Jurnal Online Agroekoteknologi. ISSN No Vol.3, No.3 : , Juni 2015

dokumen-dokumen yang mirip
METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus sampai Februari 2014.

BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei-Agustus Uji potensi

Jurnal Agroekoteknologi. E-ISSN No Vol.4. No.1, Desember (570) :

Dampak Ketebalan Abu Vulkanik Erupsi Gunung Sinabung Terhadap Sifat Biologi Tanah Di Kecamatan Naman Teran Kabupaten Karo

III. BAHAN DAN METODE

BAB III METODE PENELITIAN. eksplorasi dengan cara menggunakan isolasi jamur endofit dari akar kentang

ISOLASI DAN POTENSI MIKROBA PELARUT FOSFAT PADA HUTAN MANGROVE DI PERCUT SEI TUAN KABUPATEN DELI SERDANG

III. MATERI DAN METODE

II. MATERI DAN METODE PENELITIAN

III BAHAN DAN METODE

BAHAN DAN METODE. Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan dengan ketinggian tempat + 25

III. METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Bioteknologi Pertanian dan

III. MATERI DAN METODE

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juli sampai bulan November 2009, di

III. METODE PENELITIAN. dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Lampung dari bulan Januari sampai

III. BAHAN DAN METODE. Tanaman, serta Laboratorium Lapang Terpadu, Fakultas Pertanian, Universitas

BAB III METODE PENELITIAN. Mikrobiologi Tanah dan Rumah Kaca Balai Penelitian Tanaman Kacang- kacangan dan Umbiumbian

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

BAB III METODE PENELITIAN

LAPORAN PENGUJIAN EFEKTIFITAS FUNGISIDA PADA JAMUR YANG MERUSAK ARSIP KERTAS

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari hingga Maret 2015.

EKSPLORASI DAN POTENSI JAMUR PELARUT FOSFAT PADA LAHAN HUTAN TANAMAN INDUSTRI PT. TOBA PULP LESTARI SEKTOR PORSEA

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Metode Penelitian Penyediaan Isolat Fusarium sp. dan Bakteri Aktivator

BAHAN DAN METODE Bahan dan Alat

Suryanti Saragih 1, Deni Elfiati 2, Delvian 2 1 Program Studi Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara

III. METODE PENELITIAN. Persiapan alat dan bahan yang akan digunakan. Pembuatan media PDA (Potato Dextrose Agar)

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Departemen Biologi

II. METODELOGI PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Kebun Percobaan Tanaman Industri dan Penyegar

Jurnal Pertanian Tropik ISSN Online No : Vol.2, No.3. Desember (38) :

III. BAHAN DAN METODE

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi Fakultas

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Jurusan

mesh, kemudian dimasukkan kedalam erlenmeyer 500 ml selanjutnya diamkan selama 30 menit

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari sampai bulan April 2014.

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan dan Kebun

METODE PENELITIAN. Kehutanan dan di Laboratorium Hama dan Penyakit Tanaman Program Studi

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Oktober 2011 sampai Maret 2012 di Rumah Kaca

BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Penyakit Tumbuhan Jurusan Proteksi

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Penyakit Tumbuhan, Bidang

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi

TINJAUAN PUSTAKA. Perubahan kondisi fisik dan kimia tanah akibat kebakaran akan berakibat

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis Penelitian. Jenis penelitian ini adalah penelitian non-eksperimental dengan pendekatan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorik untuk menguji

BAHAN DANMETODE. pengambilan contoh tanah dilapangan yang dilakukan pada tegakan kemenyan

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat Metode Penelitian Pra-pengamatan atau survei

III. BAHAN DAN METODE. Pelaksanaan vermicomposting dilakukan di rumah plastik FP Unila. Perhitungan

BAB III METODE PENELITIAN. Pangan dan Hortikultura Sidoarjo dan Laboratorium Mikrobiologi, Depertemen

III. METODE PENELITIAN. Penelitan ini dilaksanakan di Laboratorium Hama Tumbuhan dan Penyakit

III. BAHAN DAN METODE. Sampel tanah diambil dari daerah di sekitar risosfer tanaman nanas di PT. Great

MATERI DAN METODE. Mikrobiologi (PEM) Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 4. METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Juli sampai bulan November 2009

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Ilmu Penyakit Tanaman Fakultas

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu

Created by. Lisa Marianah (Widyaiswara Pertama, BPP Jambi) PEMBUATAN PUPUK BOKASHI MENGGUNAKAN JAMUR Trichoderma sp. SEBAGAI DEKOMPOSER

BAB III METODELOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

PENGUJIAN DAYA MORTALITAS FUNGISIDA PADA ARSIP KERTAS

bio.unsoed.ac.id III. METODE PENELITIAN

MATERI DAN METODE. Kasim Riau yang beralamat di Jl. HR. Soebrantas KM 15 Panam, Pekanbaru.

BAB III BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan dari 2 Juni dan 20 Juni 2014, di Balai Laboraturium

BAHAN DAN METODE. Hrp -, IAA +, BPF Hrp -, IAA + + , BPF Hrp. , BPF Hrp -, IAA +, BPF + Hrp. , BPF Hrp. , BPF Hrp. Penambat Nitrogen Penambat Nitrogen

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan di Laboratorium Penyakit Tanaman, Fakultas Pertanian,

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian dilakukan pada lahan alang-alang di Kelurahan Segalamider,

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu . Bahan dan Alat Metode Penelitian Survei Buah Pepaya Sakit

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa populasi mikroorganisme yang terdapat di dalam tanah memiliki

TEKNOLOGI PELARUTAN FOSFAT MENGGUNAKAN MIKROBA

BAB III METODE PENELITIAN. Rancangan penelitian yang digunakan adalah rancangan penelitian

bio.unsoed.ac.id MATERI DAN METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian 1.1. Bahan Penelitian

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari-Maret 2014 di Laboratorium

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Hama Tumbuhan Jurusan

III. MATERI DAN METODE. Sultan Syarif Kasim Riau Pekanbaru pada bulan Mei 2013 sampai dengan Juni 2013.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi

BAB 3 METODE PENELITIAN

METODOLOGI. Kerapatan jenis (K)

TINJAUAN PUSTAKA. yang terjadi hampir sepanjang tahun. Keadaan hidro-topografi berupa genangan

METODE PENELITIAN. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung.

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Bahan Peremajaan Aktinomiset dari Kultur Penyimpanan Perbanyakan Sclerotium rolfsii dari Kultur Penyimpanan

II. MATERI DAN METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE. Jurusan Agroteknologi, Universitas Lampung. Penelitian ini dilaksanakan mulai

TINJAUAN PUSTAKA. yang disemburkan ke udara saat terjadi suatu letusan. Abu maupun pasir vulkanik

BAHAN DAN METODE. Pembiakan P. fluorescens dari Kultur Penyimpanan

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Botani, Jurusan Biologi, Fakultas

BAHAN DAN METODE. Pengambilan sampel tanaman nanas dilakukan di lahan perkebunan PT. Great

METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian Deskriptif karena tujuan dari

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini telah dilaksanakan di laboratorium Makanan Ternak, Jurusan

Lampiran 1. Lokasi pengambilan sampel tanah diperakaran Cabai merah (Capsicum annum) di Desa Kebanggan, Sumbang, Banyumas

BAB II METODE PENELITIAN

PETUNJUK PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI. Disusun oleh : Dr. Henny Saraswati, M.Biomed PROGRAM STUDI BIOTEKNOLOGI FAKULTAS ILMU-ILMU KESEHATAN

Haris Dianto Darwindra BAB VI PEMBAHASAN

EKSPLORASI Pseudomonad fluorescens DARI PERAKARAN GULMA PUTRI MALU (Mimosa invisa)

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. sampai Maret Pengambilan sampel tanah rizosfer Zea mays di Kecamatan

III. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

Transkripsi:

Eksplorasi dan Potensi Jamur Pelarut Fosfat pada Andisol Terkena Dampak Erupsi Gunung Sinabung dengan Beberapa Ketebalan Abu di Kecamatan Naman Teran Kabupaten Karo Exploration and Potential of Phosphate Solubilizing Fungi in Andisol Affected by Eruption of Mounth Sinabung with Some Thick Ash in Naman Teran District Karo Sub District Viky Fatmala, Mariani Sembiring *, Jamilah Progam Studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian USU, Medan 20155 * Corresponding author: mariani.sembiring29@yahoo.com ABSTRACT This research was conducted to determine the type of Phosphate Solubilizing Fungi (PSF) as a result from isolated Andisol in Naman Teran district Karo sub district that affected by the eruption of mount Sinabung with some ash thickness around 0 cm (not affected), >0 cm - <2 cm (thin), >2 cm - 8 cm (moderate) and >8 cm (thick), and to determine its ability to dissolve phosphate on solid media. Isolation and potential test on solid media using media Pikovskaya with phosphate source Ca3(PO4)2. Evaluates JPF potential qualitatively by measuring the holozone diameter using index values dissolution. The results were obtained 4 PSF genus found in Andisol s soil affected by the eruption of mount Sinabung: Aspergillus sp., Trichoderma sp., Penicillium sp.1 and Penicillium sp. 2. PSF were able to survive up to a thickness of Asharound >8cm is Aspergillus sp. Based on the test results the potential of solid media Penicillium sp.2 has the best ability to dissolve phosphate. Keyword: phosphate, volcanic ash, phospate solubilizing fungi ABSTRAK Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui jenis jamur pelarut fosfat hasil isolasi dari tanah Andisol di kecamatan Naman Teran kabupaten Karo yang terkena dampak erupsi gunung Sinabung dengan beberapa ketebalan abu yaitu 0 cm (tidak terkena), >0 cm - <2 cm (tipis), > 2 cm 8 cm (sedang) dan >8 cm (tebal) dan untuk mengetahui kemampuannya melarutkan fosfat pada media Pikovskaya. Isolasi dan uji potensi pada media padat menggunakan media Pikovskaya dengan sumber fosfat Ca3(PO4)2. Evaluasi potensi JPF dilakukan dengan mengukur luas diameter zona bening menggunakan nilai indeks pelarutan. Hasil penelitian diperoleh 4 genus JPF yang ditemukan pada tanah Andisol terdampak erupsi gunung sinabung yaitu Aspergillus sp., Trichoderma sp., Penicillium sp.1 dan Penicillium sp.2. dan JPF yang mampu bertahan hidup hingga ketebalan Abu >8cm adalah Aspergillus sp. Berdasarkan hasil uji potensi media padat Penicillium sp.2 memiliki kemampuan paling baik dalam melarutkan fosfat. Kata kunci: fosfat, abu vulkanik, jamur pelarut fosfat. PENDAHULUAN Gunung Sinabung terletak di dataran tinggi kabupaten Karo Sumatera Utara. Gunung Sinabung dan gunung Sibayak adalah dua gunung berapi aktif di Sumatera Utara. Gunung ini belum pernah tercatat meletus sejak tahun 1600, hingga kemudian meletus untuk pertama kali pada september 2010 danmeletus kembali pada September 2013 (BPTP Sumatera Utara, 2013). Material yang dilontarkan gunung akibat terjadinya erupsi salah satunya berupa abu vulkanik. Penelitian kandungan abu vulkanik gunung Sinabung oleh Balitbangtan (2014) menunjukkan hasil analisis terhadap abu vulkanik berupa 1164

komposisi mineral abu-pasir volkan berupa fragmen batuan (28-37%), gelas volkan (22-26%), augsit (8-13%), Heperstin (10-18%), labradorit (7-10%), bintonit (2-5%) dan opak (3-5%). Bahan-bahan mineral ini bila melapuk akan menjadi sumber unsur hara esensial terutama Ca, Mg, K, Na, P, S, Fe dan Mn. Abu vulkanik yang cukup lama menutupi permukaan tanah akan mengendap dan mengeras bergantung pada tingkat ketebalannya. Hal tersebut dapat menyebabkan terganggunya aerase tanah yang berdampak pada kehidupan mikroorganisme dalam tanah. Menurut penelitian yang dilakukan Lubis (2011) menyatakan bahwa abu vulkanik berpengaruh nyata menurunkan nilai respirasi mikroorganisme tanah. Mikroorganisme tanah yang bermanfaat di bidang pertanian salah satunya adalah mikrooganisme pelarut fosfat. Mikroorganisme pelarut fosfat adalah mikroorganisme yang mampu melarutkan ikatan fosfat menjadi bentuk tersedia. Mikroorganisme pelarut fosfat dapat berupa bakteri (BPF), jamur (JPF), aktinomisetes atau khamir (Premono, 1998). Mikroorganisme pelarut fosfat acapkali diaplikasikan pada tanah Andisol karena tanah tersebut memiliki beberapa sifat yang menjadi keterbatasan dan kendala utama bagi pertumbuhan tanaman. Menurut Mukhlis (2011), permasalahan utama pada Andisol adalah retensi fosfat yang cukup tinggi (> 85%).Sebagian besar P yang diberikan dalam bentuk pupuk diserap oleh bahan amorf menjadi tak tersedia bagi tanaman. Pada penelitian ini peneliti terfokus pada jamur pelarut fosfat karena menurut Ginting (2006) jamur pelarut fosfat dapat tumbuh optimum dibanding bakteri dan aktinomisetes pada kondisi masam. Abu vulkanik gunung sinabung memiliki ph yang tergolong sangat masam (4,3) yang diduga akan menyumbang kemasaman pada tanah. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan eksplorasi jamur pelarut fosfat pada Andisol terdampak erupsi gunung Sinabung dengan beberapa ketebalan abu. Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis jamur pelarut fosfat hasil isolasi pada tanah Andisol yang terkena erupsi dengan beberapa ketebalan abu dan untuk mengetahui kemampuan jamur pelarut fosfat dalam melarutkan fosfat pada media pikovskaya padat. BAHAN DAN METODE Pengambilan sampel dilakukan di Kecamatan Naman Teran Kabupaten Karo Provinsi Sumatera Utara. Untuk isolasi dan uji potensi dilakukan di Laboratorium Biologi Tanah. Penelitian dilaksanakan pada bulan Mei 2014 sampai dengan November 2014. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel tanah tidak terkena dan terkena abu vulkanik pada beberapa ketebalan, media Pikovskaya, serta bahan-bahan kimia yang dipergunakan untuk keperluan analisis di laboratorium. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah bor tanah, Autoklaf, Petridish, Laminar Air Flow serta alat-alat lainnya yang dipergunakan selama penelitian. Pengambilan sampel tanah dilakukan berdasarkan beberapa ketebalan abu untuk kemudian diisolasi dengan metode agar tuang, diidentifikasi dengan metode pengamatan langsung menggunakan mikroskop lalu mencocokkan dengan buku identifikasi jamur (Gilman, 1971) dan dilakukan uji potensi pada media Pikovskaya padat. Sampel tanah yang diambil adalah tanah yang terkena abu vulkanik dan tidak terkena abu vulkanik. Titik pengambilan sampel diambil pada tanah yang dibedakan berdasarkan beberapa ketebalan abu yaitu: A0 : Tidak terkena abu, A1 : Tipis (< 2cm) A2: Sedang (> 2cm 8cm) dan A3: Tebal (>8cm). Sehingga jumlah titik pengambilan sampel berjumlah 4 titik. Pengambilan sampel dilakukan pada kedalaman 0-20cm di sekitar daerah rhizosfir dengan menggunakan bor tanah. Sampel tanah selanjutnya dibawa ke laboratorium untuk dilakukan analisis 1165

awal berupa ph, kadarp-total dan P-tersedia tanah. Sepuluh (10) g tanah dimasukkan ke dalam Erlenmeyer 250 ml yang berisi 90 ml larutan fisiologis steril (pengenceran 10-1 ), kemudian dikocok selama 30 menit pada shaker. Dibuat pengenceran secara serial, dari pengenceran 10-1 diambil 1 ml dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang telah berisi 9 ml larutan fisiologis steril (pengenceran 10-2 ) selanjutnya dikocok di atas rotarimixer sampai homogen. Dari pengenceran 10-2 dipipet sebanyak 1 ml dan dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang berisi 9 ml larutan fisiologis (pengenceran 10-3 ) dilakukan hal serupa berturut-turut sampai pengenceran 10-5. Dipakai suspensi tanah dari 3 pengenceran sebagai antisipasi bila pada pengenceran tersebut tidak diperoleh jamur pelarut fosfat. Selanjutnya tuangkan 12 ml media Pikovskaya (suhu sekitar 45-50ºC) ke dalam cawan petri yang telah berisi 1 ml suspensi tanah dan dihomogenkan, biarkan sampai media mengeras (padat). Setelah media mengeras, cawan petri diinkubasi pada inkubator dalam keadaan terbalik selama 3 hari dengan suhu 28-30ºC. Setelah diinkubasi selama 3 hari dilakukan pengamatan pada jamur yang tumbuh pada media serta dihitung populasi koloni jamur dengan metode Koloni Kounter. Keberadaan jamur pelarut fosfat ditunjukkan dengan terbentuknya daerah bening (holozone) yang mengelilingi koloni jamur. Koloni tersebut kemudian dimurnikan dan dipindahkan ke tabung reaksi agar miring untuk selanjutnya diidentifikasi. Biakan murni jamur diremajakan pada media potato dextrose agar (PDA) dan diinkubasi selama 3 hari. Jamur yang telah tumbuh pada media, diamati ciri-ciri makroskpisnya yaitu ciri koloni seperti sifat tumbuh hifa, warna koloni dan diameter koloni. Jamur juga ditumbuhkan pada kaca objek yang diberi potongan PDA yang dioles tipis dengan spora JPF potensial. Potongan agar kemudian ditutup dengan kaca objek. Biakan pada kaca objek ditempatkan dalam cawan petri yang telah diberi pelembab berupa kapas basah. Biakan pada kaca diinkubasi selama 3 hari pada kondisi ruangan.setelah masa inkubasi, jamur yang tumbuh pada kaca preparat diamati ciri mikroskopisnya yaitu ciri hifa, tipe percabangan hifa, serta ciri-ciri konidia dibawah mikroskop. Ciri yang ditemukan dari masing-masing jamur kemudian dideskripsikan dan dicocokkan dengan buku indentifikasi jamur (Gilman, 1971). Jamur pelarut fosfat yang telah diidentifikasi kemudian diuji pada cawan petri yang berisi media pikovskaya padat steril. Sebagai sumber fosfat digunakan Ca3(PO4)2. Media uji dimasukkan dalam cawan petri dan dibiarkan mengeras. Selanjutnya tiap genus jamur ditumbuhkan pada media uji dengan 3 ulangan agar didapatkan rataan hasil yang valid. Inkubasi dilaksanakan selama 7 hari. Jamur pelarut fosfat yang membentuk holozone paling cepat dengan diameter paling besar secara kualitatif di sekitar koloni menunjukkan besar kecilnya potensi jamur pelarut fosfat dalam melarutkan unsur P dari bentuk yang tidak terlarut. Kemudian dihitung potensi jamur dengan menggunakan nilai indeks pelarutan yaitu nisbah antara diameter zona bening terhadap diameter koloni (Premono, 1998.) HASIL DAN PEMBAHASAN Isolasi Jamur Pelarut Fosfat dari bahan tanah Andisol terdampak erupsi Sampel tanah Andisol yang telah diisolasi selanjutnya dilakukan perhitungan populasi koloni jamur dan diamati isolat jamur pelarut fosfat yang tumbuh berdasarkan ada tidaknya zona bening yang terbentuk. Adapun hasil yang diperoleh tertera pada Tabel 1 berikut: 1166

Tabel 1. Isolasi jamur pelarut fosfat dari bahan tanah Andisol terdampak erupsi Ketebalan Isolat Abu Hitam Hijau Tua Hijau Muda Hijau Kekuningan ph Tanah (cm) (J 1) (J 2) (J 3) (J 4) Populasi Koloni Jamur (CPU/ml) 0 Isolat 1 Isolat 2 Isolat 3 Isolat 4 4,75 1,3 10 5 <2 Isolat 5 - Isolat 6 Isolat 7 5,02 2,7 10 5 >2 8 Isolat 8 - Isolat 9-4,16 4,1 10 5 >8 Isolat 10 - - - 3,46 4,8 10 5 Kegiatan isolasi yang telah dilakukan menghasilkan 10 isolat yang dikelompokkan berdasarkan kesamaan warna koloni sehingga didapatkan 4 isolat jamur yang akan dimurnikan yaitu isolat jamur yang memiliki warna koloni Hitam yang diberi kode J1, isolat jamur yang memiliki warna koloni Hijau tua yang diberi kode J2, isolat jamur yang memiliki warna koloni Hijau muda yang diberi kode J3 dan isolat jamur yang memiliki warna koloni Hijau kekuningan yang diberi kode J4. Dari Tabel 1 diketahui bahwa terdapat 4(empat) isolat jamur yang dapat tumbuh pada tanah Andisol yang tidak terdampak erupsi gunung Sinabung yaitu isolat1, isolat 2, isolat 3 dan isolat 4. Pada tanah Andisol terdampak erupsi gunung Sinabung dengan ketebalan < 2 cm terdapat 3(tiga) isolat jamur yang dapat tumbuh yaitu isolat 5, isolat 6 dan isolat 7. Selanjutnya pada tanah Andisol terdampak erupsi gunung Sinabung dengan ketebalan > 2 8 hanya terdapat 2(dua) isolat jamur yang tumbuh yaitu isolat 8 dan isolat 9. Sedangkan pada tanah Andisol terdampak erupsi gunung Sinabung dengan ketebalan >8 cm hanya terdapat 1(satu) isolat jamur yang dapat tumbuh yaitu isolat 10. Populasi koloni jamur pelarut fosfat tertinggi terdapat pada tanah dengan ketebalan abu >8cm yaitu sebesar 4,8 10 5 dan populasi terendah terdapat pada tanah yang tidak terdampak abu vulkanik yaitu sebesar 1,3 10 5. Hal ini terjadi karena tanah dengan ketebalan abu > 8cm memiliki ph yang sangat asam yang merupakan kondisi optimal bagi pertumbuhan jamur. Hal ini membuktikan bahwa abu vulkanik memang menurukan nilai respirasi beberapa jenis JPF, namun bagi JPF yang termasuk mikroaerofil seperti Aspergillus sp. tetap dapat hidup dengan baik hingga ketebalan >8cm dikarenakan kondisi ph tanah yang mendukung untuk pertumbuhannya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Ginting (2006) yang menyatakan bahwa pertumbuhan mikroorganisme pelarut fosfat sangat dipengaruhi oleh kemasaman tanah. Pada tanah masam, aktivitas mikrooganisme dipengaruhi kelompok fungi. Hal ini juga diperkuat oleh pernyataan Gilman (1971) yaitu Aspergillus sp. tahan terhadap kondisi kelembaban yang rendah dan suhu ekstrim serta derajat kemasaman untuk pertumbuhannya adalah 2-8,5 dan akan lebih baik pada ph yang rendah. Kemampuan Jamur Pelarut Fosfat Melarutkan P dalam Media Pikovskaya Padat ( sumber P: Ca3(PO4)2) Jamur pelarut fosfat yang diperoleh selanjutnya diukur kemampuannya melarutkan P-terikat pada media Pikovskaya padat. Sebagai sumber P media padat adalah Ca3(PO4)2. Jamur yang dapat melarutkan fosfat ditandai dengan terbentuknya holozone (zona bening) pada sekitar koloni. Perbandingan antara zona bening dan koloni jamur ini merupakan indeks pelarutan dari masing-masing jamur. Hasil pengukuran indeks pelarutan dapat dilihat pada Tabel 2. 1167

Tabel 2. Indeks pelarutan dalam media Pikovskaya padat (sumber P: Ca3(PO4)2) selama 7 hari inkubasi Jenis Jamur Indeks Pelarutan / Hari pengamatan 1 2 3 4 5 6 7 Aspergillus sp. (J1) 0 1,60 1,18 1,10 1,11 1,12 1,14 Trichoderma sp. (J2) 0,29 0,33 0,10 0,17 0,17 0,18 0,21 Penicillium sp. 1 (J3) 1,36 2,10 1,44 1,14 1,10 1,07 1,05 Penicillium sp. 2 (J4) 1,50 1,55 1,74 1,45 1,47 1,49 1,57 Indeks pelarutan terbesar pada hari ke 7 setelah inkubasi ditunjukkan oleh Penicillium sp. 2 dengan nilai indeks pelarutan 1,57 dan indeks pelarutan terkecil ditunjukkan oleh Trichoderma sp. dengan nilai indeks pelarutan 0,21. Hal ini menunjukkan bahwa seluruh isolat JPF yang diuji mampu melarutkan P-terikat pada media pikovskaya padat dengan sumber fosfat Ca3(PO4)2 namun memiliki kemampuan yang berbeda. Perbedaan kemampuan tiap isolat JPF membentuk zona bening diduga karena isolat berasal dari titik pengambilan sampel tanah yang berbeda dengan beberapa tingkat ketebalan abu. Titik pengambilan sampel yang berbeda ini tentunya memiliki kondisi lingkungan, kelembaban dan keadaan nutrisi dari bahan organik yang tidak sama. Jenis JPF yang berbeda baik yang berasal dari tanah yang sama maupun yang berasal dari tanah yang berbeda bisa sama ataupun berbeda kemampuannya dalam melarutkan fosfat. Hal ini turut diperkuat oleh pernyataan Conkar dan Rao (1967) dalam Elfianti (2000) yang mengatakan bahwa Penicillium sp. dapat melarutkan 26 % - 40% Ca3(PO4)2, sedangkan Aspergillus sp. mampu melarutkan 18% Ca3(PO4)2. SIMPULAN Terdapat 4 (empat) jenis jamur pelarut fosfat yang ditemukan pada tanah Andisol terdampak erupsi gunung Sinabung yaitu Aspergillus sp., Trichoderma sp., Penicillium sp.1, dan Penicillium sp.2. Jamur pelarut fosfat yang mampu hidup hingga ketebalan abu >8cm adalah Aspergillus sp. dan jamur pelarut fosfat yang memiliki tingkat kelarutan P tertinggi pada uji media padat (sumber P: Ca3(PO4)2) adalah Penicillium sp. 2. DAFTAR PUSTAKA Balitbangtan.2014. Hasil Kajian dan Identifikasi Dampak Erupsi Gunung Sinabung pada Sektor Pertanian. Badan Penelitian dan pengembangan pertanian.kementrian pertanian. BPTP Sumatera Utara. 2013. Rekomendasi Kebijakan Mitigasi Erupsi Sinabung Terhadap Sektor Pertanian. Medan. Gilman, J.C. 1971. A Manual of soil Fungi. The Lowa State University Press. USA. Ginting, R.C., Badia, R. Saraswati dan E.F. Husen. 2006. Mikroorganisme Pelarut Fosfat. Pupuk Organik dan Pupuk Hayati. Balai Besar Litbang Sumber Daya Lahan Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Bogor. 144-146. Lubis, A. H. 2011. Dampak Debu Vulkanik Letusan Gunung Sinabung Terhadap Ketersediaan Dan Serapan Hara P Oleh Tanaman Jagung Serta Terhadap Respirasi Mikroorganisme Pada Tanah Dystrandepts. Skripsi. Universitas Sumatera Utara. Mukhlis. 2011. Tanah Andisol: Genesis, Klasifikasi, Karakteristik, Penyebaran dan Analisis. USU Press, Medan. Premono, E.M. 1994. Jasad renik pelarut fosfat, pengaruhnya terhadap P tanah dan efisiensi pemupukan P tanaman tebu. Disertasi. Program Pascasarjana IPB, Bogor. 1168