BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kesegaran Jasmani Definisi Komponen Kesegaran Jasmani Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesegaran Jasmani

Otot rangka tersusun dari serat-serat otot yang merupakan unit. penyusun ( building blocks ) sistem otot dalam arti yang sama dengan

Tinjauan Umum Jaringan Otot. Tipe Otot

TINJAUAN PUSTAKA Struktur Anatomi Otot Rangka

Mekanisme Kerja Otot

HASIL DAN PEMBAHASAN

MEKANISME KERJA OTOT LURIK

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Kontraksi otot membutuhkan energi, dan otot disebut sebagai mesin. pengubah energi kimia menjadi kerja mekanis. sumber energi yang dapat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. orang dewasa mengalami kegemukan. Di Amerika orang meninggal. penduduk menderita kegemukan (Diana, 2004).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Skeletal: Otot: Sendi: Fasia Hubungan sistem muskuloskeletal dengan reproduksi wanita

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kimiawi, listrik, dan mekanik untuk menghasilkan potensial aksi yang dihantarkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN Latar Belakang Rumusan Masalah Tujuan Praktikum Manfaat Praktikum

BAB I PENDAHULUAN. manusia adalah mahluk yang bergerak. Dalam melakukan aktifitasnya

MODUL 9 KEBUTUHAN ZAT GIZI DAN JUMLAH KALORI YANG DIPERLUKAN OLEH ATLET

PENGANTAR STRUKTUR DAN FUNGSI HEWAN

BAB I PENDAHULUAN. A. LatarBelakang Masalah. Lari jarak pendek (sprint) adalah lari yang menempuh jarak antara 100

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan populasi yang besar. Menurut World Health Organization,2007 sekitar

Latihan Kekuatan Otot Tubuh Bagian Atas

BIOMEKANIKA SISTEM MUSKULOSKELETAL & FISIOLOGI OTOT

HISTOLOGI JARINGAN OTOT

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. wanita atau laki-laki sampai anak-anak, dewasa, dan orangtua bahwa dengan


BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Laktat merupakan produk akhir dari metabolisme anaerobik, proses ini berlangsung tanpa adanya oksigen.

BAB I PENDAHULUAN. hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Sedangkan kebugaran mempunyai beberapa istilah yang sering

BAB I PENDAHULUAN. Permainan sepak bola merupakan salah satu olahraga endurance beregu

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pengambilan data penelitian telah dilakukan di SMK Kesehatan PGRI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ergonomi adalah ilmu, seni dan penerapan teknologi untuk menyerasikan atau

PENDAHULUAN. cabang-cabang olahraga. Atlet yang menekuni salah satu cabang tertentu untuk

POKOK BAHASAN IX IX. PENGGUNAAN ENERGI MEKANIK PADA TERNAK KERJA. Mengetahui proses metabolisme dan dinamika fisiologi pada ternak kerja

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Rahmad Santoso, 2014

Pengertian Mitokondria

DISUSUN OLEH MUHAMMAD HANAFI ( ) HERKA ARDIYATNO ( ) LESTARI PUJI UTAMI

METABOLISME ENERGI PADA SEL OTOT INTRODUKSI. dr. Imas Damayanti ILMU KEOLAHRAGAAN FPOK-UPI

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. VO2max dianggap sebagai indikator terbaik dari ketahanan aerobik.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. melekat kecintaanya terhadap cabang olahraga ini. Sepuluh tahun terakhir ini

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dengan tujuan untuk memperoleh prestasi optimal pada cabang-cabang olahraga.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Kuntarti, SKp, MBiomed. motorik. Sistem saraf. PDF Created with deskpdf PDF Writer - Trial ::

BAB II KAJIAN PUSTAKA Passing dan Ketepatan Tembakan Sepak Bola

KEBUGARAN JASMANI DAN LATIHAN KEBUGARAN JASMANI

I. PENDAHULUAN. kesehatan, bahkan pada bungkus rokok-pun sudah diberikan peringatan mengenai

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jl.Sekolah pembangunan NO. 7A Medan Sunggal

Neuromuskulator. Laboratorium Fisiologi Veteriner PKH UB 2015

Sehat &Bugar. Sehat. Sakit

BAB I PENDAHULUAN. nutrisi yang dibutuhkan untuk kesehatan optimal sangatlah penting.

II B. Sistem Kerja dan Kontrol pada Manusia

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Jenis jenis otot. Cara kerja otot polos

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 6 PEMBAHASAN. tingkat waktu kematian terhadap kemampuan pergerakan silia cavitas nasi hewan

FISIOLOGI SEL & OTOT OLEH: NINING WIDYAH KUSNANIK

BAB I PENDAHULUAN. komponen tersebut akan sangat mempengaruhi kinerja kerja seseorang,

SISTEM MUSKULOSKELETAL PADA MANUS. Regita Tanara / B1

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

III. METODOLOGI PENELITIAN. Berdasarkan tujuan dalam penelitian ini yaitu untuk mengetahui power otot

BAB I PENDAHULUAN. dari salah satu jalur energi dalam tubuh yang dikenal sebagai glikolisis (Mc

I. PENDAHULUAN. masalah utama dalam dunia kesehatan di Indonesia. Menurut American. Diabetes Association (ADA) 2010, diabetes melitus merupakan suatu

SKRIPSI PENGARUH KONTRAKSI KONSENTRIK DAN EKSENTRIK TERHADAP PENINGKATAN KEKUATAN OTOT BICEPS BRACHII

II. TINJAUAN PUSTAKA. maupun untuk putri. Unsur fisik yang diperlukan dalam nomor tolak ini adalah

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kejayaan suatu bangsa dapat dilihat dari hasil hasil prestasi yang diraih

USAHA (KERJA) DAN ENERGI. untuk mengetahui keadaan gerak suatu benda yang menghubungkan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mencapai tujuan tersebut ada beberapa hal yang dibutuhkan oleh. satu faktor yang penting lainnya adalah faktor fisik.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Umbulharjo, Yogyakarta, memiliki 24 kelas, yang masing masing kelas

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan karena 65% penduduk Indonesia adalah usia kerja, 30% bekerja disektor

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

METODE PENGUKURAN DATA ANTROPOMETRI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS

DOKUMEN INSTRUMEN PENILAIAN UJIAN KETERAMPILAN

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

Specific Dynamic Action

LATIHAN FISIK SEBAGAI PENDUKUNG ASUHAN GIZI BAGI LANSIA DR.dr.BM.Wara Kushartanti

BAB III METODE PENELITIAN

Jurnal Pendidikan Kesehatan Rekreasi Volume 1 : Hal , Januari 2017

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Anatomi dan Fisiologi Sistem Muskuloskeletal

BAB I PENDAHULUAN. Secara umum pembinaan olahraga di Indonesia diarahkan untuk

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PROFIL INDEKS MASSA TUBUH DAN TINGKAT KEBUGARAN JASMANI MAHASISWA PJKR UNIVERSITAS ISLAM 45 BEKASI TAHUN 2015/2016

BAB I PENDAHULUAN. setelah diketahui bahwa kegemukan merupakan salah satu faktor risiko. koroner, hipertensi dan hiperlipidemia (Anita, 1995).

FISIOLOGI OTOT. Detty Iryani Bagian Fisiologi Fakultas Kedokteran UNAND. Kuliah Pengantar Blok 1.3 Minggu IV

METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Prayogi Guntara, 2014 Pengaruh Recovery Aktif Dengan Recovery Pasif Terhadap Penurunan Kadar Asam Laktat

BAB I PENDAHULUAN. konsumsi, tetapi juga dari kegiatan olahraga atau aktivitas fisik yang kita lakukan.

Transkripsi:

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kesegaran Jasmani 2.1.1 Definisi Kesegaran jasmani adalah kemampuan untuk melakukan kegiatan atau pekerjaan sehari-hari dan adaptasi terhadap pembebanan fisik tanpa menimbulkan kelelahan berlebih dan masih mempunyai cadangan tenaga untuk menikmati waktu senggang maupun pekerjaan yang mendadak serta bebas dari penyakit. 6 Menurut Parmo (2014), kesegaran jasmani adalah kemampuan seseorang untuk menjalankan pekerjaan sehari-hari dengan ringan dan mudah, tanpa merasakan kelelahan yang berarti dan masih mempunyai cadangan tenaga untuk melakukan kegiatan yang lain. 5 2.1.2 Komponen Kesegaran Jasmani Menurut Sumintarsi, komponen-komponen kesegaran jasmani terbagi dalam tiga kelompok, yaitu : 1. Kebugaran jasmani yang berhubungan dengan kesehatan. a) Daya tahan kardiovaskuler Komponen ini menggambarkan kemampuan dan kesanggupan melakukan kerja dalam keadaan aerobik, artinya kemampuan dan kesanggupan sistem peredaran darah pernapasan, mengambil dan mengadakan penyediaan oksigen yang dibutuhkan. b) Kekuatan otot Kekuatan otot banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari, terutama untuk tungkai yang harus menahan berat badan. c) Daya tahan otot Daya tahan otot adalah kemampuan dan kesanggupan otot untuk kerja berulang-ulang tanpa mengalami kelelahan. d) Fleksibilitas Fleksibilitas adalah kemampuan gerak maksimal suatu persendian. 4

5 e) Komposisi tubuh Komposisi tubuh berhubungan dengan pendistribusian otot dan lemak di seluruh tubuh dan pengukuran komposisi tubuh ini memegang peranan penting, baik untuk kesehatan tubuh maupun untuk berolahraga. Kelebihan lemak tubuh dapat menyebabkan kegemukan atau obesitas dan meningkatkan resiko untuk menderita berbagai macam penyakit. 2. Kebugaran jasmani yang berhubungan dengan keterampilan. a) Keseimbangan Keseimbangan berhubungan dengan sikap mempertahankan keadaan keseimbangan ketika sedang diam atau sedang bergerak. b) Daya ledak Daya ledak berhubungan dengan laju ketika seseorang melakukan kegiatan atau daya ledak merupakan hasil dari daya X kecepatan. c) Kecepatan Kecepatan berhubungan dengan kemampuan untuk melakukan gerakan dalam waktu yang singkat. d) Kelincahan Kelincahan yang berhubungan dengan kemampuan dengan cara merubah arah posisi tubuh dengan kecepatan dan ketepatan tinggi. e) Koordinasi Koordinasi yang berhubungan dengan kemampuan untuk menggunakan panca indra seperti penglihatan dan pendengaran, bersama-sama dengan tubuh tertentu di dalam melakukan kegiatan motorik dengan harmonis dan ketepatan tinggi. 3. Kebugaran jasmani yang berhubungan dengan Wellness Wellness diartikan sebagai suatu tingkat dinamis dan terintegrasi dari fungsi-fungsi organ tubuh yang berorientasi terhadap upaya memaksimalkan potensi yang memiliki ketergantungan pada tanggung jawab diri sendiri. 4

6 2.1.3 Ketahanan Otot Ketahanan otot adalah kemampuan otot untuk berkontraksi berulang-ulang sampai waktu tertentu dan menunjukkan seberapa lama seseorang dapat mempertahankan penggunaan ototnya. Salah satu cara profesional untuk mengukur ketahanan otot adalah dengan menentukan berat maksimal yang mampu diangkat seseorang selama 20 kali secara terus menerus. 7 Daya tahan otot mencerminkan kemampuan dalam hal bertahan melaksanakan suatu aktivitas. Seseorang telah memiliki tenaga untuk melakukan aktivitas yang berulang-ulang, peningkatan performa akan bergantung pada daya tahan otot. 9 Cara yang efektif untuk meningkatkan kekuatan dan daya tahan otot dilakukan dengan cara menggunakan beban, karena dengan latihan beban dapat menambah massa otot sehingga dapat meningkatkan kekuatan dan daya tahan otot. Meningkatnya kekuatan otot dapat mempengaruhi dan meningkatkan beberapa komponen biomotor yang lain seperti: meningkatnya daya tahan otot yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan, agar dapat mengatasi kelelahan selama aktifitas berlangsung. 10 2.1.4 Pengukuran Ketahanan Otot Tes Ketahanan otot menilai kemampuan otot untuk berkontraksi selama periode waktu tertentu. Beberapa tes ini harus dilakukan di ruangan dengan alat berat, sedangkan yang lain hanya membutuhkan berat badan untuk ketahanan dan dapat dilakukan dimana saja. Tes ketahanan otot secara umum terbagi menjadi 2 yaitu: tes 20 RM (repetition maximum) dan tes gerak badan (calisthemic test). 7 Tes 20 RM dapat ditentukan dengan menggunakan beberapa latihan angkat beban. Tes ini menentukan jumlah beban maksimal yang dapat diangkat secara tepat sebanyak 20 kali berturut-turut sebelum otot menjadi lelah untuk mengangkat lagi. Tes ini juga terutama bermanfaat untuk mencapai ketahanan otot yang diinginkan dan mengikuti perkembangannya. 7 Tes calisthenic adalah latihan yang menggunakan berat badan untuk ketahanan. Tes ini meliputi sit-ups, curl-ups, pull-ups, push-ups, dan flexed arm

7 support atau hang exercises untuk meningkatkan ketahanan otot. Masing-masing prosedur untuk latihan di atas berbeda-beda. 7 Pengukuran dilakukan dengan menghitung jumlah push-up dan curl-up yang dapat dilakukan dengan cara yang benar. a. Push-up Tubuh ditopang dengan posisi push-up dari kedua telapak tangan dan ujung jari kaki. Kedua tangan berada disamping bahu, punggung dan kaki dalam posisi lurus. Mulai dari posisi bawah dengan siku 90 derajat, dada diatas lantai dan dagu hampir menyentuh lantai. Angkat badan sampai lengan lurus dan turunkan tubuh sampai ke posisi awal (dihitung 1 kali). Selesaikan push-up perlahan dan jaga tetap dalam posisi yang benar. Kemudian hitung jumlah pushup yang dilakukan dengan benar semaksimal mungkin tanpa berhenti. 7 Hasil pengukuran interpretasi untuk laki-laki kelompok umur 20-29 tahun sebagai berikut: 7 1. Luar biasa bila dapat melakukan >36 kali 2. Sangat baik bila dapat melakukan antara 31-36 kali 3. Baik bila dapat melakukan antara 24-30 kali 4. Cukup bila dapat melakukan antara 21-23 kali 5. Kurang bila dapat melakukan 16-20 kali 6. Sangat Kurang bila dapat melakukan <16 kali b. Curl-up Dua buah strip tape ditempatkan sejajar antara satu sama lain dengan jarak 10 cm. Tubuh peserta berbaring di atas dengan lengan di samping badan, telapak tangan menghadap lantai, siku lurus, dan jari-jari tangan diluruskan, dan menyentuh strip pertama dari tape. Lutut diangkat membentuk sudut 90 derajat. Mulai irama metronom dengan 50bpm (beat per minute) yang sama dengan 3 detik per curl-up, atau 25 curl-up per menit. Jika sudah siap, peserta secara perlahan meratakan punggung bawah mereka dan curl tulang belakang sampai ujung jari menyentuh strip kedua dari tape. Peserta kemudian kembali pada posisi semula dengan bagian belakang kepala menyentuh tangan dari pencatat. Satu curlup di hitung setiap kali kepala pesera menyentuh tangan dari pencatat dan curl-up

8 tidak dihitung jika tidak menyentuh strip tape yang kedua. Peserta sebaiknya menyelesaikan curl-up sebanyak mungkin tanpa berhenti, dengan maksimum 25. Hitung dan catat jumlah curl-up yang dilakukan peserta. 7 Kemudian hasil pengukuran diinterpretasikan untuk laki-laki kelompok umur 20-29 tahun sebagai berikut: 7 1. Luar biasa bila dapat melakukan >25 kali 2. Sangat baik bila dapat melakukan antara 22-25 kali 3. Baik bila dapat melakukan antara 16-21 kali 4. Cukup bila dapat melakukan antara 13-15 kali 5. Kurang bila dapat melakukan antara 10-12 kali 6. Sangat kurang bila dapat melakukan <10 kali 2.2 Fisiologi Otot Otot membentuk kelompok jaringan terbesar di tubuh, menghasilkan sekitar separuh dari berat tubuh. Otot rangka saja membentuk 40% berat tubuh dari pria dan 32% pada wanita, dengan otot polos dan otot jantung membentuk 10% lainnya dari berat total. Meskipun ketiga jenis otot secara struktural dan fungsional berbeda, namun mereka dapat diklasifikasikan dalam dua cara berlainan berdasarkan karakteristik umumnya. Pertama, otot dikategorisasikan sebagai lurik atau seran-lintang (otot rangka dan otot jantung) atau polos (otot polos), bergantung pada ada tidaknya pita terang gelap bergantian, atau garis-garis, jika otot dilihat di bawah mikroskop cahaya. Kedua otot dapat dikelompokkan sebagai volunter (otot rangka) atau involunter (otot jantung dan otot polos), masing-masing bergantung pada apakah otot tersebut disarafi oleh sistem saraf somatik dan berada di bawah kontrol kesadaran, atau disarafi oleh sistem saraf otonom dan tidak berada di bawah kontrol kesadaran. 11 2.2.1 Struktur Otot Rangka Satu sel otot rangka, yang dikenal sebagai serat otot, adalah relatif besar, memanjang, dan berbentuk silindris, dengan ukuran garis tengah berkisar dari 100 hingga 100 mikrometer (µm) dan panjang hingga 750.000 µm, atau 2,5 kaki

9 (75cm), (1 µm = sepersejuta meter). Otot rangka terdiri dari sejumlah serat otot yang terletak sejajar satu sama lain dan disatukan oleh jaringan ikat. Serat-serat biasanya terbentang di keseluruhan panjang otot. Salah satu gambaran mencolok adalah adanya banyak nukleus di sebuah sel otot. Fitur lain adalah banyaknya mitokondria, organel penghasil energi, seperti diharapkan pada jaringan seaktif otot rangka dengan kebutuhan energi yang tinggi. 11 Struktur kontraktil didalam serabut otot rangka adalah miofibril terdiri dari dua filamen yaitu filamen tipis dan filamen tebal. Pada gambaran mikroskopis terlihat garis-garis gelap dan terang yaitu pita I, pita A, zona H, dan garis Z. Antara dua garis Z disebut Sarcomere. Pada dasarnya garis gelap akibat adanya filamen tebal dan tipis, gambaran terang oleh karena hanya ada filamen tipis. Filamen tipis tersusun oleh kumpulan molekul actin yang membentuk pilinan ganda, kumpulan molekul tropomyosin juga membentuk pilinan ganda dan troponin molekul. 12 2.2.1.1 Pita A dan I Dilihat dengan mikroskop elektron, sebuah miofibril memperlihatkan pita gelap (pita A) dan pita terang (pita I) bergantian. Pita pada semua miofibril tersusun sejajar satu sama lain yang secara kolektif menghasilkan gambaran seran-lintang atau lurik serat otot rangka seperti terlihat di bawah mikroskop cahaya. Tumpukan filamen tebal dan tipis bergantian yang sedikit tumpang tindih satu sama lain berperan menghasilkan gambaran pita A dan I. 11 Pita A dibentuk oleh tumpukan filamen tebal bersama dengan sebagian filamen tipis yang tumpang tindih di kedua ujung filamen tebal. Filamen tebal hanya terletak di dalam pita A dan terbentang di seluruh lebarnya, yaitu kedua ujung filamen tebal di dalam suatu tumpukan mendefinisikan batas luar suatu pita A. Daerah yang lebih terang di tengah pita A, tempat yang tidak dicapai oleh filamen tipis, adalah zona H. Hanya bagian tengah filamen tebal yang ditemukan di bagian ini. Suatu sistem protein penunjang menahan filamen-filamen tebal vertikal di dalam setiap tumpukan. Protein-protein ini dapat dilihat sebagai garis

H. 11 Pita I terdiri dari bagian filamen tipis sisanya yang tidak menjulur ke 10 M, yang berjalan vertikal di bagian tengah pita A di dalam bagian tengah zona dalam pita A. Di bagian tengah setiap pita I terlihat suatu garis vertikal pada garis Z. Daerah antara dua garis Z disebut sarkomer, yaitu unit fungsional otot rangka. Unit fungsional setiap organ adalah komponen terkecil yang dapat melakukan semua fungsi organ tersebut. Karena itu, sarkomer adalah komponen terkecil serat otot yang dapat berkontraksi. Garis Z adalah lempeng sitoskeleton gepeng yang menghubungkan filamen tipis dua sarkomer yang berdekatan. Setiap sarkomer dalam keadaan lemas memiliki lebar sekitar 2,5 µm dan terdiri dari satu pita A utuh dan separuh dari masing-masing dua pita I yang terletak di kedua sisi. Pita MI mengandung hanya filamen tipis dari dua sarkomer yang berdekatan tetapi bukan panjang keseluruhan filamen-filamen ini. 11 Gambar 2.1 Tingkat organisasi di sebuah otot rangka

11 2.2.1.2 Filamen Tebal dan Filamen Tipis Setiap filamen tebal memiliki ratusan molekul miosin yang dikemas dalam susunan spesifik. Molekul miosin adalah suatu protein yang terdiri dari dua subunit identik, masing-masing berbentuk seperti stik golf. Bagian ekor protein saling menjalin seperti batang-batang stik golf yang dipilin satu sama lain, dengan dua bagian globural menonjol di satu ujung. Kedua paruh masing-masing filamen tebal adalah bayangan cermin yang dibentuk oleh molekul-molekul miosin yang terletak memanjang dalam susunan bertumpuk teratur dengan ekor mengarah ke bagian tengah filamen dan kepala globular menonjol keluar pada interval teratur. Kepala-kepala ini membentuk jembatan silang antara filamen tebal dan tipis. Setiap jembatan silang memiliki dua tempat penting yang krusial bagi proses kontraksi: (1) suatu tempat untuk mengikat aktin dan (2) suatu tempat miosin ATPase (pengurai ATP). 11 Aktin adalah komponen struktural utama filamen tipis yang berbentuk bulat. Filamen tipis terdiri dari tiga protein: aktin, tropomiosin, dan troponin. Tulang pungung filamen tipis dibentuk oleh molekul-molekul aktin yang disatukan menjadi dua untai dan saling berpuntir, seperti dua untai kalung mutiara yang dipilin satu sama lain. Setiap molekul aktin memiliki suatu tempat pengikatan khusus untuk melekatnya jembatan silang miosin. Pengikatan molekul miosin dan aktin di jembatan silang menyebabkan kontraksi serat otot yang memerlukan energi. Karena itu, miosin dan aktin sering disebut protein kontraktil, meskipun, baik miosin maupun aktin, sebenarnya tidak berkontraksi (memendek). Miosin dan aktin tidak khas untuk sel otot tetapi kedua protein ini lebih banyak dan lebih teratur di sel otot. 11 2.2.1.3 Jembatan Silang Dengan sebuah mikroskop elektron, dapat dilihat adanya jembatan silang halus yang terbentang dari masing-masing filamen tebal menuju filamen tipis sekitar di tempat di mana filamen tebal dan tipis bertumpang tindih. Secara tiga dimensi, filamen tipis tersusun secara heksagonal disekitar filamen tebal. Jembatan silang menonjol dari masing-masing filamen tebal keenam arah menuju

12 filamen tipis di sekitarnya. Setiap filamen tipis, sebaliknya, dikelilingi oleh tiga filamen tebal. 11 2.2.2 Kontraksi Otot Rangka Proses kontraksi dimulai di NMJ (neuromuscular junction). Asetilkolin dilepas oleh ujung sinaps yang berikatan dengan reseptor di sarcolema. Perubahan pada potensial antar membran serat otot menghasilkan potensial aksi yang menyebar melewati permukaan serat otot dan sampai ke tubulus T. Retikulum sarkoplasma mengeluarkan ion kalsium yang meningkatkan konsentrasi kalsium sarkoplasma baik di dalam maupun sekitar sarkomer. Ion kalsium berikatan dengan troponin menyebabkan perubahan orientasi dari kompleks troponintropomiosin yang membuka tempat aktif aktin. Jembatan silang terjadi saat kepala miosin berikatan dengan tempat aktif pada aktin. Kontraksi dimulai sebagai perulangan siklus dari ikatan, putaran, maupun terjadi perlekatan jembatan silang yang dibantu oleh hidrolisis dari ATP. Proses ini mengakibatkan filamen tertarik dan serat otot memendek. 13 2.2.3 Jenis Kontraksi Otot Rangka Dua jenis utama kontraksi yang bergantung pada apakah panjang otot berubah selama berkontraksi adalah isotonik dan isometrik. Pada kontraksi isotonik, tegangan otot tidak berubah sementara panjang otot berubah. Pada kontraksi isometrik, otot tidak dapat memendek sehingga terbentuk tegangan dengan panjang otot tetap. Proses-proses internal yang sama terjadi baik pada kontraksi isotonik maupun isometrik: eksitasi otot mengaktifkan proses kontraktil pembentuk tegangan, jembatan silang mulai bersiklus, dan pergeseran filamen memperpendek sarkomer, yang meregangkan komponen seri elastik untuk menghasilkan gaya di tulang tempat insersi otot. 11 Terdapat dua jenis kontraksi isotonik yaitu konsentrik dan eksentrik. Pada keduanya, panjang otot berubah pada tegangan konstan, namun pada kontraksi konsentrik, otot memendek sementara pada kontraksi eksentrik otot memanjang, karena diregangkan oleh suatu gaya eksternal selagi berkontraksi. Pada kontraksi

13 eksentrik, aktifitas kontraktil menahan peregangan. Salah satu contohnya adalah menurunkan suatu beban ke lantai. Selama tindakan ini, serat-serat otot biseps memanjang tetapi tetap berkontraksi untuk melawan peregangan. Tegangan ini menopang berat badan. 11 2.2.4 Sumber Energi Dan Metabolisme Kontraksi otot membutuhkan energi dan otot disebut sebagai mesin yang engubah energi kimia menjadi kerja mekanik. Sumber energi yang cepat berasal dari ATP dan dibentuk dari metabolisme karbohidrat dan lemak. ATP dibentuk kembali dari ADP dengan menambahkan gugus fosfat. Sebagian energi untuk reaksi endoterm ini berasal dari pemecahan dari glukosa menjadi CO 2 dan H 2 O, tetapi ada juga dalam otot lain senyawa fosfat berenergi tinggi memberi energi untuk waktu yang singkat. Senyawa ini adalah phosphorylcreatine, yang dihidrolisis menjadi kreatinin dan gugus fosfat yang menghasilkan banyak energi. Saat istirahat, sebagian ATP di mitokondria mengubah fosfat menjadi kreatin sehingga cadangan phosphorycreatine meningkat. Selama aktivitas, phosphorycreatine dihidrolisis antara penghubung kepala miosin dan aktin, yang membentuk ATP dari ADH dan akhirnya kontraksi dapat berlanjut. 14 2.2.5 Jenis Serat Otot Rangka Otot skeletal terbagi menjadi 3 jenis yaitu oksidatif lambat, serat glikolitik-oksidatif cepat dan serat glikolitik cepat. Serat oksidatif lambat memiliki banyak mitokondria sehingga umumnya menggunakan respirasi selular aerobik. Serat oksidatif lambat disesuaikan untuk kegiatan mempertahankan postur tubuh, olahraga aerobik. Serat glikolitik cepat menghasilkan kontraksi yang paling kuat sehingga serat ini digunakan untuk pergerakan anaerobik seperti angkat beban. Serat glikolitik-oksidatif cepat menghasilkan ATP dengan respirasi selular aerobik dan glikolisis anaerobik. Serat ini disesuaikan untuk kegiatan berjalan dan lari estafet. 15 Olahraga yang berbeda dapat mengubah karakteristik serat otot. Olahraga aerobik dapat mengubah serat glikolitik cepat menjadi serat glikolitik-oksidatif

14 cepat. Perubahan serat terlihat dari diameter, jumlah mitokondria, suplai darah dan kekuatan. Sebaliknya, pada olahraga yang membutuhkan kekuatan yang besar dalam waktu singkat akan meningkatkan ukuran dan kekuatan serat glikolitik cepat. 15 Tabel 2.1 Karakteristik Serat Otot Rangka JENIS SERAT KARATERISTIK Oksidatif Lambat (Tipe I) Oksidatif Cepat (Tipe IIa) Aktifitas ATPase miosin Rendah Tinggi Kecepatan kontraksi Lambat Cepat Resistensi terhadap Tinggi Sedang kelelahan Kapasitas fosforilasi Tinggi Tinggi oksidatif Enzim untuk glikolisis Rendah Sedang anaerob Mitokondria Banyak Banyak Kapiler Banyak Banyak Kandungan mioglobulin Tinggi Tinggi Warna serat Merah Merah Kandungan glikogen Rendah Sedang Oksidatif Cepat (Tipe IIx) Tinggi Cepat Rendah Rendah Tinggi Sedikit Sedikit Rendah Putih Tinggi Sumber : Sherwood, 2012 2.2.5.1 Faktor Genetik Pada Tipe Serat Otot Pada manusia, sebagian besar otot mengandung campuran dari ketiga jenis serat; persentase masing-masing tipe terutama ditentukan oleh jenis aktivitas yang khusus dilakukan oleh otot yang bersangkutan. Karena itu, di otot-otot yang khusus untuk melakukan kontraksi intensitas rendah jangka panjang tanpa mengalami kelelahan, misalnya otot di punggung dan tungkai yang menopang berat tubuh terhadap gravitasi, ditemukan banyak serat oksidatif lambat. Serat

15 glikolitik cepat banyak ditemukan di otot lengan, yang beradaptasi untuk melakukan gerak cepat kuat misalnya mengangkat benda berat. 11 Persentase berbagai tipe serat ini tidak saja berbeda di antara otot-otot pada satu orang tetapi juga sangat bervariasi di antara individu. Atlet yang secara genetis dianugerahi lebih banyak serat otot glikolitik cepat adalah kandidat yang baik untuk jenis olahraga yang mengandalkan kekuatan dan kecepatan, sementara yang memiliki proporsi serat oksidatif lambat lebih banyak lebih besar kemungkinannya berhasil dalam aktivitas yang memerlukan daya tahan misalnya lari maraton. 11 2.2.6 Adaptasi Serat Otot Serat otot banyak beradaptasi sebagai respon terhadap kebutuhan yang dibebankan kepadanya. Berbagai jenis olahraga menimbulkan pola lepas muatan neuron yang berbeda ke otot yang bersangkutan. Di serat otot terjadi perubahan adaptif jangka panjang, bergantung pada pola aktivitas neuron, yang memungkinkan serat berespon lebih efisien terhadap kebutuhan yang dibebankan kepadanya. Karena itu, otot rangka memiliki derajat plastisitas yang tinggi. Dua jenis perubahan yang dapat ditimbulkan pada serat otot: perubahan dalam kemampuan menghasilkan ATP dan perubahan garis tengah. 11 2.2.6.1 Perbaikan Kapasitas Oksidatif Latihan daya tahan aerobik yang teratur, misalnya jogging jarak jauh atau berenang, memicu perubahan-perubahan metabolik di dalam serat oksidatif, yaitu serat yang terutama direkrut selama olahraga aerobik. Sebagai contoh, jumlah mitokondria dan jumlah kapiler yang menyalurkan darah ke serat-serat tersebut meningkat. Otot-otot yang telah beradaptasi dapat menggunakan O 2 secara lebih efisien dan karenanya lebih tahan melakukan aktivitas berkepanjangan tanpa kelelahan. Namun, ukuran otot tidak berubah. 11

16 2.2.6.2 Hipertrofi Otot Ukuran sebenarnya otot dapat ditingkatkan dengan latihan-latihan resistensi anaerob berintensitas tinggi dan berdurasi singkat, misalnya angkat beban. Pembesaran otot yang terjadi terutama disebabkan oleh meningkatnya garis tengah (hipertrofi) serat-serat glikolitik cepat yang diaktifkan selama kontraksi-kontraksi kuat tersebut. Sebagian besar penebalan serat disebabkan oleh meningkatnya sintesis filamen aktin dan miosin, yang memungkinkan peningkatan kesempatan interaksi jembatan silang dan selanjutnya terjadi peningkatan kekuatan kontraktil otot. Stres mekanis yang ditimbulkan latihan resistensi pada serat-serat otot memicu protein-protein penyalur sinyal, yang mengaktifkan gen-gen yang mengarahkan sintesis lebih kontraktil ini banyak protein. Latihan beban yang intensif dapat meningkatkan ukuran otot dua atau tiga kali lipat. Otot-otot yang menonjol beradaptasi baik untuk aktivitas yang memerlukan kekuatan intens untuk waktu singkat, tetapi daya tahan tidak berubah. 11 2.2.6.3 Pengaruh Testosteron Serat otot pria lebih tebal, dan karenanya, otot-otot mereka lebih besar dan kuat dari otot wanita, bahkan tanpa latihan beban, karena efek testosteron, suatu hormon steroid yang terutama dikeluarkan oleh pria. Testosteron mendorong sintesis dan penyusunan miosin dan aktin. Kenyataan ini mendorong sebagian atlet, baik pria maupun wanita, menggunakan secara berbahaya bahan ini atau steroid terkait untuk meningkatkan prrestasi atletik mereka. 11 2.3 Indeks Massa Tubuh 2.3.1 Definisi Indeks Massa Tubuh Indeks massa tubuh merupakan indikator yang paling sering digunakan dan praktis untuk mengukur tingkat populasi berat badan lebih dan obese pada orang dewasa. Untuk penelitian epidemiologi digunakan IMT, yaitu berat badan dalam kilogram (kg) dibagi tinggi badan dalam meter kuadrat (m 2 ). Indeks massa tubuh dapat memperkirakan jumlah lemak tubuh yang dapat dinilai dengan

17 menimbang di bawah air (r 2 terhadap umur dan jenis kelamin. 16 = 79%) dengan kemudian melakukan koreksi 2.3.2 Cara Mengukur Indeks Massa Tubuh Berdasarkan metode pengukuran IMT menurut WHO, untuk menentukan indeks massa tubuh subjek/sampel maka dilakukan dengan cara: sampel/subjek diukur terlebih dahulu berat badannya dengan timbangan yang telah distandarisasi, kemudian diukur tinggi badannya dengan alat yang juga telah distandarisasi dan dimasukkan ke dalam rumus di bawah ini: IMT= Berat Badan (kg) Tinggi Badan (m 2 ) Kemudian interpretasi hasil IMT yang didapat ke dalam tabel klasifikasi IMT menurut Asia Pasifik di atas. Berat badan diukur dengan alat timbangan yang telah distandarisasi. Penimbangan dilakukan dengan melepas sepatu namun masih menggunakan baju olahraga. Pembacaan berat badan dalam kilogram dengan kepekaan 0,1 kg. Tinggi badan diukur dengan microtoise yang sudah distandarisasi. Pengukuran dilakukan dengan posisi tegak, muka menghadap lurus kedepan tanpa memakai alas kaki. Pembacaan tinggi badan dalam meter dengan kepekaan 0,1 cm. 17 2.3.3 Klasifikasi Indeks Massa Tubuh Indeks massa tubuh adalah indeks yang mudah digunakan antara berat badan dan tinggi badan yang sering dipakai untuk mengelompokkan underweight, overweight dan obese pada dewasa. Indeks massa tubuh didefinisikan sebagai hasil dari berat badan dalam kilogram dibagi dengan kuadrat tinggi badan dalam meter (kg/m 2 ). Sebagai contoh, dewasa yang memiliki berat badan 70 kg dan tinggi badan 1,75 m akan mempunyai IMT 22,9. 18

18 IMT = 70 kg / (1,75 m) 2 = 70 / 3,06 = 22,9 Nilai IMT tidak bergantung pada umur dan juga jenis kelamin. Akan tetapi, IMT mungkin tidak cocok untuk tingkat kegemukan yang sama pada populasi yang berbeda dan sebagian lagi pada perbedaan proporsi tubuh. Risiko kesehatan behubungan dengan peningkatan IMT masih berlanjut dan interpretasi dari kelas IMT berisiko berbeda untuk populasi yang berbeda. 18 Meta-analisis beberapa kelompok etnik yang berbeda, dengan konsentrasi lemak tubuh, usia, dan gender yang sama, menunjukkan etnik Amerika kulit hitam memiliki nilai IMT lebih tinggi dari etnik Polinesia dan etnik Polinesia memiliki nilai IMT lebih tinggi daripada etnik Kaukasia, sedangkan untuk Indonesia memiliki nilai IMT berbeda 3,2 kg/m 2 dibandingkan etnik Kaukasia. 16 Tabel 2.2 Klasifikasi IMT Menurut Kriteria Asia Pasifik Klasifikasi Berat badan kurang Kisaran normal Berat badan lebih Berisiko Obesitas I Obesitas II IMT <18.5 18.5-22,9 >23 23-24.9 25-29.9 >30 Sumber: Ilmu Penyakit Dalam Ed. V Jilid III. 2.3.4 Hubungan Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan Ketahanan Otot Beberapa penelitian tentang kesegaran jasmani berkaitan dengan komposisi tubuh telah dilakukan. Penelitian pada laki-laki dewasa di Jepang menunjukkan bahwa kesegaran jasmani laki-laki obesitas lebih rendah dibandingkan subyek normal atau borderline. Hal ini hampir serupa dengan penelitian di Jakarta yang mengukur tingkat kesegaran jasmani secara umum,

19 yakni didapatkan bahwa makin tinggi persen lemak tubuh makin rendah tingkat kesegaran jasmaninya. 6 Hasil Penelitian yang dilakukan oleh Penggalin & Huriyati (2007), memperlihatkan hasil uji regresi linier dari beberapa variabel terhadap stamina atlet yaitu variabel umur, IMT, dan massa lemak tubuh secara independen tidak memberikan pengaruh yang signifikan terhadap stamina atlet (P>0,05). Namun demikian, status gizi yang mencakup indikator IMT dan massa lemak tubuh secara bersama-sama memberikan pengaruh yang positif dan signifikan terhadap stamina atlet (P<0,05). Asupan kalori harian, sebelumnya dan sesudah bertanding memberikan pengaruh positif dan signifikan terhadap stamina atlet (P<0,05). Demikian halnya kebiasaan hidup dan aktifitas fisik memberikan pengaruh yang positif dan signifikan terhadap stamina atlet (P<0,05). 19 Didapatkan hubungan negatif antara IMT dengan daya tahan otot perut yang dinilai dengan tes baring duduk 30 detik. Hal ini berarti semakin tinggi IMT semakin rendah daya tahan otot perutnya. Pada anak laki-laki didapatkan nilai korelasi sedang (r = -0,751 ; p = 0,000), tetapi pada anak perempuan korelasinya lemah (r = -0,469 ; p = 0,005). Penimbunan lemak di daerah perut memungkinkan subjek yang lebih tinggi lemak tubuhnya memiliki daya tahan otot-otot perut yang rendah. 6 Penelitian yang dilakukan oleh Pralhadrao et al (2013). terhadap 180 subjek yang terdiri dari 90 laki-laki dan 90 perempuan yang berusia 18-21 tahun menunjukkan bahwa ada korelasi negatif antara IMT, persentase lemak tubuh dengan ketahanan handgrip, tetapi tidak signifikan pada populasi yang overweight. Pada populasi overweight, kekuatan absolut handgrip mungkin tidak terganggu, tetapi ketahanan handgrip akan mulai berkurang dengan meningkatnya persentase lemak tubuh bukan peningkatan massa tubuh. 20