ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN WONOGIRI

dokumen-dokumen yang mirip
AGRISTA : Vol. 3 No. 3 September 2015 : Hal ISSN ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN WONOGIRI

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN DAGING SAPI DI KOTA SURAKARTA

ANALISIS PERMINTAAN DAGING AYAM RAS PEDAGING (BROILER) DI SUMATERA UTARA. Luthfi Ansyari*), Mozart B. Darus**), Lily Fauzia**) ABSTRAK

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH

PERMINTAAN KEDELAI DI KOTA SAMARINDA

SURYA AGRITAMA Volume 5 Nomor 2 September 2016 ANALISIS PENAWARAN CABAI BESAR DI KABUPATEN PURWOREJO

PROYEKSI PERMINTAAN KEDELAI DI KOTA SURAKARTA

ANALISIS PERMINTAAN DAGING SAPI DI KOTA MEDAN. Staf Pengajar Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara ABSTRAK

ELASTISITAS PERMINTAAN BERAS ORGANIK DI KOTA MEDAN

ANALISIS PERMINTAAN CABAI MERAH KERITING (Capsicum annum L) DI KOTA SEMARANG

III. METODE PENELITIAN A.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN DAGING SAPI DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

II. LANDASAN TEORI A.

Proyeksi elastisitas permintaan telur ayam ras di Malang Raya

BAB III METODE PENELITIAN. Permintaan Beras di Kabupaten Kudus. Faktor-Faktor Permintaan Beras. Analisis Permintaan Beras

ANALISIS PENAWARAN DAN PERMINTAAN TELUR AYAM RAS DI SUMATERA UTARA

HargaTelurAy am. Permintaan. N Normal Parameters a Mean

ANALISIS PERMINTAAN TELUR AYAM RAS (Suatu Kasus di Kecamatan Seruyan Hilir Kabupaten Kuala Pembuang Kalimantan Tengah)

BAB III METODE PENELITIAN. memiliki arti dan kedudukan penting dalam pembangunan nasional.sektor pertanian

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN JAGUNG DI SUMATERA UTARA

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN DAGING SAPI DI SUMATERA UTARA ABSTRAK

ANALISIS PERMINTAAN BERAS DI PROVINSI KALIMANTAN TENGAH. (Analysis of Demand for Rice in the Province of Central Kalimantan) Revi Sunaryati

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN KEDELAI DI PROVINSI SUMATERA UTARA

ANALISIS PENAWARAN KOPI ROBUSTA DI PROVINSI JAWA TENGAH

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN. tahun terakhir yaitu tahun 2001 sampai dengan tahun Data yang. diambil adalah data tahun 2001 sampai 2015.

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN TAHU DI GAMPONG PANTE GAJAH KECAMATAN PEUSANGAN KABUPATEN BIREUEN

III METODE PENELITIAN. dilakukan secara purposive, dengan pertimbangan provinsi ini merupakan wilayah

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN JERUK PAMELO (Citrus grandis) DI KABUPATEN PATI

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode tahun Pengambilan sampel

ANALISIS PERMINTAAN KEDELAI DI KABUPATEN BANYUMAS JAWA TENGAH

ANALISIS PERMINTAAN DAGING SAPI DI KOTA MEDAN

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN BERAS DI KOTA SURAKARTA

ANALISIS PERAMALAN KONSUMSI KEDELAI (Glycine max L.) DI INDONESIA TAHUN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN DAGING AYAM BROILER PADA RUMAH TANGGA DI KECAMATAN IDI RAYEUK KABUPATEN ACEH TIMUR

METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN

Elvina Rohana, Nella Naomi D dan Karmini Program Studi Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas Mulawarman

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Populasi dalam penelitian ini adalah PT. Bank Syariah Mandiri dan Bank

prosedur penelitian dengan menggunakan formulasi-formulasi yang telah

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN

Luas Panen Padi (Ha) Harga Beras (Rp/kg)

KONSUMSI RUMAH TANGGA PADA KELUARGA SEJAHTERA DAN PRA SEJAHTERA DI KECAMATAN COLOMADU KABUPATEN KARANGANYAR

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Textile dan Otomotif yang terdaftar di BEI periode tahun

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Perusahaan emiten manufaktur sektor (Consumer Goods Industry) yang

III. METODOLOGI PENELITIAN

ANALISIS PERMINTAAN DAN PENAWARAN KEDELAI DI SUMATERA UTARA Apriyani Barus *), Satia Negara Lubis **), dan Sri Fajar Ayu **)

BAB IV HASIL PENELITIAN

LAMPIRAN. Lampiran 1. Kuesioner Penelitian. A. Identitas Responden 1. Nama Responden : 2. Umur : tahun 3. Pendidikan : 4. Pekerjaan : 5.

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. A. Pengaruh Rasio Profitabilitas, Rasio Solvabilitas Dan Rasio Likuiditas Terhadap

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

UJI ASUMSI KLASIK DENGAN SPSS Disusun oleh: Andryan Setyadharma

DAMPAK IMPOR GULA TERHADAP HARGA GULA DOMESTIK SUMATERA UTARA

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 4.1

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

Pengaruh Harga Jual dan Volume Penjualan Terhadap Pendapatan Pedagang Pengumpul Ayam Potong

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan sub sektor

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I. REGRESI LINIER BERGANDA

Tiara Puri Yasinta Manajemen Ekonomi 2016 PENGARUH LOKASI DAN HARGA TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN PRODUK SUSU PADA TOKO LULU KIDS DEPOK

ELASTISITAS HARGA TELUR AYAM RAS DI JAWA BARAT THE ELASTICITY OF CHICKEN EGG S PRICE IN WEST JAVA ABSTRAK

ANALISIS PERMINTAAN KEDELAI DI INDONESIA

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETERSEDIAAN BERAS DAN JAGUNG DI PROVINSI SUMATERA UTARA

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN DAN PENAWARAN DAGING AYAM BROILER DI PROVINSI SUMATERA UTARA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. menggunakan metode purposive sampling, dengan adanya beberapa kriteria dalam

: Muhamad Henryzal Arief Wicaksono Npm : Dosen Pembimbing : Anne Dahliawati, SE., MM

ANALISIS PERMINTAAN PRODUK PETERNAKAN DI DESA TAWAANG KECAMATAN TENGA KABUPATEN MINAHASA SELATAN

ANALISIS FORECASTING KETERSEDIAAN PANGAN 2015 DALAM RANGKA PEMANTAPAN KETAHANAN PANGAN PROVINSI SUMATERA UTARA

III. METODE PENELITIAN. Proyeksi adalah ilmu dan seni meramalkan kondisi di masa yang akan. ternak ayam ras petelur dalam satuan ribu ton/tahun.

ANALISIS PERMINTAAN JAGUNG DI KABUPATEN GROBOGAN

Lampiran 1. Hasil Analisis Regresi Berganda Desa, Kota, dan Agregat A. Hasil Analisis Regresi Berganda Desa

BAB 4 HASIL DAN ANALISIS PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Suku Bunga terhadap Return bagi hasil deposito mudharabah pada Bank

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV. Tabel 4.1. dan Pendapatan Bagi Hasil. Descriptive Statistics. Pembiayaan_Mudharabah E6 4.59E E E9

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Oleh sebab itu produksi telur ayam ras diartikan sebagai proses untuk

ANALISIS PERMINTAAN DAN PREDIKSI KONSUMSI SERTA PRODUKSI DAGING BROILER DI KOTA KENDARI PROPINSI SULAWESI TENGGARA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PENGARUH KOMPENSASI, MOTIVASI, DAN DISIPLIN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN PT. INDONESIA HYDRO CONSULT

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

METODE PENELITIAN. disusun, ditabulasi, dianalisis, kemudian diterangkan hubungan dan dilakukan uji

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONSUMSI DAGING AYAM (Studi Kasus: Pasar Sei Kambing, Medan)

BAB IV ANALISA DAN HASIL PEMBAHASAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. penelitian ini meliputi jumlah sampel (N), nilai minimum, nilai maksimum,

BAB III METODE PENELITIAN. belum mampu memenuhi kebutuhan hidup sebagian besar petani di Indonesia. Hal

PENGARUH FAKTOR-FAKTOR SOSIAL TERHADAP CURAHAN WAKTU KERJA KELOMPOK WANITA TANI PADI DI DESA BANJARAN KECAMATAN BANGSRI KABUPATEN JEPARA

ANALISIS INDEKS HARGA KONSUMEN TERHADAP INDEKS HARGA SANDANG DAN PANGAN DI KOTA AMBON

VI. FAKTOR - FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN RUMAH TANGGA TERHADAP CABAI MERAH KERITING

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. atau populasi dan untuk mengetahui nilai rata-rata (mean), minimum, Tabel 4.1. Hasil Uji Statistik Deskriptif

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN. Statistik Deskriptif menjelaskan karakteristik dari masing-masing

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Sikambing B, Kecamatan Medan Sunggal, Kabupaten Kota Medan. Lokasi

ANALISIS PENAWARAN TOMAT DI KABUPATEN SEMARANG

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN

Transkripsi:

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN BERAS DI KABUPATEN WONOGIRI Eftah Putri Hapsari, Joko Sutrisno, Susi Wuri Ani Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret Jalan Ir. Sutami No.36 A Kentingan Surakarta 57126 Telp./Fax.(0271) 637457 Email: eftah_hapsari@ymail.com. Telp. 085728531458 ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan permintaan beras dan estimasi permintaan beras, mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan beras, dan mengetahui elastisitas permintaan beras di Kabupaten Wonogiri. Metode dasar yang digunakan adalah deskriptif analitis. Data yang digunakan adalah data sekunder. Analisis data meliputi analisis perkembangan permintaan, faktor-faktor yang mempengaruhi menggunakan analisis regresi linear berganda, elastisitas permintaan, dan estimasi permintaan menggunakan proyeksi permintaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perkembangan permintaan beras di Kabupaten Wonogiri selalu mengalami peningkatan setiap tahunnya dan perhitungan estimasi permintaan beras menghasilkan angka yang lebih kecil dibandingkan tahun sebelumnya. Variabel harga beras, harga ketela pohon, harga kedelai, harga daging ayam ras, harga ikan asin, dan pendapatan penduduk secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap permintaan beras di Kabupaten Wonogiri. Elastisitas harga beras sebesar -0,810 berarti permintaan beras bersifat inelastis yaitu jumlah beras yang diminta berubah dengan persentase yang lebih kecil daripada perubahan harga. Elastisitas silang harga daging ayam ras sebesar -0,623 bernilai negatif menunjukkan bahwa barang tersebut merupakan barang komplementer bagi beras. Elastisitas pendapatan sebesar 1,605 berarti permintaan beras bersifat elastis yaitu apabila pendapatan naik maka jumlah permintaan beras juga mengalami peningkatan, dan beras merupakan barang normal. Kata kunci : Beras, Permintaan Beras, Estimasi, Faktor yang Mempengaruhi, Elastisitas Permintaan ABSTRACT The purposes of the research are to know the development of demand for rice and rice demand estimation, determine the factors that influence the demand for rice, and knowing the elasticity of demand for rice in Wonogiri. The basic method used is analytical description. The data used is secondary data. Data analysis included analysis of the development of demand, the factors that influence the use of multiple linear regression analysis, the elasticity of demand, and demand estimation using forecast demand. The results showed that the growth of demand for rice in Wonogiri always increase every year and the calculation of estimated demand for rice resulted in a smaller number than the previous year. Variable price of rice, the price of cassava, soybean prices, the price of chicken meat, salted fish prices, and incomes of the population jointly significant effect on demand for rice in Wonogiri. Rice price elasticity of -0.810 means rice demand is inelastic, namely the amount of rice that requested changes with a smaller percentage than the price changes. Cross-price elasticity of -0.623 chicken meat have negative values indicate that the goods are complements to the rice. Income elasticity of 1.605 means rice demand is elastic ie when income increases, the amount of rice demand is also increasing, and rice is the normal goods. Keywords : Rice, Rice Demand, Estimation, The Influence Factors, Demand Elasticity

PENDAHULUAN Sektor pertanian Indonesia memiliki peranan sangat penting dalam pembangunan ekonomi nasional karena sebagian besar masyarakat Indonesia hidup bergantung pada sektor pertanian. Sektor pertanian di Indonesia meliputi subsektor tanaman bahan makanan, sub sektor hortikultura, sub sektor perikanan, sub sektor peternakan dan sub sektor kehutanan. Sub sektor tanaman bahan makanan di Indonesia memiliki kontribusi yang paling besar karena sebagai penghasil makanan pokok sebagian besar penduduk Indonesia. Salah satu komoditas tanaman bahan makanan yang memiliki posisi paling penting dalam pembangunan pertanian adalah padi (beras). Beras adalah makanan pokok yang dikonsumsi oleh sebagian besar penduduk Indonesia. Oleh sebab itu beras memegang peranan penting dalam kehidupan ekonomi dan situasi beras secara tidak langsung dapat mempengaruhi situasi bahan makanan lainnya, misalnya jika harga beras di pasaran meningkat, maka harga barang-barang konsumsi lainnya cenderung ikut meningkat. Nilai beras secara politis bermakna bahwa apabila terjadi gejolak pada beras yang berkaitan dengan ketersediaan pasokan maupun lompatan harga maka akan berdampak bagi stabilitas politik. Ketika gejolak tersebut tidak dapat diatasi dengan baik, maka dapat berimbas ke ranah politik. Sehingga ketersediaan dan kestabilan harga beras merupakan salah satu kunci bagi tercapainya stabilitas nasional, terutama stabilitas ekonomi.posisi harga beras sebagai pangan utama sangat menentukan besarnya jumlah permintaan beras. Apabila karakter produk pangan memiliki nilai elastisitas permintaan yang rendah, akan menyebabkan gerakan harga akan senantiasa dalam arah yang meningkat (Widiarsih, 2012). Beras merupakan komoditas pertanian andalan di Kabupaten Wonogiri, karena sebagian besar penduduknya mengkonsumsi beras sebagai makanan utama. Sebagian besar lahan sawah yang ada di Kabupaten Wonogiri digunakan sebagai lahan tanaman padi. Perkembangan luas panen, produktivitas, dan produksi padi dapat dilihat pada Tabel 1. Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa produktivitas padi di Kabupaten Wonogiri selama lima tahun terakhir fluktuatif, namun produksi padi dari tahun 2009-2013 selalu mengalami peningkatan. Hal ini mengindikasikan bahwa ketersediaan beras dan kebutuhan beras juga meningkat setiap tahunnya. Jumlah ketersediaan beras, kebutuhan beras, dan surplus beras dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 1. Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Padi di Kabupaten Wonogiri Tahun 2009-2013 Tahun Luas Panen Produksi Padi Produktivitas (Ha) (Kw) (Kw/ha) 2009 47.970 2.865.287 59,73 2010 49.876 2.902.305 58,19 2011 54.185 3.011.350 55,58 2012 55.168 3.229.540 58,54 2013 56.144 3.319.900 59,13 Sumber : Dinas Pertanian, Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten Wonogiri, 2013

Tabel 2. Jumlah Ketersediaan, Kebutuhan, dan Surplus Beras di Kabupaten Wonogiri Tahun Jenis 2009-2013 dan Sumber Data Tahun Ketersediaan Beras Kebutuhan Metode Analisis Beras Data Surplus (Ton) (Ton) (Ton) 2009 170.826 101.780 69.046 2010 193.475 103.643 89.832 2011 203.205 104.136 99.069 2012 220.603 104.570 116.033 2013 227.762 105.158 122.604 dengan pertimbangan bahwa produk Sumber : Kantor Ketahanan Pangan Kabupaten Wonogiri, 2013 Berdasarkan Tabel 2 dapat dilihat bahwa ketersediaan beras dan kebutuhan beras di Kabupaten Wonogiri selama lima tahun terakhir selalu mengalami peningkatan. Semakin meningkatnya permintaan beras di Kabupaten Wonogiri mendorong peneliti untuk menganalisis faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi tingginya tingkat permintaan beras di Kabupaten Wonogiri. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui perkembangan dan estimasi permintaan beras, mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan beras, dan mengetahui elastisitas permintaan beras di Kabupaten Wonogiri. METODE PENELITIAN Metode Dasar Penelitian Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskripsi analisis. Metode Penentuan Lokasi Penelitian Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara purposive (sengaja) dengan pertimbangan-pertimbangan tertentu sesuai dengan tujuan penelitian. Lokasi penelitian yang dipilih adalah Kabupaten Wonogiri dengan pertimbangan bahwa produksi padi dan kebutuhan beras di Kabupaten Wonogiri selalu mengalami peningkatan setiap tahunnya (Tabel 1 dan Tabel 2). Jenis dan Sumber Data Data sekunder Metode Pengumpulan Data Wawancara dan Pencatatan Metode Analisis Data Analisis data yang dilakukan sesuai dengan tujuan penelitian, untuk mengetahui perkembangan permintaan beras di Kabupaten Wonogiri dihitung dengan rumus jumlah permintaan tahun t dikurangi jumlah permintaan tahun t- 1 dibagi jumlah permintaan tahun t- 1 dikali 100 %. Untuk mengetahui estimasi permintaan beras di Kabupaten Wonogiri dianalisis dengan perhitungan proyeksi lalu memasukkan hasilnya ke dalam fungsi model regresi. Perhitungan proyeksi menggunakan rumus sebagai berikut : Pn = Po (1+r) n (1) Keterangan : Pn adalah data pada tahun akhir, Po adalah data pada tahun awal, r adalah tingkat pertumbuhan, dan n adalah jangka waktu (Rahardja, 2004). Untuk menganalisis hubungan antara permintaan beras dengan faktor-faktor yang mempengaruhinya digunakan model permintaan statik.

Dengan memasukkan variabelvariabel yang digunakan, maka bentuk persamaannya dapat ditulis sebagai berikut : Qd = bo. X 1 b1. X 2 b2. X 3 b3. X 4 b4. X 5 b5. X 6 b6. X 7 b7. X 8 b8. X 9 b9. e.(2) Alat analisis yang digunakan adalah regresi linier, maka regresi non linier berganda ditransformasi kedalam bentuk logaritma natural sehingga diperoleh persamaan sebagai berikut: Ln Qd = bo + b 1 LnX 1 + b 2 LnX 2 + b 3 LnX 3 +b 4 LnX 4 +b 5 Ln X 5 +b 6 LnX 6 +b 7 LnX 7 +b 8 LnX 8+b 9 LnX 9.(3) Keterangan : Qd adalah jumlah permintaan beras, bo adalah konstanta, X 1 adalah harga beras pada tahun t (Rp/kg), X 2 adalah harga ketela pohon pada tahun t (Rp/kg), X 3 adalah harga jagung pada tahun t (Rp/kg), X 4 adalah harga telur pada tahun t (Rp/kg), X 5 adalah harga kedelai pada tahun t (Rp/bungkus), X 6 adalah harga daging ayam ras pada tahun t (Rp/kg), X 7 adalah harga ikan asin pada tahun t (Rp/kg), X 8 adalah Pendapatan penduduk pada tahun t (Rp), X 9 adalah jumlah penduduk dalam tahun t (jiwa), b 1 -b 9 adalah koefisien regresi, dan e adalah error. Pengujian Statistik Uji Koefisien Determinasi (R 2 ) Uji ini dilakukan untuk mengetahui besarnya persentase pengaruh variabel-variabel bebas terhadap variabel tak bebas. Nilai R 2 berkisar antara 0-1. Semakin besar R 2 berarti semakin besar variabel bebas dapat menjelaskan variabel tak bebas (Gujarati, 1997). Uji F Uji F digunakan untuk mengetahui pengaruh variabelvariabel bebas secara bersama-sama terhadap variabel tak bebas (Gujarati, 1997). Uji t Uji t digunakan untuk mengetahui pengaruh nyata masingmasing variabel bebas terhadap variabel tak bebas (Gujarati, 1997). Pengujian Asumsi Klasik Uji Multikolinearitas Untuk menguji ada atau tidaknya multikolinearitas dengan melihat nilai VIF. Apabila nilai VIF < 10 berarti antar variabel bebas tidak terjadi multikolinearitas (Gujarati, 1997). Uji Heteroskedastisitas Uji Heteroskedastisitas dilakukan dengan menggunakan diagram scatter plot. Apabila dari grafik terlihat titik-titik menyebar secara acak dan tidak membentuk pola tertentu yang teratur maka hal tersebut menunjukkan bahwa model tidak terjadi heteroskedastisitas (Gujarati, 1997). Autokorelasi Adapun kriteria adanya autokorelasi adalah : i. 1,65 < DW < 2,35 artinya tidak terjadi autokorelasi ii. 1,21 < DW < 1,65 atau 2,35 < DW < 2,79 artinya tidak dapat disimpulkan iii. DW < 1,21 atau DW > 2,79 artinya terjadi autokorelasi (Gujarati, 1997). Elastisitas Permintaan Elastisitas Harga (Ep) Ep > 1, permintaan bersifat elastis Ep < 1, permintaan bersifat inelastis Ep = 1, permintaan bersifat elastis tunggal Ep = 0, permintaan bersifat tetap Ep =, permintaan bersifat elastis tak terhingga

Elastisitas Silang (Ec) Ec = positif, barang substitusi Ec = negatif, barang komplementer Elastisitas Pendapatan (Ei) E I = positif, barang normal E I = negatif, barang inferior (Lipsey et al, 1990). HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Kondisi Umum Lokasi Penelitian Kabupaten Wonogiri adalah salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Tengah sebelah tenggara. Secara astronomis terletak pada koordinat 7 32 sampai 8 15 Lintang Selatan dan antara 110 41 sampai 111 18 Bujur Timur. Batasbatas Kabupaten Wonogiri sebelah utara adalah Kabupaten Sukoharjo dan Kabupaten Karanganyar, sebelah selatan adalah Provinsi Jawa Timur dan Samudera Indonesia, sebelah barat adalah Daerah Istimewa Yogyakarta dan sebelah timur adalah Kabupaten Karanganyar dan Provinsi Jawa Timur. Perkembangan Permintaan Beras Rata-rata permintaan beras di Kabupaten Wonogiri dari tahun 1993-2013 adalah 76.903.935,94 kg/tahun. Sedangkan rata-rata perkembangan permintaan berasnya yaitu 0,20 %. Permintaan beras di Kabupaten Wonogiri selalu mengalami peningkatan setiap tahunnya. Hal ini dikarenakan jumlah penduduk setiap tahunnya mengalami peningkatan, sehingga jumlah konsumsi beras meningkat dan permintaannya juga meningkat. Uji Koefisien Determinasi (R 2 ) Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat nilai adjusted R 2 sebesar 0,969. Hal ini menunjukkan bahwa 96,9 % permintaan beras di Kabupaten Wonogiri dapat dijelaskan oleh variabel harga beras, harga ketela pohon, harga kedelai, harga daging ayam ras, harga ikan asin, dan pendapatan penduduk. Sedangkan sisanya sebesar 3,1 % dijelaskan oleh variabel lain di luar model, misalnya selera konsumen, cita rasa, preferensi konsumen, dll. Uji F Berdasarkan Tabel 4 diketahui bahwa nilai signifikansi sebesar 0,000 lebih kecil dari α = 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa variabelvariabel bebas yaitu harga beras, harga ketela pohon, harga kedelai, harga daging ayam ras, harga ikan asin, dan pendapatan penduduk secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap permintaan beras di Kabupaten Wonogiri. Uji t Berdasarkan Tabel 5 dapat diketahui bahwa harga beras dan harga daging ayam ras berpengaruh nyata terhadap permintaan beras di Kabupaten Wonogiri pada tingkat kepercayaan 99 %. Pendapatan penduduk secara individu berpengaruh nyata terhadap permintaan beras di Kabupaten Wonogiri pada tingkat kepercayaan 90 %. Harga ketela pohon, kedelai dan ikan asin tidak berpengaruh nyata terhadap permintaan beras di Kabupaten Wonogiri. Tabel 3. Hasil Analisis Koefisien Determinasi Model R R Square Adjusted R Std. Error of Square Estimate Durbin Watson Uji Koefisien 1 0,989 Determinasi 0,978 (R 2 ) 0,969 1,65373 1,962 Sumber : Analisis Data Sekunder

Multikolinearitas Berdasarkan Tabel 6 diperoleh hasil nilai VIF variabel bebas ada yang lebih besar dari 10. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa dalam model terjadi multikolinearitas yaitu adanya hubungan atau korelasi antar variabel bebas. Untuk itu perlu dilakukan pengobatan. Cara pengobatannya yaitu dengan meregresikan kembali variabel bebas yang saling berkorelasi dan menghilangkan beberapa variabel bebas yang menyebabkan adanya multikolinearitas. Pada pengobatan yang dilakukan dengan cara menghilangkan variabel bebas harga jagung, harga telur, dan jumlah penduduk. Berdasarkan Tabel 7 dapat dilihat bahwa hasil analisis regresi setelah dilakukan pengobatan tidak terjadi multikolinearitas, karena nilai VIF < 10. Tabel 4. Hasil Analisis Uji F Model Sum of Squares df Mean Square F Sig Regression 1,714 6 2,856 104,426 0,000 Residual 0,038 14 2,735 Total 1,752 20 Sumber : Analisis Data Sekunder Keterangan : signifikansi pada tingkat kepercayaan 95 % Tabel 5. Hasil Analisis Uji t Variabel Koef. regresi t Sig Harga beras (X 1 ) -0,810 10,024 0,000** Harga ketela pohon (X 2 ) -0,153-1,658 0,120 ns Harga kedelai (X 5 ) -0,746-1,312 0,211 ns Harga daging ayam ras (X 6 ) -0,623-5,459 0,000** Harga ikan asin (X 7 ) -0,281-0,018 0,986 ns Pendapatan penduduk (X 8 ) 1,605 2,029 0,062* Sumber : Analisis Data Sekunder Keterangan : ** : signifikansi pada tingkat kepercayaan 99 % * : signifikansi pada tingkat kepercayaan 90 % ns : tidak signifikan Heteroskedastisitas Gambar 1. Diagram Scatterplot Berdasarkan Gambar 1 dapat dilihat bahwa titik-titik yang terdapat dalam diagram menyebar dan tidak membentuk pola tertentu. Maka dapat disimpulkan bahwa model tidak terjadi heteroskedastisitas. Autokorelasi Berdasarkan Tabel 8 dapat dilihat bahwa nilai Durbin Watson sebesar 1,962, sehingga dalam model tidak terjadi autokorelasi karena nilai berada diantara 1,65 < DW < 2,35.

Sumber : Analisis Data Sekunder Berdasarkan hasil pengolahan data, persamaan regresinya adalah : Ln Qd = 7,486-0,810LnX 1-0,153 LnX 2-0,746LnX 5-0,623 LnX 6-0,281LnX 7 + 1,605 LnX 8 Elastisitas Permintaan Elastisitas Harga (E p ) Berdasarkan Tabel 9 diketahui bahwa besarnya elastisitas harga beras adalah -0,810; artinya jika harga beras naik 1 % maka permintaan beras akan turun sebesar 0,810 %. Nilai koefisien elastisitas kurang dari 1, yang menunjukkan permintaan beras bersifat inelastis. Tabel 6. Uji Multikolinearitas Variabel Collinearity Statistic Tolerance VIF Harga beras (X 1 ) 0,065 15,289 Harga ketela pohon (X 2 ) 0,144 6,946 Harga jagung (X 3 ) 0,093 10,758 Harga telur (X 4 ) 0,055 18,313 Harga kedelai (X 5 ) 0,116 8,609 Harga daging ayam ras (X 6 ) 0,115 8,720 Harga ikan asin (X 7 ) 0,200 4,990 Pendapatan penduduk (X 8 ) 0,337 2,965 Jumlah penduduk (X 9 ) 0,054 18,662 Sumber : Analisis Data Sekunder Tabel 7. Uji Multikolinearitas Setelah Pengobatan Variabel Collinearity Statistic Tolerance VIF Harga beras (X 1 ) 0,105 9,519 Harga ketela pohon (X 2 ) 0,183 5,451 Harga kedelai (X 5 ) 0,170 5,872 Harga daging ayam ras (X 6 ) 0,458 2,184 Harga ikan asin (X 7 ) 0,286 3,493 Pendapatan penduduk (X 8 ) 0,531 1,885 Sumber : Analisis Data Sekunder Tabel 8. Uji Autokorelasi Adjusted R Std. Error of Durbin Model R R Square Square Estimate Watson 1 0,989 0,978 0,969 1,65373 1,962 Elastisitas Silang (E c ) Besarnya elastisitas silang harga daging ayam ras adalah -0,623; artinya jika harga daging ayam ras naik 1 % maka permintaan daging ayam ras akan turun sebesar 0,623 %. Tanda negatif menunjukkan bahwa daging ayam ras merupakan barang komplementer bagi beras. Elastisitas Pendapatan (Ei) Besarnya elastisitas pendapatan adalah 1,605; artinya jika pendapatan naik sebesar 1 % maka permintaan beras meningkat sebesar 1,605 %. Nilai elastisitas positif menunjukkan beras merupakan barang normal.

Sumber : Analisis Data Sekunder Estimasi Permintaan Beras Estimasi permintaan beras di Kabupaten Wonogiri dianalisis dengan perhitungan proyeksi lalu memasukkan hasilnya ke dalam fungsi model regresi. Variabel yang diproyeksi adalah variabel yang signifikan yaitu harga beras, harga daging ayam ras, dan pendapatan penduduk. Contoh perhitungan proyeksi harga beras adalah sebagai berikut : r = 0,245 Pn = Po (1+r) n P 2014 = 2420,39 (2,45) 22 = 882143434108,44 P 2015 = 2420,39 (2,45) 23 = 2161251413565,67 P 2016 = 2420,39 (2,45) 24 = 5295065963235,89 P 2017 = 2420,39 (2,45) 25 = 12972911609927,92 P 2018 = 2420,39 (2,45) 26 = 31783633444323,41 Hasil dari proyeksi variabelvariabel tersebut kemudian dimasukkan ke dalam persamaan regresi sebagai berikut : Qd = 7,486-0,810 X 1-0,153X 2-0,746 X 5-0,623 X 6-0,281 X 7 + 1,605 Qd 2014 = - 714536181620,35 kg Qd 2015 = -1750613644980,70 kg Qd 2016 = -4289003430213,58 kg Qd 2017 = -10508058404034,13 kg Qd 2018 = -25744743089894,47 kg Hasil estimasi permintaan beras di Kabupaten Wonogiri tahun 2014- Tabel 9. Nilai Elastisitas Permintaan Beras Variabel Nilai elastisitas Harga Silang Pendapatan Harga beras (X 1 ) -0,810 Harga daging ayam ras (X 6 ) -0,623 Pendapatan penduduk (X 8 ) 1,605 2018 menghasilkan angka yang lebih kecil dibandingkan permintaan beras tahun sebelumnya. Hal ini dikarenakan faktor pendapatan perkapita penduduk yang semakin meningkat, namun pengeluarannya digunakan untuk kebutuhan lain selain pangan, sehingga jumlah permintaan beras semakin kecil. Pembahasan Pembahasan tentang masingmasing faktor yang mempengaruhi permintaan beras di Kabupaten Wonogiri adalah sebagai berikut : 1. Harga Beras Harga beras berpengaruh nyata terhadap permintaan beras. Analisis harga beras menghasilkan koefisien regresi yang bertanda negatif, menunjukkan bahwa jika harga beras naik maka jumlah beras yang diminta akan turun. Hal ini sesuai dengan hukum permintaan dari Sukirno (2005) yang menyatakan bahwa jika harga suatu barang meningkat maka permintaan terhadap barang tersebut akan mengalami penurunan. Harga beras relatif fluktuatif yang dipengaruhi oleh musim. Ketika musim panen, jumlah beras melimpah, sehingga harga beras rendah maka permintaan konsumen terhadap beras meningkat. Sebaliknya pada musim paceklik, jumlah beras yang diproduksi berkurang

yang menyebabkan harga naik, sehingga permintaan konsumen terhadap beras menurun. 2. Harga Ketela Pohon Pada pengujian statistik diperoleh hasil bahwa harga ketela pohon secara individu tidak berpengaruh nyata terhadap permintaan beras. Berubahnya harga ketela pohon tidak akan mempengaruhi permintaan beras di Kabupaten Wonogiri. Harga ketela pohon yang relatif murah masih mampu dibeli oleh konsumen, sehingga ketika terjadi kenaikan harga ketela pohon, konsumen tidak akan mengurangi jumlah pembelian beras. Pada masyarakat pedesaan, komoditas ketela pohon dapat ditanam di pekarangan rumah, sehingga tidak perlu membeli di pasar. 3. Harga Kedelai Pada pengujian statistik diperoleh hasil bahwa harga kedelai secara individu tidak berpengaruh nyata terhadap permintaan beras. Jadi terjadinya kenaikan atau penurunan harga kedelai tidak akan mempengaruhi jumlah permintaan terhadap beras, dan kedelai digunakan sebagai barang pelengkap yaitu berupa tempe dan tahu. Hal ini juga dikarenakan harga tempe dan tahu yang relatif murah dan masih terjangkau oleh masyarakat. 4. Harga Daging Ayam Ras Pada pengujian statistik diperoleh hasil bahwa harga daging ayam ras secara individu berpengaruh nyata terhadap permintaan beras. Terjadinya kenaikan dan penurunan harga daging ayam ras di pasar akan mempengaruhi jumlah permintaan terhadap beras. Hal ini dikarenakan daging ayam ras digunakan sebagai lauk pauk sehingga ketika harga daging ayam ras naik, konsumen akan mengurangi jumlah pembelian juga daging ayam ras dan menggantinya dengan barang yang lain. Kenaikan harga barang komplementer juga berpengaruh terhadap barang pokok yaitu beras, sehingga permintaan beras juga ikut menurun. 5. Harga Ikan Asin Pada pengujian statistik diperoleh hasil bahwa harga ikan asin secara individu tidak berpengaruh nyata terhadap permintaan beras. Jadi berapapun harga ikan asin di pasar tidak akan mempengaruhi jumlah permintaan terhadap beras, karena harga ikan asin tidak terlalu mahal jika dibandingkan dengan harga daging ayam ras, sehingga konsumen masih mampu untuk membeli ikan asin sebagai barang pelengkap. 6. Pendapatan Penduduk Pendapatan merupakan faktor yang penting dalam menentukan variasi permintaan terhadap berbagai jenis barang. Hal ini dikarenakan besar kecilnya pendapatan dapat menggambarkan daya beli konsumen. Apabila terjadi perubahan dalam pendapatan maka akan menimbulkan perubahan dalam mengkonsumsi berbagai jenis barang. Pendapatan penduduk secara individu berpengaruh nyata terhadap permintaan beras di

Kabupaten Wonogiri. Hal ini dikarenakan tingginya kesadaran masyarakat untuk memenuhi gizi dari makanan pokok yaitu beras, sehingga jika pendapatannya naik, maka masyarakat akan meningkatkan pembelian terhadap beras sebagai barang konsumsi. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Tingkat perkembangan permintaan beras di Kabupaten Wonogiri selalu mengalami peningkatan setiap tahunnya dan perhitungan estimasi permintaan menghasilkan angka permintaan beras yang lebih kecil dibandingkan tahun sebelumnya. Harga beras, harga ketela pohon, harga kedelai, harga daging ayam ras, harga ikan asin, dan pendapatan penduduk secara bersama-sama berpengaruh nyata terhadap permintaan beras di Kabupaten Wonogiri. Harga beras dan harga daging ayam ras berpengaruh nyata pada tingkat kepercayaan 99 %. Pendapatan penduduk secara individu berpengaruh nyata pada tingkat kepercayaan 90 %. Elastisitas harga beras sebesar - 0,810 menunjukkan beras bersifat inelastis. Elastisitas silang harga daging ayam ras sebesar -0,623 menunjukkan daging ayam ras merupakan barang komplementer bagi beras. Elastisitas pendapatan sebesar 1,605 menunjukkan beras merupakan barang normal. Saran Ketersediaan beras yang melimpah dan selalu mengalami surplus setiap tahunnya, maka diperlukan penanganan yang efektif dalam penyimpanan beras agar tetap dalam kondisi yang baik. Pemerintah sebagai penentu kebijakan berperan untuk menstabilkan harga beras karena harga beras yang fluktuatif akan berpengaruh terhadap tingkat permintaan beras. DAFTAR PUSTAKA Dinas Pertanian, Tanaman Pangan, dan Hortikultura. 2013. Luas Panen, Produktivitas, dan Produksi Padi. Wonogiri. Gujarati, D. 1997. Ekonometrika Dasar. Erlangga. Jakarta. Kantor Ketahanan Pangan. 2013. Ketersediaan Pangan. Wonogiri. Lipsey, Richard G., Steiner, Peter O., dan Purvis, Douglas D. 1990. Pengantar Mikroekonomi. Erlangga. Jakarta. Rahardja, Prathama. 2004. Dasar - dasar Demografi. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta. Sukirno, Sadono. 2005. Mikro Ekonomi Teori Pengantar Edisi Ketiga. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta. Widiarsih, Dwi. 2012. Pengaruh Sektor Komoditi Beras terhadap Inflasi Bahan Makanan. Jurnal Sosial Ekonomi Pembangunan, 2 (6) : 244-256.