BAB I PENDAHULUAN. tentang gejala-gejala alam yang didasarkan pada hasil percobaan dan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Stevida Sendi, 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran IPA khususnya fisika mencakup tiga aspek, yakni sikap,

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sains diarahkan untuk mencari tahu dan berbuat sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan mata pelajaran fisika pada jenjang Sekolah Menengah Atas. (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA) berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Atamik B, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN. langkah-langkah observasi, perumusan masalah, pengujian hipotesis melalui

BAB I PENDAHULUAN. Pada tingkat SMA/MA, mata pelajaran IPA khususnya Fisika dipandang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini sangat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan mata pelajaran yang berkaitan

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu mata pelajaran sains yang diberikan pada jenjang pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran fisika di tingkat SMA diajarkan sebagai mata pelajaran

BAB I PENDAHULUAN. Fisika merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang berkaitan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang mencakup tiga segmen

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kepribadian manusia sangat bergantung pada pendidikan yang diperolehnya, baik dari lingkungan keluarga

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. bahasan fisika kelas VII B semester ganjil di salah satu SMPN di Kabupaten

PEMBEKALAN KETERAMPILAN BERPIKIR KREATIF SISWA SMA MELALUI PEMBELAJARAN FISIKA BERBASIS MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. Fisika merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan alam yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Yuliani Susilawati,2013

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang

BAB I PENDAHULUAN. sosial kultural secara individu maupun secara berkelompok.

BAB I PENDAHULUAN. melalui serangkaian proses ilmiah (Depdiknas, 2006). Pembelajaran IPA tidak

BAB I PENDAHULUAN. tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan untuk mencapai

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan pikiran dalam mempelajari rahasia gejala alam (Holil, 2009).

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

PENINGKATAN KECAKAPAN AKADEMIK SISWA SMA DALAM PEMBELAJARAN FISIKA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil observasi awal pada salah satu SMP swasta di Bandung,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) pembelajaran fisika

BAB I PENDAHULUAN. Fisika merupakan salah satu cabang sains yang mempelajari gejala-gejala

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pengalaman peneliti mengajar mata pelajaran fisika di. kelas VIII salah satu SMP negeri di Bandung Utara pada semester

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gresi Gardini, 2013

I. PENDAHULUAN. diperoleh pengetahuan, keterampilan serta terwujudnya sikap dan tingkah laku

Kholifatul Maghfiroh, Asim, Sumarjono Jurusan Pendidikan Fisika FMIPA Universitas Negeri Malang

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang

Keterlibatan siswa baik secara fisik maupun mental merupakan bentuk

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penguasaan konsep siswa terhadap materi fluida statis diukur dengan tes

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran sains di sekolah dimaksudkan untuk menanamkan. keyakinan kepada Tuhan Yang Maha Esa, mengembangkan keterampilan sikap

BAB 1 PENDAHULUAN. sistem pembelajaran yang efektif bagi siswa. Karena dalam metode ceramah

BAB I PENDAHULUAN. Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan berpikir kritis dan kreatif untuk memecahkan masalah dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dewi Elyani Nurjannah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. konsep dan memberi makna tentang hal-hal yang sedang dipelajari. Pendidik tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. ditakuti dan tidak disukai siswa. Kecenderungan ini biasanya berawal dari

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. yang telah di persiapkan sebelumnya untuk mencapai tujuan. Dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Rendahnya daya serap peserta didik terhadap materi ajar masih menjadi

Dila Sari dan Ratelit Tarigan Jurusan Fisika FMIPA Universitas Negeri Medan

I. PENDAHULUAN. Fisika adalah ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan penemuan dan

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang sangat penting bagi siswa. Seperti

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. harapan sangat bergantung pada kualitas pendidikan yang ditempuh. imbas teknologi berbasis sains (Abdullah, 2012 : 3).

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Muhammad Gilang Ramadhan,2013

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan perbaikan mutu pendidikan agar mencapai tujuan tersebut.

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED INSTRUCTION

BAB I PENDAHULUAN. maka dari itu perlu dilakukan peningkatan mutu pendidikan. Negara Kesatuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. sudah dapat kita rasakan. Menurut pandangan ini, bukanlah satu-satunya sumber belajar bagi siswa sehingga pembelajaran

PENGARUH PROBLEM BASED INSTRUCTION PADA SISWA DENGAN TINGKAT MOTIVASI BELAJAR TERHADAP PENGUASAAN KONSEP BIOLOGI SISWA KELAS X SMA BATIK 1 SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbuka, artinya setiap orang akan lebih mudah dalam mengakses informasi

I. PENDAHULUAN. Mata pelajaran Biologi memiliki peran penting dalam peningkatan mutu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Fisika bukan hanya penguasaan sekumpulan pengetahuan yang berupa faktafakta,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I. Pendahuluan. Perkembangan arus globalisasi yang semakin cepat menuntut bangsa

BAB I PENDAHULUAN. rendah, gambaran ini tercermin dari beragamnya masalah pendidikan yang terjadi

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan kumpulan elemen atau komponen yang saling terkait

BAB I PENDAHULUAN. Mata pelajaran Fisika merupakan salah satu mata pelajaran dalam

BAB I PENDAHULUAN I.I Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar yang terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada bab ini akan dijelaskan mengenai hasil-hasil penelitian yang

BAB I PENDAHULUAN. melalui proses pembelajaran. Guru sangat berperan penting dalam peningkatan mutu

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan IPA diharapkan menjadi wahana bagi peserta didik untuk

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pengalaman peneliti mengajar IPA di MTs Negeri Jeketro,

BAB I PENDAHULUAN. Pelajaran fisika merupakan salah satu wahana untuk menumbuhkan kemampuan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pembukaan UUD 1945 dijelaskan bahwa salah satu tujuan dari

BAB I PENDAHULUAN. Pelajaran Fisika merupakan salah satu bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Tinjauan Tentang Problem Based Instruction (PBI)

I. PENDAHULUAN. belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif. luas kedepan untuk mencapai suatu cita-cita yang diharapkan dan mampu

I. PENDAHULUAN. Mata pelajaran Biologi berdasarkan Standar Isi (SI) memiliki peran penting

MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA DENGAN MENERAPKAN MODEL INQUIRY-DISCOVERY LEARNING (IDL) TERBIMBING

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang membahas tentang gejala-gejala alam yang didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan untuk menemukan suatu fakta dengan menggunakan tahapan metode ilmiah yang meliputi hipotesis, prediksi, eksperimen, observasi dan pengukuran. Pembelajaran IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan yang mamberikan kebebasan kepada siswa bereksplorasi untuk menemukan sesuatu yang baru yang ada di alam sekitar. Pembelajaran IPA mengarahkan siswa untuk mencari tahu dan berbuat sesuatu yang berhubungan dengan alam sekitar. Pembelajaran fisika yang notabene merupakan pembelajaran IPA pada hakekatnya merupakan suatu proses untuk mengungkap kebenaran yang berasal dari alam melalui penelitian. Pengetahun yang diperoleh dalam pembelajaran fisika dapat berasal dari penemuan terdahulu, pembuktian, atau melalui pengamatan untuk menemukan sesuatu. Pembelajaran fisika memiliki tujuan tertentu, salah satunya seperti yang tertera dalam Standar Kompetensi Lulusan untuk Sekolah Menengah Atas (SMA)/ Madrasah Aliyah (MA) yaitu melalui kegiatan eksperimen 1

2 siswa diharapkan mampu merumuskan masalah, mengajukan dan menguji hipotesis melalui percobaan, merancang dan merakit instrumen percobaan, mengumpulkan, mengolah, dan menafsirkan data, serta mengkomunikasikan hasil percobaan secara lisan dan tertulis (Depdiknas, 2006). Berdasarkan penguraian tersebut dapat disimpulkan bahwa fisika lebih menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan pengetahuan. Proses pembelajaran dirancang untuk mengembangkan pengetahuan dengan melibatkan siswa secara langsung untuk mengkonstruksi pengetahuan hingga menemukan konsep-konsep pembelajaran. Penguasaan konsep akan berdampak pada kemampuan menyelesaikan masalah sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Prestasi belajar merupakan hasil pencapaian dalam mengerjakan tugas-tugas pelajaran sekolah yang dinyatakan dalam bentuk angka (Munandir dalam Suwiyadi, 2007). Prestasi belajar dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik yang berasal dari dalam diri pelajar (internal) maupun yang berasal dari luar diri pelajar (eksternal). Faktor internal prestasi belajar, meliputi kemampuan intelektual, taraf pengetahuan yang dimiliki, minat, bakat, sikap, konsep diri, dan sistem nilai. Sedangkan faktor eksternal prestasi belajar dipengaruhi oleh lingkungan sekolah, keluarga, dan masyarakat. Jadi, semua yang dilakukan selama proses pembelajaran dan semua yang ada di lingkungan pelajar sangat mempengaruhi prestasi belajar siswa. Dengan demikian, proses dan prestasi belajar merupakan dua hal yang saling

3 berkaitan satu sama lain. Proses pembelajaran yang tidak dilakukan dengan baik akan berdampak pula pada prestasi belajar yang kurang baik. Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang telah saya lakukan di salah satu SMA di kota Cimahi, diperoleh data-data sebagai berikut: 1. Pembelajaran fisika masih bersifat tradisional (teacher centred). Metode ceramah masih mendominasi dalam proses pembelajaran dan itu membuat peran siswa menjadi pasif sehingga mengakibatkan pengetahuan siswa kurang berkembang. 2. Motivasi belajar siswa kurang sehingga masih banyak siswa yang tidak memperhatikan penjelasan guru dalam proses pembelajaran. Akibatnya siswa tidak bisa mengerjakan tes yang diberikan oleh guru. 3. Siswa hanya mempelajari rumus-rumus fisika tanpa mengetahui manfaat dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. 4. Menurut informasi yang diperoleh dari guru yang bersangkutan, persentase siswa yang nilainya mencapai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yang tetah ditetapkan yaitu sebesar 62,00 untuk Kompetensi Dasar yang telah diujikan hanya 28,57% dari jumlah siswa. Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang telah diuraikan tersebut diketahui bahwa pembelajaran yang bersifat tradisional akan mempengaruhi prestasi belajar siswa. Hal tersebut merupakan salah satu dampak dari kurang aktifnya peran siswa dalam suatu pembelajaran untuk mencari, membuktikan, dan meneliti suatu konsep atau fakta dalam pembelajaran. Pembelajaran yang

4 bersifat tradisional dan hanya mempelajari rumus-rumus fisika tanpa mempelajari penerapan materi fisika dalam kehidupan sehari-hari akan mempengarui minat siswa untuk belajar yang secara langsung juga mempengaruhi motivasi dan prestasi belajar siswa. Berdasarkan tujuan pembelajaran fisika yang telah ditetapkan oleh pemerintah, maka sebaiknya pembelajaran fisika dilakukan dengan menggunakan metode yang melibatkan siswa secara aktif dalam proses penyelidikan sehingga siswa terlatih untuk mengembangkan intelektual, kreativitas, konsep diri, dan sikap. Penerapan fisika dalam kehidupan seharihari yang dimunculkan dalam proses pembelajaran akan meningkatakan minat siswa untuk belajar dan itu merupakan salah satu faktor penentu pencapaian prestasi belajar. Jadi, proses pembelajaran yang melibatkan siswa dalam penyelidikan yang dikaitkan dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari akan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Metode, pendekatan, dan model pembelajaran yang digunakan dalam proses pembelajaran dengan mengutamakan peran aktif siswa dapat membantu siswa untuk mengembangkan pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya. Setiap model pembelajaran mengacu pada teori belajar tertentu dan digunakan untuk tujuan tertentu. Model yang digunakan dalam pembelajaran harus disesuaikan dengan karakteristik dari materi yang akan diajarkan sehingga siswa dapat dengan mudah mencerna bahan ajar. Model yang sesuai untuk meningkatkan prestasi belajar siswa dengan mengutamakan peran aktif siswa dalam penyelidikan atau percobaan untuk

5 menyelesaikan berbagai permasalahan fisika yang berhubungan dengan penguasaan konsep dalam kehidupan sehari-hari adalah model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Instruction). Ibrahim dan Nur (2005) menyatakan bahwa model Pembelajaran Berbasis Masalah (PBM) dikembangkan untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir, pemecahan masalah, dan keterampilan intelektual, serta membantu siswa untuk menjadi pembelajar yang mandiri. PBM merupakan pembelajaran yang mengangkat permasalahan dari kehidupan nyata. Penggunaan permasalahan nyata dalam pembelajaran akan mempermudah siswa untuk memahami suatu masalah. Siswa dilatih dan dibimbing untuk mencari penyebab, menganalisis, dan menentukan solusi yang tepat melalui percobaan atau penelitian. Pengetahuan yang diperoleh berdasarkan pengalaman akan lebih bermakna dibandingkan dengan pengetahuan yang diterima secara langsung dari guru. Pengetahuan yang diperoleh berdasarkan pengalaman membantu siswa untuk mengkontruksi pengetahuannya sehingga siswa dapat menemukan sendiri konsep-konsep yang terdapat dalam pokok bahasan tertentu. Dengan demikian, siswa diharapkan dapat menyelesaikan persoalanpersoalan yang diberikan oleh guru walaupun soal-soal tersebut membutuhkan pemikiran dengan menggabungkan berbagai konsep untuk menyelesaikannya. Berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Tsaniyah disimpulkan bahwa model Problem Based Instraction cukup efektif untuk

6 meningkatkan kemampuan pemahaman konsep di SMP. Selain itu, Hidayah dari hasil penelitiannya menyimpulkan bahwa efektifitas model Pembelajaran Berbasis Masalah selama pembelajaran mengalami peningkatan walaupun masih termasuk ke dalam kriteria sedang, begitu pula dengan kemampuan memecahkan masalah, hasil belajar kognitif, afektif, maupun hasil belajar psikomotor siswa mengalami peningkatan. Berdasarkan uraian tersebut model PBM dapat dijadikan sebagai alternatif untuk meningkatkan prestasi belajar siswa karena PBM melatih siswa untuk menyelesaikan permasalahan hingga diperoleh solusi yang tepat. Selain itu, model PBM menggunakan masalah-masalah nyata sehingga akan mempermudah siswa untuk memahami materi pembelajaran dan konsepkonsep yang terkandung didalamnya. Penelitian ini dimaksudkan untuk menerapkan model PBM pada kompetensi dasar menganalisis pengaruh gaya pada sifat elastisitas bahan. Kompetensi dasar tersebut dipilih karena penerapan elastisitas banyak ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Model PBM menggunakan permasalahan nyata dalam proses pembelajarannya sehingga setelah pembelajaran berlangsung diharapkan siswa akan terbiasa memecahkan masalah yang berkaitan dengan elastisitas yang mereka temukan dalam kehidupan sehari-hari. Penelitian ini dilaksanakan dengan mengambil satu kelas eksperimen yang diberikan perlakuan dengan menerapkan model PBM. Sebelum penerapan model PBM dilakukan studi pendahuluan dan tes, kemudian

7 setelah diberi perlakuan dites kembali. Berdasarkan uraian tersebut, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Penerapan Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Instruction) dalam Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Fisika Siswa SMA. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan tersebut, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana peningkatan prestasi belajar siswa setelah diterapkan model Pembelajaran Berbasis Masalah dalam pembelajaran fisika siswa SMA? Untuk memperjelas arah penelitian, maka disusun pertanyan penelitian sebagai berikut. 1. Bagaimana peningkatan prestasi belajar siswa pada aspek memahami (C2) setelah diterapkan model Pembelajaran Berbasis Masalah dalam pembelajaran fisika di SMA? 2. Bagaimana peningkatan prestasi belajar siswa pada aspek menerapkan (C3) setelah diterapkan model Pembelajaran Berbasis Masalah dalam pembelajaran fisika di SMA? 3. Bagaimana peningkatan prestasi belajar siswa pada aspek menganalisis (C4) setelah diterapkan model Pembelajaran Berbasis Masalah dalam pembelajaran fisika di SMA?

8 C. Pembatasan Masalah Batasan masalah diperlukan untuk lebih memfokuskan penelitian. Batasan masalah dalam penelitian ini yaitu peningkatan prestasi belajar fisika yang dilihat dari nilai signifikansi antara skor pretes dengan skor postes yang ditunjukkan dengan gain skor ternormalisasi pada setiap aspek. Prestasi belajar diukur dengan menggunakan tes berbentuk pilihan ganda beralasan terhadap pokok bahasan yang dipelajari. Tes tersebut mengukur ranah kognitif terhadap kemampuan memahami (C2), menerapkan (C3), dan menganalisis (C4). D. Variabel Penelitian Penelitian ini terdiri dari variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebasnya adalah keterlaksanaan model Pembelajaran Berbasis Masalah, sedangkan variabel terikatnya adalah prestasi belajar siswa. E. Tujuan Penelitian Dari permasalahan yang telah dikemukakan, maka penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa dalam pembelajaran fisika setelah diterapkan model Pembelajaran Berbasis Masalah di SMA.

9 Ada pun tujuan khusus dari penelitian ini adalah: 1. Mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa pada aspek memahami (C2) setelah diterapkan model Pembelajaran Berbasis Masalah dalam pembelajaran fisika di SMA. 2. Mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa pada aspek menerapkan (C3) setelah diterapkan model Pembelajaran Berbasis Masalah dalam pembelajaran fisika di SMA. 3. Mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa pada aspek menganalisis (C4) setelah diterapkan model Pembelajaran Berbasis Masalah dalam pembelajaran fisika di SMA. F. Manfaat Penelitian 1. Bagi guru, penilitian ini dapat digunakan sebagai salah satu alternatif model pembelajaran untuk mempelajari beberapa konsep fisika yang memerlukan penelitian terlebih dahulu. 2. Bagi siswa, penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan kreatifitas dan motivasi belajar siswa sehingga dapat meningkatkan prestasi belajar. 3. Bagi peneliti lain, penelitian ini dapat digunakan sebagai referensi untuk mengetahui tingkat ketercapaian penerapan pembelajaran dengan menggunakan model Pembelajaran Berbasis Masalah dalam upaya untuk meningkatkan prestasi belajar.

10 G. Definisi Operasional Variabel Penelitian 1. Pembelajaran Berbasis Masalah merupakan suatu pendekatan pembelajaran dimana siswa mengerjakan permasalahan yang otentik dengan maksud untuk menyesuaikan pengetahuan mereka sendiri, mengembangkan inkuiri dan keterampilan berfikir tingkat lebih tinggi, mengembangkan kemandirian, dan percaya diri (Arends dalam Trianto, 2007). Model Pembelajaran Berbasis Masalah terdiri dari lima fase. Fase pertama, siswa diberikan suatu permasalahan. Fase kedua, guru mengelompokkan siswa. Fase ketiga, siswa melakukan penyelidikan secara berkelompok. Fase keempat, menginformasikan hasil penyelidikan. Fase kelima, pengambilan kesimpulan. Tingkat keterlaksanaan dari setiap tahap Pembelajaran Berbasis Masalah diketahui dengan menggunakan lembar observasi. 2. Prestasi belajar merupakan hasil pencapaian dalam mengerjakan tugastugas pelajaran sekolah yang dinyatakan dalam bentuk angka (Munandir dalam Suwiyadi, 2007). Prestasi belajar dalam penelitian ini difokuskan pada kemampuan memahami (C2), menggunakan (C3), dan menganalisis (C4). Prestasi belajar diukur dengan menggunakan tes berbentuk pilihan ganda beralasan terhadap pokok bahasan yang dipelajari.