, dan t (k.dist.) = 1,8mS disimulasikan pada rancang bangun rangkaian electronic ignition menghasilkan level amplitudo tegangan V s.koil(t). Hal ini dilakukan karena level amplitudo tegangan V s.koil(t) terdistribusi ke busi melalui kontak distributor dan seiring dengan lamanya kontak distributor terhubung ke busi. Dengan demikian lama waktu kontak distributor terhubung ke busi sama dengan lama amplitudo V s.koil(t) dinyatakan t (k.dist.) = t satuan detik. Data perubahan waktu t = t (k.dist.) disimulasikan pada rancang bangun rangkaian electronic ignition menggunakan software komputer simulasi EWB menghasilkan Gambar 9. Rancang Bangun Rangkaian Pengapian Electronic Ignition Hasil Simulasi Rangkaian Electronic Ignition Amplitudo tegangan V s.koil(t) untuk nilai t (k.dist.) = t 1 = 7,2 ms menghasilkan level amplitudo tegangan V s.koil(7,2ms) = 4782 volt diperlihatkan pada Gambar 10. 5

Analisis Distribusi Tegangan Listrik ke Busi dari Rangkaian Electronics Ignition Berdasarkan Kecepatan Putar Flywheel Mesin Gambar 10. Amplitudo Tegangan V s.koil(7,2ms) untuk Waktu t 1 = 7,2 ms. Selanjutnya nilai t 2 = 3,6 ms menghasilkan level amplitudo tegangan V s.koil(3,6ms) = 4771 volt diperlihatkan pada Gambar 11. Gambar 13. Amplitudo tegangan V s.koil(1,8ms) untuk waktu t 4 = 1,8 ms. Rekapitulasi hasil amplitudo tegangan V s.koil(t) untuk nilai lama waktu kontak distributor terhubung ke busi 1,8 ms t (k.dist.) 7,2 ms berdasarkan perubahan kecepatan rpm flywheel diperlihatkan pada Tabel 4. Tabel 4. Lama Waktu Kontak Distributor Terhubung ke Busi Kecep. flywheel Waktu t = t (k.dist.) Amplitudo V s.koil (t) 1 2000 rpm 7,2 ms 4782 volt Gambar 11. Amplitudo Tegangan V s.koil(3,6ms) untuk Waktu t 2 = 3,6 ms. Level amplitudo tegangan V s.koil(t) untuk nilai t 3 = 2,7 ms diperlihatkan pada Gambar 12. Diperoleh hasil level amplitudo tegangan V s.koil(2,7ms) = 4768 volt. Gambar 12. Amplitudo tegangan V s.koil(2,7ms) untuk waktu t 3 = 2,7 ms. Amplitudo tegangan V s.koil(t) untuk nilai t 4 = 1,8 ms pada Gambar 13 menghasilkan level amplitudo tegangan V s.koil(1,8ms) = 4768 volt. 2 4000 rpm 3,6 ms 4771 volt 3 6000 rpm 2,7 ms 4768 volt 4 8000 rpm 1,8 ms 4768 volt Data parameter pada Tabel 4 dinyatakan perubahan kecepatan sudut putar flywheel menyebabkan lama waktu kontak distributor terhubung ke busi berubah dari 7,2 ms, 3,6 ms, 2,7 ms dan 1,8 ms. Semakin cepat putaran rpm flywheel, maka lama waktu kontak distributor terhubung ke busi semakin cepat pula. Pada kecepatan putar flywheel maksimum 8000 rpm, maka amplitudo tegangan V s.koil(t) untuk nilai t = t (k.dist.) = 1,8 ms dinyatakan dengan parameter V s.koil(1,8ms). Simulasi pada rancang bangun rangkaian electronic ignition untuk jangkauan waktu 1,8 ms t 7,2 ms menghasilkan jangkauan amplitudo tegangan V s.koil(t) adalah 4768 V s.koil(t) 4782 volt. Perubahan waktu 1,8 ms t (k.dist.) 7,2 ms (data Tabel 4) diperoleh selisih nilai amplitudo V s.koil(7,2 ms) sebesar (4782 volt 4768 volt) = 14 Volt. Hasil keluaran penelitian ini dinyatakan, bahwa perubahan lama waktu kontak distributor terhubung ke busi disebabkan perubahan putaran flywheel mesin. Jangkauan perubahan lama waktu kontak distributor 1,8 ms t 7,2 ms terhubung ke busi dinyatakan busi masih mendapat waktu luang memperoleh level tegangan tinggi dari sekunder koil. Nilai perubahan amplitudo 6

Jurnal IPTEK, Volume 1, mor 1, April 2017: 1-7 tegangan koil sekunder 4782 volt menjadi 4768 volt dinyatakan perubahan tegangan listrik terdistribusi ke busi masih relatif kecil, walaupun terjadi perubahan kecepatan putar flywheel mesin. 5. Kesimpulan [1] Pengapian busi terjadi ketika tegangan koil sekunder terdistribusi ke busi melalui kontak distributor terhubung ke busi. Tegangan koil sekunder dibangkitkan dari rangkaian electronic ignition fungsi waktu satuan detik. [2] Ketika mesin dijalankan terjadi perubahan kecepatan putaran flywheel mesin yang menyebabkan amplitudo tegangan koil sekunder terdistribusi ke busi berpacu dengan perubahan lama kontak distributor terhubung ke busi. [3] Rancang bangun rangkaian electronic ignition menghasilkan level amplitudo tegangan koil sekunder ke busi fungsi perubahan lama sudut putar 90 derajat terhubung ke busi. [4] Lama waktu kontak distributor satuan detik disimulasikan pada rancang bangun rangkaian electronic ignition menggunakan software simulasi EWB (electronics work bench). Simulasi lama kontak distributor pada rancang bangun rangkaian electronic ignition menghasilkan amplitudo tegangan koil sekunder fungsi lama waktu kontak distributor terhubung ke busi. [5] Pada perubahan kecepatan putar flywheel mesin dan lama kontak distributor terhubung ke busi, maka amplitudo tegangan koil sekunder mengalami perubahan relatif kecil dalam satuan volt. (http://hypertextbook.com/facts/1999/denis elai.shtml, diakses 18 Juni 2016. [6] Toyota Service Training, New Step Training Manual, 2000. [7] IKALOGIC. 2015. 99 000 RPM Contact- Less Digital Tachometer. (Online), (https://www.ikalogic.com/99-000-rpmcontact-less-digital-tachometer/, diakses 23 Juni 2016). Daftar Pustaka [1] Daryanto, Prinsip Dasar Kelistrikan Otomotif, CV Alfabeta, April 2011. [2] Boentoro, Panduan Praktis Tune-Up Mesin Mobil, PT. Kawan Pustaka, Januari 2004. [3] AFIATA.COM INFORMATION OF BASIC ELECTRONICS FOR REPAIR AND PROJECT, 2010, Electronics Ignition Circuit, (Online), (http://www.afiata.com/circuit-diagram-ofelectronics-ignition-circuit/, diakses 18 Mei 2016). [4] Perewz, Richard, Electronics ignition electric fence, 1991. [5] Denise Lai. 1999. The Physics Fact Book, Voltage Of Automobile Spark Plugs. (Online), 7