BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Usaha-usaha perbaikan dan peningkatan mutu pendidikan terus dilakukan

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan salah satu cabang dari IPA yang mempelajari struktur,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Mutu lulusan pendidikan sangat erat kaitannya dengan proses

BAB I PENDAHULUAN. umat manusia dan tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Mengingat

BAB I PENDAHULUAN. mampu beradaptasi dengan perkembangan zaman dan perubahan perubahan

I. PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan suatu sistem atau proses membelajarkan siswa yang

I. PENDAHULUAN. proses kognitif. Proses belajar yang dimaksud ditandai oleh adanya perubahanperubahan

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan bagian dari ilmu pengetahuan alam (IPA) yang pada awalnya

I. PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan suatu proses yang kompleks melibatkan berbagai

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah sebagai lembaga pendidikan mempunyai peran yang penting bagi

BAB 1 PENDAHULUAN. dimilikinya. Tanpa pendidikan sama sekali mustahil suatu kelompok manusia dapat hi

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru mata pelajaran kimia SMA Al-Kautsar

1. PENDAHULUAN. Fungsi pendidikan sesungguhnya membentuk karakter yang baik, berpikiran cerdas,

I. PENDAHULUAN. pada kenyataan bahwa pendidikan merupakan pilar tegaknya bangsa, melalui

I. PENDAHULUAN. Mata pelajaran Biologi merupakan bagian dari IPA. Pendidikan Ilmu. hipotesis, menggunakan alat dan bahan secara benar dengan selalu

TINJAUAN PUSTAKA. Learning Cycle adalah suatu kerangka konseptual yang digunakan sebagai

I. PENDAHULUAN. kinerja dari proses belajar mengajar. Proses belajar mengajar merupakan rangkaian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Buldan Abdul Rohman, 2013

BAB I PENDAHULUAN. dengan lingkungan dan tidak dapat berfungsi maksimal dalam lingkungan

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses aktualisasi peserta didik melalui berbagai pengalaman

I. PENDAHULUAN. tujuan dan proses berbuat melalui berbagai pengalaman (Rusman, 2011). Berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu proses pengembangan individu dan kepribadian seseorang yang

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang. Perkembangan teknologi saat ini telah berkembang pesat, dimana

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model Learning Cycle merupakan rangkaian tahap-tahap kegiatan (fase) yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAH ULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Bicara tantangan dan permasalahan pendidikan di Indonesia berarti berbicara

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil wawancara dan observasi dengan guru kimia kelas X 1 SMA Tri

I. PENDAHULUAN. dan prinsip-prinsip sains yang hanya terdapat dalam buku pelajaran.

I. PENDAHULUAN. Siswa sulit untuk mengaplikasikan hasil pembelajaran fisika dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah rendahnya mutu pendidikan pada setiap jenjang dan satuan. pendidikan, khususnya pendidikan menengah kejuruan.

BAB I PENDAHULUAN. Fisika bukan hanya penguasaan sekumpulan pengetahuan yang berupa faktafakta,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2009:7), belajar merupakan tindakan dan

BAB I PENDAHULUAN. dan potensi yang ada untuk pembentukan kepribadian yang utuh, memiliki rasa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan, manusia dapat mengembangkan diri untuk menghadapi tantangan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat ini

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan teknologi, dibutuhkan peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia

1. PENDAHULUAN. berdasarkan pada fenomena alam. Ada tiga hal yang berkaitan dengan kimia

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE 5E (SIKLUS BELAJAR 5E) UNTUK MENINGKATKAN PEMAHAMAN KONSEP FISIKA SISWA KELAS X MIA SMAN 6 MALANG

I. PENDAHULUAN. SMA Gajah Mada Bandar Lampung yang berjumlah 35 orang siswa yang terdiri

I. PENDAHULUAN. Kimia merupakan ilmu yang termasuk dalam rumpun IPA (ilmu pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. 1994, 2004, KBK(Kurikulum Berbasis Kompetensi), hingga pada saat ini

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Penerapan Model Learning Cycle Tipe 5E dengan Media Visual Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Fisika Pada Siswa Kelas X c SMA Negeri 2 Dolo

BAB I PENDAHULUAN. dalam bidang tertentu. Untuk menciptakan keluaran SMK yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. Dengan berkembangnya IPTEK di era modern ini memberikan kesadaran

BAB I PENDAHULUAN. yang merupakan dasar bagi ilmu pengetahuan yang lain, seperti kedokteran,

BAB I PENDAHULUAN. satuan pendidikan (KTSP) adalah mengembangkan aktifitas kreatif dari siswa

BAB I PENDAHULUAN. membantu penyelesaian masalah pembangunan yang ada. Upaya yang dilakukan

1. PENDAHULUAN. dengan kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu ilmu kimia yang diperoleh siswa

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat berpengaruh untuk

*Keperluan Korespondensi, telp: ,

Optimalisasi Hasil Belajar IPA (Ilmu Pengetahuan Alam) Melalui Model Learning Cycle 5E pada Siswa Kelas IV SD Negeri Mardiharjo

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam proses pembelajaran, guru perlu menimbulkan aktivitas siswa dalam

I. PENDAHULUAN. terbangunnya sebuah peradaban suatu bangsa. Pendidikan di Indonesia banyak

1. PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan proses membelajarkan siswa menggunakan azas pendidikan

I. PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang gejala

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. Untuk mewujudkan upaya tersebut, Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 31. Ayat (3) mengamanatkan agar pemerintah mengusahakan dan

BAB I PENDAHULUAN. kualitasnya sehingga harapan dan cita-cita pendidikan dapat tercapai.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan perubahan akan pola pikir dari suatu bangsa menuju ke arah yang

Studi Pendahuluan Model Learning Cycle 5 E dengan Strategi Question Student Have pada Materi Suhu dan Perubahannya

BAB I PENDAHULUAN. tingkat menengah yang bertujuan untuk mewujudkan Sumber Daya Manusia

I. PENDAHULUAN. kimia adalah pengetahuan yang berupa fakta, teori, prinsip,dan hukum. Proses

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan sangat berpengaruh untuk meningkatkan kemajuan suatu

BAB I PENDAHULUAN. paradigma yang lama atau cara-cara berpikir tradisional. Dalam dunia pendidikan,

I. PENDAHULUAN. sehari-hari. Namun dengan kondisi kehidupan yang berubah dengan sangat

BAB I PENDAHULUAN. bagaimana guru dapat merangsang dan mengarahkan siswa dalam belajar, yang

BAB I PENDAHULUAN. pembentukan manusia Pancasila sebagai manusia pembangunan yang tinggi. kualitasnya, dan mampu mandiri, dan pemberian dukungan bagi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. Learning Cycle (LC) adalah suatu kerangka konseptual yang digunakan sebagai

I. PENDAHULUAN. alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemajuan suatu negara dapat diukur dari kemajuan pendidikan di negara

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah telah berusaha meningkatkan mutu pendidikan, diantaranya

Firmansyah, Srini M. Iskandar, Darsono Sigit Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Malang

I. PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang gejala

SKRIPSI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Matematika. Disusun Oleh:

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan bagian dari ilmu pengetahuan alam (sains) yang berkembang

Peningkatan Ketuntasan Belajar Siswa Melalui Model

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) definisi efektivitas adalah

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Perkembangan yang terjadi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam menyiapkan sumber daya manusia yang produktif. Hal ini berarti bahwa berhasil

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Seminar Pendidikan Serantau 2011

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah salah satu bentuk perwujudan kebudayaan manusia

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kepribadian manusia sangat bergantung pada pendidikan yang diperolehnya, baik dari lingkungan keluarga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. daya manusia (SDM) kita mempunyai keunggulan dan mampu bersaing di bidang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Perkembangan teknologi saat ini telah memberikan manfaat yang banyak

BAB I PENDAHULUAN. lambatnya pembangunan bangsa sangat tergantung pada pendidikan. Oleh karena. sangat luas terhadap pembangunan di sektor lainnya.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Usaha-usaha perbaikan dan peningkatan mutu pendidikan terus dilakukan oleh pemerintah dan pihak swasta dengan melakukan penelitian-penelitian yang berhubungan dengan siswa dan kurikulum. Tujuan dari penelitian tersebut adalah membuat siswa dapat belajar secara aktif di dalam kegiatan belajar mengajar yang nantinya berakibat pada peningkatan hasil belajar siswa tersebut. Tetapi bila dilihat dewasa ini hasil belajar siswa belumlah memuaskan atau seperti apa yang diharapkan karena mutu pendidikan di Indonesia secara umum masih kurang dari harapan. Untuk meningkatkan mutu pendidikan, maka dibutuhkan pendekatan belajar yang tepat, yang mana siswanya tidak pasif, dan hanya mendengarkan penjelasan guru, tetapi siswa harus aktif, dan guru berperan memperhatikan dan mengarahkan siswa, karena pada hakekatnya pendidikan adalah usaha orang tua atau generasi tua mempersiapkan anak atau generasi muda agar mampu hidup secara mandiri dan mampu melaksanakan tugas-tugas kehidupannya dengan sebaik-baiknya. Menurut Ki Hajar Dewantara (Bastian. 2002) bahwa : mendidik ialah menuntun segala kekuatan kodrat yang ada pada anak agar mereka sebagai manusia dan sebagai anggota masyarakat dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya. 1

2 Melihat perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang demikian pesat sekarang ini, sehingga perlu antisipasi oleh guru untuk menyikapinya, salah satu hal yang perlu dilakukan oleh guru adalah mengaitkan materi yang diajarkan dengan penerapan dalam kehidupan masyarakat umumnya dan masyarakat sekitar siswa khususnya. Untuk menjawab tantangan ini, siswa perlu dikembangkan melalui proses belajar mengajar yang terpusat pada siswa. Melalui proses belajar seperti ini dapat ditegakkan pilar-pilar pendidikan yang menyangga proses belajar, mengetahui, belajar bekerja, belajar mengenal diri dan belajar hidup bersama. Dalam konteks ini guru berperan mendorong mengembangkan segenap potensi siswa melalui vitalitas pengetahuan siswa untuk merancang atau mencipta dan memberi fungsi baru terhadap semua yang ada. Proses belajar mengajar merupakan suatu aktivitas yang berlangsung dengan melibatkan bermacam-macam komponen yang saling berinteraksi dalam mencapai tujuan yang prinsipnya merupakan proses membimbing perbuatan belajar dalam proses belajar yang baik, berfokus pada anak dan membelajarkan anak. Dalam hal ini, guru memiliki peranan yang sangat penting diantaranya menentukan kuantitas dan kualitas siswa. Guru harus berusaha semaksimal mungkin agar siswa benar-benar terlibat secara aktif. Aktivitas siswa sangat diperlukan dalam kegiatan pembelajaran, karena siswalah yang seharusnya banyak aktif. Dalam kegiatan pembelajaran siswa dituntut untuk dapat melaksanakan aktivitas belajar yang lebih optimal baik di luar maupun saat pelajaran berlangsung, karena pelajaran di sekolah tidak segera dikuasai hanya

3 dengan mendengarkan penjelasan dari guru saja, tetapi diperlukan kegiatankegiatan yang sifatnya membantu berlangsungnya pembelajaran seperti membaca buku sumber tambahan, berdiskusi dengan teman, membuat rangkuman bacaan dan lain-lain. Karena tidak ada proses belajar tanpa keaktifan siswa yang belajar. Seperti yang dikemukakan Sardiman A. M (2001) bahwa Dalam belajar sangat diperlukan aktivitas, tanpa aktivitas belajar tidak mungkin berlangsung dengan baik. Jadi aktivitas belajar merupakan hal yang sangat penting dalam kegiatan interaksi belajar mengajar. Walaupun telah lama disadari bahwa belajar memerlukan keterlibatan secara aktif orang yang belajar namun kenyataannya masih menunjukan kecenderungan yang berbeda. Dalam proses pembelajaran masih tampak adanya kecenderungan meminimalkan peran dan keterlibatan siswa. Dominasi guru dalam proses pembelajaran menyebabkan siswa lebih banyak berperan dan terlibat secara pasif, mereka lebih banyak menunggu sajian dari guru daripada mencari dan menemukan sendiri pengetahuan, keterampilan serta sikap yang mereka butuhkan. Sehingga untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan tersebut tentunya dipengaruhi oleh kemandirian belajar siswa itu sendiri. Sebagaimana dinyatakan oleh Siahaan (dalam Siregar, 2005) bahwa: Kemandirian belajar menunjukkan kepada belajar mandiri yang dilaksanakan individu guna meningkatkan pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Dengan demikian kemandirian belajar dapat mempengaruhi hasil belajar siswa yang dilakukan secara sadar dan tanpa adanya paksaan atau pun suruhan dari orang lain

4 untuk menguasai suatu mata pelajaran serta dapat menciptakan kesempatan belajar dalam rangka peningkatan keterampilan dan hasil belajarnya. Instalasi penerangan listrik adalah salah satu bidang keahlian yang diberikan di sekolah menengah kejuruan pada kelas XI semester 1 dan semester 2 program keahlian Teknik Instalasi Pemanfaatan Tenaga Listrik, dimana materi yang diajarkan berkaitan dengan pemaparan dan penjelasan mengenai instalasi penerangan listrik. Untuk menguasai pelajaran instalasi penerangan listrik ini sebaiknya siswa mempunyai kemampuan awal yaitu kemampuan dasar yang telah dimiliki siswa dengan keaktifan dan kemandirian belajar. Hal ini sesuai dengan pendapat Purba (1999) yang menyatakan apabila siswa belajar dengan terlebih dahulu memiliki bekal yang dipersyaratkan untuk mempelajari sesuatu maka cenderung akan lebih berhasil dalam kegiatan belajar tersebut. Dalam hal ini berarti siswa belum memiliki aktivitas belajar siswa dan kemandirian belajar yang tinggi dalam pencapaian hasil belajar memasang dasar instalasi listrik. Dari hasil wawancara yang telah dilakukan di sekolah SMK Negeri 1 Lubuk Pakam, didapatkan bahwa nilai pada mata pelajaran instalasi penerangan listrik belum sesuai dengan kriteria nilai ideal ketuntasan belajar rata-rata yang ditetapkan oleh DEPDIKBUD untuk setiap indikator, kompetensi dasar, standar kompetensi, dan mata pelajaran itu dengan nilai (skor) kriteria nilai ideal ketuntasan. Dengan skala kriteria 0-100% dan kriteria ideal ketuntasan belajar adalah 70% untuk kurikulum tingkat satuan pendidikan (Depdiknas, 2006:15). Berdasarkan daftar nilai pada guru bidang studi Instalasi penerangan listrik diperoleh nilai hasil evaluasi mentah siswa kelas XI adalah berkisar 55 sampai 70.

5 Dan untuk meningkatkan nilai siswa tersebut diadakan ujian 2 sampai 3 kali remedial. Hal ini menjadi problem bagi pihak guru dan sekolah. Rendahnya hasil belajar siswa pada SMK Negeri 1 Lubuk Pakam tersebut karena guru masih menggunakan model pembelajaran yang ekspositori. Materi pelajaran disampaikan oleh guru dengan cara ceramah di depan kelas lalu siswa hanya mendengarkan, sehingga interaksi pada saat pembelajaran berlangsung menjadi berkurang. Siswa dibuat hanya sebagai pendengar saja. Model pembelajaran ini membuat siswa minat belajar siswa menjadi kurang dan mendapat nilai yang kurang memuaskan atau dibawah standar. Satu dari beberapa strategi pembelajaran yang dipandang penulis dapat meningkatkan motivasi belajar siswa dan dapat mengatasi kesulitan belajar siswa, tanpa melupakan strategi pembelajaran lainnya untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran instalasi listrik adalah model pembelajaran learning cycle (LC), dimana model pembelajaran learning cycle (LC) ini merupakan pembelajaran yang berorientasi konstruktivistik. Siklus belajar atau learning cycle merupakan model pembelajaran yang berpusat pada siswa atau student centered (Ngalimun 2012:145), berupa rangkaian tahap-tahap kegiatan (fase) yang diorganisasi sedemikian rupa sehingga siswa dapat menguasai kompetensi-kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran dengan jalan berpikir aktif. Learning cycle terdiri dari 5 fase (Lorsbach,2002) yaitu pembangkitan minat/pendahuluan (engagement), eksplorasi (exploration), penjelasan (explaination), penerapan konsep (elaboration), dan evaluasi (evaluation).

6 Novandra Safitri Putri dalam penelitiannya Implementasi Model Pembelajaran Learning Cycle Untuk Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Pada Mata Pelajaran Kewirausahaan memperoleh adanya peningkatan kemampuan berpikir sebesar 14,29%. (http://karya-ilmiah.um.ac.id) Srie Maydar dalam penelitiannya Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Learning Cycle Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Termokimia di Kelas X SMA Negeri 1 Tanjung Morawa memperoleh adanya peningkatan hasil belajar sebesar 69%. (Srie Maydar, 2010) Handoko Suprapto dalam penelitiannya Efektivitas Model Pengajaran Learning Cycle Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Kimia Siswa Pada Materi Pokok Larutan Elektrolit Dan Non Elektrolit di Kelas X SMA Negeri 1 Hinai TA 2009/2010 memperoleh adanya peningkatan efektivitas sebesar 26,50%. (Handoko, 2010) Rika Rusianum dalam penelitiannya Pengaruh Penerapan Model Learning Cycle Dengan Flash Terhadap Hasil Belajar Pada Pokok Bahasan Struktur Atom di SMA memperoleh adanya peningkatan hasil belajar dengan efektifitas 58,2%. (Rika Rusianum) Dalam proses pembelajaran learning cycle setiap fase dapat dilalui jika konsep pada fase sebelumnya sudah dipahami. Setiap fase yang baru dan sebelumnya saling berkaitan sehingga membuat siswa lebih mudah mengerti dan memahami materi. Berdasarkan dari uraian diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Model Pembelajaran Learning Cycle Terhadap

7 Hasil Belajar Instalasi Penerangan Listrik Pada Siswa Kelas XI SMK Program Keahlian Teknik Instalasi Pemanfaatan Tenaga Listrik. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan sebelumnya, maka Identifikasi Masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Proses pembelajaran yang diselenggarakan masih berpusat pada guru. 2. Pembelajaran masih didominasi oleh metode ceramah dan pemanfaatan sumber belajar masih terbatas pada guru sehingga siswa kurang termotivasi dalam belajar. 3. Siswa kurang aktif dalam kegiatan pembelajaran sehingga yang menjawab pertanyaan guru cenderung didominasi beberapa orang saja. 4. Proses pembelajaran yang tidak berpihak pada siswa. C. Pembatasan Masalah Dalam identifikasi masalah ditemukan berbagai masalah tentang hal-hal yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa. Dengan mempertimbangkan kemampuan penulis, biaya, keterbatasan waktu dan luasnya cakupan masalah, maka perlu diadakan pembatasan masalah penelitian. Maka penulis membatasi permasalahan ini hanya pada : 1. Subjek penelitian adalah siswa SMK Negeri 1 Lubuk Pakam Kelas XI Teknik Instalasi Pemanfaatan Tenaga Listrik sebanyak 2 kelas, masingmasing 30 orang dan 33 orang.

8 2. Materi pembelajaran dibatasi pada sub materi pokok menjelaskan pemasangan instalasi tenaga listrik dan yang diteliti adalah kognitif dari siswa kelas XI SMK N 1 Lubuk Pakam. D. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan pembatasan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka masalah dalam penelitian : Apakah hasil belajar siswa pada mata pelajaran Instalasi Penerangan Listrik Kelas XI SMK Negeri 1 Lubuk Pakam yang diajar dengan model pembelajaran learning cycle lebih tinggi dibandingkan dengan model pembelajaran ekspositori? E. Tujuan Penelitian Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hasil belajar siswa pada mata pelajaran Instalasi Penerangan Listrik Kelas XI SMK Negeri 1 Lubuk Pakam yang diajar dengan model pembelajaran learning cycle lebih tinggi daripada hasil belajar siswa yang diajar dengan model pembelajaran ekspositori. F. Manfaat Penelitian Sejalan dengan tujuan penelitian di atas, diharapkan penelitian ini akan memberikan manfaat berupa : 1. Menambah pengetahuan penulis sebagai calon guru tentang model pembelajaran Learning Cycle yang dapat digunakan nantinya dalam mengajar.

9 2. Sebagai bahan masukan bagi sekolah menengah kejuruan teknik untuk lebih mengembangkan aktivitas belajar. 3. Sebagai bahan informasi bagi guru SMK Negeri 1 Lubuk Pakam 4. Sebagai bahan masukan bagi peneliti selanjutnya dalam melakukan penelitian lebih lanjut.