Optimalisasi Pemanfaatan Biodiesel untuk Sektor Transportasi- OEI 2013

dokumen-dokumen yang mirip
Analisis Kebutuhan dan Penyediaan Energi Di Sektor Industri - OEI 2012

BAB I PENDAHULUAN. Studi komparansi kinerja..., Askha Kusuma Putra, FT UI, 2008

Tatang H. Soerawidaja

PENELAAHAN BESARAN SUBSIDI BIODIESEL. Agus Nurhudoyo

1 UNIVERSITAS INDONESIA Rancangan strategi..., R. Agung Wijono, FT UI, 2010.

Ringkasan Eksekutif INDONESIA ENERGY OUTLOOK 2009

Harga Minyak Mentah Dunia 1. PENDAHULUAN

V. GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT DAN BAHAN BAKAR BIODIESEL DARI KELAPA SAWIT

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Proyeksi Kebutuhan dan Penyediaan Energi serta Indikator Energi - OEI 2014

DEWAN ENERGI NASIONAL OUTLOOK ENERGI INDONESIA 2014

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi

BAB I PENDAHULUAN. kenaikan harga BBM membawa pengaruh besar bagi perekonomian bangsa. digunakan semua orang baik langsung maupun tidak langsung dan

1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

CATATAN DISKUSI TENTANG: Kebutuhan Energi, pengembangan energi alternatif dan potensi energi dari minyak jarak (Resume presentasi & makalah pembicara)

I. PENDAHULUAN. Namun demikian cadangan BBM tersebut dari waktu ke waktu menurun. semakin hari cadangan semakin menipis (Yunizurwan, 2007).

SKEmA BARU PENDANAAN BIoDIESEL BERBASIS SAWIT,

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu tulang punggung perekonomian

Rencana Aksi Nasional Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca dan Proyeksi Emisi CO 2 untuk Jangka Panjang

PEMILIHAN STRATEGI ENERGI UNTUK MENDORONG PEMANFAATAN EBT DI SEKTOR TRANSPORTASI

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB 4 PEMBAHASAN. 4.1 Perkiraan Konsumsi Energi Final

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, meningkatnya kegiatan Industri dan jumlah penduduknya, maka

Proyeksi Emisi Gas Rumah Kaca Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Konsumsi Bahan Bakar Diesel Tahunan

PEMANFAATAN BIOFUEL DALAM PENYEDIAAN ENERGI NASIONAL JANGKA PANJANG

ANALISIS PEMANFAATAN BIODIESEL TERHADAP SISTEM PENYEDIAAN ENERGI

LINGKUNGAN BISNIS PROSPEK BISNIS KELAPA SAWIT DI INDONESIA

KARAKTERISTIK GAS BUANG YANG DIHASILKAN DARI RASIO PENCAMPURAN ANTARA GASOLINE DAN BIOETANOL

PELUANG DAN PROSPEK BISNIS KELAPA SAWIT DI INDONESIA

I. PENDAHULUAN. (BPS 2012), dari pertanian yang terdiri dari subsektor tanaman. bahan makanan, perkebunan, perternakan, kehutanan dan perikanan.

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH NASIONAL (RPJMN) TERKAIT BAHAN BAKAR UNTUK KENDARAAN BERMOTOR

ENERGI BIOMASSA, BIOGAS & BIOFUEL. Hasbullah, S.Pd, M.T.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan suatu Negara yang mempunyai kekayaan yang

IV. GAMBARAN UMUM. Sumber : WTRG Economics

PENELITIAN PENGARUH ALIRAN LAMINER DAN TURBULEN TERHADAP PROSES PEMBUATAN BIODIESEL MENGGUNAKAN REAKTOR OSILATOR. Oleh:

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

2015, No Biodiesel Dalam Kerangka Pembiayaan Oleh Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 200

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

GAMBARAN UMUM PRODUK KELAPA SAWIT, BAHAN BAKAR DIESEL DAN PRODUK TURUNAN KELAPA SAWIT

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1. PENDAHULUAN. peningkatan pesat setiap tahunnya, pada tahun 1967 produksi Crude Palm Oil

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) F-251

Kajian Tentang Kontribusi Jawa Timur Terhadap Emisi CO 2 Melalui Transportasi dan Penggunaan Energi

BAB I PENDAHULUAN. Bahan Bakar Minyak (BBM) merupakan komoditas yang memegang. peranan sangat vital dalam menggerakkan semua aktivitas ekonomi.

PENDAHULUAN Latar Belakang

PRAKIRAAN KEBUTUHAN ENERGI UNTUK KENDARAAN BERMOTOR DI PERKOTAAN: ASPEK PEMODELAN

SUBSIDI BBM : PROBLEMATIKA DAN ALTERNATIF KEBIJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. Gambar 1.1 Jumlah produksi, konsumsi dan impor bahan bakar minyak di Indonesia [1]

BAB I PENDAHULUAN. masih ditopang oleh impor energi, khususnya impor minyak mentah dan bahan

BAB I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Krisis energi yang terjadi di dunia khususnya dari bahan bakar fosil yang

Copyright BPH Migas 2014, All Rights Reserved

KEBIJAKAN DAN ALOKASI ANGGARAN SUBSIDI BAHAN BAKAR MINYAK TAHUN 2013

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Volume dan Nilai Ekspor Minyak Sawit Indonesia CPO Turunan CPO Jumlah. Miliar)

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Estimasi Produksi Komoditas Indonesia Tahun Produksi / Cadangan Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Pra Rancangan Pabrik Pembuatan Bio Oil Dengan Bahan Baku Tandan Kosong Kelapa Sawit Melalui Proses Pirolisis Cepat

ESDM untuk Kesejahteraan Rakyat

PRAKIRAAN KEBUTUHAN ENERGI UNTUK KENDARAAN BERMOTOR DI PERKOTAAN: ASPEK PEMODELAN

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini dunia sedang menghadapi kenyataan bahwa persediaan minyak. bumi sebagai salah satu tulang punggung produksi energi semakin

I. PENDAHULUAN. Komoditas kelapa sawit merupakan komoditas penting di Malaysia

Data Historis Konsumsi Energi dan Proyeksi Permintaan-Penyediaan Energi di Sektor Transportasi

Peranan Energi Baru dan Terbarukan Dalam Penyediaan Energi Nasional Jangka Panjang (Outlook Energi Indonesia 2012)

VII. KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mendorong pembangunan ekonomi nasional, salah satu alat dan

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. sangat diunggulkan, baik di pasar dalam negeri maupun di pasar ekspor. Kelapa

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dalam bidang sarana transportasi.sektor transportasi merupakan salah satu sektor

RINGKASAN EKSEKUTIF INDONESIA ENERGY OUTLOOK 2008

KONSERVASI DAN DIVERSIFIKASI ENERGI DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN ENERGI INDONESIA TAHUN 2040

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian dan perkebunan merupakan sektor utama yang membentuk

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pertanian mempunyai peranan yang cukup penting dalam kegiatan

KEBIJAKAN KONVERSI BAHAN BAKAR GAS UNTUK KENDARAAN BERMOTOR

Disampaikan pada Seminar Nasional Optimalisasi Pengembangan Energi Baru dan Terbarukan Menuju Ketahanan Energi yang Berkelanjutan

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan perusahaan besar adalah kelapa sawit. Industri kelapa sawit telah tumbuh

Krisis Pangan, Energi, dan Pemanasan Global

RENCANA UMUM ENERGI DAERAH PROVINSI BENGKULU DINAS ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL PROVINSI BENGKULU

BAB I PENDAHULUAN. memperhatikan kelestarian sumber daya alam (Mubyarto, 1994).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESA PENELITIAN

PRODUKTIVITAS SUMBER PERTUMBUHAN MINYAK SAWIT YANG BERKELANJUTAN

Muhammad Evri. Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. pertanian berperan besar dalam menjaga laju pertumbuhan ekonomi nasional. Di

I. PENDAHULUAN. alam. Meskipun minyak bumi dan gas alam merupakan sumber daya alam

BAB I PENDAHULUAN. yang menggunakan bahan bakar minyak sebagai bahan bakarnya.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari fosil hewan dan tumbuhan yang telah terkubur selama jutaan tahun.

oleh nilai tukar rupiah terhadap US dollar dan besarnya inflansi.

BAB 3 PEMODELAN, ASUMSI DAN KASUS

BAB I PENDAHULUAN. Kelapa sawit, berasal dari daerah tropis di Amerika Barat yang penting

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

Optimalisasi Pemanfaatan Biodiesel untuk Sektor Transportasi- OEI 213 Ira Fitriana 1 1 Perencanaan Energi Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi E-mail: fitriana.ira@gmail.com, irafit_24@yahoo.com Abstract Petroleum reserves continue to decline, but this does not suppress the use of fossil fuels in the transport sector. The transport sector is an important sector in supporting the national economy. Until now, the technology which is used in this sector is still utilizing the oil fuel in its activities. Therefore, it should be considered an alternative fuel that can substitute fuel, one of them is a biofuel that utilizes a mixture of Crude Palm Oil (CPO) and diesel oil, or better known as Biodiesel. According to some studies, biodiesel is still optimal for use with a mixture of 4% palm oil, or called the B4 with the same characteristics as diesel oil. It is expected that the land availability of CPO and the optimal mixture of CPO and diesel oil will reduce the use of fuel in the transport sector. Thus the reduction in fuel will influence to suppress the emissions of greenhouse gases (GHG) as a whole. Keywords: transportation, oil fuel, biodiesel, bio fuel, emission 1. Pendahuluan Sektor transportasi merupakan konsumen energi terbesar kedua sesudah sektor industri, namun secara nasional sektor ini merupakan konsumen bahan bakar minyak (BBM) tertinggi. Dalam kebutuhan energi final tahun 211, pangsa kebutuhan energi pada sektor transportasi adalah sebesar 27%, kemudian diperkirakan meningkat menjadi 33% pada tahun 23. Saat ini penggunaan BBM pada sektor ini adalah sebesar 275 juta SBM atau mempunyai pangsa sebesar 76% terhadap penggunaan BBM nasional. Saat ini penggunaan BBM juga telah menaikkan komoditas impor BBM. Dominasi pemakaian BBM ini dapat ditekan dengan mengalihkan penggunaan BBM dengan bahan bakar alternatif. Mengingat teknologi sektor transportasi masih menggunakan mesinmesin yang mengandalkan minyak sebagai bahan bakar, maka perlu dipertimbangkan bahan bakar alternatif dengan spesifikasi yang sama dengan bahan bakar minyak. Saat ini pemanfaatan biodiesel di dalam negeri masih sangat kecil dan memiliki peluang untuk dioptimalkan. Hal ini diindikasikan dengan negara produsen terbesar biodiesel saat ini adalah Uni Eropa sebesar 4,5 juta ton/tahun dengan bahan baku utama rapeseed berbiaya produksi lebih tinggi dibandingkan Indonesia, sedangkan negara produsen bioetanol terbesar adalah Amerika Serikat dengan produksi 18,5 miliar liter berbahan baku jagung dan kedelai 1. Bahkan, pengembangan BBN di Indonesia, khususnya biodiesel dari kelapa sawit dinilai buruk akibat menghasilkan energi lebih rendah dan menyumbang emisi karbon secara tidak langsung melalui pembakaran hutan dan konversi hutan untuk lahan tanam 1

(http://www.guardian.co.uk). Selain itu harga BBM yang masih disubsidi juga menjadi penyebab utama kurang bersaingnya biodiesel di pasaran. 2. Biodiesel Sebagai Bahan Bakar Alternatif Selain bahan bakar dari eenergi fosil, Indonesia juga memiliki potensi bahan bakar dari energi baru dan terbarukan yang cukup besar. Namun hingga sekarang penerapannya belum optimal menngingat harga ekonomi dari energi alternatif tersebut belum ekonomis bila disaingkan dengan harga bahan bakar konvensional yang selalu didukung oleh adanya subsidi dari Pemerintah. Salah satu bahan bakar alternatif untuk sektor transportasi yang sudah mulai diterapkan adalah biodiesel sebagai pengganti minyak solar. Biodiesel dapat dikembangkan dari berbagai jenis tumbuhan, antara lain kelapa sawit, jarak pagar, kelapa, jarak, nyamplung, algae dan lain-lain. Bahan baku biodiesel yang dikembangkan bergantung pada sumber daya alam yang dimiliki suatu negara. Indonesia memiliki banyak tumbuhan penghasil minyak nabati. Biodiesel dapat digunakan sebagai pengganti minyak solar karena keduanya mempunyai sifat fisik dan kimia yang hampir sama. Pada dasarnya minyak nabati dapat digunakan sebagai bahan bakar, namun viskositasnya cukup tinggi untuk digunakan dalam mesin diesel biasa (tanpa modifikasi). Oleh karena itu untuk dapat dimanfaatkan dalam mesin diesel, penggunaan biodiesel masih dicampur dengan minyak diesel. Tabel 1. Perbandingan sifat fisik dan kimia biodiesel dan solar Sifat fisik / Biodiesel Solar kimia Komposisi Ester alkil Hidrokarbon Densitas, g/ml,8624,875 Viskositas, cst 5,55 4,6 Titik kilat, o C 172 98 Angka setana 62,4 53 Energi yang dihasilkan 4,1 MJ/kg 45,3 MJ/kg (Sumber : Internasional Biodiesel, 21) Keunggulan utama dari pemakaian biodiesel sebagai bahan bakar adalah nilai emisi yang rendah jika dibandingkan dengan minyak diesel yang dihasilkan dari energi fosil. Selain itu jika subsidi untuk bahan bakar minyak dihapuskan, maka harga ekonomis biodiesel dapat bersaing dengan minyak diesel. 3. Kebijakan Pemerintah Mengenai Pemanfaatan Biodiesel Menurut Siaran Pers ESDM tentang Program Percepatan Pemanfaatan Bahan Bakar Nabati : Pemanfaatan BBN telah dimulai sejak tahun 26 dengan diterbitkannya Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 26. Sejak tahun 29, Pemerintah telah memberlakukan kebijakan mandatori pemanfaatan BBN pada sektor transportasi, industri dan pembangkit listrik melalui Peraturan Menteri ESDM Nomor 32 Tahun 28 tentang Penyediaan, Pemanfaatan, dan Tata Niaga Bahan Bakar Nabati (Biofuel) sebagai Bahan Bakar Lain. Penggunaan biodiesel ditujukan untuk dapat digunakan pada beberapa sektor pengguna, baik sektor industri, transportasi, rumah tangga, dan komersial. Khususnya untuk sektor transportasi dibedakan menjadi transportasi PSO (Public Service Obligation) dimana kendaraannya masih menggunakan BBM dengan harga bersubsidi dan transportasi non PSO. Selanjutnya untuk dapat digunakan dalam mesin diesel biasa, perlu dilakukan percampuran yang selanjutnya campuran tersebut diatur dalam mandatori biofuel. Untuk B1 menunjukkan campuran biodiesel 1% dan minyak diesel 9%. Pada Permen no. 32/28, target percampuran tahun 225 hanya 2%. Kemudian terjadi perubahan sehingga pada Mandatori Biofuel sesuai dengan Permen No.25/213 yang menyatakan pentahapan kewajiban minimal pemanfaatan biodiesel (B1) sebagai campuran bahan bakar minyak adalah sebagai berikut : 2

Tabel 2. Pentahapan Kewajiban Minimal minimal Pemanfaatan Biodiesel (B1) Sebagai Campuran Bahan Bakar Minyak Jenis Sektor September 213 214 215 216 22 Rumah Tangga - - - - - - 225 Transportasi PSO 1% 1% 1% 2% 2% 25% Transportasi Non PSO 3% 1% 1% 2% 2% 25% Industri dan Komersial 5% 1% 1% 2% 2% 25% Pembangkit Listrik 7,5% 2% 25% 3% 3% 3% (Sumber : Permen 25 Tahun 213) Namun pada pelaksanaannya target mandatori sangat sulit dicapai. Hal ini terjadi karena harga BBM subsidi masih cukup terjangkau dimana bahan baku Bahan Bakar Nabati masih cukup tinggi. Oleh karena itu pada pelaksanaannya, realisasi pemanfaatan biodiesel masih dibawah angka target mandatory Biofuel seperti dapat dilihat pada Gambar 1 dibawah ini. Kiloliter 119,348 775,941 223,41 1,76,51 358,812 1,297, 669,398 788,536 29 21 211 212 213 Biodiesel Target Mandatori Gambar 1. Perbandingan pemanfaatan Biodiesel 29 213 dan mandatori Biodiesel Permen No.25/213 (Sumber : Energi Today, 213) Keterangan Saat ini tidak ditentukan 4. Potensi Kelapa Sawit Sebagai Bahan Baku Biodiesel Indonesia mempunyai kekayaan alam yang cukup luas untuk dapat dikembangkan menjadi bahan bakar nabati. Pada kajian ini akan dibahas potensi kelapa sawit sebagai bahan baku biodiesel selain pemanfaatannya lainnya sebagai bahan baku minyak goreng dan komoditas ekspor. Kelapa sawit merupakan salah satu bahan baku pembuatan biodiesel melalui proses esterifikasi. Luas lahan kelapa sawit dan produksinya terus meningkat. Dari data Direktorat Jenderal Perkebunan, luas lahan kelapa sawit terus bertambah dari sekitar 29 ribu Ha pada tahun 198 kemudian pada tahun 212 menjadi sekitar 9 juta Ha, atau mengalami laju pertumbuhan sebesar 29,6% per tahun. Kenyataan ini menunjukkan bahwa hasil produksi kelapa sawit berkembang sangat pesat, namun hal ini juga menunjukkan bahwa penggundulan hutan yang terjadi akibat pengadaan lahan kelapa sawit, sangat mempengaruhi kondisi alam. Diperkirakan luas lahan yang akan digunakan untuk perkebunan kelapa sawit akan mencapai Realisasi pemanfaatan biodiesel pada tahun 29 hanya sebesar 15,4% dari target mandatori. Pada tahun 21 realisasi biodiesel menjadi 2,7% terhadap target mandatori kemudian terus meningkat menjadi 27,7% terhadap target mandatori. Diharapkan pemanfaatan biodiesel akan terus mendekati target yang ditentukan dalam Mandatori sehingga dapat mengurangi penggunaan energi fosil khususnya BBM secara siknifikan. 5. Optimalisasi Pemanfaatan Biodiesel di Sektor Transportasi 6. Proyeksi Penurunan Emisi CO2 Dengan Pemanfaatan Biodiesel 3

7. Kesimpulan dan Saran Indonesia memiliki berbagai jenis tanaman yang dapat dikembangkan sebagai bahan baku untuk energi alternatif, pada biodiesel seperti kelapa sawit dan jarak pagar. Berbeda dengan tanaman jarak pagar yang potensinya relatif terbatas, Indonesia merupakan salah satu penghasil crude palm oil (CPO) terbesar di dunia. Sehingga jika dilihat dari kesiapan dalam penyediaan, CPO dari kelapa sawit mempunyai potensi besar untuk dimanfaatkan sebagai bahan baku biodiesel. Perkebunan kelapa sawit, yang cara pengelolaannya terdiri atas perkebunan rakyat, perkebunan negara atau Badan Umum Milik Negara (BUMN), dan perkebunan swasta pada tahun 212 mempunyai luas 9,7 juta hektar. Total produksinya mencapai 23,52 juta ton CPO atau produksi rata-rata dari setiap hektar perkebunan sawit adalah 2,59 ton. Luas lahan kelapa sawit diasumsikan terus bertambah 6.7% per tahun hingga mencapai 29,26 juta hektar di tahun 23 dengan produksi rata-rata 3,5 ton CPO per hektar. Juta Ton 12 1 8 6 4 Produksi CPO Ketersediaan Lahan 36 3 24 18 12 Juta Ha mesin. Hasil penelitian beberapa universitas menyebutkan bahwa campuran biodiesel hingga 4% (B4) masih memenuhi standar bahan bakar solar. Hal ini menjadi dasar pada proyeksi konsumsi biodiesel, dimana tahun 23 diasumsikan B4 sudah dapat diterapkan di Indonesia. Sementara pada tahun 215 dan tahun 216 masing-masing masih menggunakan B1 dan B2 yang kemudian meningkat secara berkala hingga mencapai campuran 4%. Program substitusi ini mampu menghemat 15 juta kilo liter minyak solar pada tahun 23. Juta kl 4 3 2 1 Minyak Solar Biodiesel 211 212 213 214 215 216 217 218 219 22 221 222 223 224 225 226 227 228 229 23 Gambar 2. Konsumsi biodiesel di sektor transportasi Pada kasus optimalisasi energi alternatif untuk sektor transportasi (kasus ) proyeksi kebutuhan biodiesel untuk akan meningkat lebih tinggi dari skenario dasar. Laju pertumbuhan yang semula hanya 15,5% per tahun meningkat menjadi 21,6% pada tahun 23. Di tahun 23 terdapat penambahan konsumsi sebesar 9,2 juta kilo liter, dari 5,6 juta kilo liter pada skenario dasar terdorong menjadi 14,7 juta kilo liter atau hampir tiga kali lipat di kasus. 2 211 215 22 225 23 Gambar1. Produksi CPO dan ketersediaan lahan 6 Juta kl 16 12 8 Biodiesel SkenDasar Biodiesel Kasus 21.6% 9.2 5. Biodiesel mempunyai sifat pembakaran yang sangat serupa dengan minyak solar, sehingga dapat dipergunakan langsung pada mesin berbahan bakar minyak solar tanpa mengubah 4 15.5% 211 212 213 214 215 216 217 218 219 22 221 222 223 224 225 226 227 228 229 23 Gambar 3. Perbandingan proyeksi kebutuhan biodiesel 2

Pemanfaatan CPO sebagai bahan baku untuk produksi biodiesel perlu dilaksanakan secara bijaksana dan hati-hati, karena CPO juga merupakan bahan baku minyak goreng. Oleh karena itu, potensi yang ada harus memperhitungkan kebutuhan CPO baik untuk memenuhi produksi pangan di dalam negeri dan ekspor. Produksi CPO untuk Biodiesel (Juta kl ) 15 12 9 6 3 1,5% 5,8% 14,3% 18,6% 23,7% 211 215 22 225 23 Produksi CPO untuk biodiesel Prosentase Biodiesel Terhadap Produksi CPO Gambar 4. Produksi CPO untuk biodiesel Proyeksi campuran biodiesel hingga 4% di tahun 23 membutuhkan produksi CPO sebanyak 12,35 juta kilo liter atau sekitar 23,7% dari produksi CPO. Dengan demikian masih terdapat 76,3% produksi CPO yang bisa dialokasikan untuk menjamin ketersediaan pasokan pangan dan ekspor. Sehingga dapat disimpulkan bahwa 4% campuran biodiesel layak menjadi target 25% 2% 15% 1% 5% % Prosentase Biodiesel program substitusi BBM demi mencapai sumber daya energi yang berkelanjutan. Di sektor transportasi, yang didominasi oleh penggunaan bahan bakar cair, perlu mempertimbangkan pemanfaatan energi terbarukan seperti biodiesel dan CNG sebagai pengganti bahan bakar. Pemanfaatan CNG dioptimalkan dengan mempertimbangkan substitusi bensin pada kendaraan umum (angkot dan taksi) dan busway atau bis besar (bermesin CNG dedicated). Sedangkan substitusi biodiesel dioptimalkan dengan mempertimbangkan ketersediaan lahan untuk perkebunan kelapa sawit. Adanya kasus optimalisasi penggunaan energi pada sektor transportasi (kasus ) mengakibatkan perubahan komposisi penggunaan energi final tanpa merubah konsumsi energi final. Pada tahun 23 penggunaan CNG adalah sebesar 4,8% terhadap penggunaan bensin tahun 23. Sedangkan pada pemanfaatan biodiesel meningkat dengan laju pertumbuhan sebesar 21,6% per tahun sehingga pada tahun 23 diperkirakan pemanfaatannya adalah sebesar 95,5 juta SBM. Dengan demikian diharapkan pada tahun 23 biodiesel akan mensubstitusi minyak solar sebesar 4%. 211 215 22 225 23 277 328 467 645 881 Bensin M. Solar Avtur + Avgas M. Bakar Listrik CNG Bioethanol E1 Biodiesel B1 M. Tanah 2 4 6 8 1 Juta SBM Grafik 5. Perbandingan proyeksi kebutuhan energi final pada sektor transportasi skenario base dan kasus. 3

Prosiding Seminar dan Peluncuran Buku Outlook Energi Indonesia 212 4. Kesimpulan dan Saran Sektor industri merupakan sektor penting yang berkontribusi terhadap PDB dalam perekonomian nasional. Pesatnya laju pertumbuhan industri intensif energi disebabkan oleh makin tingginya laju pertumbuhan ekonomi yang ditunjang dengan meningkatnya pembangunan dan perkembangan infrastruktur energi. Besarnya bahan bakar yang dimanfaatkan pada sektor ini sangat tergantung pada jenis teknologi yang digunakan. Saat ini energi baru dan terbarukan yang dipertimbangkan sebagai bahan bakar pada sektor industri adalah bahan bakar nabati (BBN) berupa biodiesel yang mensubstitusi pemakaian minyak diesel. Diperkirakan peranan BBN akan terus meningkat hingga 4,7% pada tahun 23. Hal ini dapat diwujudkan apabila harga BBN dapat bersaing dengan bahan bakar fosil, khususnya minyak diesel. Daftar Pustaka [1] (Azahari, 28) [2] 212, Badan Pusat Statistik (BPS) [2] Direktorat Jendral Perkebunan 21, Pusat Penelitian Kelapa Sawit (21) [4] 213, Outlook Energi Indonesia 213, BPPT, Jakarta. [3] [4] 29, Technology Needs Assessments Kementrian Lingkungan Hidup (TNA) [5] Untuk tulisan dari situs internet: nama penulis, tahun, judul situs, alamat URL situs. 4