BAB IV GROUND FAULT DETECTOR (GFD)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II LANDASAN TEORI GROUND FAULT DETECTOR

Jurnal Teknik Elektro, Universitas Mercu Buana ISSN :

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. menyalurkan tenaga listrik dari sumber daya listrik besar sampai ke konsumen.

BAB II STRUKTUR JARINGAN DAN PERALATAN GARDU INDUK SISI 20 KV

BAB II TEORI DASAR JARINGAN DISTRIBUSI

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

ANALISIS PENYEBAB KEGAGALAN KERJA SISTEM PROTEKSI PADA GARDU AB

MENEKAN ANGKA SAIDI MELALUI POLA KOORDINASI YANG EFEKTIF DAN MENINGKATKAN KINERJA SAIFI DENGAN PEMELIHARAAN PREDIKTIF

EVALUASI KEANDALAN SISTEM DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK BERDASARKAN SAIDI DAN SAIFI PADA PT. PLN (PERSERO) RAYON KAKAP

BAB II DASAR TEORI. Sistem proteksi adalah sistem yang memisahkan bagian sistem yang. b. Melepaskan bagian sistem yang terganggu (fault clearing)

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB IV HASIL DAN ANALISIS. 4.1 Analisa Pengujian Rasio Kumparan / Belitan Trafo Dengan TTR

BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK. Pusat tenaga listrik umumnya terletak jauh dari pusat bebannya. Energi listrik

Sistem Listrik Idustri

TUGAS AKHIR ANALISA DAN SOLUSI KEGAGALAN SISTEM PROTEKSI ARUS LEBIH PADA GARDU DISTRIBUSI JTU5 FEEDER ARSITEK

SALURAN UDARA TEGANGAN MENENGAH (SUTM) DAN GARDU DISTRIBUSI Oleh : Rusiyanto, SPd. MPd.

BAB I PENDAHULUAN. PT. PLN (Persero) sebagai Badan Usaha Milik Negara adalah perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. Pada sistem penyaluran tenaga listrik, kita menginginkan agar pemadaman tidak

PROGRAM STUDI TEKNIK LISTRIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO POLITEKNIK NEGERI MEDAN

Politeknik Negeri Sriwijaya

RANCANG BANGUN SIMULATOR PROTEKSI ARUS HUBUNG SINGKAT FASA KE TANAH PADA SISTEM DISTRIBUSI MENGGUNAKAN RELAI TIPE MCGG

BAB II TRANSFORMATOR DAYA DAN PENGUBAH SADAPAN BERBEBAN. Tenaga listrik dibangkitkan dipusat pusat listrik (power station) seperti

POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA BAB I PENDAHULUAN

BAB III LANDASAN TEORI

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

Analisa Koordinasi Over Current Relay Dan Ground Fault Relay Di Sistem Proteksi Feeder Gardu Induk 20 kv Jababeka

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. (Reliability Index Assessment). Adapun hasil dari metode ini adalah nilai indeks

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. sehingga penyaluran energi listrik ke konsumen berjalan lancar dengan kualitas

BAB II GARDU INDUK 2.1 PENGERTIAN DAN FUNGSI DARI GARDU INDUK. Gambar 2.1 Gardu Induk

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Sistem Distribusi Tenaga Listrik

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT

Laporan Kerja Praktek di PT.PLN (Persero) BAB III TINJAUAN PUSTAKA. 3.1 Pengertian PMCB (Pole Mounted Circuit Breaker)

Setting Relai Gangguan Tanah (Gfr) Outgoing Gh Tanjung Pati Feeder Taram Pt. Pln (Persero) Rayon Lima Puluh Kota

BAB III PENGOLAHAN DATA

LANDASAN TEORI Sistem Tenaga Listrik Tegangan Menengah. adalah jaringan distribusi primer yang dipasok dari Gardu Induk

BAB III METODELOGI PENELITIAN

D. Relay Arus Lebih Berarah E. Koordinasi Proteksi Distribusi Tenaga Listrik BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN B. SARAN...

MENGENAL ALAT UKUR. Amper meter adalah alat untuk mengukur besarnya arus listrik yang mengalir dalam penghantar ( kawat )

BAB II JARINGAN DISTRIBUSI TENAGA LISTRIK. karena terdiri atas komponen peralatan atau mesin listrik seperti generator,

Gambar 2.1 Skema Sistem Tenaga Listrik (3)

BAB I PENDAHULUAN. adanya daya listrik, hampir semua peralatan kebutuhan sehari-hari membutuhkan

SIMULASI PROTEKSI DAERAH TERBATAS DENGAN MENGGUNAKAN RELAI OMRON MY4N-J12V DC SEBAGAI PENGAMAN TEGANGAN EKSTRA TINGGI DI GARDU INDUK

LAPORAN AKHIR PEMELIHARAN GARDU DISTRIBUSI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DAFTAR ISI STANDAR KOMPETENSI TENAGA TEKNIK KETENAGALISTRIKAN BIDANG DISTRIBUSI SUB BIDANG OPERASI

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Hal ini akan menyebabkan permintaan energi listrik akan mengalami

ANALISA SETTING RELAI PENGAMAN AKIBAT REKONFIGURASI PADA PENYULANG BLAHBATUH

DAFTAR STANDAR KOMPETENSI TENAGA TEKNIK KETENAGALISTRIKAN BIDANG DISTRIBUSI SUB BIDANG OPERASI

BAB I PENDAHULUAN. Kebutuhan akan energi listrik selama ini selalu meningkat dari tahun ke

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan teknologi kelistrikan yang menyentuh kehidupan sehari-hari maupun

BAB I PENDAHULUAN. penting dalam sebuah kehidupan. Energi listrik merupakan energi yang sangat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dengan energi, salah satunya energi listrik yang sudah menjadi

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

5. SOP = STANDING OPERATING PROCEDURE

KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK ELEKTRO

BAB IV OPTIMALISASI BEBAN PADA GARDU TRAFO DISTRIBUSI

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB IV PEMBAHASAN. P 1 P 2. Gambar 4.1 Rangkaian Pengujian Rasio Trafo Arus S 2 S 1. Alat Uji Arus 220 V

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi standar. Sistem distribusi yang dikelola oleh PT. PLN (Persero)

BAB I PENDAHULUAN. menyalurkan energi listrik dengan gangguan pemadaman yang minimal.

2014 ANALISIS KOORDINASI SETTING OVER CURRENT RELAY

BAB IV PEMBAHASAN. Dari hasil penelitian yang dilakukan di PT.PLN (Persero) P3B JB APP salatiga, Gardu Induk

BAB II DASAR TEORI. a. Pusat pusat pembangkit tenaga listrik, merupakan tempat dimana. ke gardu induk yang lain dengan jarak yang jauh.

BAB III PENGAMANAN TRANSFORMATOR TENAGA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. kualitas dan kehandalan yang tinggi. Akan tetapi pada kenyataanya terdapat

BAB III DASAR TEORI 3.1 Penjelasan Umum sistem Kelistrikan

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III PERHITUNGAN ARUS GANGGUAN HUBUNG SINGKAT

PEMASANGAN KAPASITOR BANK UNTUK PERBAIKAN FAKTOR DAYA PADA PANEL UTAMA LISTRIK GEDUNG FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS IBN KHALDUN BOGOR

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

STUDI PERENCANAAN KOORDINASI RELE PROTEKSI PADA SALURAN UDARA TEGANGAN TINGGI GARDU INDUK GAMBIR LAMA - PULOMAS SKRIPSI

BAB III PERANCANGAN. pembuatan tugas akhir. Maka untuk memenuhi syarat tersebut, penulis mencoba

BAB IV SISTEM PROTEKSI GENERATOR DENGAN RELAY ARUS LEBIH (OCR)

BAB III PENGUKURAN DAN PENGUMPULAN DATA

SIMULASI OVER CURRENT RELAY (OCR) MENGGUNAKAN KARATERISTIK STANDAR INVERSE SEBAGAI PROTEKSI TRAFO DAYA 30 MVA ABSTRAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

atau pengaman pada pelanggan.

MEDIA ELEKTRIK, Volume 3 Nomor 1, Juni 2008

BAB II LANDASAN TEORI

PROTEKSI SISTEM TRANSMISI TERHADAP GANGGUAN TANAH. Oleh : Fitrizawati ABSTRACT

ANALISIS PENYELAMATAN ENERGI DAN KEANDALAN SISTEM JARINGAN DISTRIBUSI 20 KV DENGAN ADANYA PDKB-TM DI PT. PLN (PERSERO) APJ SURAKARTA

BAB IV ANALISIA DAN PEMBAHASAN. 4.1 Koordinasi Proteksi Pada Gardu Induk Wonosobo. Gardu induk Wonosobo mempunyai pengaman berupa OCR (Over Current

BAB IV PEMBAHASAN. Gardu Induk Godean berada di jalan Godean Yogyakarta, ditinjau dari

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil proses penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. c. Memperkecil bahaya bagi manusia yang ditimbulkan oleh listrik.

Transkripsi:

BAB IV GROUND FAULT DETECTOR (GFD) 4.1 Umum Dengan meningkatnya tingkat pertumbuhan penggunaan energi listrik yang smakin hari semakin meningkat maka pasokan listrik harus meningkat pula Tingkat kehandalan (standard kinerja) jaringan distribusi tenaga listrik, maka dari itu pasokan listrik harus handal dengan memanfaatkan alat pendeteksi arus gangguan yaitu Ground Fault Detektor (GFD) saya selama mengikuti kegiatan kerja praktek di PT. PLN Area Cengkareng mendapatkan banyak pelajaran terkait dengan penggunaan alat GFD itu sendiri dari mulai cara mengusut jaringan yang terganggu sampai dengan jaringan kembali normal dengan memanfaatkan alat Ground Fault Detektor (GFD) ini kita dapat meminimalisir waktu yang terbuang karena terlalu lama mengusut jaringan yang terganggu sehingga tahap penormalan 33

34 jaringan dapat membuang waktu yang cukup lama berikut dokumentasi pada saat saya mengikuti kegiatan dilapangan (Lihat Gambar 4.1). Gambar 4.1 Pelaksanaan Praktek Lapangan Parameter penilaian pada umumnya diukur dengan SAIDI (System Average Interruption Duration Index), yaitu rata-rata lama padam perpelanggan per tahun (jam/pelanggan/tahun) dan SAIFI (System Average Interruption Frequency Index) yaitu rata-rata jumlah gangguan perpelanggan pertahun (kali/pelanggan/tahun). Kinerja SAIDI dan SAIFI yang buruk disamping akan berdampak pada kepuasan pelanggan terhadap pelayanan pasokan tenaga listrik yang berujung pada tingkat pengaduan yang tinggi, juga kerugian secara financial berupa tuntutan ganti rugi, hilangnya Kwh jual, kerusakan asset, dll bagi pemasokan dalam hal ini adalah PT.PLN sendiri. Melalui Keppres No.89/2002, diberlakukan penerapan sanksi terhadap PLN berupa kompensasi biaya beban sebesar 10 persen apabila pasokan tenaga

35 listrik ke pelanggan tidak sesuai Tingkat Mutu Pelayanan (TMP) yang ditentukan. Di dalam TMP hanya tiga indicator yang ditetapkan pemerintah untuk dipenuhi PLN, diantaranya jumlah gangguan dan lama gangguan. Kedua indikator TMP tersebut telah diukur melalui SAIFI dan SAIDI. Ada beberapa cara untuk menekan angka SAIDI tersebut dapat dilakukan antara lain dengan pemasangan Ground Fault detector. GFD dipasang disetiap gardu maupun dipasang dengan batas antara dua gardu, ataupun dapat pula dipasang pada gardu yang memasok konsumen yang sangat penting seperti konsumen khusus dan industri. GFD akan bekerja dan memeberikan sinyal yaitu dengan cara lampu indicator menyala kedap kedip bilamana GFD yang terpasang pada gardu-gardu distrinusi dilewati arus gangguan hubungsingkat pada SKTM. Dengan melihat cara GFD tersebut kita dapat menarik kesimpulan bahwa lokasi gangguan pada SKTM berada diantara GFD yang lampu indikatornya menyala dengan GFD yang lampu indikatornya padam. Dengan banyaknya GFD yang dipasang pada gardu-gardu distribusi akan mennentukan penambahan kecepatan dalam pengusutan gangguan, karena dengan adanya GFD pada setiap gardu menjadikan petugas maneuver lapangan tidak lagi mendeteksi kabel dengan cara menggunakan alat ukur Megger yang pelaksanaannya cukup lama dikarenakan harus melakukan buka tutup kubikel dan pengukuran kabel perfasanya.

36 4.2 Bagian Bagian Dari Alat GFD Berikut adalah bagian bagian yang terdapat pada alat GFD diantaranya sebagai berikut : 1. Kotak Relai Kotak Relai berfungsi menerima arus masukan (induksi) yang dikirim dari hasil transformasi Trafo Arus (Current Transformer) karena adanya arus gangguan pada SKTM yang diterima oleh CT itu sendiri dengan menjadikan sinyal yang dapat memerintahkan relai bekerja dengan kontak langsung ke lampu indicator luar gardu sehingga dapatmenyala berkedip. Dalam kotak relay terdapat battry 4,8 volt yang dipasang dengan kondisi discharge. Kegunaan dari battery ini adalah untuk memeberikan power pengganti pada kotak relay ketika supply TR 220 Volt hilang akibat dari gangguan, sehingga lampu indicator dapat menyala atau memeberikan sinyal selama 2 jam sesuai settingnya atau terus-menerus sampai supply 220 Volt kembali datang. 2. Trafo Arus CT berfungsi membacaadanya arus gangguan pada kabel SKTM dengan merubah besaran arus besar menjadi arus kecil (diskonversi) untuk dikirim sebagai informasi ke kotak relay. CT sangat menentukan sekali terhadap kerja GFD sehingga dalam pemasangan CT harus benar benar diperhatikan ketentuannya.

37 3. Lampu Indikator Lampu indicator dipasang di atas pintu luar gardu yang berfungsi untuk memberikan sinyal dengan menyala berkedip yang menandakan adanya arus gangguan yang melewatinya. Lampu berkedip disetting selama 2 jam bekerja, dimaksudkan karena rata-rata untuk pengusutan gangguan diperkirakan sekitar 2 jam lamanya. 4.3 Prinsip KerjaGround Fault Detector GFD harus dapat mendeteksi arus gangguan tanah sebelum peralatan proteksi penyulang bekerja dan mentripkan pasokan tegangan menengah. GFD juga harus dapat reset secara otomatis saat tegangan menengah tersebut normal kembali. Prinsip kerja GFD dapat dijelaskan sebagai berikut : 1. GFD bekerja berdasarkan arus yang dirasakan oleh CT dimana lilitan sekunder dari CT tersebut dihubungkan ke GFD. 2. Arus yang melewati kabel TM dan CT menjadi naik apabila terjadi gangguan hubung tanah dan menyebabkan timbulnya tegangan induksi pada lilitan sekunder dari CT. CT tersebut biasanya dari jenis cincin atau disebut juga trafo arus urutan nol (karena setiap gangguan hubung tanah menghasilkan arus urutan nol). Primer dari trafo arus ini terdiri dari sebuah kabel tiga inti, sedangkan belitan sekundernya digulung pada suatu inti toroidal. Pada keadaan kerja normal atau gangguan antar fasa jumlah vector dari fluks magnet sama dengan nol di dalam inti, jadi tidak ada ggl yang diinduksikan

38 pada sekunder. Tetapi bila suatu tegangan satu fasa ke tanah terjadi, mereka membentuk fluks yang tidak dikompensasi, jadi pada sekunder terdapat ggl. 3. GFD menerima masukan tegangan induksi pada rangkaian elektronik dan kemudian rangkaian ini memberikan informasi lagi pada rangkaina penyimpan (memori). 4. Memori memerintahkan tangkaian lain untuk menggerakn relay sehingga lampu indicator menyala berkedip. 5. Relay dan lampu tetap bekerja sampai muatan baterai kosong atau suplai 220 Volt dating, meskipun arus gangguan kabel telah hilang. Gambar 4.2 Diagram Blok GFD Berdasarkan prinsip kerja GFD maka pemasangan GFD dilaksanakan di gardu TM 20 kv tipe beton dilakukan sebagai berikut : 1. CT dipasang pada kabel outgoing kubikel PHB TM gardu

39 2. Suplai 220 Volt diambil dari rak PHB TR dan dihubungkan ke GFD melalui pengaman lebur / MCB 3. Lampu indicator luar dipasang di pintu gardu 4. Kotak lampu GFD dipasang di dalam sisi pintu gardu kurang lebih 2 meter dari lantai 4.4 Cara Kerja GFD Ground Fault Detector (GFD)merupakan detector gangguan hubung singkat ke tanah yang bertujuan untuk mempercepat melokalisir gangguan pada saluran kabel tegangan menengah(sktm) 20 kv. Jaringan SKTM yang gardunya terpasang Ground Fault Detector (GFD) lebih menguntungkan dibandingkan dengan jaringan SKTM yang gardunya belum terpasang Ground Fault Detector (GFD), karena jaringan yang gardunya sudah terpasang akan lebih cepat mengisolir gangguan. Dengan terpasangnya Ground Fault Detector (GFD) di gardu-gardu diharapkan akan mempercepat pengusutan gangguan, sehingga waktu pemadaman dapat ditekan sekecil mungkin. Hal iitu dikarenakan petugas gangguan TM akan lebih mudah dalam mengisolir titik gangguan, dan akan lebih cepat penyalaannya kembali dibandingkan dengan jaringan SKTM yang masih kurang terpasang bahkan yang belum terpasang Ground Fault Detector (GFD). Bila suatu jaringa kabel SKTM (penyulang) terjadi gangguan maka yang terjadi pada GFD adalah :

40 A. GFD Menyala ( dilewati arus gangguan ) 1. Pertama-tama CT akan merasakan adanya arus gangguan. 2. Dari hasil rasio CT maka arus akan di baca oleh kotak relay sebagai imformasi. 3. Kotak relay akan bekerja dengan memberikan sinyal ke lampu indikator sehingga menyala berkedip dengan suplai dari baterai. 4. Lampu indikator akan menyala sesuai setingnya selama 2 jam, setelah itu lampu akan mati dan GFD siap mendeteksi ulang jika adanya gangguan kabel kembali. 5. Pada saat GFD bekerja menyala dan sebelum 2 jam jaringan dicoba untuk masuk tegangan dan berhasil aman maka GFD akan segera ke riset sehingga lampu indikator padam. B. GFD Padam ( tidak dilewati arus gangguan ) Untuk GFD yang tidak dilalui oleh adanya arus gangguan maka GFd tersebut tidak akan memeberikan sinyal ( lampu Indikator padam). Untuk menentukan apakah GFD tersebut benar-benar tidak bekerja atau memang sedang rusak, maka GFD harus dites dengan cara menekan tombol tesnya. Bila saat dites GFD menyala, maka menandakan GFD dalam keadaan baik tetapi pada saat dites padam maka GFD rusak.

41 Gambar 4.3 Indikasi Gangguan dengan GFD 4.5 Kegagalan Kerja GFD Hal-hal Yang dapat menyebabkan terjadinya kegagalan kerja GFD adalah: 1. Kotak relay rusak diakibatkan adanya bagian komponen yang terganggu atau terbakar. 2. Bagian baterai drop sampai 0 Volt. 3. Sumber TR 220 Volt terlepas atau kabel putus. 4. Fuse 0,1 A pada kotak relay sudah putus. 5. CT sudah rusak, kotor dan berkarat atau kabel menuju CT terputus. 6. Ground dari kabel TM tidak dimasukan kedalam lingkaran CT. 7. Lampu indikator putus atau kabelnya terputus. 8. Setting arus terlalu tinggi tidak sesuai pada batas setingnya. 9. Sumber TR 220 Volt kekotak relay diambil dari beban TR konsumen yang menggunakan Gen-set, sehingga pada saat Gen-setnya dinyalakan

42 untuk menggantikan suplia dari PLN maka GFD akan langsung keriset mengakibatkan sinyal GFD menjadi terhenti atau padam. 4.6 Jenis GFD 1. GFD TR Memerlukan Power Supply = 220 VAC untuk Charger Battery (Rechangeable). Pemasangan di Gardu Umum. 2. GFD TM Tanpa Power Supply = 220 VAC (Dipasang hanya untuk mereset Indikasi). Pemasangan di gardu Khusus. 4.6.1 Spesifikasi Type GFD GFD TR (Ground Fault Detector Tegangan Rendah) : 1. BATTERY RECHANGEABLE ( Ukuran AA, jenis NI-CAD700-1000 mh 4.8 V ) 2. Power Supply = 220 VAC Diperlukan untuk RE-CHARGER BATTERY Reset Indikasi GFD secara Automatis 3. Dipasang pada gardu umum (TR 220 VAC) 4. Merk GFD TR terpasang: BARDIN DDS

43 GEC ALSTHOM ALROS 100, ALROS 110 Indikasi bekerja sesuai arah terjadinya gangguan pertama maupun berikutnya setelah beberapa kali dicoba masuk (secara automatis dapat me-reset kembali indikasi pertama). Simbol pada gambar JTM = Berikut adalah beberapa contoh pengawatan alat Ground Fault Detector (GFD) dari semua merk pabrikan pada gardu distribusi : Gambar.4.4 GFD TR Type Bardin DDS TR Gambar.4.5 GFD TR Type ALROS 110 TR

44 GFD TM (Ground Fault Detector Tegangan Menengah): 1. Battery NON-RECHANGEABLE ( Ukuran D, Jenis LITHIUM, 900 mh 3.6 V ) 2. Tanpa Power Supply 220 VAC (Bila dipasang hanya untuk me-reset Indikasi GFD) 3. Diperuntukkan untuk Gardu Khusus (TM) 4. Merk GFD TM terpasang: BARDIN FLAIR 213 ALROS 130 NORTROLL POLLAR CDP SYNA Indikasi bekerja 1x dari gangguan pertama Symbol pada gambar JT= Gambar.4.6 GFD TM Type ALROS 130 TM

45 Gambar. 4.7 GFD TM Type POLLAR