ANALISIS KAUSALITAS EKSPOR NON MIGAS DENGAN PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN I IV.

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN KAUSALITAS ANTARA EKSPOR NON MIGAS TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA TAHUN SKRIPSI

DAN INVESTASI DI INDONESIA TAHUN

PROPOSAL. KAUSALITAS ANTARA TINGKAT SUKU BUNGA DEPOSITO PADA BANK UMUM TERHADAP JUMLAH UANG BEREDAR di INDONESIA

SKRIPSI. Kausalitas Jumlah Uang Beredar Terhadap Inflasi. di Indonesia Tahun

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan serta pengentasan kemiskinan (Todaro, 1997). ekonomi. Indikator ini pada dasarnya mengukur kemampuan suatu negara untuk

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi karena sebab-sebab sebagai berikut pertama perdagangan

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan proses berkelanjutan. merupakan kondisi utama bagi kelangsungan pembangunan ekonomi.

BAB I PENDAHULUAN. perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat dan institusiinstitusi

BAB I PENDAHULUAN. yang melambat ditandai dengan meningkatnya angka inflasi dan kenaikan

BAB I PENDAHULUAN. Konsep desentralisasi fiskal yang dikenal selama ini sebagai money

BAB I PENDAHULUAN. Strategi yang pertama sering dikatakan sebagai strategi inward looking,

Herdiansyah Eka Putra B

Analisis Asumsi Makro Ekonomi RAPBN 2011

BAB I PENDAHULUAN. pesat sesuai dengan kemajuan teknologi. Dalam era globalisasi peran transportasi

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan perdagangan internasional berawal dari adanya perbedaan

BAB I. peranan yang sangat penting dengan memberikan benefit secara langsung pada

BAB 1 PENDAHULUAN. ekonomi suatu Negara biasanya di barengi dengan perubahan komposisi ekspor

I. PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan

BAB II STUDI KEPUSTAKAAN. Dalam bab ini akan diuraikan mengenai landasan teori yang menjadi dasar

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mengambil langkah meningkatkan BI-rate dengan tujuan menarik minat

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan masalah makroekonomi jangka

BAB I PENDAHULUAN. dilihat dari pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi merupakan cerminan

HUBUNGAN KAUSALITAS ANTARA KURS RUPIAH TERHADAP DOLLAR DENGAN TINGKAT BUNGA SBI DI INDONESIA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. sikap masyarakat, institusi nasional, disamping tetap mengejar akselerasi pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang memiliki kekayaan atas sumber daya

Analisis Pertumbuhan Ekonomi Kab. Lamandau Tahun 2013 /

BAB I PENDAHULUAN. saat ini. Sekalipun pengaruh aktifitas ekonomi Indonesia tidak besar terhadap

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pasar modal adalah tempat bertemunya antara pihak yang memiliki

BAB I PENDAHULUAN. masa yang akan datang (Tandelilin, 2010: 2). Menurut bentuknya investasi

BAB I PENDAHULUAN. sajikan data-data yang terkait dengan sektor - sektor yang akan di teliti,

BAB I PENDAHULUAN. lapangan kerja, meratakan pendapatan dan meningkatkan hubungan antara daerah.

PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO

I. PENDAHULUAN. mencapai pertumbuhan ekonomi yang lebih baik. Permodalan tersebut salah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Sebagai negara yang menganut sistem perekonomian terbuka,

I. PENDAHULUAN. secara umum oleh tingkat laju pertumbuhan ekonominya. Mankiw (2003)

BAB I PENDAHULUAN. tidak ada hambatan. Hal tersebut memberi kemudahan bagi berbagai negara untuk

BAB I PENDAHULUAN. bakat, dan IPTEK beserta barang dan jasa yang dihasilkannya dapat dengan mudah

PDB per kapita atas dasar harga berlaku selama tahun 2011 mengalami peningkatan sebesar 13,8% (yoy) menjadi Rp30,8 juta atau US$ per tahun.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebagai salah satu negara berkembang, masih memiliki stuktur

PERTUMBUHAN EKONOMI ACEH 2015

I. PENDAHULUAN. yang menyebabkan GNP perkapita (Gross National Product) atau pendapatan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai alat untuk mengumpulkan dana guna membiayai kegiatan-kegiatan

I. PENDAHULUAN. Kemajuan dan perkembangan ekonomi Kota Bandar Lampung menunjukkan

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi, dan (4) keberlanjutan pembangunan dari masyarakat agraris menjadi

PENDAHULUAN. mengalami keruntuhan (keadaan gawat) dan mempengaruhi sektor lainnya di seluruh

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia tiga tahun terakhir lebih rendah dibandingkan Laos dan Kamboja.

PERTUMBUHAN EKONOMI PROVINSI D.I. YOGYAKARTA TAHUN 2008 SEBESAR 5,02 PERSEN

BAB I PENDAHULUAN. banyak kebutuhan lainnya yang menghabiskan biaya tidak sedikit. Guna. sendiri sesuai dengan keahlian masing-masing individu.

I. PENDAHULUAN. Dalam konteks ekonomi pembangunan, perluasan terhadap ekspor. merupakan faktor penentu kunci pertumbuhan ekonomi di negara berkembang.

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian menuju perekonomian yang berimbang dan dinamis. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan proses berkelanjutan merupakan

BAB I PENDAHULUAN. lebih tinggi. Di lain segi istilah tersebut bertujuan untuk menggambarkan

I. PENDAHULUAN. dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA TAHUN 2016 EKONOMI JAKARTA TAHUN 2016 TUMBUH 5,85 PERSEN

BAB I PENDAHULUAN. integral dan menyeluruh. Pendekatan dan kebijaksanaan sistem ini telah

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TAHUN 20

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pembangunan ekonomi nasional bertujuan untuk. membangun manusia Indonesia seutuhnya, dan pembangunan tersebut harus

BAB I PENDAHULUAN. tercapainya perekonomian nasional yang optimal. Inti dari tujuan pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. Pada awal masa pembangunan Indonesia dimulai, perdagangan luar negeri

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN SELATAN TRIWULAN II-2011

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator yang penting dalam

BAB I PENDAHULAN. yang sedang berkembang (emerging market), kondisi makro ekonomi

PEREKONOMIAN DAERAH KOTA BATAM

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PROFIL PEREKONOMIAN KABUPATEN/KOTA di DKI JAKARTA TAHUN 2011

BAB I PENDAHULUAN. pemberlakuan Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan

I. PENDAHULUAN. Indikator keberhasilan pembangunan ekonomi suatu negara terletak pada

BAB I PENDAHULUAN. GDP baik secara keseluruhan maupun per kapita. Tujuan dari pembangunan

1.1 Latar Belakang Hasalah

BAB I PENDAHULUAN. iklimnya, letak geografisnya, penduduk, keahliannya, tenaga kerja, tingkat harga,

BAB II KERANGKA EKONOMI MAKRO DAERAH. 2.1 Perkembangan indikator ekonomi makro daerah pada tahun sebelumnya;

BAB I PENDAHULUAN. disuatu negara yang diukur dari pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) dari

BAB I PENDAHULUAN. ukuran dari peningkatan kesejahteraan tersebut adalah adanya pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam rangka memasuki era globalisasi dan sekaligus menghadapi

BAB I PENDAHULUAN. Sejak awal berdirinya sebuah negara, pertumbuhan ekonomi. merupakan permasalahan umum yang terjadi dalam jangka panjang oleh

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA UTARA TAHUN 2014

PERTUMBUHAN EKONOMI KALIMANTAN TENGAH TAHUN 2016

BAB I PENDAHULUAN. Sektor Pertanian memegang peran stretegis dalam pembangunan

Bab I. Pendahuluan Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Nilai tukar mata uang mencerminkan kuatnya perekonomian suatu negara. Jika

PERTUMBUHAN EKONOMI JAKARTA UTARA TAHUN 2016

BAB IV KONDISI PEREKONOMIAN JAWA BARAT TAHUN 2007

BAB I PENDAHULUAN. sektor nonmigas lain dan migas, yaitu sebesar 63,53 % dari total ekspor. Indonesia, seperti yang ditunjukkan pada Tabel 1.1.

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi suatu bangsa. Industrialisasi dapat diartikan sebagai suatu proses

BAB I PENDAHULUAN. diartikan sebagai nilai tambah total yang dihasilkan oleh seluruh kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dilakukan bertujuan untuk mengentaskan pengangguran dan

I. PENDAHULUAN. Indonesia telah lama melakukan perdagangan internasional. Adapun manfaat

BAB I PENDAHULUAN. Meskipun pertumbuhan ekonomi setelah krisis ekonomi yang melanda

Kinerja Perekonomian Indonesia dan Amanat Pasal 44 RUU APBN 2012

PERTUMBUHAN EKONOMI DKI JAKARTA TRIWULAN IV TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan ekonomi dalam periode jangka panjang mengikuti

BAB I PENDAHULUAN. diyakini sebagai sektor yang dapat memimpin sektor-sektor lain dalam sebuah

BAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah yang sedang dihadapi (Sandika, 2014). Salah satu usaha untuk

Produk Domestik Bruto (PDB)

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi suatu negara merupakan salah satu tolak ukur untuk

I. PENDAHULUAN. Tingkat perekonomian suatu wilayah didukung dengan adanya. bertahap. Pembangunan adalah suatu proses multidimensional yang meliputi

PENGARUH TINGKAT SUKU BUNGA SBI, NILAI KURS DOLLAR AMERIKA DAN TINGKAT INFLASI TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. menghasilkan barang dan jasa, investasi yang dapat meningkatkan barang modal,

BAB I PENDAHULUAN. dibutuhkan berbagai indikator-indikator yang dapat menggambarkan potensi. maupun tingkat kemakmuran masyarakat suatu wilayah.

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan perkapita akan selalu mengalami kenaikan. Adanya resesi

BAB. IV KONDISI PEREKONOMIAN KAB. SUBANG TAHUN 2012

Transkripsi:

ANALISIS KAUSALITAS EKSPOR NON MIGAS DENGAN PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 1997. I - 2007. IV. SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Studi Pembangunan Pada Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Surakarta Disusun oleh: SURYANTI B300050011 FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2009

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada tahun 1970-1997 pertumbuhan ekonomi Indonesia meningkat seiring dengan meningkatnya pertumbuhan ekonomi di negara-negara tetangga. Keadaan ini dipengaruhi struktur perekonomian yang relatif sama sehingga mempengaruhi kesamaan karakter industri di masing-masing negara. Kesamaan tersebut menimbulkan kesamaan hubungan spesifik di antara variabel perdagangan. Kesamaan karakter ini juga dipengaruhi kesamaan pandangan dan kebijakan dalam mengoptimalkan output produksi yang dihasilkan dari penggalian potensi ekonomi untuk tujuan meningkatkan pandapatan nasional. Dengan kesamaan faktor produksi yang sebagian besar bersumber dari sekto-sektor alami semakin meningkatkan keunggulan komperatif (Comparative Advantage). Peningkatan ekspor menjadikan tumbuhnya sektor produksi mengakibatkan peningkatan pertumbuhan pendapatan nasional secara agresif di masing-masing negara. (Wahyuddin dan Widatik, Empirika, 2004: 111-112) Dalam teori ekonomi makro (macro economi theori), hubungan antara ekspor dengan tingkat pertumbuhan ekonomi dan / atau pendapatan nasional merupakan suatu persamaan identitas karena ekspor merupakan bagian dari tingkat pendapatan nasional. Tetapi, dalam teori eknomi pembangunan, keterkaitan kedua variabel tersebut merupakan kasus khusus yang menarik

untuk di bahas terutama dalam dataran empiris. Dalam prespektif teori ekonomi pembangunan masalah hubungan kedua variabel tersebut tidak tertuju pada masalah persamaan identitas itu sendiri, melainkan lebih tertuju pada masalah, apakah ekspor bagi suatu negara akan membuahkan kesejahteraan (kemakmuran) ataukah malah membawa kesengsaraan (penderitaan) bagi suatu negara. (Aliman, Jurnal Ekonomi dan Bisnis Indonesia, 2001: 122-123) Pada periode industrialisasi subtitusi impor, ekspor terutama migas dan gas bumi hanya dipandang sebagai salah satu sumber pembiayaan pembangunan yang dominan dan bukan sebagai motor pertumbuhan ekonomi, sehingga ekspor tidak pernah dipakai sebagai paradigma industrialisasi di Indonesia. Akibatnya kecuali sektor migas dan gas bumi serta beberapa sektor pertambangan lainnya hampir seluruh sektor ekonomi Indonesia semuanya berorientasi kepasar dalam negri (inword looking). Ketika Indonesia mulai beralih ke strategi industrialisasi promosi ekspor pandangan tersebut berubah, ekspor kemudian dipandang sebagai sektor yang (diharapkan?) dapat menjadi motor pertumbukan ekonomi (export let growth). Ekspor selanjutnya dipakai sebagai paradigma di dalam pengembangan sektor indusrti (industri analisasi) di Indonesia, segala upaya dilakukan pemerintah agar sektor industri menjadi lebih outward looking, dengan target utama agar supaya output sektor manufaktur Indonesia pada akhirnya mampu menjadi primadona ekspor Indonesia menggantikan peran dominan dari sektor migas dan gas bumi. Di dalam strategi Industrialisasi promosi ekspor tersebut, arti penting ekspor pada

dasarnya mendapatkan artikulasi yang lebih kuat lagi. (Utomo, Jurnal Manajemen Daya Saing, 2000: 48-49) Penguatan nilai tukar rupiah terhadap dollar AS sayangnya sering membuat kinerja ekspor nasional menjadi makin merana. Hal ini dapat dimaklumi karena makin tinggi penguatan nilai tukar rupiah tersebut, makin rendah pendapatan nasional dari sisi ekspor. Bagaimana kinerja ekspor nasional pada 2006? Tidak terlalu jelek sebagaimana tampak pada Tabel 1.1 di bawah ini. Tabel 1.1 Kinerja Ekspor Indonesia menurut Bulan pada 2006 dan 2007 No Bulan Nilai (US $ Miliar) Berat (Juta Ton) 1 Januari 7,558 26,286 2 Pebruari 7,397 22,369 3 Maret 7,496 20,241 4 April 7,641 25,033 5 Mei 8,370 31,289 6 Juni 8,545 24,484 7 Juli 8,881 25,597 8 Agustus 8,991 30,419 9 September 8,844 26,719 10 Oktober 8,717 32,035 11 Nopember 8,918 30,712 12 Desember 9,610 31,988 13 Januari 2007 8,353 n.a

14 Pebruari 2007 8,317 n.a 15 Maret 2007 9,188 n.a 16 April 2007 8,848 n.a Total 135,674 327,172 Sumber : www.bps.go.id Data di atas menunjukkan bahwa ekspor nasional hanya turun pada Februari 2006 dan Oktober 2006. Di luar itu, ekspor terus meningkat. Begitu pula pada Desember 2006 meningkat sebesar 0,51% yakni dari 6,57% pada November 2006 menjadi 7,08% pada Desember 2006. Dengan demikian, ekspor nasional pada 2006 mencapai 74,42%. Sementara itu, ternyata ekspor pada Januari 2007 anjlok 0,92% dari 7,08% pada Desember 2006 menjadi 6,16%. Pada bulan berikutnya Februari 2007, ekspor kembali turun walau tipis 0,03% dari 6,16% menjadi 6,13%. Tetapi ekspor mulai meningkat menjadi 6,77% pada Maret 2007. Namun kembali merosot pada April 2007 menjadi 6,52% mirip kinerja pada September 2006 sebesar 6,52%. Dengan demikian, total ekspor nasional periode Januari 2007 sampai dengan April 2007 mencapai 25,58%. (http.www.wikipedia.com/wiki/gdp) Peningkatan ekspor migas dan non migas diupayakan dengan cara mengurangi hambatan distribusi, meningkatkan pembiayaan perdagangan, mengurangi hambatan perdagangan dan memperluas pasar ekspor serta menciptakan partisipasi masyarakat melalui restrukturisasi kebijakan tarif. Peningkatan aktifitas ekspor migas dan non migas dapat meningkatkan segala

eksternalitas ekonomi dimana industri-industri domestik yang mensuplai sektor ekspor dengan masukan-masukan untuk mendapatkan keuntungan dari meningkatkannya permintaan dari produk-produk yang dihasilkan. Penciptaan fasilitas-fasilitas pelayanan bagai sektor migas dan non migas, pendirian industri pelengkap dan industri terkait dapat dipandang sebagai pemanfaat dari efek eksternalitas positif lewat mekanisme pasar. (Wahyuddin dan Widatik, Empirika, 2004: 112) Kerangka teoritis Keynes dalam perekonomian terbuka untuk meningkatkan ekspor dapat meningkatan pendapatan nasional dengan cara yang sama seperti yang ditimbulkan oleh adanya peningkatan dalam investasi publik atau swasta dan peningkatan pembelanjaan pemerintah. (Utomo, Jurnal Manajemen Daya Saing, 2000: 50) Sedangkan untuk perkembangan PDB dari tahun 1998 sampai dengan tahun 2000 mengalami peningkatan, tapi pada tahun 2001 mengalami penurunan sebesar 0,5% dari 8,29% menjadi 7,79%. Mulai tahun 2002 sampai dengan tahun 2006 selalu mengalami peningkatan. Hal itu dapat dilihat pada tabel 1.2 berikut: Tabel 1.2 Perkembangan PDB Indonesia (dalam US$ miliar) 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 (*) 2008 (*) 95,446 140,001 150,196 141,255 172,975 208,311 256 284.072 364,239 420 467 Sumber : www.bps.go.id (*) Sumber : CEIC, Perkiraan Mandiri Sekuritas

Dengan melihat keadaan perekonomian adanya peningkatan ekspor non migas maka pemerintah perlu melakukan pengawasan terhadap pertumbuhan ekonomi dalam penentuan kebijakan-kebijakan ekonomi makro. Berdasarkan pada latar belakang masalah yang diuraikan di atas penulis mengambil judul ANALISIS KAUSALITAS EKSPOR NON MIGAS DENGAN PERTUMBUHAN EKONOMI TAHUN 1997. I - 2007. IV. B. Perumusan Masalah Keterkaitan antara variabel-variabel ekonomi memang cukup komplek, namun demikian dalam penelitian ini hanya akan dibatasi pada pola kausalitas antara dua variabel saja yaitu variabel ekspor non migas dan pertumbuhan ekonomi. Bertolak dari hal tersebut, maka dalam penelitian ini akan menguji apakah ekspor non migas berpengaruh terhadap pertumbuhan ekonomi atau kah sebaliknya. C. Tujuan Penelitaian Sesuai latar belakang dan perumusan masalah maka tujuan dari penelitia ini adalah untuk mengetahui apakah variabel ekspor non migas berpengaruh terhadap variabel pertumbuhan ekonomi atau sebaliknya. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi penulis Penulis dapat mengetahui dan menambah pengetahuan tentang kausalitas ekspor non migas dan pertumbuhan ekonomi.

2. Bagi pemerintah Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai salah satu masukan dan bahan pertimbangan dalam menentukan langkah-langkah dan kebijakan-kebijakan yang berkaitan dengan pengambilan keputusan dalam meningkatkan ekspor non migas. 3. Bagi peneliti berikutnya Penelitian ini diharapkan dapat memberi tambahan referensi dan gambaran informasi sebagai bahan komperatif bagi penelitian selanjudnya. E. Metode penelitian 1. Jenis dan sumber data Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data yang diperoleh atau dikumpulkan dari pihak lain. Adapun sumber data penelitian ini berasal dari Biro Pusat Statistik (BPS), Bank Indonesia dalam rentan waktu 1997.I - 2007.IV, serta sumber lainnya yang terkait dengan penelitian ini 2. Definisi Operasional a. Variabel pertumbuhan ekonomi Pertumbuhan ekonomi didefinisikan sebagai suatu kenaikan dalam pendapatan perkapita yang mencerminkan adanya perbaikan dalam kesejahteraan ekonomi masyarakat tanpa memandang apakah perubahan tersebut kurang atau justru lebih dari pertumbuhan penduduk. Tingkat PDB diukur dalam Milyar Rupiah.

b. Variabel ekspor non migas Ekspor non migas adalah penjualan barang keluar negeri yang berupa barang dan jasa, selain minyak dan gas. Satuannya adalah Milyar Rupiah. 3. Metode Analisis Data Dalam penelitian ini digunakan uji kausalitas Granger dengan menggabungkan konsep-konsep kausalitas Granger dengan penentuan final prediction error (FPE) yang dikenalkan oleh Akaike (1969) untuk mendapatkan waktu kelambanan maksimal yang optimal. Metode analisis kausalitas FPE untuk mengetahui kausalitas antar dua variabel, maka variabel X dan Y ini diformulasikan sebagai berikut (Wahyuddin dan Widatik, Empirika, 2004: 113): FPE y(m) = N + m + 1 N m 1. SSE N FPE y(m,n) = N + ( m,0) + 1 N ( m,0) 1. SSE N Metode ini pada hakekatnya didasarkan dari pemilihan model dengan kriteria FPE minimum. Misalkan kita ingin mengetahui pola kausalitas antara variabel Y dan X metode ini dapat dijelaskan dengan langkah-langkah sebagai berikut: (Wahyudin dan Widatik, Empirika, 2004: 116) a. Regres Y dengan nilai masa lalu Y dengan berbagai waktu kelambanan maksimum (m) yang berbeda Yt = αi y t-1

b. Titik nilai FPE untuk masing-masing nilai m dengan rumus: FPE y(m) = N + m + 1 N m 1. SSE N Pada saat FPE y(m) adalah waktu kelambanan maksimum optimal untuk variabel Y sebut saja sebagai FPE y(m0). c. Regres kembali Y terhadap nilai masa lalu Y dengan waktu kelambanan maksimum optimal (m0) dan nilai masa lalu dengan berbagai waktu kelambanan maksimum (n) yang berbeda: ( m,0) Yt = i= 1 n αi Y t-1 + j= 1 β j X t-1 d. Titik nilai FPE y (m,n) untuk masing-masing nilai n dengan rumus: FPE y(m,n) = N + ( m,0) + 1 N ( m,0) 1. SSE N Pada saat FPE y(m,n) minimum berarti waktu kelambanan maksimum optimal untuk variabel X, sebut saja sebagai FPE y(m,n,0). e. Bandingkan FPE y(m,0) dengan FPE y(mn,0) apaabila FPE y(m,0) < FPE y(mn,0) berarti model yang tepat adalah tanpa keberadaan variabel X, artinya X tidak menyebabkan Y. Apabila FPE y(m,0) > FPE y(mn,0) berarti nodel yang tepat adalah model yang keberadaan variabel X, artinya X menyebabkan Y.

F. Sistematika Penulisan berikut: Dalam penulisan skripsi ini tersusun sistematika penulisan sebagai BAB I : PENDAHULUAN Pada bab ini berisi tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian dan sistematika penulisan. BAB II : LANDASAN TEORI Bab ini membahas tentang landasan teori yang merupakan penjabaran dari kerangka yang berkaitan dengan pertumbuhan ekonomi dan ekspor non migas, beserta hubungannya. BAB III : METODE PENELITIAN Berisi tentang data dan sumber data. Metode pengumpulan data, definisi operasional variabel, metode analisis data. BAB IV : ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN Berisi tentang deskripsi data, analisa data, hasil analisa dan pembahasannya. BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN Berisi tentang kesimpulan hasil penelitian dan saran-saran yang perlu unutuk disampaikan baik untuk obyek penelitian ataupun bagi penelitian selanjutnya.