REPRESENTASI RULE DENGAN TEKNIK INFERENSI FORWARD CHAINING UNTUK SISTEM PAKAR PEMELIHARAAN BIBIT IKAN LELE

dokumen-dokumen yang mirip
Sistem Pakar untuk Mendiagnosa Penyakit yang Disebabkan Nyamuk dengan Metode Forward Chainning

PEMANFAATAN TEKNOLOGI KNOWLEDGE-BASED EXPERT SYSTEM UNTUK MENGIDENTIFIKASI JENIS ANGGREK DENGAN MENGGUNAKAN BAHASA PEMROGRAMAN JAVA

APLIKASI SISTEM PAKAR UNTUK PERTOLONGAN PERTAMA MENDIAGNOSA DEMAM Shela Shelina Universitas Gunadarma Jl. Margonda Raya No. 100 Pondok Cina, Depok 164

Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2004 Yogyakarta, 19 Juni 2004

MODEL HEURISTIK. Capaian Pembelajaran. N. Tri Suswanto Saptadi

RANCANG BANGUN PERANGKAT LUNAK PENGEMBANG SISTEM PAKAR BERBASIS ATURAN DENGAN METODE FORWARD CHAINING

BAB 2 TINJAUAN TEORI. Artificial Intelligence. Jika diartikan Artificial memiliki makna buatan,

Visualisasi Konsep Umum Sistem Pakar Berbasis Multimedia

IMPLEMENTASI INFERENCE ENGINE DENGAN RANGKAIAN MUNDUR PADA SISTEM PAKAR UNTUK SIMULASI SELEKSI TERNAK

EXPERT SYSTEM DENGAN BEBERAPA KNOWLEDGE UNTUK DIAGNOSA DINI PENYAKIT-PENYAKIT HEWAN TERNAK DAN UNGGAS

PENGEMBANGAN SISTEM PAKAR DALAM MEMBANGUN SUATU APLIKASI

Sistem Berbasis Pengetahuan. Program Studi Sistem Komputer Fakultas Ilmu Komputer Universitas Putra Indonesia YPTK Padang

APLKASI SISTEM PAKAR BERBASIS WEB UNTUK MENDIAGNOSA AWAL PENYAKIT JANTUNG

SISTEM PAKAR UNTUK MENDIAGNOSIS PENYAKIT PADA KAMBING DENGAN METODE FORWARD CHAINING

APLIKASI SISTEM PAKAR UNTUK MENDIAGNOS PENYAKIT PADA TANAMAN KEDELAI BERBASIS WEB

PENGEMBANGAN SISTEM PAKAR BERBASIS ATURAN UNTUK MENENTUKAN MATA KULIAH YANG AKAN DIAMBIL ULANG (REMEDIAL) DENGAN METODE FORWARD CHAINING

Pengetahuan 2.Basis data 3.Mesin Inferensi 4.Antarmuka pemakai (user. (code base skill implemetation), menggunakan teknik-teknik tertentu dengan

Backward Chaining & Forward Chaining UTHIE

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Expert System. MATA KULIAH : Model & Simulasi Ekosistem Pesisir & Laut. Syawaludin A. Harahap 1

Sistem Pakar Untuk Mendiagnosis Kerusakan Mobil Isuzu Panther Menggunakan Metode Backward Chaining Berbasis Android

Implementasi Metode Forward Chaining untuk Mendiagnosa PenyebabPenyakit Tanaman Singkong

Troubleshooting PC dengan Sistem Pakar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Sistem Pakar Untuk Mendeteksi Kerusakan Pada Sepeda Motor 4-tak Dengan Menggunakan Metode Backward Chaining

APLIKASI SISTEM PAKAR UNTUK MENGIDENTIFIKASI PENYAKIT DALAM PADA MANUSIA MENGGUNAKAN METODE FORWARD CHAINING

ABSTRAK. Kata Kunci: Aplikasi, Sistem Pakar, dan Sepeda Motor. vi Universitas Kristen Maranatha

Jurnal Komputasi. Vol. 1, No. 1, April Pendahuluan. Hal 1 dari 90

Gambar 3.1 Arsitektur Sistem Pakar (James Martin & Steve Osman, 1988, halaman 30)

Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) 2013 ISSN X

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

SISTEM PAKAR ONLINE MENGGUNAKAN RULE BASE METHOD UNTUK DIAGNOSIS PENYAKIT AYAM SKRIPSI KIKI HENDRA SITEPU

SISTEM PAKAR PENGOBATAN HERBAL

PENERAPAN FUZZY MOORA PADA SISTEM PAKAR DIAGNOSA PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE

2/22/2017 IDE DASAR PENGANTAR SISTEM PAKAR MODEL SISTEM PAKAR APLIKASI KECERDASAN BUATAN

Diagnosis Desease of Down Syndrome In Children with Forward Chaining Methods

---Sistem Pakar--- By Anjik Sukmaaji

APLIKASI SHELL SISTEM PAKAR

SISTEM PAKAR DIAGNOSA PENYAKIT PADA IKAN BUDIDAYA AIR TAWAR DENGAN METODE FORWARD CHAINING BERBASIS ANDROID

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. Menggunakan Metode Forward Chaining diperoleh berdasarkan referensi yang

Expert System. Siapakah pakar/ahli. Pakar VS Sistem Pakar. Definisi

Definisi Keuntungan dan kelemahan Konsep Dasar Bentuk dan Struktur Sistem Basis Pengetahuan Metode Inferensi Ciri-ciri Aplikasi dan Pengembangannya

MENGENAL SISTEM PAKAR

DIAGNOSA PENYAKIT JANTUNG DENGAN METODE PENELUSURAN FORWARD CHAINNING-DEPTH FIRST SEARCH

Perancangan Sistem Pakar Diagnosa Penyakit Ginjal pada Manusia Berbasis Web

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PERANCANGAN SYSTEM PAKAR GENERIC MENGGUNAKAN BINARY TREE

SISTEM CERDAS DIAGNOSA PENYAKIT AYAM

BAB II LANDASAN TEORI. Landasan teori atau kajian pustaka yang digunakan dalam membangun

Sistem Pakar Dasar. Ari Fadli

AKUISISI PENGETAHUAN MENGGUNAKAN MULTIPLE CLASSIFICATION RIPPLE DOWN RULES (MCRDR)

SISTEM PAKAR UNTUK MENENTUKAN TIPE AUTISME PADA ANAK USIA 7-10 TAHUN MENGGUNAKAN METODE FORWARD CHAINING. Agam Krisna Setiaji

Sistem Pakar untuk Mendiagnosa Penyakit Kucing Menggunakan Metode Backward Chaining

BAB 1 PENGENALAN SISTEM PAKAR

DIAGNOSA PENYAKIT MANUSIA YANG DIAKIBATKAN OLEH GIGITAN HEWAN MENGGUNAKAN METODE CERTAINTY FACTOR

RANCANGAN SISTEM PAKAR DENGAN METODE FORWARD CHAINING DAN HETEROASSOCOATIVE MEMORY UNTUK MENDETEKSI TINGKAT DEPRESI SESEORANG

SISTEM PAKAR BERBASIS ATURAN DALAM BIMBINGAN PENASEHAT AKADEMIK MENGGUNAKAN METODE FORWARD CHAINING

BAB III TEORI DASAR SISTEM PAKAR DAN SISTEM KONTROL BERBASIS SISTEM PAKAR 20 BAB III TEORI DASAR SISTEM PAKAR DAN SISTEM KONTROL BERBASIS SISTEM PAKAR

APLIKASI SISTEM PAKAR UNTUK MENDIAGNOSIS GANGGUAN PADA GENERATOR SET BERBEBAN

By: Sulindawaty, M.Kom

RANCANG BANGUN APLIKASI KNOWLEDGE BASED SYSTEM BERBASIS FENG SHUI UNTUK MENENTUKAN HARGA JUAL RUMAH PADA PROPERTY AGENT

SISTEM PAKAR TROUBLESHOOTING BASE TRANSCEIVER STATION UNTUK EFISIENSI KINERJA TEKNISI (STUDI KASUS : PT.KMS TELECOM PEKANBARU)

Sistem Pakar. Pertemuan 2. Sirait, MT

SISTEM PAKAR. Farah Zakiyah Rahmanti, M.T Mei Universitas Dian Nuswantoro

PERANCANGAN SISTEM PAKAR UNTUK MENENTUKAN JURUSAN DI PERGURUAN TINGGI BERDASARKAN MULTIPLE INTELLIGENCE MENGGUNAKAN METODE FORWARD CHAINING

Bab 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang masalah

FORWARD & BACKWARD CHAINING SISTEM PAKAR

SISTEM PAKAR UNTUK MENDIAGNOSA PENYAKIT SYARAF. Naskah Publikasi

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan komputer sekarang ini sangat pesat dan salah. satu pemanfaatan komputer adalah dalam bidang kecerdasan buatan.

BAB IV HASIL DAN UJI COBA

SISTEM PAKAR PENDETEKSI PENYAKIT PADA BURUNG MURAI MENGGUNAKAN METODE FORWARD CHAINING

BAB I PENDAHULUAN. Gizi merupakan salah satu faktor penentu utama kualitas sumber. daya manusia (SDM). Gangguan gizi pada awal kehidupan

PENERAPAN FUZZY MOORA PADA SISTEM PAKAR DIAGNOSA PENYAKIT DEMAM BERDARAH DENGUE

SISTEM PAKAR UNTUK MENGIDENTIFIKASI KERUSAKAN PADA MOTOR YAMAHA V-IXION SKRIPSI DAVID ARDI WINATA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

SISTEM PAKAR IDENTIFIKASI HAMA DAN PENYAKIT TANAMAN JAGUNG BERBASIS WEB (STUDI KASUS : DINAS TANAMAN PANGAN DAN HORTIKULTURA KAB INHIL)

BAB III ANALISIS DAN PERANCANGAN SISTEM. Untuk menghasilkan aplikasi sistem pakar yang baik diperlukan

PERANCANGAN APLIKASI SISTEM PAKAR UNTUK DIAGNOSIS PENYAKIT INFEKSI SALURAN KEMIH DENGAN METODE BACKWARD CHAINING MARIATI BR TARIGAN

SISTEM PAKAR DENGAN BEBERAPA KNOWLEDGE BASE MENGGUNAKAN PROBABILITAS BAYES DAN MESIN INFERENSI FORWARD CHAINING

PERANCANGA SISTEM PAKAR PENDETEKSI GANGGUAN KEHAMILAN ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. produksi secara keseluruhan sangat ditentukan oleh pemilihan jenis perlengkapan

APLIKASI SISTEM PAKAR DIAGNOSA PENYAKIT GINJAL DENGAN METODE DEMPSTER-SHAFER

SISTEM PAKAR DETEKSI KERUSAKAN KULKAS

SISTEM PRODUKSI (PRODUCTION SYSTEM) -Muhlis Tahir-

TAKARIR. data atau informasi dan transformasi data yang bergerak dari pemasukan data hingga ke keluaran. Database

SISTEM PAKAR MENDIAGNOSA PENYAKIT UMUM YANG SERING DIDERITA BALITA BERBASIS WEB DI DINAS KESEHATAN KOTA BANDUNG

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

SISTEM PAKAR UNTUK MENDIAGNOSA PENYAKIT SALURAN PENCERNAAN MENGGUNAKAN METODE DEMPSTER SHAFER

BAB I PENDAHULUAN. tubuh. Dalam suatu serangan jantung (myocardial infarction), bagian dari otot

Kecerdasan Buatan dan Sistem Pakar

APLIKASI DIAGNOSA KERUSAKAN MESIN SEPEDA MOTOR BEBEK 4 TAK DENGAN METODE FORWARD CHAINING

APLIKASI SISTEM PAKAR UNTUK MENDIAGNOSA PENYAKIT KULIT SAPI BERBASIS WEB DENGAN MENGGUNAKAN METODE FORWARD CHAINING

Sistem Pakar untuk Pemilihan Obat Non Resep Dokter. Naskah Publikasi

SISTEM PAKAR DIAGNOSA INFEKSI PENYAKIT TROPIS DENGAN MENGGUNAKAN METODE FORWARD CHAINING SKRIPSI ELLYS R. SITUMEANG

SISTEM PAKAR DIAGNOSA PENYAKIT KULIT MENGGUNAKAN METODE FORWARD DAN BACKWARD CHAINING BERBASIS WEB

BAB 1 PENDAHULUAN UKDW

PENGEMBANGAN SISTEM PENENTUAN UNIT KERJA KARYAWAN PADA PT. ANEKA MODE INDONESIA BERDASARKAN PSIKOTEST MENGGUNAKAN METODE FORWARD CHAINING

SISTEM PAKAR DIAGNOSIS KERUSAKAN NOTEBOOK MENGUNAKAN METODE INFERENSI FORWARD CHAINING DAN TEOREMA BAYES (STUDI KASUS JOGJA COMPUTER) SKRIPSI

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Transkripsi:

Prosiding Semirata 2015 bidang Teknologi Informasi dan Multi Disiplin Universitas Tanjungpura Pontianak Hal 124-133 REPRESENTASI RULE DENGAN TEKNIK INFERENSI FORWARD CHAINING UNTUK SISTEM PAKAR PEMELIHARAAN BIBIT IKAN LELE REPRECENTATION OF RULE BY FORWARD CHAINING INFERENCE TECHNIQUE FOR EXPERT SYSTEM OF SEED CATFISH MAINTENANCE 1) Joko Risanto 1) Lecture of Program Study of Management Informatics Mathematics Department University Of Riau jokorisanto@yahoo.com Kampus Bina Widya Jl. HR Subrantas Kecamatan Tampan Pekanbaru Riau ABSTRACT An expert system is a branch of artificial intelligence. Expert systems are becoming popular because of its ability very much, including with the help of this system can make people work like an expert. Expert systems need a representation that the removal of one's expertise into the computer, called the representation of knowledge. In the rule-based expert system, the domain knowledge is represented in the form of a set of if then rule, while the data represented in a collection of facts about current events. Inference engine compares each rule stored in the knowledge base with the facts contained in the database. If (condition) part of rule matched with the fact that the rule will be executed and part then (action) will be put in the database as new facts are added. One technique that can be used representation rule is forward chaining. Through the method will produce a forward chaining rule to address some of the problems nursery catfish that can be implemented in an expert system. Keywords: expert systems, inference, forward chaining. ABSTRAK Sistem pakar adalah salah satu cabang dari kecerdasan buatan. Sistem pakar menjadi populer karena kemampuan yang dimilikinya sangat banyak, diantaranya dengan bantuan sistem ini dapat membuat orang awam bekerja seperti layaknya seorang pakar. Sistem pakar membutuhkan representasi yaitu pemindahan kepakaran seseorang kedalam komputer, disebut representasi pengetahuan. Pada sistem pakar berbasis rule, domain pengetahuan direpresentasikan dalam sebuah kumpulan rule berbentuk if then, sedangkan data direpresentasikan dalam sebuah kumpulan fakta-fakta tentang kejadian saat ini. Mesin inferensi membandingkan masing-masing rule yang tersimpan dalam basis pengetahuan dengan fakta-fakta yang terdapat dalam database. Jika bagian if dari rule cocok dengan fakta maka rule akan dieksekusi dan bagian then (aksi) akan diletakkan dalam database sebagai fakta baru yang ditambahkan. Salah satu teknik representasi rule yang dapat digunakan adalah forward chaining. Melalui metoda forward chaining akan dihasilkan sejumlah rule untuk mengatasi beberapa permasalahan misalnya pemeliharaan bibit ikan lele yang dapat diimplementasikan pada sebuah sistem pakar. Kata kunci: sistem pakar, inferensi, forward chaining. Makalah dipresentasikan dalam Seminar Nasional Dan Rapat Tahunan Bidang MIPA 2015 dengan Tema Peran Ilmu MIPA Dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam Untuk Meningkatkan Daya Saing Bangsa pada tanggal 7 Mei 2015 di Fakultas MIPA Universitas Tanjungpura Pontianak.

1. PENDAHULUAN Untuk memahami sistem pakar terlebih dahulu perlu memahami tujuannya. Sistem pakar merupakan cabang dari kecerdasan buatan (artificial intelligence) atau AI. Tujuan sistem pakar adalah memberikan media agar seorang awam dapat bekerja layaknya seorang pakar. Oleh karena itu sistem sebagai media harus diberikan pengetahuan layaknya seorang pakar. Saat sistem memecahkan sebuah permasalahan, pengetahuan seorang pakar itulah yang diberikan kepada komputer (sistem) sehingga pengguna mendapatkan solusi yang tepat dan dapat mengambil keputusan yang tepat pula. Salah satu masalah yang penting dipecahkan adalah masalah peternakan ikan lele. Media yang dapat memberikan panduan bagaimana mengatasi berbagai masalah peternakan lele misalnya adalah sistem pakar untuk mendiagnosa dan menanggulangi penyakit pembibitan ikan lele dumbo (clarias gariepinus). Meskipun sudah cukup baik namun efektifitas sistem pakar tersebut bergantung pada bagaimana pengetahuan yang dimiliki oleh seorang pakar direpresentasikan. Apakah representasi pengetahuan yang disusun dalam kelompok rule telah dilakukan dengan cermat atau belum. Oleh karena itu penulis tertarik untuk menyusun dan menelusuri susunan pengetahuan (rule) khususnya yang berkaitan pada masalah pembibitannya agar berikutnya dapat diimplementasikan pada sebuah sistem pakar pembibitan ikan lele dan penulis tuangkan dalam sebuah penelitian dengan judul representasi rule dengan teknik inferensi forward chaining untuk sistem pakar pemeliharaan bibit ikan lele. 2. METODOLOGI Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Untuk data primer metodologi pengumpulan datanya menggunakan penelitian lapangan yaitu melakukan wawancara dengan peternak lele yang dianggap berhasil dan dianggap pakar untuk berbagi ilmu pengetahuan mengenai masalah-masalah pembibitan ikan lele dan sekaligus pemecahannya. Juga dari hasil penelitian sebelumnya berjudul Sistem pakar untuk mendiagnosa dan menanggulangi penyakit pada ikan lele dumbo. Sedangkan data sekunder adalah data-data pendukung yang penulis dapatkan dari buku-buku tentang peternakan ikan lele, dikumpulkan dan dijadikan data input untuk sistem nantinya. 3. BAHAN DAN METODE Bahan penelitian ini adalah hasil wawancara yang dilakukan dengan peternak lele yang sudah berhasil. Hasil wawancara ditambah pengetahuan dari buku buku pembibitan ikan lele penulis pindahkan menjadi sekumpulan rule. 125

Pada sistem pakar, domain pengetahuan direpresentasikan dalam sebuah kumpulan rule berbentuk if-then. Sedangkan data direpresentasikan dalam sebuah kumpulan fakta-fakta yang terjadi saat itu. Mesin Inferensi akan membandingkan masing-masing rule yang tersimpan pada basis pengetahuan dengan fakta-fakta yang tersimpan dalam database. Jika bagian if dari rule cocok dengan fakta, maka rule akan dieksekusi. Bagian if disebut dengan eviden. Eksekusi pada bahagian then akan ditambahkan kedalam database sebagai fakta baru. Demikian seterusnya. Perhatikan gambar 1 berikut. Fakta-fakta Data Kejadian atau peristiwa saat ini Basis Pengetahuan Fakta Eksekusi Cocok? Gambar 1 : Membandingkan peristiwa dengan fakta-fakta Untuk membuktikan fakta-fakta yang terjadi apakah bernilai benar atau salah, dilakukan penelusuran terhadap rule-rule dengan metode forward chainig. Metode ini adalah memeriksa rule-rule yang terdapat pada sistem pakar dengan cara menentukan terlebih dahulu sasaran (goal) yang akan diketahui dan kemudian menelusuri rule-rule yang tersedia untuk mendapatkan fakta-fakta yang benar dan fakta-fakta baru sehingga pada akhirnya akan dapat diketahui apakah goal bernilai salah atau benar. 4. HASIL DAN PEMBAHASAN Domain pengetahuan yang telah didapat diberikan kode tersendiri dan disusun menggunakan pola jika (if) dan maka (then) seperti pada tabel 1 sebagai berikut : Tabel 1 : Domain Pengetahuan KODE Pengetahuan R1 Jika ikan terlalu padat maka ikan lemas Jika Ikan Tidak Mau Makan maka R3 Jika suhu air terlalu dingin atau terlalu panas, ikan mati R4 Jika sirkulasi air tidak ada maka ikan akan lemas R5 Jika pakan tidak mengapung maka ikan sulit makan 126

KODE R6 R7 R8 R9 R10 R13 R16 Pengetahuan Jika ikan sulit makan maka ikan kurus Jika air tidak tenang maka ikan akan stress Jika ikan stress maka ikan tidak mau makan Jika ikan tidak mau makan maka ikan lemas Jika ikan tidak di sortir dan ikan tidak mau makan maka ikan mati Jika ikan lemas dan tak mau makan maka ikan akan mati Jika maka ikan harus disortir Jika Pakan Tidak Cukup Atau Ikan Sulit Makan Atau Ikan Stress Jika Air Terlalu Sedikit Dan Ikan Lemas Then Tambah Air Jika umur larva > 7 hari dan <= 11 hari then pakan = telur Jika suhu air tdak diadaptasi maka ikan stress Jika Air tercemar maka ikan akan mati atau ikan akan lemas Jika Pakan tidak mengapung dan Sirkulasi air tidak ada maka air akan tercemar Agar bersifat unik maka semua aturan-aturan (rule) yang didapatkan dari representasi pengetahuan pakar diberikan kode R1 hingga yang bertujuan untuk memudahkan pembacaan nantinya oleh sistem komputer. Diketahui pula bahwa beberapa fakta telah tersimpan didalam database dan bernilai benar. Fakta-fakta yang telah tersimpan didalam database diberikan kode A hingga I dan dapat dilihat sebagai berikut : Tabel 2 : Fakta yang telah tersimpan KODE A Ikan terlalu padat B Suhu air terlalu dingin C Suhu air terlalu panas D Sirkulasi air tidak ada E Pakan tidak mengapung F Pakan tidak cukup G Air terlalu sedikit H Air tidak tenang I Ikan tidak di sortir Berdasarkan fakta-fakta tersebut maka rule direpresentasikan (dimodelkan) menjadi sekumpulan rule berbentuk if then. Apabila fakta bahagian eviden dikenali maka akan dieksekusi oleh sistem dan hasil eksekusi dianggap sebagai fakta atau peristiwa baru. Misalkan untuk menelusuri rule pertama (R1) yang berisikan Jika ikan terlalu padat maka ikan akan lemas. Fakta ikan terlalu padat didalam database diberikan kode A sehingga 127

dalam proses penelusuran akan dituliskan if A then ikan akan lemas. Terlihat bahwa fakta ikan akan lemas tidak terdapat dalam database dalam table 2 diatas sehingga oleh sistem akan ditambahkan sebagai fakta atau peristiwa baru dan diberikan kode J. Demikian seterusnya peristiwa baru tersebut akan ditelusuri melalui teknik forward chaining. Setiap rule hanya dapat di eksekusi satu kali saja dan dimulai dari urutan teratas yaitu R1, dan seterusnya. Bila tidak ada lagi rule yang dapat dieksekusi maka penelusuran akan dihentikan. Berikut contoh pernyataan yang akan ditelusuri : Goal : apakah jika air tidak di adaptasi maka ikan akan stress dan apakah jika umur larva > 7 hari dan umur larva <= 11 hari maka pakannya adalah telur adalah bernilai benar? Berdasarkan database pada tabel 2 diatas maka berikut adalah representasi rule yang tersedia : Iterasi 1 : J R3 If B Or C Then Ikan Mati R5 If E Then Ikan Sulit Makan R6 If L Then Ikan akan kurus R7 If H Then Ikan Stress J Jika ikan lemas dan tak mau makan maka ikan akan mati Jika maka ikan harus disortir Jika Pakan Tidak Cukup Atau Ikan Sulit Makan Atau R13 Ikan Stress Jika Air Terlalu Sedikit Dan Ikan Lemas Then Tambah Air Jika umur larva > 7 hari dan <= 11 hari then pakan = telur R16 Jika suhu air tdak diadaptasi maka ikan stress Jika Air tercemar maka ikan akan mati atau ikan akan lemas Jika Pakan tidak mengapung dan Sirkulasi air tidak ada maka air akan tercemar J K R13 Jika ikan lemas dan tak mau makan maka ikan akan mati Jika maka ikan harus disortir Jika Pakan Tidak Cukup Atau Ikan Sulit Makan Atau Ikan Stress 128

R5 If E Then Ikan Sulit Makan R6 If L Then Ikan akan kurus R7 If H Then Ikan Stress Jika Air Terlalu Sedikit Dan Ikan Lemas Then Tambah Air Jika umur larva > 7 hari dan <= 11 hari then pakan = telur R16 Jika suhu air tdak diadaptasi maka ikan stress Jika Air tercemar maka ikan akan mati atau ikan akan lemas Jika Pakan tidak mengapung dan Sirkulasi air tidak ada maka air akan tercemar J K J K R5 If E Then Ikan Sulit Makan R6 If L Then Ikan akan kurus R7 If H Then Ikan Stress Jika ikan lemas dan tak mau makan maka ikan akan mati Jika maka ikan harus disortir Jika Pakan Tidak Cukup Atau Ikan Sulit Makan Atau R13 Ikan Stress Jika Air Terlalu Sedikit Dan Ikan Lemas Then Tambah Air Jika umur larva > 7 hari dan <= 11 hari then pakan = telur R16 Jika suhu air tdak diadaptasi maka ikan stress Jika Air tercemar maka ikan akan mati atau ikan akan lemas Jika Pakan tidak mengapung dan Sirkulasi air tidak ada maka air akan tercemar J K R6 If L Then Ikan akan kurus R7 If H Then Ikan Stress J K L Jika ikan lemas dan tak mau makan maka ikan akan mati Jika maka ikan harus disortir Jika Pakan Tidak Cukup Atau Ikan Sulit Makan Atau R13 Ikan Stress Jika Air Terlalu Sedikit Dan Ikan Lemas Then Tambah Air Jika umur larva > 7 hari dan <= 11 hari then pakan = telur R16 Jika suhu air tdak diadaptasi maka ikan stress Jika Air tercemar maka ikan akan mati atau ikan 129

akan lemas Jika Pakan tidak mengapung dan Sirkulasi air tidak ada maka air akan tercemar J K L J K L M R6 If L Then Ikan akan kurus (M) R7 If H Then Ikan Stress R13 R16 Jika ikan lemas dan tak mau makan maka ikan akan mati Jika maka ikan harus disortir Jika Pakan Tidak Cukup Atau Ikan Sulit Makan Atau Ikan Stress Jika Air Terlalu Sedikit Dan Ikan Lemas Then Tambah Air Jika umur larva > 7 hari dan <= 11 hari then pakan = telur Jika suhu air tdak diadaptasi maka ikan stress Jika Air tercemar maka ikan akan mati atau ikan akan lemas Jika Pakan tidak mengapung dan Sirkulasi air tidak ada maka air akan tercemar J K L M J K L M N R6 If L Then Ikan akan kurus (M) Jika ikan lemas dan tak mau makan maka ikan akan mati Jika maka ikan harus disortir Jika Pakan Tidak Cukup Atau Ikan Sulit R13 Makan Atau Ikan Stress Jika Air Terlalu Sedikit Dan Ikan Lemas Then Tambah Air Jika umur larva > 7 hari dan <= 11 hari then pakan = telur R16 Jika suhu air tdak diadaptasi maka ikan 130

R7 If H Then Ikan Stress (N) Iterasi 2 J K L M N If Ikan Tidak Mau Makan (O) Then (P) R6 If L Then Ikan akan kurus (M) R7 If H Then Ikan Stress (N) (O) J K L M N O R13 R16 stress Jika Air tercemar maka ikan akan mati atau ikan akan lemas Jika Pakan tidak mengapung dan Sirkulasi air tidak ada maka air akan tercemar J K L M N O Jika ikan lemas dan tak mau makan maka ikan akan mati Jika maka ikan harus disortir Jika Pakan Tidak Cukup Atau Ikan Sulit Makan Atau Ikan Stress Jika Air Terlalu Sedikit Dan Ikan Lemas Then Tambah Air Jika umur larva > 7 hari dan <= 11 hari then pakan = telur Jika suhu air tdak diadaptasi maka ikan stress Jika Air tercemar maka ikan akan mati atau ikan akan lemas Jika Pakan tidak mengapung dan Sirkulasi air tidak ada maka air akan tercemar J K L M N O P If Ikan Tidak Mau Makan (O) Then (P) Jika ikan lemas dan tak mau makan maka ikan akan mati Jika maka ikan harus disortir Jika Pakan Tidak Cukup Atau Ikan Sulit R13 Makan Atau Ikan Stress Jika Air Terlalu Sedikit Dan Ikan Lemas 131

R6 If L Then Ikan akan kurus (M) R7 If H Then Ikan Stress (N) (O) J K L M N O P Q R S R16 Then Tambah Air Jika umur larva > 7 hari dan <= 11 hari then pakan = telur Jika suhu air tdak diadaptasi maka ikan stress Jika Air tercemar maka ikan akan mati atau ikan akan lemas Jika Pakan tidak mengapung dan Sirkulasi air tidak ada maka air akan tercemar J K L M N O P Q R S f Ikan Tidak Mau Makan (O) Then (P) R6 If L Then Ikan akan kurus (M) R7 If H Then Ikan Stress (N) (O) R13 R16 Jika ikan lemas dan tak mau makan maka ikan akan mati Jika (P) Then ikan harus disortir (Q) Jika Pakan Tidak Cukup Atau Ikan Sulit Makan Atau Ikan Stress Jika Air Terlalu Sedikit Dan Ikan Lemas Then Tambah Air Jika umur larva > 7 hari dan <= 11 hari then pakan = telur Jika suhu air tdak diadaptasi maka ikan stress Jika Air tercemar maka ikan akan mati atau ikan akan lemas Jika Pakan tidak mengapung dan Sirkulasi air tidak ada maka air akan tercemar Sampai disini proses dihentikan karena tidak ada lagi rule yang dapat dieksekusi. Dari hasil representasi rule seperti diatas maka dapat dilihat bahwa R13 s/d tidak dapat diselesaikan. Maka dengan demikian didapatkan jawaban bahwa pertanyaan : apakah jika air tidak di adaptasi maka ikan akan stress adalah bernilai salah. apakah Jika umur larva > 7 hari dan umjur larva <= 11 hari maka pakannya adalah telur juga bernilai salah. Fakta baru yang tersimpan dalam database kemudian menjadi seperti tabel 3 berikut : Tabel 3 : Penambahan fakta baru KODE KODE () 132

A Ikan terlalu padat J Ikan Lemas B Suhu air terlalu dingin K Ikan Mati C Suhu air terlalu panas L Ikan Sulit Makan D Sirkulasi air tidak ada M Ikan kurus E Pakan tidak mengapung N Ikan Stress F Pakan tidak cukup O Ikan Tidak Mau Makan G Air terlalu sedikit P Pertumbuhan Ikan Lambat H Air tidak tenang Q Ikan Harus Di Sortir I Ikan tidak di sortir R Tambah Air S Air Akan Tercemar 5. KESIMPULAN DAN PROSPEK 5.1. Kesimpulan a. Sistem pakar ikan lele memiliki fakta awal 9 unit dengan delapan belas rule. Setelah direpresentasikan dan ditelusuri sebanyak 3 iterasi, terdapat tambahan 10 fakta baru sehingga fakta yang tersimpan menjadi sembilan belas unit. b. Dari representasi rule-rule yang ada pada sistem pakar diatas terdapat 3 fakta yang tidak benar yaitu fakta pada rule tiga belas yaitu jika pakan tidak cukup atau ikan sulit makan atau ikan stress maka, rule empat belas dan rule lima belas. Setiap rule tersebut diatas secara logik sudah diuji dalam 3 iterasi. 5.2. Prospek Untuk melengkapi sistem agar lebih baik, rule-rule dapat diperbanyak dan lebih lengkap. Dengan rule yang semakin lengkap dan cermat maka tentunya akan dapat dihasilkan sistem pakar yang lebih berkualitas. 6. UCAPAN TERIMAKASIH Ucapan terimakasih kepada : 1. Ketua Jurusan Matematika, Dekan FMIPA dan Rektor Universitas Riau 2. Dekan FMIPA dan Rektor Universitas Tanjungpura Pontianak, Kalimantan Barat 3. Ketua dan seluruh anggota Panitia Semirata 2015 BKS PTN Wilayah Barat UNTAN. 7. DAFTAR PUSTAKA [1]. Faisal Nur Fauzi, Sukses Panen Lele, Klaten, PT. Hafamira. 2014 [2]. Nurlistianto Arif Prabowo,Sistem Pakar Untuk Mendiagnosa dan Menanggulangi Penyakit Ikan Lele Dumbo, Purwokerto, Fakultas Teknik Universitas Muhammadyah, 2013. [3]. Rosa AS, M. Salahuddin, Rekayasa Perangkat Lunak, Bandung, Modula, 2011 [4]. Sutojo T, Kecerdasan Buatan, Yogyakarta, Andi. 2011. 133