BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Di era globalisasi ini, negara-negara di berbagai belahan dunia berlomba-lomba untuk memajukan seluruh sektor yang terdapat di dalam negara untuk memajukan nama negara tersebut. Tidak terkecuali dalam sektor industri. Saat ini sektor perindustrian di seluruh dunia sangat berkembang pesat. Hal ini dapat dilihat dari perkembangan teknologi dalam bidang perindustrian yang semakin lama semakin canggih. Akan tetapi meskipun banyak sekali kelebihan-kelebihan yang dirasakan dalam sektor industri ini, ternyata ada dampak negatif yang dimiliki oleh sektor perindustrian. Pada beberapa negara yang tergolong maju, peranan sektor industri lebih dominan, dibandingkan dengan sektor pertanian. Sektor industri memegang peran kunci sebagai mesi pembangunan karena sektor industri memiliki beberapa kunggulan dibandingkan sektor lain, diantaranya nilai kapitalisasi modal yang tertanam sangat besar, kemampuan menyerap tenaga kerja yang besar, juga kemampuan menciptakan nilai tambah (value added creation) dari setiap input atau bahan dasar yang diolah. Pada negara-negara berkembang, peranan sektor industri juga menunjukkan kontribusi yang semakin tinggi. Kontribusi yang semakin tinggi dari sektro industri menyebabkan perubahan struktur perekonomian negara yang
bersangkutan baik secara perlahan atau cepat dari sektor pertanian ke sektor industri (Arsyad, 2004). Kondisi perekonomian dari sebuah negara dilihat dari nilai pendapatan nasional yang dipengaruhi oleh berbagai sektor industri yang ada di dalamnya. Salah satu indikator ekonomi makro untuk mengetahui peranan dan kontribusi suatu sektor usaha terhadap pendapatan nasional adalah Produk Domestik Bruto (PDB). Industri pengolahan merupakan salah satu sektor yang memberikan sumbangan cukup besar pada PDB Indonesia. Industri pengolahan dapat dikelompokkan menjadi dua macam yaitu industri pengolah migas serta industri pengolahan non migas. Industri Makanan, Minuman dan Tembakau merupakan salah satu subsektor dari industri pengolahan non migas yang memiliki peranan sangat penting dalam menopang perekonomian di Indonesia. Industri makanan dan minuman (mamin) saat ini menduduki posisi strategis dalam penyediaan produk siap saji yang aman, bergizi dan bermutu. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1996 Tentang Pangan, Pangan olahan adalah makanan atau minuman hasil proses dengan cara atau metode tertentu dengan atau tanpa bahan tambahan.
Industri ini juga merupakan salah satu sektor strategis yang memberikan kontribusi besar terhadap perekonomian nasional. Kontribusi industri pengolahan (migas dan non migas) terhadap PDB nasional pada triwulan III tahun 2014 sebesar 23,3% atau Rp. 612,4 triliun, dan industri non migas berkontribusi sebesar 88% terhadap industri pengolahan itu sendiri. Pertumbuhan industri non migas sebagian besar ditopang oleh pertumbuhan industri makanan, minuman dan tembakau, yang pada triwulan I 2014 mencapai sebesar 9,42% atau mengalami kenaikan cukup tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan pada triwulan yang sama tahun 2013 sebesar 4,13%. (BPS, 2014) Peningkatan tersebut menunjukkan bahwa sektor industri makanan, minuman dan tembakau mempunyai peran yang cukup besar dalam pertumbuhan ekonomi di Indonesia. Untuk perkembangan pertumbuhan Industri Makanan, Minuman dan Tembakau dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 1.1 PDB Industri Pengolahan di Indonesia dari Tahun 2007-2014 (dalam Milyar Rp) Subsektor 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 3. INDUSTRI PENGOLAHAN 1 068 653.9 a. Indstr Migas 182 324.3 b. Indstr Non- 886 Migas 329.6 1). Mamin dan 264 tembakau 100.5 Sumber: BPS, 2014 1 376 441.7 237 771.6 1 138 670.1 346 185.6 1 477 541.5 209 841.1 1 267 700.4 420 363.3 1 599 073.1 214 432.7 1 384 640.4 465 367.9 1 806 140.5 253 078.6 1 553 061.9 546 752.0 1 972 523.6 254 556.7 1 717 966.9 623 194.6 2 152 802.8 267 003.5 1 885 799.3 674 269.4 2 394 004.9 290 286.4 2 103 718.5 776 857.7
Berdasarkan data dari BPS, subsektor Industri Makanan, Minuman dan Tembakau merupakan penyumbang terbesar untuk PDB di Indonesia. Subsektor ini terus mengalam peningkatan dari tahun ke tahun (2009-2013). Pada tahun 2009, subsektor makanan, minuman dan tembakau memberikan kontribusi sebesar 420.363,3 (dalam milyar) terhadap PDB Indonesia. Peluang bisnis makanan ringan tidak pernah ada matinya selama masyarakat masih suka makan makanan ringan. Menurut Surat Keputusan kepala Bagian Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia No. HK 00.05.52.4040 tanggal 9 Oktober 2006 tentang kategori pangan adalah semua makanan ringan yang berbahan dasar kentang, umbi, serealia, tepung atau pati (dari umbi dan kacang) dalam bentuk keripik, kerupuk, jipang. Volume kebutuhan makanan dan minuman di indonesia akan terus meningkat setiap tahunnya. Kecenderungan kenaikan ini disebabkan oleh faktor demografi dan perkembangan jumlah penduduk Indonesia yang cukup besar dan pertumbuhannya pun cukup signifikan. Kebutuhan masyarakat akan makanan dan minuman pun turut meningkat seiring dengan pertumbuhan penduduk sehingga industri ini masih dapat terus dikembangkan. Perkembangan zaman, teknologi, dan perekonomian membuat pola hidup masyarakat dalam berkonsumsi turut berubah. Kepraktisan merupakan hal penting yang menjadi pertimbangan dalam berkonsumsi.
Produk-produk yang bersifat siap saji mulai diminati di pasar, salah satunya adalah makanan ringan. Tabel 1.2 Persentase Pengeluaran Untuk Konsumsi Makanan di Indonesia (2007-2013) Tahun Pengeluaran (%) 2007 49.24 2008 50.17 2009 50.62 2010 51.43 2011 48.96 2012 49.89 2013 48.92 Rata-rata 49.89 Sumber : BPS, diolah (2007-2013) Berbagai jenis dan merk makan ringan mulai bermunculan dan bersaing ketat sebagai dampak dari terus meningkatnya konsumsi makanan itu sendiri. Industri makanan pun semakin banyak diminati oleh para pengembang usaha yang menyebabkan terjadinya peningkatan jumlah perusahaan serupa yang masuk pasar sehingga persaingan antar industri makanan, baik produsen lokal maupun perusahaan multinasional semakn meningkat. Namun, produk makanan olahan impor secara terus-menerus mengalir ke Indonesia dan menjadi alternatif baru bagi konsumen lokal, kondisi ini menjadi tantangan bagi industri lokal, yang diwajibkan untuk terus meningkatkan daya saing mereka untuk bertahan hidup, tumbuh dan berkembang dalam pasar yang kompetitif.
Salah satu cara untuk meningkatkan daya saing produk adalah untuk penggunaan bahan-bahan faktor produksi secara efisien dan efektif untuk menemukan serta menghasilkan kualitas makanan yang baik, selera dan produk yang terjangkau. Saat ini, Indonesia masih menghadapai kendala teknologi dalam industri pengolahan makanan, terutama dalam hal distribusi. Banyak produk makanan Indonesia rusak di tengah perjalanan karena teknologi penyimpanan dan infrastruktur yang tidak memadai. Infrastruktur yang baik adalah salah satu solusi dalam mengatasi masalah distribusi makanan, guna mendapatkan produk yang masih terjaga kualitasnya hingga ke tangan pembeli. Di Indonesia, ada sebuah asosiasi yang menaungi para pengusaha makanan dan minuman (mamin). Asosiasi tersebut bernama GAPMMI (Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Seluruh Indonesia). GAPMMI didirikan pada tanggal 15 April 1976 dan ada lebih dari 400 perusahaan yang menjadi anggotanya. Selain itu, ada sebanyak 61 perusahaan berada di bawah binaan Direktorat Industri Makanan Hasil Laut dan Perikanan dan Direktorat Industri Minuman dan Tembakau. 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, dapat diambil beberapa perumusan masalah yang akan dibahas dalam skripsi ini, diantaranya adalah :
1. Bagaimana kinerja industri makanan di Indonesia? 2. Bagaimana struktur pasar industri makanan di Indonesia? 3. Bagaimana perilaku perusahaan yang ada dalam industri makanan di Indonesia? 1.3 Tujuan Penelitian Tujuan umum penelitian ini adalah untuk menganalisis kondisi yang terjadi pada Industri Makanan di Indonesia. Berdasarkan perumusan masalah yang telah diungkapkan sebelumnya, maka tujuan spesifik dari skripsi ini adalah : 1. Mengetahui Kinerja Indusrti Makanan di Indonesia 2. Menganalisis Struktur Pasar dalam Industri Makanan di Indonesia 3. Menganalisis Perilaku Perusahaan Industri Makanan di Indonesia 1.4 Manfaat Penelitian Adapun manfaat penelitian yang penulis harapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Bagi Pelaku Ekonomi Khususnya bagi pelaku industri makanan untuk melakukan persaingan yang sehat yang berbasis pada ketentuan-ketentuan dasar persaingan. 2. Bagi Mahasiswa
Sebagai bahan studi dan tambahan literatur bagi mahasiswa/i Fakultas ekonomi Universitas Sumatera Utara khususnya mahasiswa/i jurusan ekonomi pembangunan. 3. Bagi Penulis Menambah pengetahuan penulis dan sebagai pelengkap salah satu syarat menyelesaikan kuliah di Fakultas ekonomi, jurusan ekonomi pembangunan khususnya.