BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

dokumen-dokumen yang mirip
2016 IMPLEMENTASI NILAI-NILAI KEDISIPLINAN SISWA DALAM MEMATUHI NORMA TATA TERTIB SEKOLAH

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu sendi kehidupan. Melalui pendidikan,

BAB I PENDAHULUAN. Negara (Undang-Undang No. 20 Tahun 2003) informal dapat melalui keluarga dan lingkungan.

Tujuan pendidikan nasional seperti disebutkan dalam Undang-Undang. Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal (3)

I. PENDAHULUAN. nasional yaitu membangun kualitas manusia yang beriman dan bertaqwa

I. PENDAHULUAN. menghantarkan siswa atau peserta didik agar mampu menghadapi perubahan

BAB I PENDAHULUAN. siswa tentang penyalahgunaan HP dan Motor. Pada sub bab selanjutnya pun akan

Tujuan pendidikan adalah membentuk seorang yang berkualitas dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu wadah yang didalamnya terdapat suatu

BAB I PENDAHULUAN. dari kehidupan seseorang, baik dalam keluarga, masyarakat, maupun bangsa

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, dan

BAB I PENDAHULUAN. memajukan kesejahteraan umum dan mewujudkan ketertiban dunia, serta ingin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Sekolah merupakan suatu lembaga pendidikan formal yang mempunyai

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan menjadikan manusia dapat berbeda dengan makhluk lain yang. dengan sendirinya, pendidikan harus diusahakan oleh manusia.

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan sebagai tempat mencetak sumber daya manusia yang berkualitas.

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan manusia di dunia ini, sebagian adalah berisi pelaksanaan

saaaaaaaa1 BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan kewarganegaraan (PKn) adalah program pendidikan berdasarkan nilainilai

faktor eksternal. Berjalannya suatu pendidikan harus didukung oleh unsur-unsur pendidikan itu sendiri. Unsur-unsur pendidikan tersebut adalah siswa,

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TERHADAP PERAN GURU BIMBINGAN KONSELING DENGAN KEDISIPLINAN SISWA DALAM MENAATI TATA TERTIB SEKOLAH.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi.

BAB I PENDAHULUAN. dilandasi nilai-nilai agama, moral, dan budaya luhur bangsa.

BAB I PENDAHULUAN. ditentukan oleh dua faktor yaitu faktor yang berasal dari dalam diri siswa

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan bagi kehidupan manusia di era global seperti saat ini menjadi

BAB I PENDAHULUAN. aman belajar bagi dirinya sendiri, sekaligus bagi siswa lain yang berada di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

A. Latar Belakang Masalah Sekolah merupakan suatu tempat dimana bagi peserta didik untuk

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah adalah lembaga formal tempat dimana seorang siswa menimba ilmu dalam

INTENSITAS BIMBINGAN ORANG TUA DAN PEMAHAMAN TENTANG KEDISIPLINAN PENGARUHNYA TERHADAP KETAATAN SISWA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. (aspek keterampilan motorik). Hal ini sejalan dengan UU No.20 tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menjadi orang yang bermanfaat bagi bangsa dan negara. Setiap manusia harus

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pendidikan merupakan kegiatan yang dilakukan dengan. sengaja agar peserta didik memiliki pengetahuan, sikap dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, serta orang tua. Menurut Dimyati dan Mujiono (2006: 7),

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. untuk memajukan kesejahteraan bangsa. Pendidikan adalah proses pembinaan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pendidikan tidak dapat dipisahkan dengan proses pembelajaran. Di dalam proses

I. PENDAHULUAN. Pendidikan karakter merupakan suatu upaya penanaman nilai-nilai karakter

2016 PENGARUH PELAKSANAAN FULL DAY SCHOOL TERHADAP INTERAKSI SOSIAL DAN SOSIALISASI ANAK DI LINGKUNGAN MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menyengsarakan orang lain bahkan bangsa lain. Oleh karena itu perlu mengolah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

2015 STUDI TENTANG PERAN PONDOK PESANTREN DALAM MENINGKATKAN KEDISIPLINAN SANTRI AGAR MENJADI WARGA NEGARA YANG BAIK

I PENDAHULUAN. dan pembangunan pada umumnya yaitu ingin menciptakan manusia seutuhnya. Konsep

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Gia Nikawanti, 2015 Pendidikan karakter disiplin pada anak usia dini

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan dan metode pengajaran yang tepat. diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dalam Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) tentang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam pelaksanaan proses belajar mengajar sangat dibutuhkan perhatian

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Masalah

PENGARUH KEDISIPLINAN BELAJAR DAN BERFIKIR KRITIS SISWA TERHADAP PRESTASI BELAJAR IPS SISWA KELAS VII DI SMP NEGERI 2 COLOMADU TAHUN AJARAN 2009/ 2010

BAB I PENDAHULUAN. Erni Purnamasari, 2015 PENGARUH RELIGIUSITAS TERHADAP ETIKA PADA SISWA KELAS XI MIA 4 DAN XI IIS 2 SMA NEGERI 14 KOTA BANDUNG

BAB V KESIMPULAN, SARAN, DAN IMPLIKASI PENELITIAN. Berdasarkan hasil Penelitian tentang pengaruh penerapan tata tertib

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan sosial budaya dimana individu tersebut hidup.

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu aspek yang menentukan dalam pembinaan manusia Indonesia

2015 ANALISIS HASIL BELAJAR MERENCANAKAN MENU KESEMPATAN KHUSUS SEBAGAI KESIAPAN MENGOLAH MAKANAN UNTUK PESTA PERNIKAHAN PADA SISWA DI SMKN 3 CIMAHI

I. PENDAHULUAN. cara bertingkah laku yang sesuai dengan kebutuhan dan tujuan pendidikan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan usaha membina kepribadian dan kemajuan manusia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

arti yang luas. Peranan guru bukan semata-mata memberikan informasi,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Istilah pendidikan sudah tidak asing lagi bagi manusia, Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia yang tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar Negara

I. PENDAHULUAN. Pendidikan menjadi hak dasar warga negara. Pendidikan merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. oleh tiap-tiap individu sebagai warga negara. Karena itu, apakah negara tersebut

BAB I PENDAHULUAN. tidak pernah dikenalkan pada aturan maka akan berperilaku tidak disiplin

I. PENDAHULUAN. sumber daya suatu Negara dapat ditingkatkan. Dewasa ini sudah menjadi. kebutuhan di setiap Negara untuk terus berusaha meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Fitri Indriyani, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas manusia, yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa

BAB I PENDAHULUAN. pengawasan orang tua terhadap kehidupan sosial anak, kondisi lingkungan anak

BAB I PENDAHULUAN. Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 berfungsi mengembangkan

BAB I PENDAHULUAN. Penjas menekankan adanya realisasi nilai-nilai yang diajarkan dalam kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. yang Maha Esa, mempunyai akhlak mulia, cerdas, sehat, berkemauan,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. seiring dengan dinamika perubahan sosial budaya masyarakat. mengembangkan dan menitikberatkan kepada kemampuan pengetahuan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dipisahkan dari kehidupan suatu bangsa. Pendidikan menjadi sarana dalam rangka

I. PENDAHULUAN. norma yang berlaku di masyarakat ataukah tidak. faktor penentu keberhasilan setiap upaya pendidikan. Sebagai pengajar dan

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah merupakan wadah bagi individu untuk mengembangkan aspek-aspek

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang dan Masalah. 1. Latar Belakang. Sekolah merupakan wadah bagi peserta didik dalam menempuh

BAB I PENDAHULUAN. yang berpendidikan akan mampu mengatasi masalah-masalah yang dihadapinya dan

BAB I PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

I. PENDAHULUAN. Manfaat dari pendidikan di sekolah, antara lain adalah menambah wawasan dan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai usaha mengoptimalkan potensi-potensi luar biasa anak yang bisa

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan bagi kehidupan manusia merupakan kebutuhan mutlak yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG. Kedisiplinan sangat penting diterapkan dalam lembaga pendidikan dan

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah mempunyai tugas penting dalam menyiapkan siswa-siswi untuk

BAB I PENDAHULUAN. datang, jika suatu bangsa memiliki sumber daya manusia yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. diharapkan muncul generasi-generasi yang berkualitas. Sebagaimana dituangkan

2015 PENGARUH PENYULUHAN PROGRAM KELUARGA BERENCANA (KB) TERHADAP SIKAP PENERIMAAN ALAT KONTRASEPSI PADA PASANGAN USIA SUBUR (PUS)

BAB I PENDAHULUAN. hlm Eva Latipah, Pengantar Psikologi Pendidikan, PT Pustaka Insani Madani, Yogyakarta,

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menuntut perhatian serius bagi orang tua yang tidak menginginkan anak-anaknya. tumbuh dan berkembang dengan pola asuh yang salah.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Dalam setiap kehidupan sosial terdapat individu-individu yang memiliki kecenderungan berperilaku menyimpang dalam arti perilakunya tersebut tidak sesuai dengan nilai-nilai yang berlaku di dalam masyarakatnya. Jika hal ini dibiarkan maka akan terjadi konflik-konflik yang menyebabkan kekacauan dalam kehidupan sosial tersebut. Untuk itu dalam setiap masyarakat tidak hanya diperlukan nilai-nilai tetapi diperlukan juga aturan-aturan baik tertulis maupun tidak tertulis yang mengatur prilaku setiap anggota masyarakat. Menurut Setiadi dan Kolip (2011, hlm: 37), Masyarakat adalah sekelompok manusia yang bertempat tinggal di daerah tertentu dalam waktu yang relatif lama, memiliki norma-norma yang mengatur kehidupannya menuju tujuan yang dicita-citakan. Dalam setiap masyarakat pasti terdapat norma-norma untuk mengatur perilaku anggota-anggotanya. Norma memiliki peran yang fundamental dalam setiap masyarakat. Karena tidak ada satu pun masyarakat tanpa memilki norma didalamnya. Menurut Berry, (2003. hlm 49) mengemukakan Norma-norma, aturan prosedural dan aturan prilaku dalam kehidupan sosial pada hakikatnya adalah bersifat kemasyarakatan. Yang dimaksud bersifat kemasyarakatan adalah bukan saja karena norma-norma tersebut berkaitan dengan kehidupan sosial tetapi juga karena norma-norma tersebut adalah pada dasarnya merupakan hasil dari kehidupan masyarakat. Norma tersebut meliputi segala perbuatan yang dilarang, diperbolehkan atau diperintahkan. Sesuatu yang dianggap patut, baik, layak dan pantas ini juga tidak sepenuhnya memiliki kesamaan antara masyarakat satu dengan yang lainnya. Dengan demikian setiap kelompok memiliki norma-norma dan kebiasaan yang berbeda dengan kelompok sosial lainnya, dimana norma-

2 norma dan kebiasaan tertentu ada yang hanya berlaku di dalam suatu kelompok masyarakat saja. Sehingga perilaku yang dianggap boleh dilakukan di suatu masyarakat tertentu belum tentu berlaku di masyarakat lainnya. Norma tersebut juga tercipta agar hubungan antar manusia di dalam suatu masyarakat terlaksana sebagaimana diharapkan oleh masyarakat bersangkutan yang mengatur kehidupan masyarakat itu sendiri. Norma-norma tersebut tidak hanya ada dalam masyarakat dengan unit satuan besar namun terdapat juga pada unit satuan lainnya seperti keluarga, kelompok-kelompok sosial, institusi dan lembaga sosial. Mereka juga memiliki norma-norma yang bertujuan untuk mencapai kehidupan masyarakat yang aman, tertib dan sentosa. Seperti yang dikemukakan oleh Soekanto dalam Wulansari (2009, hlm. 93) Lembaga sosial adalah merupakan himpunan dari norma-norma dari segala tingkatan yang berkisar pada suatu kebutuhan pokok di dalam kehidupan pokok masyarakat, wujud konkret dari lembaga sosial ini adalah asosiasi. Sebagai contoh universitas dan sekolah. Sekolah sebagai salah satu lembaga sosial juga memiliki norma tersendiri yang wajib dilaksanakan oleh semua anggota sekolah. Norma dalam sekolah dapat juga disebut sebagai tata tertib karena tata tertib di sekolah memiliki sifat yang sama dengan norma yaitu sebagai pedoman berprilaku yang sesuai dengan harapan. Tata tertib tersebut diterapkan agar tercipta kondisi belajar mengajar yang kondusif dan efektif. Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang didalamnya terdiri dari berbagai komponen yaitu siswa, guru, kepala sekolah, staff tata usaha, keamanan, benda-benda dan lain sebagainya. Secara umum dapat dikatakan bahwa siswa, guru dan kepala sekolah secara bersama-sama berada dalam satu lembaga, dan bersama-sama pula mengatur dan membina serta menyelenggarakan program-program yang diatur oleh undangundang dan peraturan-peraturan pemerintah. Dalam upaya melaksanakan program yang sudah ada, maka sekolah membuat peraturan dan tata tertib sekolah. Tata tertib dibuat dengan tujuan mengatur cara berprilaku cara anggota di sekolah,

3 sehingga tercipta keamanan, ketertiban dan ketenangan serta keselamatan. Tata tertib diperlukan pula pada sekolah agar pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dapat berjalan dengan tenang, lancar dan berhasil mencapai tujuan pendidikan nasional. Tujuan pendidikan nasional yang terdapat pada pasal 3 Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional adalah untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa berakhlaq mulia, sehat, berilmu, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Dewasa ini banyak sekali dengan mudah kita temui kenakalan-kenakalan remaja yang dilakukan oleh siswa sekolah. Pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan bemacam-macam jenisnnya, mulai dari bentuk kenakalan ringan sampai dengan berat, seperti mencontek, membolos, merokok, tawuran antar sekolah, pergaulan bebas dan penggunaan narkoba. Pelanggaran terhadap norma yang dilakukan oleh siswa sekolah akan memiliki dampak buruk minimal untuk dirinya sendiri. Oleh karena itu melalui pembinaan tata tertib sekolah diharapkan siswa dibiasakan melaksanakan kehidupan sesuai dengan aturan yang berlaku di masyarakatnya. Tata tertib sekolah adalah salah satu bentuk aturan yang harus ditaati dan dilaksanakan oleh siswa, sebagai satu perwujudan kehidupan yang sadar akan hukum dan aturan. Untuk mencapai hal tersebut, kedisiplinan terhadap tata tertib sangat menentukan dalam pembentukan prilaku siswa agar sesuai dengan yang diharapkan oleh sekolah. Norma sekolah atau tata tertib mempunyai hubungan erat dengan kedisiplinan, karena kedisiplinan merupakan faktor penting dalam penegakan tata tertib sekolah. Kepatuhan siswa terhadap tata tertib sekolah seharusnya bersumber dari dalam dirinya dan bukan karena paksaan atau tekanan dari pihak lain. Kepatuhan yang baik adalah yang didasari oleh adanya kesadaran tentang nilai dan pentingnya peraturan-peraturan atau larangan-larangan yang terdapat dalam tata tertib tersebut. Namun kondisi ideal yang diharapkan tidaklah

4 mudah terwujud karena masih banyaknya pelanggaran pelanggaran tata tertib yang dilakukan oleh siswa. Menurut Djahiri (1985, hlm.25) tingkat kesadaran atau kepatuhan seseorang terhadap tata tertib, meliputi: a. patuh karena takut pada orang atau kekuasaan atau paksaan b. patuh karena ingin dipuji c. patuh karena kiprah umum atau masyarakat d. taat atas dasar adanya aturan dan hukum serta untuk ketertiban e. taat karena dasar keuntungan atau kepentingan f. taat karena hal tersebut memang memuaskan baginya g. patuh karena dasar prinsip ethis yang layak universal Berdasarkan pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa kesadaran atau kepatuhan tidak terjadi begitu saja tapi dipengaruhi oleh faktor-faktor lain baik yang berasal dari diri sendiri maupun yang berasal dari luar diri. Seperti yang dikemukakan Unaradjan (2003, hlm. 22-23) bahwa terbentuknya disiplin sebagai tingkah laku dipengaruhi oleh dua faktor berikut faktor internal yaitu faktor yang berasal dari dalam diri siswa itu sendiri, sedangkan faktor eksternal merupakan faktor yang datang dari luar diri siswa seperti keluarga, sekolah dan masyarakat. Disiplin itu sendiri dipengaruhi oleh proses sosialisasi yang dialami oleh seorang anak dalam lingkungannya. Fuller dan Jacobs dalam Sunarto (2004, hlm. 24) mengemukakan tiga diantara agen sosialisasi adalah keluarga, sekolah dan teman bermain. Keluarga merupakan kelompok sosialisasi pertama anak semenjak ia lahir. Menurut Vembriarto (1993, hlm.35) Keluarga merupakan institusi sosial yang bersifat universal dan multifungsional. Fungsi pengawasan, sosial, pendidikan, keagamaan, perlindungan dan rekreasi. Dalam keluarga itulah dasar-dasar kepribadian manusia dibentuk melalui interaksi antar para anggota. Orang tua dalam keluarga melaksanakan fungsi sosial, pendidikan dan keagamaan yang termasuk diantaranya adalah penanaman norma-norma sosial dan norma-norma agama kedalam diri seorang anak. Hal ini sesuai dengan pendapat Soelaeman

5 (1994, hlm. 89) mengenai fungsi sosioalisi bahwa, keluarga menduduki kedudukan sebagai penghubung anak dengan kehidupan sosial dan norma-norma sosial. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa keluarga memiliki pengaruh yang besar terhadap kedisiplinan anak dalam melaksanakan norma-norma sosial. Disamping keluarga proses sosialisasi itu dialami juga oleh anak didalam sekolah dan masyarakat. Di rumah ia hanya bergaul dengan orang yang terbatas jumlahnya, terutama dengan anggota keluarga. Suasana dirumah bersifat informal dan banyak prilaku yang diizinkan tergantung suasana rumah itu sendiri. Di sekolah anak itu mengalami suasana yang berlainan. Ia bukan anak istimewa yang diberikan perhatian khusus melainkan hanya seorang diantara puluhan murid lainnya dalam kelas. Untuk itu anak-anak harus mengikuti peraturan yang bersifat formal yang tidak dialami dirumah. Anak memperoleh pengalaman-pengalaman baru dalam hubungan sosialnya dengan anak-anak lain yang berbeda status sosial, kesukuan, jenis kelamin dan kepribadiannya. Sebagian besar proses sosialisasi terjadi sacara informal. Namun tiap-tiap masyarakat mengenal institusi sosial khusus tempat berlangsungnya proses sosialisasi secara formal yang disebut sekolah. Sebagaimana halnya dengan proses sosialisasi pada umumnya, pendidikan sekolah mempunyai dua aspek penting, yaitu aspek individual dan sosial. Pendidikan sekolah bertugas mempengaruhi dan menciptakan kondisi yang memungkinkan perkembangan pribadi anak secara optimal. ialah: Menurut Rifai dalam Vebriatrto (1993, hlm. 75) tugas pendidikan sekolah 1. Perkembangan pribadi dan pembentukan kepribadian 2. Transmisi kultural 3. Integrasi sosial 4. Inovasi 5. Prasleksi dan Praalokasi tenaga kerja Salah satu fungsi pendidikan sekolah adalah fungsi transmisi kultural atau kebudayaan. Fungsi transmisi kebudayaan masyarakat kepada anak dapat

6 dibedakan menjadi dua macam yaitu transmisi pengetahuan dan keterampilan serta transmisi sikap, nilai-nilai dan norma norma. Sebagian besar sikap, nilainilai dan norma-norma itu dipelajari secara informal melalui situasi formal dikelas dan disekolah. Penanaman norma-norma yang dilakukan oleh sekolah termasuk didalamnya adalah menanamkan kedisiplinan siswa dalam melaksanakan tata tertib sekolah. Faktor lain yang mempengaruhi kedisiplinan siswa ialah masyarakat, dalam hal ini adalah teman-teman sebaya yang ada di lingkungan masyarakatnya. Menurut Vembriarto (1993, hlm. 52), Disamping keluarga, proses sosialisasi dialami pula oleh anak di dalam kelompok sebaya, di sekolah dan di masyarakat. Perilaku teman-teman sebaya akan sangat mempengaruhi prilaku anak tersebut karena seorang anak selain berinteraksi dengan keluarganya ia juga berinteraksi dengan teman-teman sebayanya dimana dalam interaksi tersebut akan terjadi proses saling pengaruh mempengaruhi. Lebih lanjut dikemukakan oleh Vembriarto (1993, hlm. 52), Kelompok sebaya (peer group) merupakan institusi sosial kedua terpenting sesudah keluarga. Pentingnya peranan kelompok sebaya itu telah disadari baik oleh orang tua dan guru. Di dalam kelompok sebaya anak belajar bergaul dengan sesamanya. Di dalam kelompok sebaya itu anak belajar memberi dan menerima dalam pergaulannya dengan sesama teman-temannya. Partisipasi di dalam kelompok sebaya memberikan kesempatan yang besar bagi anak mengalami proses belajar sosial termasuk pembentukan sikap, nilai-nilai dan norma-norma. Dengan demikian pergaulan dengan teman sebaya akan mempengaruhi pembentukan kedisiplinan seorang anak terhadap norma-norma. Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa kedisiplinan seorang siswa terhadap norma-norma sekolah dipengaruhi oleh keluarga, sekolah dan pergaulan dengan teman sebaya. Dari ketiga faktor tersebut faktor manakah yang paling berpengaruh terhadap kedisiplinan seorang siswa dalam melaksanakan tata tertib sekolah. Berdasarkan latar belakang tersebut maka penulis tertarik untuk

7 melakukan penelitian tentang Pengaruh Keluarga, Sekolah dan Teman Sebaya terhadap Kedisiplinan Siswa dalam B. IDENTIFIKASI MASALAH Dalam setiap lembaga sosial terdapat norma-norma yang mengatur perilaku para anggotanya, begitu pula dengan sekolah sebagai salah satu lembaga sosial. Norma-norma yang belaku dalam sekolah disebut tata tertib sekolah. Tata tertib sekolah merupakan peraturan-peraturan yang wajib dipatuhi oleh seluruh warga sekolah. Kedisiplinan siswa terhadap tata tertib di sekolah dapat menciptakan susasana belajar mengajar yang nyaman, aman dan kondusif untuk tercapainya tujuan pembelajaran. Tapi nyatanya masih banyak pelanggaran tata tertib yang dilakukan oleh siswa di Sekolah. Jenis pelanggaran yang dilakukan beragam dan bermacam-macam dari mulai pelanggaran yang ringan sampai dengan pelanggaran tata tertib yang berat. Setiap sekolah pasti mengaharapkan memiliki siswa-siswi yang taat terhadap tata tertib yang berlaku dalam sekolah. Namun hal demikian tidak mudah berjalan sesuai dengan harapan karena banyak pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan oleh siswa. Pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan terkadang tidak membuat seorang siswa merasa bersalah mereka acapkali melakukannya berulang-ulang meskipun sanksi-sanksi ditelah diberlakukan. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kedisiplinan siswa terhadap tata tertib sekolah. Diantaranya adalah keluarga, sekolah dan teman sebaya di masyarakat tempat tinggalnya karena ketiganya merupakan agen sosialisasi seorang anak. Ketiga faktor tersebut sangat mempengaruhi perilaku siswa termasuk di dalamnya adalah kedisiplinan dalam melakasanakan norma. Sejauh mana pengaruh ketiga faktor tersebut dalam mempengaruhi kedisipilinan siswa terhadap tata tertib sekolah? Oleh karena itu penelitian ini berjudul Pengaruh Keluarga, Sekolah dan Teman Sebaya terhadap Kedisiplinan Siswa dalam

8 (Studi Deskriptif mengenai siswa kelas XI SMAN 7 Kota Bandung) C. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan latar belakan diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : 1. Seberapa besar faktor keluarga berpengaruh terhadap kedisiplinan siswa dalam melaksanakan norma sekolah? 2. Seberapa besar faktor sekolah berpengaruh terhadap kedisiplinan siswa dalam melaksanakan norma sekolah? 3. Seberapa besar faktor teman sebaya berpengaruh terhadap kedisiplinan siswa dalam melaksanakan norma sekolah? D. TUJUAN PENELITIAN Tujuan penelitian ini adalah secara umum adalah untuk mengetahui pengaruh keluarga, sekolah dan teman sebaya terhadap kedisiplinan siswa dalam melaksanakan norma sekolah. Sedangkan secara khusus tujuan penelitian ini meliputi sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui sejauh mana pengaruh faktor keluarga terhadap kedisiplinan siswa dalam melaksanakan norma sekolah. 2. Untuk mengetahui sejauh mana pengaruh faktor sekolah terhadap kedisiplinan siswa dalam melaksanakan norma sekolah. 3. Untuk mengetahui sejauh mana pengaruh faktor teman sebaya terhadap kedisiplinan siswa dalam melaksanakan norma sekolah. E. MANFAAT PENELITIAN 1. Secara Teoretis

9 Manfaat teoretis dari hasil penelitian ini adalah dapat memberikan suatu gambaran tentang pengaruh keluarga, sekolah dan teman sebaya terhadap kedisiplinan siswa dalam melaksanakan norma sekolah. Serta secara langsung maupun tidak langsung dapat memberikan sumbangan pemikiran-pemikiran baru yang menunjang terhadap konsep pendidikan yang khususnya berkenaan dengan pendidikan moral, sehingga akhirnya sekolah dapat menghasilkan warga negara yang baik dan memiliki disiplin yang tinggi. 2. Secara Praktis, hasil penelitian ini dapat memberikan kontribusi diantaranya kepada: a. Penulis Memperoleh wawasan dan pengalam berfikir yang baru dalam memecahkan persoalan khusunya mengenai faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi tingkat kepatuhan atau kedisiplinan seseorang terhadap norma-norma yang berlaku dalam masyarakat. b. Pendidik Memberikan bekal pengetahuan untuk mengarahkan, mendidik dan membina siswa dalam meningkatkan kedisiplinan dan dengan mengetahui faktor apa saja yang membuat mereka patuh dapat memudahkan para pendidik dalam mengarahkan dan mendidik siswanya. c. Siswa Memberikan sumbangan pengetahuan tentang pentingnya kedisiplinan dan mengetahui hal positif apa saja yang harus mereka lakukan dalam kehidupan bermasyarakat. d. Sekolah Diharapkan penelitian ini dapat digunakan sebagai pengetahuan untuk mengetahui cara persuasif agar siswa dapat mentaati norma norma sekolah (tata tertib). e. Orang Tua Memberikan masukan mengenai faktor apa saja yang mempengaruhi sikap dan perilaku anak pada masa perkembangannya dalam kehidupan

10 bermasyarakat baik di lingkungan sekolah maupun di dalam masyarakat luas.

11 F. STRUKTUR ORGANISASI SKRIPSI Skripsi ini dibagi menjadi lima bab. Bab I terdiri dari pendahuluan yang merupakan bagian awal dari skripsi. Isi dari bab pendahuluan terdiri dari latar belakang, identifikasi masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat peneltian dan struktur organisasi penelitian. Setiap bagian memiliki fungsinya tersendiri. Secara garis besar adalah untuk memaparkan sebab adanya penelitian ini, pengenalan masalah, memaparkan hasil yang ingin dicapai, mengethaui manfaat penelitian dari aspek teoritis dan praktis dan rincian tentang urutan penulisan dari setiap bab dan bagian bab dalam skripsi. Bab II berisi kajian pustaka, kerangka pemikiran dan hipotesis penelitian yang mempunyai fungsi untuk landasan teoritis penelitian, tahapan untuk merumuskan hipotesis dengan mengkaji hubungan teoritis antarvariabel penelitian, sebagai jawaban sementara terhadap masalah yang dirumuskan. Bab III berisi penjabaran yang rinci mengenai metode penelitian, termasuk beberapa komponen yakni lokasi dan subjek populasi/ sampel penelitian, desain penelitian, metode penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, proses pengembangan instrumen, teknik pengumpulan data dan analisis data. Bab IV berisi hasil penelitian dan pembahasan terdiri atas dua hal utama yaitu, pengolahan atau analisis data untuk menghasilkan temuan berkaitan dengan masalah penelitian, pertanyaan penelitian, hipotesis dan tujuan penelitian serta pembahasan dari penelitian. Bab V berisi mengenai simpulan dan saran yang menyajikan penafsiran dan pemaknaan penelitian terhadap hasil analisis temuan penelitian. Dan yang terakhir adalah daftar pustaka yang memuat semua sumber tertulis, seperti buku, artikel, jurnal, dokumen resmi, atau sumber-sumber lainnya yang pernah dikutip dan digunakan dalam penulisan karya tulis ilmiah.