BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
Key Word: Metacognitive Awareness, Project-based Learning, Environtmental Polution

2015 PENGARUH GAYA BELAJAR REFLEKTOR DAN GAYA BELAJAR PRAGMATIS TERHADAP KETERAMPILAN BELAJAR METAKOGNITIF SISWA DALAM PELAJARAN EKONOMI

BAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran pada hakekatnya harus dapat memberikan kesempatan bagi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbuka, artinya setiap orang akan lebih mudah dalam mengakses informasi

A. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Tri Wulan Sari, 2014 Pengaruh Model Cooperative Learning Tipe Stad Terhadap Kemampuan Analisis Siswa

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dede Sofiatun,2013

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah masih

I. PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (Sains) merupakan ilmu yang berhubungan dengan

I. PENDAHULUAN. Ilmu kimia merupakan bagian dari Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) yang berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sistem

BAB I PENDAHULUAN. sudah dapat kita rasakan. Menurut pandangan ini, bukanlah satu-satunya sumber belajar bagi siswa sehingga pembelajaran

ANALISIS KUALITASDESAIN KEGIATAN LABORATORIUM (DKL)MATERI PENCEMARAN LINGKUNGANJENJANG SMP DAN SMA

IMPLIKASI MODEL PROBLEM BASED LEARNING

BAB I PENDAHULUAN. Konsep-konsep dalam materi pelajaran kimia mempunyai keterkaitan satu

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Rumpun ilmu IPA erat kaitannya dengan proses penemuan, seperti yang. dinyatakan oleh BSNP (2006: 1) bahwa Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Bicara tantangan dan permasalahan pendidikan di Indonesia berarti berbicara

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Berdasarkan hasil survey lapangan mengenai desain praktikum pertumbuhan dan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Biologi merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang paling penting

BAB I PENDAHULUAN. bangsa yang siap menghadapi masa depan. Salah satu jenjang pendidikan yang

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan kurikulum KTSP (2006) saat ini siswa dituntut untuk dapat

BAB III METODE PENELITIAN. Agar tidak menimbulkan penafsiran yang berbeda maka beberapa istilah yang

BAB I PENDAHULUAN. (Depdiknas, 2003). Dalam memajukan sains guru di tuntut lebih kretatif. dalam penyelenggaraan pembelajaran.

BAB I PENDAHULUAN. dalam mengembangkan diri sesuai dengan potensi yang ada pada manusia

BAB I PENDAHULUAN. Berpikir merupakan tujuan akhir dari proses belajar mengajar. Menurut

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mivtha Citraningrum, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Adelia Alfama Zamista, 2015

BAB I PENDAHULUAN. Global Monitoring report, (2012) yang dikeluarkan UNESCO menyatakan bahwa

BAB III PEMBAHASAN. pembelajaran yang semakin luas membawa banyak perubahan dalam dunia

I. PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang berkaitan dengan cara

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

Skripsi OLEH: REDNO KARTIKASARI K

I. PENDAHULUAN. suatu konsep baru (Semiawan, 2009: 44). Menurut Munandar (2009: 12),

BAB I PENDAHULUAN. kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu kimia menurut Faizi (2013) adalah cabang ilmu pengetahuan alam (IPA)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan ini, manusia tidak pernah telepas dari kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. yaitu krisis terhadap masalah, sehingga peserta didik (mahasiswa) mampu merasakan

BAB I PENDAHULUAN. terhadap keberhasilan belajar siswa. Belajar yang efektif dapat membantu siswa

BAB I PENDAHULUAN. Bagaimana mata dapat melihat? bagaimanakah dengan terjadinya siang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Proses pembelajaran pada dasarnya merupakan transformasi

BAB I PENDAHULUAN. pola pikir siswa adalah pembelajaran matematika. Hal ini sesuai dengan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. belajar untuk mengamati, menentukan subkompetensi, menggunakan alat dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Memasuki abad ke-21, sistem pendidikan nasional menghadapi tantangan yang

BAB I PENDAHULUAN. harapan sangat bergantung pada kualitas pendidikan yang ditempuh. imbas teknologi berbasis sains (Abdullah, 2012 : 3).

I. PENDAHULUAN. proses kognitif. Proses belajar yang dimaksud ditandai oleh adanya perubahanperubahan

BAB I PENDAHULUAN. umum, yaitu gabungan antara fisika, kimia, dan biologi yang terpadu. Materi

I. PENDAHULUAN. Pada hakikatnya, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dibangun atas dasar produk

I. PENDAHULUAN. Memasuki abad ke-21, sistem pendidikan nasional menghadapi tantangan yang

2015 PENGEMBANGAN ASESMEN AUTENTIK UNTUK MENILAI KETERAMPILAN PROSES SAINS TERINTEGRASI PADA PEMBELAJARAN SISTEM EKSKRESI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rachmi Fitria Mustari, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatkan mutu pendidikan merupakan tanggung jawab semua pihak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KELAS EKSPERIMEN (X 1 ) sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah

I. PENDAHULUAN. yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, maupun prinsip-prinsip saja tetapi juga

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Pasal 31 ayat 2 Undang-Undang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Maimunah, 2014

BAB I PENDAHULUAN. adalah pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA). Pembelajaran Ilmu

BAB I PENDAHULUAN. knowledge, dan science and interaction with technology and society. Oleh

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembelajaran kimia di SMA/MA bertujuan agar siswa memiliki kemampuan antara lain: (1) membangun kesadaran

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan. Hal ini karena mata pelajaran IPA khususnya, akan memiliki peranan

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas sumber daya manusia bagi suatu bangsa. Dengan adanya

BAB I PENDAHULUAN. yang kondusif bagi lahirnya pribadi yang kompetitif. (Tilaar, 2004)

benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan, siswa perlu

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Dalam Pengembangan Kurikulum 2013 merupakan langkah lanjutan Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi

BAB I PENDAHULUAN. dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat. Hal ini tanpa disadari telah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) berkualitas dan mempunyai daya saing tinggi sangat diperlukan dalam

BAB II KAJIAN TEORI. E. Kajian Teori. 1. Kemampuan Pemecahan Masalah. Sebagian besar ahli pendidikan matematika menyatakan bahwa masalah

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Proses pembelajaran dengan model pembelajaran berbasis praktikum,

BAB I PENDAHULUAN. diri mereka sendiri. Seseorang yang memiliki kesadaran metakognitif

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang diungkapkan oleh Piaget (Carin, 2000) yang mengemukakan tentang cara

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan. Menurut

BAB I PENDAHULUAN. mampu mengerjakan dan memahami matematika dengan benar. keadaan di dalam kehidupan sehari-hari dan di dunia yang selalu berkembang

I. PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang berkaitan dengan cara

I. PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang gejala

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Mata pelajaran Biologi merupakan bagian dari IPA. Pendidikan Ilmu. hipotesis, menggunakan alat dan bahan secara benar dengan selalu

BAB I PENDAHULUAN. terkecuali. Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) juga. persaingan global yang dihadapi oleh setiap negara, khususnya

BAB I PENDAHULUAN. pembelajaran fisika saat ini adalah kurangnya keterlibatan mereka secara aktif

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Pembelajaran merupakan suatu sistem atau proses membelajarkan siswa yang

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kurikulum pendidikan di Indonesia terus mengalami perubahan demi tercapainya tujuan pendidikan nasional. Saat ini, kurikulum yang baru saja diterapkan di Indonesia adalah Kurikulum 2013, yang merupakan perbaikan dari kurikulum sebelumnya, yaitu Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Salah satu kecerdasan yang dibidik pada Kurikulum 2013 adalah kecerdasan metakognitif siswa. Hal ini disebabkan pada kurikulum-kurikulum sebelumnya, peranan guru masih sangat dominan dalam mencerdaskan siswa, meskipun kurikulum yang terakhir sebelum Kurikulum 2013 juga diharapkan seorang siswa mampu bersikap mandiri, tapi tetap saja peran guru atau pembimbing lebih besar dari pada peran siswa itu sendiri. Tuntutan terhadap penguasaan pengetahuan metakognitif juga disebutkan dalam Kompetensi Inti nomor 3 yang berbunyi Memahami, menerapkan, dan menjelaskan pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif dalam ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora (Kemendikbud, 2013). Istilah metakognisi (metacognition) diperkenalkan oleh Flavell. Flavell (1979 dalam Livingston 1997) menyebutkan bahwa metakognisi adalah thinking about thinking atau berpikir tentang proses berpikir itu sendiri. Metakognisi berkaitan dengan pemantauan dan pengendalian pikiran, sehingga istilah tersebut mengacu pada kemampuan seseorang untuk secara sadar merencanakan, memonitor dan mengevaluasi suatu proses belajar yang sedang dilakukan. Melalui metakognisi, siswa diharapkan mampu bersikap mandiri dan tahu apa yang telah dipelajari, apa yang sedang dipelajari, dan apa yang harus dipelajari.

2 Penelitian yang telah dilakukan oleh para ahli metakognitif menunjukkan bahwa siswa yang memiliki kesadaran metakognitif yang baik mempunyai strategi dan hasil belajar yang lebih baik dibandingkan siswa yang kesadaran metakognitifnya rendah (Garner dan Alexander, 1 1989; Pressley dan Ghatala, 1990 dalam Schraw dan Dennison, 1994). Menurut Schraw dan Dennison (1994), kesadaran metakognitif membantu siswa untuk merencanakan, mengurutkan, dan memantau proses pembelajaran mereka agar hasil belajar yang diperoleh lebih baik. Perbedaan strategi belajar yang dimiliki siswa lebih dikaitkan kepada kesadaran metakognitif daripada kecerdasan intelektual. Penemuan ini menunjukkan bahwa kesadaran metakognitif memiliki peran penting dalam meningkatkan hasil belajar kognitif siswa dengan cara meningkatkan efektifitas penggunaan strategi belajar. Pelajaran biologi yang terdiri dari konsep-konsep konkrit dan abstrak memerlukan kesadaran metakognitif. Kesadaran metakognitif membantu siswa menghubungkan konsep-konsep biologi dan memecahkan suatu masalah berdasarkan konsep tersebut. Kesadaran metakognitif juga diperlukan agar siswa mengetahui apa yang sudah dan belum dikuasainya, sehingga dengan pengetahuan tersebut siswa dapat mengatur dirinya dalam belajar. Berdasarkan hal tersebut, diharapkan siswa yang memiliki kesadaran metakognitif yang baik akan dapat belajar dengan baik pula, sehingga berimbas pada hasil belajarnya. Pembelajaran biologi idealnya berpusat pada siswa (student centered), hal ini mengacu pada pandangan konstruktivisme bahwa peserta didik sebagai subjek belajar memiliki potensi untuk berkembang sesuai dengan kesadaran yang dimilikinya. Oleh karena itu, membelajarkan biologi tidak dapat hanya dengan transfer pengetahuan, tetapi sebaiknya ada proses penemuan (inkuiri) yang melibatkan peran aktif siswa untuk mendapatkan konsep secara mendalam, bukan sekedar hafalan (Rustaman, 2005). Apabila kita melihat fakta di sekolah, masih banyak pembelajaran yang belum berpusat pada siswa, sehingga keterlibatan siswa dalam proses

3 pembelajaran masih kurang. Banyak guru mata pelajaran sains yang mengajar dengan metode ceramah, serta menekankan pada transfer ilmu pengetahuan saja. Pembelajaran yang hanya berorientasi pada produk menyebabkan pembelajaran cenderung verbal dan kurang memperhatikan kesadaran metakognitif siswa. Kurangnya kesadaran metakognitif dapat mengakibatkan siswa menjadi kurang dapat menggunakan strategi belajar yang sesuai sehingga siswa cenderung belajar dengan cara menghafal. Kurangnya kesadaran metakognitif juga berdampak pada pemikiran siswa yang kurang sistematis atau kurang runtut. Hal ini dapat menyebabkan siswa sulit dalam memahami konsep-konsep biologi yang abstrak, yang berakibat pada rendahnya hasil belajar biologi. Rendahnya kesadaran metakognitif juga dapat menyebabkan siswa tidak memantau sejauh mana tujuan belajar yang dicapainya atau bahkan tidak tahu tujuan belajarnya (Novak dan Gowin 1984). Sebagai contoh, anak yang tidak memiliki kesadaran metakognitif yang baik tidak bisa memprediksi kelebihan dirinya dan tidak mempunyai perencanaan memilih jurusan bidang studi di perguruan tinggi yang sesuai dengan minatnya. Dalam praktikum sains yang dilakukan di sekolah, seringkali siswa tidak mengetahui tujuan dari langkah kerja yang dilakukannya, mengapa harus membuat catatan, grafik, atau tabel, dan mengapa kesimpulan yang dibuatnya salah atau tidak sesuai dengan prinsip dan teori yang relevan (Novak dan Gowin, 1984). Fenomena tersebut menunjukkan bahwa praktikum yang dilakukan siswa kurang bermakna, sehingga dapat berakibat siswa tidak mampu mengkonstruksi pengetahuannya sendiri. Nurdini (2010) dan Solihat (2011) masing-masing telah melakukan analisis mengenai penerapan metakognitif dalam desain praktikum fotosintesis dan alat indera yang dipakai di sekolah di Bandung. Hasil analisis mereka menunjukkan bahwa hanya 16% desain praktikum fotosintesis dan 13% desain praktikum alat indera yang telah menerapkan metakognitif. Rendahnya persentase tersebut menunjukkan bahwa desain praktikum yang terdapat di lapangan kurang

4 memfasilitasi penerapan metakognitif, sehingga dapat menjadi salah satu faktor rendahnya perolehan pengetahuan melalui kegiatan praktikum karena ketidakbermaknaan kegiatan tersebut. Rendahnya persentase penerapan metakognitif dalam desain praktikum ini dapat menggambarkan pengetahuan dan regulasi metakognitif siswa ketika melaksanakan praktikum. Salah satu pendekatan yang memperhatikan kesadaran metakognitif serta aktivitas penemuan pada siswa adalah pendekatan inkuiri. Dalam pendekatan inkuiri, guru merencanakan situasi sedemikian rupa sehingga siswa didorong untuk menggunakan prosedur yang digunakan para ahli penelitian untuk mengenal masalah, mengajukan pertanyaan, mengemukakan langkah-langkah penelitian, memberikan penjelasan yang ajeg, membuat ramalan, dan penjelasan yang menunjang pengalaman (Rustaman, 2005). Melalui kegiatan-kegiatan tersebut, diharapkan siswa dapat menggunakan kesadaran metakognitifnya dalam proses perencanaan, pelaksanaan, pemantauan, serta evaluasi. Salah satu model pembelajaran yang mengikuti pendekatan inkuiri yang tengah menarik perhatian saat ini adalah model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project-based Learning). Pembelajaran Berbasis Proyek merupakan model instruksional yang berpusat pada siswa yang terdiri dari berbagai tahapan dalam prosesnya. Project-based learning (PjBL) adalah perluasan dari model pembelajaran Problem-based Learning (PBL) atau Pembelajaran Berbasis Masalah. Kedua model pembelajaran tersebut memiliki kesamaan, yaitu memulai pembelajaran dengan menyajikan suatu masalah. Salah satu ciri utama model pembelajaran berbasis proyek yang membedakannya dengan pembelajaran berbasis masalah dan model pembelajaran lain adalah adanya produk yang dihasilkan oleh siswa sebagai solusi permasalahan yang dikaji (Buck Institutute for Education, 1999). Pembelajaran Berbasis Proyek memberikan kesempatan kepada siswa untuk menggali suatu topik yang menarik bagi siswa secara mendalam (Harris dan Kartz, 2001 dalam Grant, 2002). Green (1998 dalam Gülbahar, 2006) menyatakan

5 bahwa siswa yang terlibat dalam pembelajaran berbasis proyek mampu belajar lebih baik dan lebih aktif dalam pembelajaran. Thomas (2000 dalam Gülbahar, 2006) dalam penelitiannya juga menegaskan adanya pengaruh positif pembelajaran berbasis proyek, yakni terhadap perkembangan sikap positif siswa, keterampilan kerja, kesadaran memecahkan masalah, dan penghargaan siswa terhadap dirinya. Beberapa penelitian dalam pendidikan biologi juga menunjukkan hasil bahwa pembelajaran berbasis proyek memiliki pengaruh positif terhadap keterampilan proses sains siswa (Bahadır, 2007; Birinci, 2008; Uzel, 2008, dalam Özer & Özkan, 2012). Pokok Bahasan merupakan pokok bahasan pelajaran biologi yang sangat terkait dalam kehidupan sehari-hari siswa. Melihat fenomena permasalahan lingkungan yang terjadi dewasa ini, seperti tingginya tingkat pencemaran lingkungan di Indonesia khususnya di Bandung, seyogyanya dapat mendorong siswa untuk dapat lebih memperhatikan dan menjaga keadaan lingkungannya. Melalui pembelajaran ini, siswa diharapkan mampu menyadari pentingnya pelestarian lingkungan serta dapat merancang dan melakukan caracara dalam usaha untuk mencegah dan menangani kerusakan lingkungan. Salah satu caranya adalah dengan membuat produk daur ulang limbah, seperti tertera dalam Kurikulum 2013 yang tercantum dalam, Kompetensi Dasar 4.10 pada mata pelajaran biologi kelas X, yaitu Memecahkan masalah lingkungan dengan membuat desain produk daur ulang limbah dan upaya pelestarian lingkungan. (Kemendikbud, 2013). Berdasarkan Kompetensi Dasar tersebut, siswa dituntut untuk secara langsung terlibat dalam proses pelestarian lingkungan, khususnya dalam mendaur ulang limbah. Namun, dalam karakteristik materinya sendiri, proses pelestarian lingkungan tidak hanya melalui daur ulang limbah, melainkan juga mencakup proses penanganan limbah yang lain. Pokok bahasan pencemaran lingkungan juga mencakup materi dampak pencemaran lingkungan seperti tertera dalam Kompetensi Dasar 3.10, yaitu Menganalisis data perubahan lingkungan dan

6 dampak dari perubahan perubahan tersebut bagi kehidupan. Untuk memenuhi kompetensi dasar tersebut, siswa dapat merancang dan melaksanakan proyek sesuai dengan fenomena yang terjadi di lingkungan sekitarnya. Sifat materi yang demikian juga diharapkan akan menuntut siswa berfikir aktif untuk memperoleh pemahaman yang mendalam antar konsep-konsepnya sehingga siswa mampu mengaitkan konsep dengan masalah faktual. Baik guru maupun siswa perlu mengetahui dan memahami tingkat kesadaran metakognitif yang dimiliki oleh siswa, hal ini penting agar siswa dapat menentukan target yang akan ia capai ke depannya dan melakukan kontrol terhadap proses pembelajarannya. Pembelajaran berbasis proyek memiliki berbagai tahapan yang memerlukan kesadaran metakognitif siswa sebagai pembelajar, seperti merancang, memantau, dan mengevaluasi, sehingga kesadaran tersebut perlu diukur. Berdasarkan hal tersebut, penyusun melakukan penelitian mengenai Kesadaran Metakognitif Siswa dalam Pembelajaran Berbasis Proyek pada Pokok Bahasan. B. Rumusan Masalah Berdasarkan pemaparan latar belakang di atas, permasalahan yang diangkat pada penelitian ini adalah Bagaimana kesadaran metakognitif siswa dalam pembelajaran berbasis proyek pada pokok bahasan pencemaran lingkungan?. Untuk menjalankan penelitian tersebut, dimunculkan pertanyaan penelitian sebagai berikut. 1. Bagaimana pengetahuan tentang kognisi siswa dalam pembelajaran berbasis proyek pada pokok bahasan pencemaran lingkungan? 2. Bagaimana regulasi kognisi siswa dalam pembelajaran berbasis proyek pada pokok bahasan pencemaran lingkungan? 3. Bagaimana hubungan pengetahuan tentang kognisi dengan regulasi kognisi siswa dalam pembelajaran berbasis proyek pada pokok bahasan pencemaran lingkungan?

7 4. Bagaimana hubungan antar indikator kesadaran metakognitif siswa dalam pembelajaran berbasis proyek pada pokok bahasan pencemaran lingkungan? C. Batasan Masalah Untuk mengarahkan penelitian ini, dibuat batasan masalah sebagai berikut. 1. Siswa yang diteliti adalah siswa kelas X MIA 3 SMA 19 Bandung. 2. Kesadaran metakognitif yang dianalisis adalah pengetahuan tentang kognisi dan regulasi kognisi berdasarkan Schraw dan Dennison (1994). 3. Indikator kesadaran metakognitif yang diuji korelasinya mencakup indikator pengetahuan deklaratif dengan prosedural, pengetahuan prosedural dengan kondisional, perencanaan dengan evaluasi, strategi mengelola informasi dengan pemantauan terhadap pemahaman, pemantauan terhadap pemahaman dengan perbaikan, dan pemantauan terhadap pemahaman dengan evaluasi. 4. Cakupan materi yang digunakan pada penelitian ini adalah Dampak Pencemaran Lingkungan dan Penanganannya. D. Tujuan Penelitian Sejalan dengan permasalahan yang diangkat, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesadaran metakognitif siswa siswa dalam pembelajaran berbasis proyek pada pokok bahasan pencemaran lingkungan. Secara lebih rinci, tujuan penelitian ini adalah untuk memperoleh: 1. Memperoleh informasi mengenai pengetahuan tentang kognisi siswa dalam pembelajaran berbasis proyek pada pokok bahasan pencemaran lingkungan. 2. Memperoleh informasi dan gambaran mengenai regulasi kognisi siswa dalam pembelajaran berbasis proyek pada pokok bahasan pencemaran lingkungan. 3. Memperoleh informasi mengenai hubungan pengetahuan tentang kognisi dan regulasi kognisi siswa dalam pembelajaran berbasis proyek pada pokok bahasan pencemaran lingkungan.

8 4. Memperoleh informasi mengenai hubungan antar indikator kesadaran metakognitif siswa dalam pembelajaran berbasis proyek pada pokok bahasan pencemaran lingkungan. E. Manfaat Penelitian Manfaat hasil penelitian ini dikelompokkan menjadi tiga aspek, yaitu bagi siswa, bagi guru biologi, dan bagi peneliti. 1. Bagi Siswa a. Membantu siswa untuk lebih memahami konsep Pencemaran Lingkungan dengan menggunakan model pembelajaran berbasis proyek. b. Memberikan pengalaman kepada siswa dalam melakukan proyek sains. 2. Bagi Guru a. Sebagai bahan pertimbangan guru dalam memilih model pembelajaran yang lebih efektif dan menyenangkan sehingga memudahkan pencapaian tujuan pembelajaran. b. Sebagai masukan dan referensi bagi guru biologi dalam merencanakan pembelajaran biologi khususnya pada pokok bahasan Pencemaran Lingkungan. c. Memberikan saran bagi dunia pendidikan dalam rangka perbaikan pembelajaran biologi ke arah yang lebih baik 3. Bagi Peneliti a. Memberikan informasi dan gambaran mengenai kesadaran metakognitif siswa dalam pembelajaran berbasis proyek pada pokok bahasan pencemaran lingkungan. b. Memberikan pelatihan bagi peneliti tentang penerapan model Pembelajaran Berbasis Proyek.

9 c. Bagi peneliti lain dapat dijadikan bahan pertimbangan dan rujukan penelitian yang sejenis.