BAB I PENDAHULUAN. yang luar biasa (Extra Ordinary Crime). Permasalahan ini tidak hanya menjadi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. atau kesulitan lainnya dan sampai kepada kematian tahun). Data ini menyatakan bahwa penduduk dunia menggunakan

BAB I PENDAHULUAN. Disisi lain, apabila disalahgunakan narkoba dapat menimbulkan ketergantungan dan

BAB I PENDAHULUAN. Adiktif lainnya. Kata lain yang sering dipakai adalah Narkoba (Narkotika,

BAB I PENDAHULUAN. narkoba pada tahun 2012 berkisar 3,5%-7% dari populasi dunia yang berusia 15-64

BAB I PENDAHULUAN. saja fenomena - fenomena yang kita hadapi dalam kehidupan sehari - hari dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. lainnya) bukan merupakan hal yang baru, baik di negara-negara maju maupun di

BAB I PENDAHULUAN. pasar narkoba terbesar di level Asean. Menurut United Nation Office on Drugs and

Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Narkotika Oleh: Yeni Handayani * Naskah diterima: 8 Oktober 2015; disetujui: 15 Oktober 2015

Bab I. Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang. Perancangan Interior Panti Rehabilitasi Penyalahgunaan Narkoba

BAB 1 PENDAHULUAN. Narkotika di satu sisi merupakan obat atau bahan yang bermanfaat di bidang

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan penyalangunaan narkoba di Indonesia telah menjadi ancaman

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan penyalahgunaan narkoba merupakan permasalahan serius.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan akronim dari NARkotika, psikotropika, dan Bahan Adiktif lainnya.

I. PENDAHULUAN. Permasalahan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba (narkotika,

BAB 1 : PENDAHULUAN. United Nation, New York, telah menerbitkan World Drugs Report 2015 yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Narkotika, Alkohol, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya (NAPZA) di satu

BAB I PENDAHULUAN. Psikotropika, dan Zat adiktif lainnya) adalah sejenis zat (substance) yang

BAB I PENDAHULUAN. Panti Rehabilitasi Ketergantungan NAPZA Arsitektur Perilaku. Catherine ( ) 1

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

BAB I PENDAHULUAN. serius. Hal ini dibuktikan dengan jumlah kasus narkoba yang meningkat setiap tahun.

BAB I PENDAHULUAN. tergolong makanan jika diminum, diisap, dihirup, ditelan, atau disuntikkan,

BAB 1 : PENDAHULUAN. bahan aktif lainya, dimana dalam arti luas adalah obat, bahan atau zat. Bila zat ini masuk

BAB 1 PENDAHULUAN. NAPZA (Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif lain) adalah bahan/zat/obat

BAB I PENDAHULUAN. lainnya, ketiga hal tersebut dapat mempengaruhi kehidupan manusia baik secara

BAB I PENDAHULUAN. Narkotika Psikotropika dan Zat Adiktif. Semua istilah ini baik narkoba atau napza

Kementerian Sosial RI

BAB 1 : PENDAHULUAN. Narkoba(Narkotika dan obat/bahan berbahaya) sebagai kelompok obat, bahan, atau zat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pergaulan dalam hidup masyarakat merupakan hubungan yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. (narkotika, zat adiktif dan obat obatan berbahaya) khususnya di kota Medan

BNN TES URINE PEGAWAI BPK SUMUT

BAB I PENDAHULUAN. jika masuk kedalam tubuh manusia akan mempengaruhi tubuh terutama otak/susunan

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENINGKATAN KEMAMPUAN LEMBAGA

2017, No Medis dan Lembaga Rehabilitasi Sosial bagi Pecandu dan Korban Penyalahgunaan Narkotika; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pembangunan bangsa yang signifikan tidak terlepas dari Pembangunan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL REPUBLIK INDONESIA,

2017, No Medis dan Lembaga Rehabilitasi Sosial bagi Pecandu dan Korban Penyalahgunaan Narkotika; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2

Dwi Gita Arianti Panti Rehabilitasi Narkoba di Samarinda BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Fokus Pagi Edisi Sabtu, 27 Juni 2009 Tema: Narkoba Topik : Permasalahan Narkoba di Lingkungan Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Psikotropika, dan Zat Aditif lainnya) semakin marak terdengar dari usia

BAB I PENDAHULUAN. Penanganan permasalahan sosial merupakan tanggung jawab semua pihak

BAB I PENDAHULUAN. Dan Zat Adiktif (Abdul & Mahdi, 2006). Permasalahan penyalahgunaan

BAB I PENDAHULUAN. perlu berinteraksi dengan sesama manusia sebagai aplikasi dari proses sosial

BAB 1 : PENDAHULUAN. sekedar untuk, misalnya bersenang-senang, rileks atau relaksasi dan hidup mereka tidak

BAB I PENDAHULUAN. mengancam hampir semua sendi kehidupan masyarakat, bangsa dan Negara. Masalah

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan masyarakat, bangsa dan umat manusia. yang sangat mengkhawatirkan. Terutama pada remaja-remaja saat ini yang makin

PRESS RELEASE AKHIR TAHUN 2016 KERJA NYATA PERANGI NARKOTIKA

2014 PENDAPAT PESERTA ADIKSI PULIH TENTANG PELAYANAN DAN REHABILITASI SOSIAL DI RUMAH CEMARA

BAB I PENDAHULUAN. dampak negatif yang membawa kesengsaraan bagi manusia. Dampak negatif

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. ditemukan dan dibeli baik secara langsung di tempat-tempat perbelanjaan maupun

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan upaya penanggulangan secara komprehensif dengan melibatkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masalah penyalahgunaan narkoba dan peredaran gelap narkoba di

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN. anak-anak, remaja, dan generasi muda pada umumnya (Waluyo, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Narkotika diperlukan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyalahgunaan narkoba di Indonesia sudah sangat mengkhawatirkan.

SOSIALISASI INSTITUSI PENERIMA WAJIB LAPOR (IPWL) OLEH : AKBP AGUS MULYANA

BAB 1 : PENDAHULUAN. remaja. Perubahan yang dialami remaja terkait pertumbuhan dan perkembangannya harus

BAB 1 PENDAHULUAN. konsekuen dan konsisten. Menurut NIDA (National Institute on Drug Abuse), badan

BAB 1 PENDAHULUAN. Masyarakat dunia khususnya bangsa Indonesia, saat ini sedang dihadapkan

BAB I PENDAHULUAN. legal apabila digunakan untuk tujuan yang positif. Namun

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan manusia juga ditujukan, agar masyarakat semakin sejahtera, sehat jiwa

BAB I PENDAHULUAN. anastesi yang dapat mengakibatkan tidak sadar karena pengaruh system saraf

BAB I PENDAHULUAN. coba-coba (bereksperimen) untuk mendapatkan rasa senang. Hal ini terjadi karena

BAB I PENDAHULUAN. terbendung lagi, maka ancaman dahsyat semakin mendekat 1. Peredaran

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Fenomena Narkoba di Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. oleh pemerintah Indonesia, bahkan negara-negara lainnya. Istilah NARKOBA

BAB I PENDAHULUAN. atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan. rasa nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan.

Gedung Rehabilitasi Narkoba Provinsi Jawa Tengah di Kota Semarang BAB I PENDAHULUAN

2014, No Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Nega

BAB I PENDAHULUAN. manusia dalam pergaulan di tengah kehidupan masyarakat dan demi kepentingan

I. PENDAHULUAN. Narkotika selain berpengaruh pada fisik dan psikis pengguna, juga berdampak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kesehatan dan pengembangan ilmu pengetahuan (Presiden RI, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. (NAPZA) kian mengerikan sekaligus memprihatinkan.

BAB I PENDAHULUAN. pada pembinaan kesehatan (Shaping the health of the nation), yaitu upaya kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam konteks situasi permasalahan Narkotika dunia hingga kini masih terus menjadi

BAB I PENDAHULUAN. penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif lainnya. juga dianggap sebagai pelanggaran hukum.

BAB I PENDAHULUAN. (NAPZA) atau yang lebih sering dikenal masyarakat dengan NARKOBA

BAB I PENDAHULUAN. kepentingan pengobatan manusia, yaitu sebagai obat untuk mengobati suatu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Peredaran gelap narkotika di Indonesia menunjukkan adanya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

RUMAH SAKIT KETERGANTUNGAN OBAT DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. coba-coba, keterusan hingga menyebabkan ketergantungan yang berpotensi

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. ke masa dewasa. Batasan usia remaja menurut WHO (Word Health

efek stupor atau bingung yang lama dalam keadaan yang masih sadar serta menimbulkan adiksi atau kecanduan (Fransiska, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat menurut Undang-Undang

2017, No d. bahwa untuk belum adanya keseragaman terhadap penyelenggaraan rehabilitasi, maka perlu adanya pengaturan tentang standar pelayanan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Narkotika, Psikotropika dan Bahan Adiktif lainnya yang lebih dikenal dengan

BAB I PENDAHULUAN. H. Tambunan dalam acara Foreign Policy Breakfast di Kantor Kementerian Luar

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. hukum seperti telah diatur dalam Pasal 12 Undang-Undang No. 35 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. dan pengembangan ilmu pengetahuan. Indonesia dan negara-negara lain pada

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan pergaulan masyarakat di Indonesia mengalami peningkatan

2015 PUSAT REHABILITASI KORBAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA PRIA

I. PENDAHULUAN. anak-anak yang kurang perhatian orang tua, dan begitu beragamnya kegiatan yang

commit to user BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. pada program pengalihan narkoba, yaitu program yang mengganti heroin yang. dipakai oleh pecandu dengan obat lain yang lebih aman.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkoba dewasa ini sudah menjadi permasalahan serius, dan dapat dikatakan sebagai suatu kejahatan yang luar biasa (Extra Ordinary Crime). Permasalahan ini tidak hanya menjadi masalah nasional ataupun permasalahan di beberapa negara saja, namun permasalahan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba telah menjadi permasalahan dari seluruh dunia. Menurut United Nation Office on Drugs and Crime (UNODC) tahun 2006, pemakaian narkoba di dunia sebanyak 162,4 juta orang pada tahun 2008 yang diperkirakan terjadi peningkatan 4 % penyalahgunaan narkoba di seluruh dunia, dari 200 juta orang tahun 2006 menjadi 208 juta orang pada tahun 2007, dan jumlahnya terus meningkat sampai saat ini.(http://bnn.go.id/_multimedia/document/20160713/hasil_lit_bnn_2014.pdf di akses pada tanggal 16 Oktober 2016 pukul 21.15 WIB) Penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba menjadi masalah karena dapat menimbulkan kerugian bagi individu maupun masyarakat. Akibat penyalahgunaan narkoba, angka kriminal dapat meningkat, karena maraknya pembegalan, pemerkosaan, pencurian, pembunuhan dan kejahatan lainnya akibat penyalahgunaan narkoba, hal itu juga yang saat ini sedang marak terjadi di Indonesia. Maka tak heran pemerintah Indonesia saat ini gencar melakukan upaya pemberantasan narkoba, hal tersebut dikuatkan dengan instruksi Presiden yang menyatakan perang terhadap penyalahgunaan dan peredaran gelap narkoba.instruksi tersebut langsung ditindak lanjuti oleh Kepolisian Republik Indonesia.

Kapolri memerintahkan jajarannya untuk memperketat pengamanan di wilayah rawan yang menjadi pintu masuk bagi peredaran narkoba yang. Kapolri Jendral Badrodin Haiti juga menegaskan perlu ada upaya yang maksimal dalam perang terhadap Narkoba mulai dari pencegahan, hingga penegakan hukum serta upaya rehabilitasi. Menurut Kepala BNN Republik Indonesia, Komjen Pol Budi Waseso, Di Asean, Indonesia adalah pangsa pasar terbesar untuk penjualan narkoba, sedangkan negara terbesar pengimpor adalah China dan Thailand. Dalam laman berita VOA Indonesia pada 25 februari 2016 yang lalu. Indonesia sendiri memang sudah mengalami kondisi darurat Narkoba, dan itu juga telah disampaikan oleh Presiden Republik Indonesia. Terlihat dari peningkatan prevalensi penyalahgunaan Narkoba, yang sebelumnya pada bulan juli tahun 2015 tercatat 4,2 juta orang penyalahguna dan pada november 2015 mengalami peningkatan yang signifikan yakni menjadi 5,9 juta penyalahguna narkoba dan ada 30-40 orang mati setiap harinya karena narkoba. (Badan Narkotika Nasional,2015) Indonesia disinyalir berada di peringkat keempat penggunaan dan penyalahgunaan narkoba terbesar di dunia. (http://regional.kompas.com/read/2016/01/11/14313191/buwas.pengguna.narkob a.di.indonesia.meningkat.hingga.5.9.juta.orang, di akses pada tanggal 16 Oktober 2016 pukul 21.21 WIB) Saat ini tercatat ada 250 jenis narkoba baru yang masuk ke Indonesia. Dengan pengguna narkoba sebagian besar adalah usia produktif. BNN mencatat kelompok yang berusia 10-20 tahun sebagai pengguna aktif dan terjadi peningkatan sekitar 2,5 persen pengguna setiap tahunnya. Usia tersebut merupakan usia sekolah dengan statusnya sebagai pelajar. Tercatat sebanyak 22 %

pengguna narkoba di Indonesia adalah dari kalangan pelajar. Jumlah tersebut menjadi urutan terbanyak setelah pekerja yang menggunakan narkoba. Hal tersebut disampaikan oleh Deputi Pencegahan Badan Narkotika Nasional (BNN) Yeppi Manafe, menurutnya pelajar menempati urutan kedua pengguna narkoba terbesar di Indonesia setelah pekerja yang berjumlah 70 %, 22 % pelajar dan sisanya dari kalangan lain.(badan Narkotika Nasional,2014) Hasil survei Badan Narkotika Nasional (BNN) menunjukkan prevalensi penggunaan narkoba di lingkungan pelajar di Indonesia mencapai 4,7 % dari jumlah pelajar dan mahasiswa atau sekitar 921.695 orang.dari jumlah tersebut, diantaranya 61 % menggunakan narkoba jenis analgesik dan 39 % jenis ganja, amphetamine, ekstasi dan lem. Pada tahun 2011, siswa SMP pengguna narkoba berjumlah 1.345 orang. Tahun 2012 naik menjadi 1.424 orang. Sedangkan pengguna baru pada Januari-Februari 2013 tercatat 262 orang. Tercatat dikalangan SMA pada tahun 2011 adalah 3.817 orang, tahun 2012 menjadi 3.410 orang.(http://www.kompasiana.com/ekaka_lubis/narkotika-dan-era-barupenyebarannya_5510a8ac a33311c539ba8a67, Di akses pada tanggal 16 Oktober 2016 pukul 22.00 WIB).Provinsi Sumatera Utara sendiri tercatat pada data terakhir tingkat prevalensi pengguna narkoba mencapai 600 ribu orang pada tahun 2014, dan menjadi provinsi ketiga dengan tingkat prevalensi pengguna narkoba tertinggi dari seluruh Indonesia.(http://www.beritasatu.com/nasional/230235-bnnpecandu-narkoba-di-sumut-600000-orang.html, Diakses pada tanggal 16 Oktober 2016 pukul 22.10 WIB) Akibat dari penyalahgunaan Narkoba tidak hanya berujung pada kerugian individu, maupun masyarakat. Tetapi penyalahgunaan narkoba juga menyebabkan

kerugian bagi pemerintah, Pada tahun 2013, estimasi kerugian ekonomi yang ditimbulkan akibat penyalahgunaan narkoba lebih kurang 57 triliun yang terdiri dari komponen biaya private dan biaya sosial. Sehingga secara global penyalahguna dan peredaran gelap narkoba semakin mempengaruhi segala aspek kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara Indonesia. Indonesia yang pada awalnya hanya menjadi tempat transit atau tempat pemasaran, sekarang sudah meningkat menjadi salah satu negara tujuan bahkan juga sebagai negara eksportir yang memproduksi narkoba. Upaya pemberantasan peredaran dan penyalahgunaan narkoba sebenarnya sudah sering dilakukan, melalui pengawasan di jalur masuk peredaran narkoba, pembuatan regulasi ditandai dengan disahkannya undang-undang terbaru Nomor 35 tahun 2009 tentang narkotika. Sedangkan penanggulangan bagi korban penyalahgunaan sebagai terapi ketergantungan narkoba adalah program rehabilitasi. Program ini bertujuan untuk melepaskan penyalahguna narkoba dari kecanduan dan kebergantungannya terhadap narkoba yang membuatnya sulit menyesuaikn hidup tanpa narkoba dan sering kambuh dan Sakaw. Menurut data BNN saat ini ada 40 unit lembaga rehabilitsi yang ditempati 16.000 orang pengguna narkoba yang menjalani rehabilitasi ditambah dua unit lembaga milik BNN yang menampung 2.000 orang pengguna narkoba. BNN menyediakan anggaran sebesar Rp 1 Triliun pada 2013 untuk penanganan narkoba. Bidang rehabilitasi Badan Narkotika Nasional (BNN) menyatakan, jumlah pengguna narkoba yang mendapatkan pelayanan terapi dan rehabilitasi di seluruh Indonesia tahun 2012, sebanyak 14.510 orang. Terbanyak pada umur 26-40 tahun, yaitu sebanyak 9.972 orang. (BNNP Sumut, 2013)

Rehabilitasi ternyata tidak hanya dilakukan dengan cara rawat inap, tetapi juga dapat dilakukan dengan rawat jalan. Artinya klien yang direhabilitasi tidak harus tinggal di panti rehabilitasi tetapi dapat juga berada di luar panti dengan catatan harus rutin mengikuti kegiatan dan program yang di buat oleh lembaga dalam rangka pemulihan dari ketergantungan penyalahgunaan narkoba. Dan ada pengawasan dari lembaga terhadap klien, walaupun klien tidak berada didalam panti. Kedua program tersebut banyak dilakukan oleh banyak panti dan lembaga rehabilitasi, contohnya rawat inap yang dilakukan oleh panti rehabilitasi Klinik Pemulihan Adiksi Narkoba Medan Plus, dengan melakukan program pemulihan dengan cara menginapkan klien di panti dengan jangka waktu 3-6 bulan. Ataupun rawat jalan seperti di beberapa lembaga rehabilitasi. Berbagai macam metode dan terapi yang diberikan kepada residen atau penyalahguna narkoba di lembaga rehabilitasi ternyata tak sepenuhnya serta merta membuat residen dapat sembuh. Karena dalam proses rehabilitasi narkoba sangat tidak mungkin untuk sembuh secara total, melainkan hanya dapat dikatakan pulih dari ketergantungan, dimana tidak ada lagi keinginan yang menggebu untuk mengonsumsi narkoba ataupun bahkan merasakan efek sakaw setelah menjalani program atau terapi rehabilitasi. Maka dari itu, sering sekali terjadi keadaan seorang yang telah selesai menjalani program rehabilitasi kembali menjadi penyalahguna narkoba. Kondisi ini dikenal dengan istilah Relapse. Hal cukup menghawatirkan yaitu tingginya angka pengguna narkoba yang juga sebanding dengan tingginya angka relapse pada penyalahguna narkoba. Relapse merupakan perilaku penyalahgunaan kembali narkoba setelah menjalani program

rehabilitasi yang ditandai dengan adanya pemikiran, perilaku, dan perasaan adiktif setelah periode putus zat. Menurut World Health Organization (WHO) seseorang dikatakan pulih dari ketergantungan narkoba apabila sudah bebas atau bersih dari narkoba selama minimal 2 (dua) tahun. Data dari Badan Narkotika Nasional (BNN) menunjukkan pada tahun 2006 di lembaga Balai Kasih Sayang Pamardi Siwi BNN menunjukkan bahwa terdapat 38 kasus, relapse berkali-kali dan masuk kembali ke lembaga rehabilitasi yang sama. Tahun 2007 tingkat relapse sebesar 95% bahkan ada residen yang masuk untuk ke empat kalinya ke lembaga rehabilitasi tersebut. Tahun 2008 menunjukkan data relapse di Indonesia mencapai 90%. Artinya dari 10 pecandu yang direhabilitasi, 9 kemungkinan besar akan kembali menggunakan lagi dan hanya 1 yang benar-benar pulih. Hal ini diperkuat dengan penelitian yang diadakan oleh YCAB (Yayasan Cinta AnakBangsa) tahun 2010, dimana hasil yang diperoleh ialah angka kekambuhan yangmencapai 90% dari yang dinyatakan telah pulih, kemudian kambuh kembali,berarti kira-kira hanya 10% yang berhasil mempertahankan keadaan bebas zatnya(abstinence). (Pertiwi, 2011) Berdasarkan hasil perhitungan estimasi yang dilakukan oleh Badan Narkotika Nasional (BNN) diperkirakan ada 3,2 juta orang (1,5% populasi) di indonesia mempunyai riwayat menggunakan Napza dan dari jumlah tersebut diperkirakan hanya 10% yang mendapatkan layanan dari tenaga kesehatan.selama ini hanya beberapa sarana pelayanan kesehatan termasuk rumah sakit umum dan rumah sakit jiwa daerah yang memberikan pelayanan pengobatan terhadap gangguan penggunaan napza, padahal diharapkan semua rumah sakit umum dan

rumah sakit jiwa mampu memberikan pelayanan untuk kasus kasus gangguan penggunaan napza berdasarkan data Kemenkes tahun 2012 (Syuhada,2015) Maka dari itu, berdasarkan permasalahan di atas, penulis tertarik untuk meneliti dan mengetahui model penanganan yang tepat dalam mengatasi permasalahan penyalahguna relapse narkoba di kota Medan. Penulis membatasi penelitian ini hanya pada model penanganan sosial bagi penyalahguna relapse narkoba yang dilakukan oleh beberapa lembaga rehabilitasi yang ada di kota Medan, berdasarkan metode pengambilan sampel yang representatif. Penulis mengangkat permasalahan yang dirangkum dalam penelitian sebuah karya ilmiah berbentuk skripsi dengan judul Model Penanganan Sosial Bagi Penyalahguna Relapse Narkoba dipanti Sosial Pamardi Putra Insyaf Sumatera Utara dan Klinik Pemulihan Adiksi Narkoba Medan Plus Laucih. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang yang telah dijelaskan sebelumnya, maka masalah penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut: Bagaimana Model Penanganan Sosial Bagi Penyalahguna Relapse Narkoba di Panti Sosial Pamardi Putra Insyaf Sumatera Utara dan Klinik Pemulihan Adiksi Narkoba Medan Plus Lau Cih. 1.3 Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui model penanganan sosial bagi penyalahguna relapse narkoba di Klinik Pemulihan Adiksi Narkoba Medan Plus Laucih dan Panti Sosial Putra Pamardi (PSPP) Insyaf Sumtaera Utara, serta

menemukan model penanganan sosial yang efektif untuk memulihkan penyalahguna atau pecandu narkoba agar tidak mengalami relapse kembali. 1.3.2 Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang diperoleh dalam penelitian ini adalah : 1. Bagi penulis sendiri untuk menambahkan wawasan dan pengetahuan tentang model penanganan sosial bagi penyalahguna relapse narkoba di Klinik Pemulihan Adiksi Narkoba Medan Plus Laucih dan Panti Sosial Pamardi Putra (PSPP) Insyaf Sumatera Utara. 2. Bagi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi karya ilmiah dan sebagai bahan kajian yang menyangkut model penanganan sosial bagi penyalahguna relapse narkoba. 3. Memberikan kontribusi pemikiran dan masukan kepada pemerintah, lembaga-lembaga masyarakat maupun instansi terkait dalam upaya meningkatkan kualitas penanganan terhadap penyalahguna relapse narkoba. 1.4 Sistematika Penulisan berikut ini: Penulisan ini disajikan dalam enam bab dengan sistematika sebagai BAB I : PENDAHULUAN Berisikan latark belakang masalah, perumusan masalah tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika penulisan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA Bab ini berisikan uraian dan konsep yang berkaitandengan masalah dan objek yang diteliti, kerangka pemikiran, definisi konsep dan definisi operasional. BAB III : METODE PENELITIAN Bab ini berisikan tipe penelitian, lokasi penelitian, populasi dan sampel, teknik pengumpulan data serta teknis analisis data. BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN Bab ini berisikan tentang gambaran umum lokasi penelitian serta data-data lain yang turut memperkaya penelitian ini. BAB V : ANALISIS DATA Bab ini berisikan tentang uraian data yang diperoleh dari hasil penelitian dan analisisnya. BAB VI : PENUTUP Berisikan kesimpulan dan saran-saran dari hasil penelitian.