I. PENDAHULUAN. Krisis ekonomi di Indonesia yang mulai terjadi sekitar pertengahan 1997

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. yang sangat mendukung untuk pengembangan usaha perikanan baik perikanan

I. PENDAHULUAN * 2009 ** Kenaikan ratarata(%)

1. PENDAHULUAN. sangat tinggi. Jumlah penduduk Indonesia di tahun 2008 diperkirakan sebesar

I. PENDAHULUAN. potensi besar dalam pengembangan di sektor pertanian. Sektor pertanian di

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara agraris dan maritim memiliki potensi besar dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. pembangunan di Indonesia yakni sektor pertanian. Sektor pertanian. merupakan sektor yang penting dalam pembangunan Indonesia karena

1.1. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat besar dan beragam, mulai dari sumberdaya yang dapat diperbaharui

1. PENDAHULUAN. Indonesia adalah salah satu negara yang memiliki jumlah penduduk yang

I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. global saat ini. Sektor ini bahkan berpeluang mengurangi dampak krisis karena masih

Tabel IV.C.1.1 Rincian Program dan Realisasi Anggaran Urusan Perikanan Tahun 2013

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk hidup dalam melangsungkan kehidupannya

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki sekitar pulau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sebagai negara kepulauan yang dikelilingi laut, Indonesia mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. dalam rangka memenuhi kebutuhan gizi manusia. Perikanan budidaya dinilai

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memiliki prospek cerah untuk dikembangkan, karena ikan lele merupakan. air tawar yang sangat digemari oleh masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dengan semakin bertambahnya jumlah penduduk di Indonesia, maka secara

Analisis usaha industri tempe kedelai skala rumah tangga di kota Surakarta

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

POTENSI DAN PELUANG PENGEMBANGAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PETERNAKAN

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. keanekaragaman hayati yang sangat besar (mega biodiversity) berupa sumber

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. buatan. Diperairan tersebut hidup bermacam-macam jenis ikan. Hal ini merupakan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. kontribusi positif terhadap pertumbuhan Produk Domestik Bruto Indonesia.

I. PENDAHULUAN. (Bahari Indonesia: Udang [29 maret 2011Potensi]

Pemanfaatan jenis sumberdaya hayati pesisir dan laut seperti rumput laut dan lain-lain telah lama dilakukan oleh masyarakat nelayan Kecamatan Kupang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN buah pulau dengan luas laut sekitar 5,8 juta km 2 dan bentangan garis

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kepulauan yang sebagian besar wilayahnya

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. meningkatkan produksi pertanian guna memenuhi kebutuhan pangan dan

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian sangat diandalkan sebagai salah satu tumpuan. dalam memulihkan kondisi perekonomian masyarakat, bahkan secara

BAB I PENDAHULUAN. terhadap sektor perikanan dan kelautan terus ditingkatkan, karena sektor

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Kontribusi Tanaman Pangan Terhadap PDB Sektor Pertanian pada Tahun (Miliar Rupiah)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. yang memiliki prospek menjanjikan dan mulai merebut perhatian pelaku usaha

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan. Untuk melangsungkan kehidupannya itu, manusia banyak melakukan

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian berperan penting dalam pembangunan ekonomi nasional.

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

memberikan multiple effect terhadap usaha agribisnis lainnya terutama peternakan. Kenaikan harga pakan ternak akibat bahan baku jagung yang harus

BAB I PENDAHULUAN. peranan yang sangat penting dalam ketahanan nasional, mewujudkan ketahanan

Ditulis oleh Mukarom Salasa Jumat, 03 September :04 - Update Terakhir Sabtu, 18 September :09

Pengembangan Jagung Nasional Mengantisipasi Krisis Pangan, Pakan dan Energi Dunia: Prospek dan Tantangan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

C. URUSAN PILIHAN YANG DILAKSANAKAN 1. URUSAN PERIKANAN

I. PENDAHULUAN. Lampung merupakan salah satu daerah potensial di Indonesia dalam sektor

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

I. PENDAHULUAN. dengan besarnya jumlah penduduk yang ada. Banyaknya penduduk yang ada

I. PENDAHULUAN. perkembangan perekonomian Indonesia. Kekayaan alam Indonesia yang berlimpah

BAB I PENDAHULUAN UKDW. Akuakultur merupakan sektor yang berkembang dengan pesat. Pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. besar dari pemerintah dikarenakan peranannya yang sangat penting dalam rangka

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang sangat penting. dalam pembangunan ekonomi, baik untuk jangka panjang maupun jangka

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. nasional yang diarahkan untuk mengembangkan daerah tersebut. Tujuan. dari pembangunan daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

tambahan bagiperekonomian Indonesia (johanes widodo dan suadi 2006).

I. PENDAHULUAN. Globalisasi dan liberalisasi perdagangan memberikan peluang sekaligus

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang)

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

VIII. REKOMENDASI KEBIJAKAN

I. PENDAHULUAN. sektor pertanian yang memiliki nilai strategis antara lain dalam memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. tersebut menyimpan sumber daya alam yang tinggi, yang dapat dimanfaatkan

I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Komoditi jagung memiliki peranan cukup penting dan strategis dalam pembangunan

AGROBISNIS BUDI DAYA PERIKANAN KABUPATEN CILACAP

LAPORAN AKHIR IPTEKS BAGI MASYARAKAT (I b M)

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peternakan merupakan salah satu sub sektor pertanian yang memiliki peranan cukup penting dalam memberikan

I. PENDAHULUAN. maupun secara tidak langsung dalam pencapaian tujuan membangun

PENGEMBANGAN USAHA BUDIDAYA IKAN PADA KELOMPOK IKAN DI DESA JATISARI KECAMATAN JATISRONO KABUPATEN WONOGIRI

ANALISIS TATANIAGA IKAN PATIN DI TINGKAT PEDAGANG BESAR PENERIMA

BAB I PENDAHULUAN. petani, mengisyaratkan bahwa produk pertanian yang dihasilkan harus memenuhi

I. PENDAHULUAN. industri pertanian, dimana sektor tersebut memiliki nilai strategis dalam

I. PENDAHULUAN. sesuai dengan rencana Pembangunan Jangka Menengah sampai tahun 2009 sebesar

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Sebagai negara yang unggul dengan kelimpahan sumber daya alam, Indonesia seharusnya tidak mengalami keterpurukan ekonomi seperti

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Globalisasi perdagangan internasional memberi peluang dan tantangan bagi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. berusaha, memperluas kesempatan kerja, dan lain sebagainya (Yoeti, 2004).

I PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik 2009

BAB I. PENDAHULUAN. Kedelai merupakan komoditas yang bernilai ekonomi tinggi dan banyak memberi

BAB I PENDAHULUAN. berkurang, ditambah lagi semakin besarnya impor pangan, pakan, dan bahan baku

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Sebaran Struktur PDB Indonesia Menurut Lapangan Usahanya Tahun

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Sumber : BPS (2009)

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang Krisis ekonomi di Indonesia yang mulai terjadi sekitar pertengahan 1997 menyebabkan banyak sektor usaha mengalami pailit yang secara langsung memberi andil besar bagi peningkatan jumlah pengangguran. Namun demikian sektor agribisnis merupakan sektor yang mampu bertahan dan bahkan menyokong perekonomian nasional pada saat krisis, karena sektor agribisnis menggunakan sumberdaya lokal (domestik), memiliki struktur permodalan yang baik dan kecilnya exposure risiko yang relevan (currency risk dan interest rate risk). Sektor usaha agribisnis perikanan merupakan salah satu penghasil produk pangan yang mempunyai nilai gizi tinggi serta pengembangannya dapat diperluas menjadi produk farmasi dan produk lainnya. Sebagai negara bahari, sektor perikanan dan kelautan sebenarnya memiliki potensi untuk tumbuh dan berkembang. Namun perkembangan industri perikanan Indonesia masih jauh dari potensi yang dimiliki. Berdasarkan luas areal, pada tahun 1999 budidaya perikanan air tawar baru mencapai 17% dan meningkat menjadi 19.8% pada tahun 2001 (Tabel 1). Budidaya perikanan air payau masih lebih baik, karena pada tahun 1999 telah mencapai 29.3% dan meningkat menjadi 43.1% pada tahun 2001. Salah satu penyebab masih rendahnya pemanfaatan lahan yang dimiliki disebabkan oleh keterbatasan teknologi, permodalan dan pemasaran. Salah satu upaya Pemerintah untuk meningkatkan volume produksi ikan air tawar di Indonesia yaitu dengan memberikan kesempatan kepada para petani / pengusaha yang berminat untuk memanfaatkan waduk PLTA yang terdapat di daerah tertentu dalam membudidayakan ikan air tawar dengan pola jaring

terapung. Budidaya ikan air tawar dengan pola jaring terapung ini merupakan pola yang sudah dikembangkan sejak tahun 1980 yang berawal di waduk PLTA Saguling, waduk PLTA Jati Luhur dan terakhir di waduk PLTA Cirata. Potensi pengembangannya masih cukup besar karena sampai tahun 2001 baru dimanfaatkan 0.18% (Tabel 1). Sebagai gambaran potensi budidaya perikanan air tawar dapat dilihat pada tabel berikut : Tabel 1. Status Perikanan Budidaya Tahun 1999-2001 Jenis Perikanan Potensi (ha) Luas areal (ha) 1999 2001 Air tawar Perairan umum (waduk) 550.000 634 1.000 Kolam 375.000 65.889 80.000 Sawah 240.000 135.059 150.000 Sumber : Ditjen Perikanan Budidaya (Juni 2002) Salah satu komoditi ikan air tawar yang memiliki potensi besar untuk dikembangkan adalah ikan patin. Ikan patin memiliki beberapa keunggulan dibandingkan ikan air tawar lainnya, antara lain : 1) tempat pemeliharaan tidak memerlukan air yang mengalir, bahkan di perairan yang kandungan oksigennya rendahpun masih dapat hidup dan berkembang, 2) ikan patin sangat toleran terhadap derajat kemasaman (ph) air, dimana dapat hidup di kisaran ph 5 sampai 9, 3) dalam waktu pemeliharaan 6 bulan dapat mencapai panjang 35 40 cm, ikan patin dewasa panjang tubuhnya dapat mencapai 120 cm, 4) kandungan protein ikan patin tergolong cukup tinggi, yaitu 68,6%, kandungan lemak sekitar 5,8%, abu 3,5% dan air 59,3%. Menurut data produksi perikanan darat untuk perairan umum Departemen Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia, produksi nasional ikan patin dapat terlihat dalam tabel berikut ini :

Tabel 2. Data Produksi Nasional Ikan Patin Tahun Produksi (ton) 1989 12.858 1990 12.449 1991 12.818 1992 11.658 1993 11.941 1994 13.451 1995 13.215 1996 13.508 1997 10.117 1998 12.466 Usaha budidaya ikan patin disamping memberikan keuntungan bagi para pemilik, juga mampu menciptakan lapangan kerja yang cukup luas yang pada akhirnya mampu meningkatkan pendapatan secara keseluruhan. Demikian juga permintaan masyarakat dalam mengkonsumsi ikan patin cukup tinggi karena selain harga jual yang terjangkau, juga ternyata mengandung protein hewani yang sangat tinggi (16 sampai dengan 24%), sedangkan lemak berkisar 0.2 sampai dengan 2.2%, karbohidrat, garam-garam mineral dan vitamin. Tahap perkembangan konsep pengelolaan perikanan dapat digambarkan sebagai berikut : Tabel 3. Perkembangan Konsep Perikanan di Indonesia Tahap Periode Ciri Utama I 1950-1970 Pendekatan sektoral. Partisipasi masyarakat rendah. Pertimbangan ekologis terbatas. II 1970-1990 Peningkatan penilaian lingkungan. Ada integrasi dan koordinasi antar sektor. Peningkatan partisipasi masyarakat. Dominasi keteknikan. III 1990 - sekarang Focus on sustainable development. Manajemen lingkungan secara terpadu meningkat. Restorasi lingkungan. Penekanan pada partisipasi masyarakat. IV Masa depan Pemantapan pengelolaan berdasarkan ekologi, pengelolaan yang bersifat pencegahan kerusakan lingkungan, dan kerjasama antar pemerintah. Sumber : Ditjen Perikanan Budidaya (Juni 2002)

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa perkembangan budidaya perikanan saat ini adalah budidaya yang memperhatikan kelestarian lingkungan dan mendapat dukungan dari Pemerintah/ Direktorat Jendral Perikanan Budidaya melalui penggalakkan budidaya perikanan air tawar untuk peningkatan pendapatan petani ikan. Hal itu telah mendapat sambutan dan partisipasi aktif dari masyarakat. 1.2. Batasan Masalah Secara umum budidaya ikan air tawar baik di danau maupun di kolam perorangan menghadapi banyak kendala seperti: kualitas air, perubahan musim kemarau/ penghujan, bibit, teknologi yang dipergunakan, serta pola tebar dan panen. Petani tidak mempunyai kemampuan untuk meningkatkan kualitas air karena keterbatasan mengendalikan sumber air. Selain itu petani tidak bisa merubah musim kemarau/ penghujan sesuai keinginannya, dan bibit ikan juga tidak bisa dijamin memberikan survival rate yang tinggi, sementara teknologi yang dipergunakan untuk budidaya tergantung kemampuan permodalan petani ikan dan pengetahuan tentang budidaya ikan yang memadai akan berpengaruh terhadap penentuan pola tebar dan pola panen. Di antara sekian banyak faktor yang berpengaruh terhadap kesuksesan budi daya ikan air tawar, penulis menyampaikan ada faktor yang paling sedikit dapat dikuasai oleh petani ikan yakni penetapan pola tebar ikan dan pola panen ikan. Pada budi daya ikan patin, faktor pola tebar dan pola panen sangat berpengaruh terhadap pendapatan petani ikan mengingat petani ikan patin sangat sulit mempengaruhi fluktuasi harga pasar.

Di dalam tesis ini akan dilakukan analisis perubahan pola panen budidaya ikan patin dari kebiasaan panen pada umur 6 bulan dirubah menjadi 2 tahap, yaitu pola pertama pada umur ikan 3 bulan dan pola kedua pada umur ikan 6 bulan. Semua ikan dipelihara pada tempat dan jumlah kolam yang sama berupa jaring terapung. Permasalahan dalam budidaya ikan patin adalah fluktuasi harga yang cukup tajam dan penurunan harga pada saat panen raya, yaitu saat dilakukan panen pada waktu yang hampir bersamaan dari semua kolam milik para petani. Salah satu cara untuk mengatasi fluktuasi harga adalah dengan mengurangi suplai ikan disaat panen melalui aspek pengaturan budidaya ikan. Berdasarkan latar belakang dan permasalahan tersebut, penelitian ini dimaksudkan untuk melengkapi langkah-langkah atau tindakan yang harus dilakukan petani kecil dan menengah dengan jumlah kolam terbatas agar dapat menghasilkan laba maksimum melalui waktu panen budidaya ikan patin sehingga dapat mempercepat perputaran kas. 1.3. Perumusan Masalah Berdasarkan pada batasan masalah yang telah dijabarkan di atas, dapat dirinci perumusan masalah sebagai berikut : 1. Belum diketahuinya umur panen ikan patin untuk mendapatkan laba maksimum. 2. Belum diketahuinya adanya perbedaan laba antara budidaya ikan patin pola pemanenan 1-6 bulan, 1-3 bulan dan 4-6 bulan.

3. Belum diketahuinya berapa laba maksimum dari ketiga model pola panen tersebut di atas. 1.4. Tujuan Berdasarkan perumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui : 1. Analisis laba maksimum budidaya ikan patin melalui perhitungan Cost Profit Volume Analysis (CPV), untuk perbedaan pola panen 1-6 bulan, 1-3 bulan dan 4-6 bulan. 2. Analisis terhadap faktor-faktor yang berpengaruh terhadap investasi dari berbagai pola tersebut. 3. Rekomendasi alternatif kebijakan dalam budidaya ikan patin dengan adanya perubahan pola panen.

UNTUK SELENGKAPNYA TERSEDIA DI PERPUSTAKAAN MB IPB