BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Virus (HIV)/ Accuired Immune Deficiency Syndrome (AIDS)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. Human Imunnodeficiency Virus (HIV)/ Acquired Imunne Deficiency

BAB I PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang awalnya

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan

BAB I PENDAHULUAN. menjadi prioritas dan menjadi isu global yaitu Infeksi HIV/AIDS.

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia dan masih sering timbul sebagai KLB yang menyebabkan kematian

BAB 1 PENDAHULUAN. Menurut Profil Kesehatan Sumatera Utara Tahun 2013, salah satu penyakit

BAB I PENDAHULUAN. hangat dibahas dalam masa sekarang ini adalah penyakit HIV/AIDS (Human

BAB 1 PENDAHULUAN. HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. HIV/AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acquired Immune Deficiency

BAB 1 PENDAHULUAN. kekebalan tubuh manusia. Acquired Immunodeficiency Syndrome atau AIDS. tubuh yang disebabkan infeksi oleh HIV (Kemenkes RI, 2014).

BAB 1 PENDAHULUAN. Acquired immune deficiency syndrome (AIDS) adalah sekumpulan gejala

BAB I PENDAHULUAN. masalah kesehatan masyarakat di berbagai negara, termasuk di Indonesia. Masalah

BAB I PENDAHULUAN. masalah HIV/AIDS. HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang

BAB I PENDAHULUAN. diselesaikan. Pada akhir abad ke-20 dunia dihadapkan dengan permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Angka morbiditas dan angka mortalitas yang disebabkan oleh infeksi Human

BAB 1 PENDAHULUAN. Sasaran pembangunan milenium (Millennium Development Goals/MDGs)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan kumpulan gejala

BAB I PENDAHULUAN. yang diakibatkan oleh HIV (Human Immunodeficiency Virus). Jalur transmisi

BAB I PENDAHULUAN. dan faktor ekologi (Supariasa,2001 dalam Jauhari, 2012). untuk melawan segala penyakit yang datang. Pada saat kekebalan tubuh kita

BAB 1 PENDAHULUAN. menjalankan kebijakan dan program pembangunan kesehatan perlu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Human Immunodefficiency Virus (HIV) adalah virus penyebab Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. penyakit, diantaranya Acquired Immuno Defeciency Syndrome. (AIDS) adalah kumpulan penyakit yang disebabkan oleh Virus

BAB 1 PENDAHULUAN. Acquaired Immunodefeciency Syndrome (AIDS) adalah penyakit yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah retrovirus yang menginfeksi

BAB 1 : PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Syndrome (AIDS) adalah kumpulan gejala yang timbul akibat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

1 Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan virus golongan

BAB I PENDAHULUAN. Sumber: Kemenkes, 2014

BAB I PENDAHULUAN UKDW. tubuh manusia dan akan menyerang sel-sel yang bekerja sebagai sistem kekebalan

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan masyarakat yang yang dialami Indonesia saat ini sangat

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di negara berkembang, dimana penyakit IMS membuat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. suatu pendekatan untuk meningkatkan kemauan (willingness) dan. meningkatkan kesehatannya (Notoatdmodjo, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. (HIV/AIDS) merupakan masalah kesehatan di seluruh dunia. World Health

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Immunodeficiency Virus (HIV) semakin mengkhawatirkan secara kuantitatif dan

BAB 1 PENDAHULUAN. Jumlah keseluruhan infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) atau orang

BAB I PENDAHULUAN. yang mempunyai kemampuan menggunakan RNA-nya dan DNA penjamu. imun, hal ini terjadi karena virus HIV menggunakan DNA dari CD4 + dan

BAB 1 PENDAHULUAN. HIV merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi Human

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Kegiatan Penanggulangan HIV/AIDS Melalui Serosurvey Di Kabupaten Sinjai Provinsi Sulawesi Selatan Tahun Sitti Fatimah 1, Hilmiyah 2

BAB I PENDAHULUAN. juga berpengaruh terhadap keadaan sosioekonomi meskipun berbagai upaya. penyakit ini (Price & Wilson, 2006; Depkes RI 2006).

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV), merupakan suatu virus yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. HIV di Indonesia termasuk yang tercepat di Asia. (2) Meskipun ilmu. namun penyakit ini belum benar-benar bisa disembuhkan.

BAB I PENDAHULUAN. meninggal akibat HIV/AIDS, selain itu lebih dari 6000 pemuda umur tahun

GLOBAL HEALTH SCIENCE, Volume 2 Issue 1, Maret 2017 ISSN

BAB 1 PENDAHULUAN. Sejak kasus pertama dilaporkan pada tahun 1981, Acquired Immune

BAB I PENDAHULUAN. dalam Undang-Undang Kesehatan No. 36 tahun 2009 pasal 5 ayat 1, yang

BAB 1 PENDAHULUAN. HIV (Human Imunodeficiency Virus) merupakan penyebab penyakit yang di

BAB I PENDAHULUAN. oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis (Alsagaff,H, 2006). Penyakit ini juga

BAB 1 PENDAHULUAN. kekebalan tubuh manusia, sedangkan Acquired Immunodeficiency Syndrom. penularan terjadi melalui hubungan seksual (Noviana, 2013).

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Acquired Immune Deficiency

BAB I PENDAHULUAN. menjadi masalah kesehatan global. Kasus HIV/AIDS yang dilaporkan secara global

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyebabkan AIDS (Acquired Immuno-Deficiency Syndrome). Virus. ibu kepada janin yang dikandungnya. HIV bersifat carrier dalam

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya penyakit Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS). Kasus HIV-

2013 GAMBARAN PENGETAHUAN REMAJA TENTANG HIV/AIDS DI KELAS XI SMA YADIKA CICALENGKA

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan virus yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan di dunia, baik negara maju maupun negara berkembang. Upaya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dari dua jenis virus yang secara progresif merusak sel-sel darah putih yang disebut

LEMBAR FAKTA HARI AIDS SEDUNIA 2014 KEMENTERIAN KESEHATAN 1 DESEMBER 2014

BAB I PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome atau yang lebih dikenal dengan

BAB 1 PENDAHULUAN. (P2ISPA) adalah bagian dari pembangunan kesehatan dan upaya pencegahan serta

Faktor Risiko yang Berhubungan dengan Kejadian HIV dan AIDS Di Puskesmas Kassi-kassi Kota Makassar

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit HIV/ AIDS (Human Immunodeficiency Virus/Acguired Immun Deficiency

BAB 1 PENDAHULUAN. Pandemi Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS), saat ini merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. merusak sel-sel darah putih yang disebut limfosit (sel T CD4+) yang tugasnya

BAB 1 PENDAHULUAN. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan tahap akhir dari infeksi

BAB I PENDAHULUAN. kekebalan tubuh yang disebabkan oleh virus HIV (Human. Immunodeficiency Virus) (WHO, 2007) yang ditemukan dalam

BAB 1 PENDAHULUAN. AIDS (Aquired Immunodeficiency Syndrome) merupakan kumpulan gejala

BAB I PENDAHULUAN. masalah berkembangnya Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan. Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS). Masalah HIV/AIDS yang

BAB I PENDAHULUAN. (AIDS) pada tahun 1981 telah berkembang menjadi masalah kesehatan. (UNAIDS) dalam laporannya pada hari AIDS sedunia tahun 2014,

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan HIV/AIDS di Indonesia sudah sangat mengkhawatirkan karena

BAB I PENDAHULUAN. tubuh manusia tersebut menjadi melemah. Pertahanan tubuh yang menurun

HIV/AIDS (Human Immunodeficiency/Acquired Immune Deficiency. Syndrome) merupakan isu sensitive dibidang kesehatan. HIV juga menjadi isu

BAB I PENDAHULUAN. Immunodeficiency Syndrome) merupakan salah satu penyakit infeksi yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus penyebab Acquired

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. HIV dalam bahasa inggris merupakan singkatan dari. penyebab menurunnya kekebalan tubuh manusia.

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) merupakan. masalah global. Menurut data WHO (World Health Organization) (2014),

BAB I PENDAHULUAN. HIV dan AIDS merupakan penyakit yang dapat ditularkan melalui

BAB I PENDAHULUAN. (2004), pelacuran bukan saja masalah kualitas moral, melainkan juga

BAB I PENDAHULUAN. macam pekerjaan rumah tangga. Sedangkan HIV (Human Immuno Virus)

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang mengakibatkan

BAB I PENDAHULUAN. dampaknya terus berkembang (The Henry J. Kaiser Family Foundation, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. ditularkan melalui hubungan kelamin. Dahulu kelompok penyakit ini dikenal

ARAH KEBIJAKAN PENANGGULANGAN HIV/AIDS PROVINSI DKI JAKARTA. Disampaikan Pada Acara :

BAB I PENDAHULUAN. Millennium Development Goals (MDGs), sebuah deklarasi global yang telah

BAB I PENDAHULUAN. menginfeksi sel-sel sistem kekebalan tubuh, menghancurkan atau merusak

BAB I PENDAHULUAN. Infeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan penyakit Acquired UKDW

Transkripsi:

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Infeksi Menular Seksual merupakan penyakit infeksi yang ditularkan melalui aktivitas seksual dengan pasangan penderita infeksi yang disebabkan oleh virus, bakteri, atau mikroorganisme lainnya (Murtiastutik, 2008). Infeksi Menular seksual merupakan masalah kesehatan yang disebabkan oleh banyak faktor, bukan hanya sebatas infeksi akibat hubungan seksual saja tetapi juga infeski secara non seksual melalui media seperti donor darah, peralatan medis, alat suntik dan lainya. Human Immunodeficiency Virus (HIV)/ Accuired Immune Deficiency Syndrome (AIDS) merupakan Infeksi Menular Seksual (IMS) yang penularanya tidak hanya akibat hubungan seksual dan merupakan masalah kesehatan yang mengancam banyak negara di seluruh dunia. Tidak ada negara yang terbebas dari penyakit ini. HIV/AIDS menyebabkan berbagai krisis secara bersamaan, krisis kesehatan, krisis pembangunan negara, krisis ekonomi, pendidikan dan juga krisis kemanusiaan. Hal ini menunjukkan bahwa HIV/AIDS menyebabkan krisis multidimensi ( Djoerban, 2010). Penderita AIDS pertama kali ditemukan pada tahun 1981 di Amerika Serikat dan sampai saat ini telah berkembang menjadi masalah kesehatan global. Berdasarkan data World Health Organization (WHO), hingga akhir tahun 2014 ada sekitar 36,9 juta penderita HIV dengan 2 juta (5,42%) diantaranya merupakan infeksi baru. 1

2 Tahun 2014 sebanyak 1,2 juta (3,25%) penderita meninggal akibat AIDS yang turun 41% dibandingkan dengan tahun 2005 mencapai 2 juta kematian (WHO, 2015). Hingga saat ini belum ada obat yang pasti menyembuhkan HIV, namun ARV (Antiretroviral) dapat mengontrol virus dan membantu mencegah penularan agar ODHA dengan risikonya dapat menikmati hidup dan hidup produktif. Hingga pertengahan tahun 2015 ada sebanyak 15,8 juta (42,81%) penderita HIV di seluruh dunia telah menerima ARV. Berdasarkan data dari The Joint United Nations Programme on HIV/AIDS (UNAIDS) tahun 2015 terdapat 2,6 juta (7,04%) penderita HIV dunia dengan proporsi pada anak-anak < 15 tahun dan jumlah kasus baru dengan proporsi pada anak-anak < 15 tahun terdapat 200.000 penderita (11%). Sedangkan proporsi pada orang dewasa sebanyak 34,3 juta (92,95%) dengan CFR sebesar 3,25%. Sub Sahara Afrika merupakan wilayah dengan kasus HIV/AIDS tertinggi di dunia dengan 25,8 juta (69,9%) menderita HIV tahun 2014 dan hampir 70% merupakan total infeksi baru secara global. Sedangkan di Asia tahun 2014 ada 5 juta (13,5%) penderita HIV dimana 78 % kasus baru terdapat di China, Indonesia dan India (UNAIDS, 2015). Di Indonesia, kasus AIDS pertama kali dilaporkan pada 1987, yang terjadi pada seorang warga negara asing di Bali. Tahun berikutnya mulai dilaporkan adanya kasus di berbagai provinsi. Tahun 2013 jumlah kumulatif kasus AIDS sebanyak 54.348 kasus dan ODHA yang sudah menerima ARV sebanyak 39.418 orang (72,5%)

3 dengan CFR 1,67%. Tahun 2014 jumlah kumulatif kasus AIDS sebanyak 65.790 kasus dan ODHA yang sudah menerima ARV sebanyak 50.400 orang (76,6%) dengan CFR 1,22%. Hingga tahun 2015 jumlah kumulatif menjadi AIDS 77.112 kasus dan ODHA yang sudah menerima ARV sebanyak 63.066 (81,7%). Data tersebut menunjukkan terjadi peningkatan kasus tetapi jumlah penderita yang meninggal akibat AIDS menurun dengan CFR untuk kasus HIV/AIDS menjadi 0,95% tahun 2015. Hal ini dapat dihubungkan dengan keberhasilan pemerintah dalam program Strategic use of ARV (SUFA) tahun 2013 yang menekankan pengobatan ARV dini. Berdasarkan data dari Ditjen PP&PL Kemenkes RI 2015, sebanyak 15 provinsi di Indonesia memiliki jumlah kasus HIV, meliputi seluruh provinsi di Pulau Jawa, Bali, Sumatera Utara, Riau, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan dan Papua. Jumlah kasus HIV di 15 provinsi tersebut menyumbang hampir 90% dari seluruh jumlah kasus HIV di Indonesia. Provinsi dengan jumlah HIV tertinggi yaitu DKI Jakarta, Jawa Timur, dan Jawa Barat. Sedangkan provinsi dengan jumlah kasus HIV terendah yaitu Gorontalo, Sulawesi Barat, Aceh, dan Maluku Utara. Gambaran kasus baru penderita AIDS pada laki-laki sebesar 61,6% dan pada perempuan sebesar 34,4%. Sebagian besar kasus baru AIDS terdapat pada usia 20-29 tahun sebanyak 32,2%, 30-39 tahun sebanyak 29,1%, dan 40-49 tahun sebanyak 11,4%. Kelompok umur tersebut masuk ke dalam kelompok usia produktif yang aktif

4 secara seksual dan termasuk kelompok umur yang menggunakan NAPZA suntik. Sumber penularan AIDS melalui hubungan heteroseksual adalah persentase tertinggi sebesar 81,3%, diikuti oleh homoseksual sebesar 5,1% dan perinatal sebesar 3,5% ( Profil Kesehatan RI, 2014). Pemerintah melalui dana APBN dan Dana hibah Luar negeri menjamin ketersediaan ARV semenjak Keputusan Menteri Kesehatan No. 1190 Tahun 2004 menyatakan bahwa obat ARV disediakan gratis bagi Orang dengan HIV/AIDS (ODHA) melalui rumah sakit yang ditunjuk sebagai rujukan dengan menganggarkan dana untuk membeli obat ARV sebanyak 90% dari kebutuhan ARV. Menurut perhitungan Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Nasional satu ODHA membutuhkan biaya US$ 995 atau sekitar Rp 13-15 juta pertahunnya. Hal ini merupakan beban bagi Pemerintah menyediakan ARV dengan harga yang relatif mahal untuk jangka waktu yang sangat lama dengan ODHA yang membutuhkan ARV meningkat setiap tahunnya. Di Sumatera Utara dalam sepuluh tahun terakhir peningkatan HIV/AIDS meningkat begitu tajam. Kasus HIV/AIDS di Sumatera Utara tahun 2012 dengan rincian sebanyak 2189 kasus HIV dan 4.241 kasus AIDS, kasus HIV/AIDS pun mengalami peningkatan tahun 2013 dengan jumlah kasus HIV sebanyak 2916 kasus dan AIDS sebanyak 4628 kasus. Kasus pun terus mengalami peningkatan hingga tahun 2014 jumlah kasus HIV meningkat tajam dari 3.594 kasus menjadi 5.184 kasus tahun 2015 dan kasus AIDS sebanyak 5.625 pada tahun 2014 menjadi 5.660 kasus

5 pada tahun 2015. Dari 10.844 penderita HIV/AIDS tahun 2015, yang memenuhi syarat untuk pengobatan ARV adalah 7.518 penderita (69,3%) namun hanya 6.233 penderita (83%) yang mendapat ARV dari seluruh penderita yang memenuhi syarat untuk pengobatan ARV. Berdasarkan data laporan program HIV/AIDS dan IMS Sumatera Utara tahun 2015, persentase ODHA yang mendapatkan ARV mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan pencapaian 2014 yaitu 79%, hal ini disebabkan dengan adanya penambahan layanan PDP (Perawatan, Dukungan dan Pengobatan) di beberapa Kab./Kota. Dari data yang ada di layanan Voluntering Counseling and Testing (VCT) pada tahun 2010 kebanyakan ODHA ditemukan pada kelompok umur 25-49 tahun (78,1 %), pada tahun 2011 (75,8 %), tahun 2012 (83,6 %), tahun 2013 (80 %), tahun 2014 (78,4 %) dan tahun 2015 (79,5%) yaitu pada usia produktif sehingga nantinya akan berpengaruh terhadap tingkat pendapatan atau menyebabkan krisis ekonomi. Dilihat dari jenis kelamin kasus HIV(+) yang ditemukan lebih banyak pada laki-laki sebanyak 924 kasus (61,5%) dan sebanyak 577 kasus (38,4%) pada perempuan atau dengan perbandingan 1,6 : 1 (Dinas Kesehatan Sumatera Utara, 2015). Kota Medan merupakan kota yang memiliki jumlah kasus HIV/AIDS tertinggi di Sumatera Utara. Terjadi peningkatan kasus baru sebanyak 506 kasus tahun 2012 (34,5%) dan tahun 2013 sebanyak 421 kasus (37,7%) dari total seluruh penderita baru (Profil Kesehatan Sumatera Utara, 2013). Peningkatan kasus merupakan upaya membongkar fenomena gunung es ice berg fenomenm yaitu

6 jumlah kasus yang ditemukan lebih sedikit dari jumlah sebenarnya di populasi. Hal ini disebabkan oleh keberhasilan penemuan penderita dengan bertambahnya jumlah layanan VCT dan layanan IMS di Sumatera Utara. Hingga tahun 2015 ada 42 layanan IMS yang aktif di 15 kab/kota dan 63 layanan VCT di Sumatera Utara salah satunya adalah RSUD Dr. Pirngadi Medan yang juga merupakan Rujukan Antiretroviral Terapi (ART). Sehingga tidak tertutup kemungkinan terjadi peningkatan kasus dimana layanan ini merupakan pintu masuk bagi penemuan kasus disamping pelaksanaan pengobatan dan perawatan pasien serta penyampaian informasi kepada masyarakat khususnya mereka yang termasuk dalam kelompok populasi yang berisiko tinggi. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Gifani di RSUP H. Adam Malik Medan tahun 2006-2007, dilaporkan bahwa jumlah kasus HIV/AIDS sebanyak 522 kasus yaitu 492 kasus HIV dan 93 kasus AIDS (Anastasya, 2008). Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Janni di RSUD Dr. Djasemen Saragih Pematangsiantar tahun 2013-2014, dilaporkan bahwa jumlah kasus HIV/AIDS sebanyak 145 orang (Butarbutar, 2015). Berdasarkan survei awal yang dilakukan di RSUD Dr. Pirngadi Medan, diperoleh jumlah kasus HIV/AIDS yang berobat jalan sebanyak 109 kasus tahun 2015. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian tentang karakteristik penderita HIV/AIDS yang berobat jalan di RSUD Dr. Pirngadi Medan tahun 2015.

7 1.2 Rumusan Masalah Belum diketahui karakteristik penderita HIV/AIDS yang berobat jalan di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2015 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Mengetahui gambaran tentang Karakteristik penderita HIV/AIDS yang berobat jalan di RSUD Dr. Pirngadi Medan Tahun 2015 1.3.2 Tujuan Khusus a. Mengetahui distribusi proporsi penderita HIV/AIDS menurut sosiodemografi antara lain: Umur, Jenis Kelamin, Suku/Etnik, Tingkat Pendidikan, Pekerjaan, Status Pernikahan, dan Daerah tempat tinggal b. Mengetahui distribusi proporsi penderita HIV/AIDS berdasarkan Faktor risiko penularan c. Mengetahui distribusi proporsi penderita HIV/AIDS berdasarkan Infeksi Oportunistik d. Mengetahui distribusi proporsi penderita HIV/AIDS berdasarkan Jumlah CD4 terakhir penderita e. Mengetahui distribusi proporsi penderita HIV/AIDS berdasarkan Tahap Terapi Antiretroviral (ARV) yang sedang diterima penderita

8 g. Mengetahui distribusi proporsi jenis kelamin penderita HIV/AIDS berdasarkan faktor risiko penularan h. Mengetahui distribusi proporsi tingkat pendidikan penderita HIV/AIDS berdasarkan faktor risiko penularan i. Mengetahui distribusi proporsi pekerjaan penderita HIV/AIDS berdasarkan faktor risiko penularan j. Mengetahui distribusi proporsi status pernikahan penderita HIV/AIDS berdasarkan faktor risiko penularan k. Mengetahui distribusi proporsi Umur penderita HIV/AIDS berdasarkan Infeksi Oportunistik l. Mengetahui distribusi proporsi Jenis Kelamin penderita HIV/AIDS berdasarkan Infeksi Oportunistik

9 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Sebagai bahan referensi ataupun masukan bagi pihak Rumah Sakit dalam merencanakan ataupun melakukan upaya pencegahan dan pengobatan HIV/AIDS 1.4.2 Sebagai syarat untuk menyelesaikan studi di Fakultas Kesehatan Masyarakat 1.4.3 Untuk bahan referensi ataupun masukan bagi peneliti lain yang memerlukannya.