PERANCANGAN STRUKTUR HOTEL AMARIS SIMPANG LIMA SEMARANG

dokumen-dokumen yang mirip
PERANCANGAN STRUKTUR HOTEL IBIS BUDGET SEMARANG

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG POLITEKNIK KESEHATAN SEMARANG

PERENCANAAN GEDUNG PASCASARJANA POLTEKES SEMARANG

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG HOTEL PERSONA JAKARTA

PERENCANAAN STRUKTUR APARTEMEN ALAM INDAH TEMANGGUNG

PERENCANAAN GEDUNG BEDAH SENTRAL TERPADU (GBST) RUMAH SAKIT BETHESDA YOGYAKARTA

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG MENARA BRI SEMARANG. Linda Permatasari, Rahadhiyan Putra W, Parang Sabdono *), Hardi Wibowo *)

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG HOTEL CEMPAKA, KRANGGAN TEMANGGUNG

REDESAIN STRUKTUR GEDUNG RUSUNAWA T-24 PARAKAN DI TEMANGGUNG

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG RUMAH SAKIT ISLAM GIGI DAN MULUT RSI SULTAN AGUNG SEMARANG

PERENCANAAN STRUKTUR APARTEMEN RASUNA SOLO

PERENCANAAN GEDUNG PERKANTORAN ARMADA II DI MAGELANG. Bakhtiar Ali Afandi, Mansyur Arifudin, Himawan Indarto *), Ilham Nurhuda

PERENCANAAN STRUKTUR CITRA DREAM HOTEL SEMARANG

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG KULIAH DI YOGYAKARTA

PERENCANAAN STRUKTUR HOTEL KUDUS BERDASARKAN SNI

EVALUASI DESAIN STRUKTUR GEDUNG TRAINING CENTRE II UNIVERSITAS DIPONEGORO

REDESAIN GEDUNG KANTOR JASA RAHARJA CABANG JAWA TENGAH JALAN SULTAN AGUNG - SEMARANG Muhammad Razi, Syaiful Anshari Windu Partono, Sukamta*)

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PARKIR SUNTER PARK VIEW APARTMENT DENGAN METODE ANALISIS STATIK EKUIVALEN

BAB III METEDOLOGI PENELITIAN. dilakukan setelah mendapat data dari perencanaan arsitek. Analisa dan

PERENCANAAN STRUKTUR KONDOTEL GRAND DARMO SUITE SURABAYA

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG HOTEL FAVE SOLO BARU


PERENCANAAN STRUKTUR HOTEL GRANDHIKA SEMARANG

BAB IV PEMODELAN STRUKTUR

PERENCANAAN STRUKTUR RUMAH SAKIT ISLAM SULTAN AGUNG SEMARANG. Ahmad Faisol, Saddam Mirza, Nuroji *), Himawan Indarto *)

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG KULIAH UTAMA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG

MODIFIKASI PERENCANAAN UPPER STRUKTUR SISTEM RANGKA PEMIKUL MOMEN MENENGAH PADA GEDUNG PERKANTORAN DAN PERDAGANGAN JL. KERTAJAYA INDAH TIMUR SURABAYA

PERANCANGAN STRUKTUR ATAS GEDUNG CONDOTEL MATARAM CITY YOGYAKARTA. Oleh : KEVIN IMMANUEL KUSUMA NPM. :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERENCANAAN STRUKTUR APARTEMEN WHITE PEARL SEMARANG. David Mulyawan Prayogo, Dea Nika Alvianti Nuroji, Himawan Indarto ABSTRAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Umum

Modifikasi Perencanaan Struktur Rumah Susun Sederhana Sewa (Rusunawa) Kota Probolinggo Dengan Metode Sistem Rangka Gedung

PERANCANGAN GEDUNG APARTEMEN DI JALAN LAKSAMANA ADISUCIPTO YOGYAKARTA

PERENCANAAN GEDUNG HOTEL 4 LANTAI & 1 BASEMENT DENGAN SISTEM DAKTAIL PARSIAL DI WILAYAH GEMPA 4

BAB III STUDI KASUS 3.1 UMUM

Desain Struktur Beton Bertulang Tahan Gempa

BAB III LANDASAN TEORI. A. Pembebanan

BAB II STUDI PUSTAKA

PERENCANAAN STRUKTUR BANGUNAN GEDUNG HOTEL HORISON PEKALONGAN. Andy Purwanto, M. Tri Prayogy Ilham Nurhuda * ), Parang Sabdono

PERENCANAAN GEDUNG BETON BERTULANG BERATURAN BERDASARKAN SNI DAN FEMA 450

BAB IV POKOK PEMBAHASAN DESAIN. Perhitungan prarencana bertujuan untuk menghitung dimensi-dimensi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. gedung dalam menahan beban-beban yang bekerja pada struktur tersebut. Dalam. harus diperhitungkan adalah sebagai berikut :

PERANCANGAN STRUKTUR ATAS GEDUNG TRANS NATIONAL CRIME CENTER MABES POLRI JAKARTA. Oleh : LEONARDO TRI PUTRA SIRAIT NPM.

RESPON DINAMIS STRUKTUR PADA PORTAL TERBUKA, PORTAL DENGAN BRESING V DAN PORTAL DENGAN BRESING DIAGONAL

MODIFIKASI PERENCANAAN GEDUNG APARTEMEN TRILIUM DENGAN METODE PRACETAK (PRECAST) PADA BALOK DAN PELAT MENGGUNAKAN SISTEM RANGKA GEDUNG (BUILDING

BAB III METODOLOGI Tinjauan Umum

BAB 3 METODE PENELITIAN

PERENCANAAN STRUKTUR CONVENTION HALL KOTA MARTAPURA KALIMANTAN SELATAN. Dika Dwi Angga, Nandia Tri Pangestika Sri Tudjono, Himawan Indarto

BAB V PENUTUP. Pada tabel tersebut dengan nilai N = 27,9 maka jenis tanah termasuk tanah sedang.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

JURNAL TUGAS AKHIR PERHITUNGAN STRUKTUR BETON BERTULANG PADA PEMBANGUNAN GEDUNG PERKULIAHAN FAPERTA UNIVERSITAS MULAWARMAN

Jl. Banyumas Wonosobo

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PUSAT GROSIR BARANG SENI DI JALAN Dr. CIPTO SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

PENGARUH DOMINASI BEBAN GRAVITASI TERHADAP KONSEP STRONG COLUMN WEAK BEAM PADA STRUKTUR RANGKA PEMIKUL MOMEN KHUSUS

BAB IV ANALISA STRUKTUR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. harus dilakukan berdasarkan ketentuan yang tercantum dalam Tata Cara

EVALUASI KEKUATAN STRUKTUR YANG SUDAH BERDIRI DENGAN UJI ANALISIS DAN UJI BEBAN (STUDI KASUS GEDUNG SETDA KABUPATEN BREBES)

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG KULIAH LIMA LANTAI DI KOTA SEMARANG (Dengan Menggunakan Metode SRPMK)

PERANCANGAN STRUKTUR KANTOR INDOSAT SEMARANG. Oleh : LIDIA CORRY RUMAPEA NPM. :

PERENCANAAN GEDUNG MENARA BANK MEGA SEMARANG. FirdausBagusAlya, IchsanRamadhani, Nuroji, Rudi YuniartoAdi

BAB I PENDAHULUAN Konsep Perencanaan Struktur Beton Suatu struktur atau elemen struktur harus memenuhi dua kriteria yaitu : Kuat ( Strength )

PERENCANAAN STRUKTUR HOTEL GET S SEMARANG. Ricky Imanda, Ray Irwan Maulana, Nuroji *), Himawan Indarto *)

DAFTAR ISI. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Tinjauan Umum Wilayah Gempa... 6

BAB III METODE PENELITIAN

Analisis Perilaku Struktur Pelat Datar ( Flat Plate ) Sebagai Struktur Rangka Tahan Gempa BAB III STUDI KASUS

DAFTAR ISI. Halaman Judul Pengesahan Persetujuan Surat Pernyataan Kata Pengantar DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR NOTASI DAFTAR LAMPIRAN

MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR RUMAH SUSUN SEDERHANA SEWA (RUSUNAWA) KOTA PROBOLINGGO DENGAN METODE SISTEM RANGKA GEDUNG

Perhitungan Struktur Bab IV

PERHITUNGAN ULANG STRUKTUR GEDUNG ASRAMA KEBIDANAN LEBO WONOAYU DENGAN METODE SISTEM RANGKA PEMIKUL MOMEN MENENGAH

*Koresponndensi penulis: Abstract

BAB III LANDASAN TEORI. untuk bangunan gedung (SNI ) dan tata cara perencanaan gempa

ANALISIS DAN DESAIN STRUKTUR RANGKA GEDUNG 20 TINGKAT SIMETRIS DENGAN SISTEM GANDA ABSTRAK

PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG PERHOTELAN DI KOTA PADANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Modifikasi Struktur Gedung Graha Pena Extension di Wilayah Gempa Tinggi Menggunakan Sistem Ganda

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS ATMA JAYA YOGYAKARTA YOGYAKARTA

PERHITUNGAN STRUKTUR BETON BERTULANG HOTEL 8 LANTAI DI JALAN AHMAD YANI 2 KUBU RAYA

MODIFIKASIN PERANCANGAN GEDUNG APARTEMEN THE PAKUBUWONO HOUSE DENGAN BALOK PRATEKAN

Andini Paramita 2, Bagus Soebandono 3, Restu Faizah 4 Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembebanan yang berlaku untuk mendapatkan suatu struktur bangunan

ANALISIS HUBUNGAN BALOK KOLOM BETON BERTULANG PROYEK PEMBANGUNAN GEDUNG DPRD-BALAI KOTA DKI JAKARTA

BAB III METODELOGI PENELITIAN

Desain Struktur Beton Bertulang Tahan Gempa

PERILAKU HUBUNGAN DINDING STRUKTUR DENGAN BALOK PADA STRUKTUR SISTEM GANDA GEDUNG D SOYA HOTEL TUGAS AKHIR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV ANALISIS & PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. geser membentuk struktur kerangka yang disebut juga sistem struktur portal.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pergesekan lempeng tektonik (plate tectonic) bumi yang terjadi di daerah patahan

TUGAS AKHIR PERENCANAAN STRUKTUR GEDUNG SEKOLAH SMP SMU MARINA SEMARANG

BAB IV PERENCANAAN AWAL (PRELIMINARY DESIGN)

fc ' = 2, MPa 2. Baja Tulangan diameter < 12 mm menggunakan BJTP (polos) fy = 240 MPa diameter > 12 mm menggunakan BJTD (deform) fy = 400 Mpa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tingkat kerawanan yang tinggi terhadap gempa. Hal ini dapat dilihat pada berbagai

MODIFIKASI PERENCANAAN STRUKTUR BAJA KOMPOSIT PADA GEDUNG PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS NEGERI JEMBER

Desain Struktur Beton Bertulang Tahan Gempa

PERANCANGAN STRUKTUR HOTEL DI JALAN LINGKAR UTARA YOGYAKARTA

Kata kunci : Dinding Geser, Rangka, Sistem Ganda, Zona Gempa Kuat. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MODIFIKASI PERENCANAAN MENGGUNAKAN SISTEM RANGKA BRESING KONSENTRIS KHUSUS PADA GEDUNG APARTEMEN METROPOLIS

Transkripsi:

JURNAL KARYA TEKNIK SIPIL, Volume 4, Nomor 4, Tahun 2015, Halaman 439 448 JURNAL KARYA TEKNIK SIPIL, Volume 4, Nomor 4, Tahun 2015, Halaman 439 Online di: http://ejournal-s1.undip.ac.id/index.php/jkts PERANCANGAN STRUKTUR HOTEL AMARIS SIMPANG LIMA SEMARANG Ridwan Ruslan Setiaji, Okky Nugroho Budiandono, Nuroji *), Himawan Indarto *) Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro Jl. Prof Soedarto, Tembalang, Semarang. 50239, Telp.: (024)7474770, Fax.: (024)7460060 ABSTRAK Struktur Hotel Amaris Simpang Lima Semarang didesain dengan mengacu pada SNI 03-2847-2013 dan SNI 03-1726-2012. Analisis gempa menggunakan metode dynamic respons spectrum. Gaya gempa dihitung berdasarkan wilayah zona gempa 4 dimana wilayah tersebut memiliki percepatan gempa yang cukup besar, sehingga harus didesain struktur yang tahan terhadap gempa. Dengan kriteria Desain Seismik tipe D maka dalam perencanaannya digunakan metode sistem rangka gedung dengan konfigurasi struktur Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK). Sistem rangka berupa rangka yang tersusun dari balok dan kolom, dimana kolom dibuat lebih kuat dari balok (strong column weak beam). Menghindari terjadinya kegagalan struktur pada pertemuan balok-kolom, maka sendi plastis direncanakan terjadi di balok dan untuk kolom hanya terjadi di kolom bagian atas pondasi. Analisis struktur menggunakan program analisis struktur untuk membantu pemodelan struktur dan mengetahui gaya-gaya dalam yang bekerja pada struktur. Material yang digunakan yaitu beton f c 25 MPa, sedangkan untuk besi tulangan pelat dan sengkang f y 240 MPa serta besi tulangan utama f y 400 Mpa. kata kunci : Kolom Kuat Balok Lemah, SNI 03-1726-2012 ABSTRACT Structural Design of Amaris Hotel Simpang Lima Semarang designed with SNI 2847-2013 and SNI 1726-2012. Seismic analysis using dynamic respons spectrum method. Seismic forces calculated based on area of the earthquake zone 4 as the region has a fairly large earthquake acceleration, so it must be designed earthquake-resistant structures. Included in Seismic Design Criteria Type D so that the planning system used method with special moment resisting frames system (SMRFS). Frame system is composed of a framework of beams and columns, where the columns are made stronger than the beam (strong column weak beam). To avoid failure of the structure at the beam-column joint, plastic form joint is planned to occur in the beams and columns only occur at the top of the column foundation. Structure analysis using anayisis structure program to help modeling the structure and determine the forces acting on the structure. Materials used are concrete f'c 25 MPa, where as for steel reinforcement plates and stirrup fy 240 MPa and longitudinal bar fy 400 MPa. keywords: Strong Column Weak Beam, SNI 03-1726-2012 *) Penulis Penanggung Jawab 439

JURNAL KARYA TEKNIK SIPIL, Volume 4, Nomor 4, Tahun 2015, Halaman 440 PENDAHULUAN Peningkatan kebutuhan akan hunian membuat gedung bertinngkat tinggi menjadi solusi di tengah keterbatasan lahan yang ada. Teknologi konstruksi yang berkembang pada struktur gedung bertingkat tinggi banyak menggunakan Sistem Rangka Gedung atau building frame system yang terdiri dari portal berupa balok dan kolom. Pada perencanaan struktur gedung bertingkat tinggi yang direncanakan, gedung didisain memiliki 11 lantai dan direncanakan menggunakan konsep disain kapasitas (capacity design) berdasarkan pedoman Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non Gedung SNI 03-1726-2012. TINJAUAN PUSTAKA Gambaran Umum Gedung bertingkat tinggi memiliki resiko yang besar terhadap gaya gempa. Semakin tinggi suatu struktur gedung, deformasi lateral dari struktur tersebut akan menjadi semakin besar akibat adanya gaya gempa. Oleh karena itu pertimbangan kekakuan dan kekuatan struktur sangat menentukan dalam perencanaan dan perhitungan disain suatu struktur gedung bertingkat tinggi. Kekuatan struktur gedung sangat terkait dengan keamanan dan ketahanan struktur dalam menahan atau menampung beban yang bekerja pada struktur tersebut. Sistem struktur yang dipilih harus menghasilkan kekakuan maksimum, tapi dengan massa bangunan yang seminimal mungkin. Dengan demikian akan dihasilkan sistem struktur yang ringan namun kuat dalam menahan gaya-gaya lateral yang bekerja pada struktur gedung bertingkat tinggi terutama gaya lateral akibat gempa. Beban gempa yang bersifat tak terprediksi menjadi faktor penting yang perlu dipertimbangkan dalam perencanaan struktur gedung bertingkat, sehingga perlu pemahaman akan peraturan gempa dan beton yaitu SNI 03-1726-2012 dan SNI 03-2847-2013. Ruang lingkup perencanaan struktur gedung bertingkat tinggi ditinjau dari segi teknis adalah disain struktur gedung bertingkat tinggi direncanakan diaplikasikan di zonasi gempa wilayah Kota Semarang, perencanaan dan perhitungan struktur primer, yaitu: balok induk, kolom, shearwall dan hubungan balokkolom, perencanaan dan perhitungan struktur sekunder, yaitu: tangga, pelat lantai, dan balok anak, perencanaan struktur menggunakan program analisis struktur, perencanaan tidak meninjau metode pelaksanaan konstruksi dan spesifikasi teknis, dan perencanaan tidak memperhitungkan sistem utilitas gedung, perencanaan saluran air bersih dan kotor, instalasi atau jaringan listrik, finishing, dan lain-lain. Data umum Proyek Data umum dari perencanaan proyek ini sebagai berikut: 1. Nama proyek : Perancangan Struktur Hotel Amaris Simpang Lima Semarang 2. Lokasi bangunan : Semarang, Jawa Tengah 3. Fungsi bangunan : Hotel 4. Jumlah lantai : 11 lantai 5. Mutu beton (fc) : 25 MPa 6. Mutu baja tulangan : 240 MPa (polos) 400 MPa (ulir) 7. Pondasi : Tiang Pancang 8. Kondisi tanah : Tanah Lunak dengan nilai N-SPT rata-rata sebesar 13,4 440

JURNAL KARYA TEKNIK SIPIL, Volume 4, Nomor 4, Tahun 2015, Halaman 441 Perencanaan Pembebanan Dalam perencanaan struktur bangunan gedung ini, beban yang bekerja adalah sebagai berikut: 1 Beban mati (Dead Load) Terdiri dari: Beban sendiri pelat (tebal = 12 cm) = 2.400*0,125 = 300 kg/m 2 Beban penutup lantai + spesi (3 cm) = 24 + 42 = 66 kg/m2 Beban plafond + penggantung = 11 + 7 = 18 kg/m2 Beban dinding = 100 kg/m (bata ringan) 2 Beban hidup (Live Load) Berdasarkan fungsi bangunan hotel diperhitungkan sebesar q = 250 kg/m 2 Kombinasi Pembebanan Kombinasi pembebanan yang digunakan dalam perhitungan struktur, antara lain: Kombinasi Pembebanan Tetap U = 1,4 D...(1) U = 1,2 D + 1,6 L...(2) Kombinasi Pembebanan Sementara U = 1,2 D + 1 L + 1,0 (I e /R) Ex + 0,3 (I e /R) Ey...(3) U = 1,2 D + 1 L + 0,3 (I e /R) Ex + 1,0 (I e /R) Ey...(4) D = Beban mati L = Beban hidup Ex, Ey = Beban gempa I e = Faktor keutamaan gempa R = Koefisien modifikasi respons Pengumpulan Data Data teknis yang didapat untuk kepentingan proses perencanaan struktur gedung apartemen ini adalah sebagai berikut: - Data tanah - Gambar rencana bangunan Standar Yang Digunakan Untuk keperluan perencanaan struktur gedung, digunakan standar struktur yang berlaku di Indonesia, yaitu: - Persyaratan Beton Struktural untuk Bangunan Gedung (SNI 2847-2013). - Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Struktur Gedung dan Non Gedung (SNI 03-1726-2012). - Beban Minimum untuk Perancangan Bangunan Gedung dan Struktur Lain (SNI 1727-2013). 441

JURNAL KARYA TEKNIK SIPIL, Volume 4, Nomor 4, Tahun 2015, Halaman 442 ANALISIS DAN PEMBAHASAN Evaluasi Beban Gempa Perhitungan analisis struktur gedung terhadap beban gempa mengacu pada SNI 03-1726- 2012, dimana analisis struktur gedung bertingkat tinggi dilakukan dengan Metode Analisis Dinamik Spektrum Respons. Langkah untuk menentukan konfigurasi sistem rangka pemikul momen diawali dengan menentukan kategori resiko struktur gedung terhadap pengaruh gempa. Acuan dari langkah ini adalah fungsi bangunan gedung itu sendiri seperti halnya gedung hotel yang berkategori resiko II. Langkah berikutnya adalah menentukan faktor keutamaan gempa dari struktur gedung, yakni dengan merujuk pada SNI 03-1726- 2012 Tabel 2 yang menyatakan bahwa struktur gedung yang berkategori resiko II memiliki faktor keutamaan gempa (I e ) yang bernilai 1. Langkah selanjutnya adalah menentukan kategori desain seismic gedung dilihat dari nilai SD S dan SD 1 berdasarkan wilayah zonasi gempa. Dari perhitungan sebelumnya didapatkan nilai SD S = 0,72g dan SD 1 = 0,56g. Merujuk pada SNI 03-1726-2012 tabel 6 dan 7 menyatakan bahwa nilai SD S > 0,5 dan SD 1 > 0,2 berkategori desain seismik D. Dari 03-1726-2012 tabel 9 didapatkan bahwa struktur gedung dengan kategori desain seismik D dapat direncanakan menggunakan konfigurasi sistem rangka pemikul momen khusus dan dinding geser bertulang khusus. Dari tabel 9, kita juga bisa mendapatkan nilai koefisien respon (R) yaitu sebesar 7 untuk sistem rangka pemikul momen khusus dan dinding geser bertulang khusus. Hasil grafik spektrum respons percepatan disain adalah seperti pada Gambar 1 berikut: Gambar 1. Grafik Nilai Spektrum Respons Percepatan Desain Kota Semarang Perencanaan Balok Induk Balok induk merupakan elemen horisontal dari struktur, dan direncanakan untuk menerima lentur yang terjadi pada struktur. Pada perencanaan balok induk, dimensi tinggi balok induk diperkirakan h = (1/10 1/15) L dan perkiraan lebar balok induk b = (1/2 2/3) h. Balok harus memikul beban gempa dengan perencanaan lentur momen ultimit (Mu) momen nominal (Mn) pada daerah tumpuan dan lapangan balok. Kuat lentur maksimum (Mpr) pada daerah sendi plastis dihitung berdasarkan tulangan terpasang dengan tegangan tarik 442

JURNAL KARYA TEKNIK SIPIL, Volume 4, Nomor 4, Tahun 2015, Halaman 443 baja fs = 1,25 fy dan faktor reduksi 1,0 dan tidak boleh lebih kecil dari gaya geser berdasarkan analisis struktur. Probable Moment pada rangka balok terlihat pada Gambar 2. Gambar 2. Probable Moment Balok Menahan Gempa ke Kiri dan Kanan Gaya geser rencana balok direncanakan berdasarkan kuat lentur maksimum balok (Mpr) yang terjadi pada daerah sendi plastis balok yaitu pada penampang kritis dengan jarak 2h dari tepi balok. Gaya geser terfaktor pada muka tumpuan dihitung sebagai berikut: M pr1 M pr2 Wu.ln Ve...(5) l 2 n Ve = Gaya geser akibat sendi plastis di ujung ujung balok (kn) M pr = Kekuatan lentur mungkin komponen struktur (knm) W u = Gaya geser terfaktor (kn) = Panjang bentang bersih (m) l n Dari hasil perhitungan, didapatkan diameter tulangan utama D22, diameter tulangan sengkang D10 dan diameter tulangan torsi D16. Hasil pendimensian balok induk ditampilkan pada Gambar 3 berikut ini: Gambar 3. Penulangan balok induk pada tumpuan (kiri) dan lapangan (kanan) Perencanaan Kolom Berdasarkan SNI 2847-2013 Pasal 23.4 dijelaskan bahwa untuk komponen-komponen struktur pada perhitungan Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK) yang memikul gaya akibat beban gempa dan menerima beban aksial terfaktor yang lebih besar dari 0,1.Ag.f c, maka komponen elemen struktur tersebut harus memenuhi beberapa persyaratan sebagai berikut: 443

JURNAL KARYA TEKNIK SIPIL, Volume 4, Nomor 4, Tahun 2015, Halaman 444 1. Gaya aksial tekan terfaktor yang bekerja pada kolom melebihi 0,1.Ag.f c 2. Sisi terpendek kolom tidak kurang dari 300 mm. 3. Perbandingan antara ukuran terkecil penampang terhadap ukuran dalam arah tegak lurusnya tidak kurang dari 0,4. Kolom dirancang lebih kuat dibandingkan balok ( strong column weak beam) Kolom ditinjau terhadap portal bergoyang atau tidak bergoyang, serta ditinjau terhadap kelangsingan. Kuat lentur kolom dihitung berdasarkan desain kapasitas strong column weak beam yaitu sebagai berikut. Mc > 1,2 Mg...(6) Mc = Momen nominal kolom Mg = Momen nominal balok Kuat geser kolom SRPMK terjadi sendi-sendi plastis terjadi pada ujung balok-balok yang bertemu pada kolom tersebut. Pada perencanaan kolom, gaya geser didapat dengan menjumlahkan Mpr kolom atas dengan Mpr kolom bawah dibagi dengan tinggi bersih kolom. Gaya geser tidak perlu diambil lebih besar gaya geser rencana dari kuat hubungan balok kolom berdasarkan Mpr balok, dan tidak boleh lebih kecil dari gaya geser terfaktor hasil analisis struktur. Diagram gaya geser rencana kolom yang digunakan dapat dilihat pada Gambar 4. Gambar 4. Gaya geser rencana Kolom Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus Dari hasil perhitungan, didapatkan diameter tulangan utama D25 dan diameter tulangan sengkang D13. Hasil pendimensian kolom ditampilkan pada Gambar 5 berikut ini: Gambar 5. Detail penulangan kolom 444

JURNAL KARYA TEKNIK SIPIL, Volume 4, Nomor 4, Tahun 2015, Halaman 445 Perencanaan Hubungan Balok Kolom Hubungan balok kolom (HBK) atau beam column joint mempunyai peranan yang sangat penting dalam perencanaan suatu struktur gedung bertingkat tinggi dengan Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus (SRPMK). Hal ini dikarenakan joint yang menghubungkan balok dengan kolom akan sangat sering menerima gaya yang dihasilkan oleh balok dan kolom secara bersamaan. Hal ini dapat mengakibatkan joint yang mempertemukan balok dan kolom menjadi tidak kuat dan cepat runtuh. Maka dari itu diperlukan tulangan pengekang untuk mampu menerima dan menyalurkan gaya gaya yang dihasilkan oleh balok dan kolom. Sehingga konsep SRPMK dapat dipenuhi. Dapat kita lihat free body diagram gayanya seperti pada Gambar 6 dibawah ini: Gambar 6. Gaya gaya yang bekerja pada hubungan balok-kolom Dirancang tulangan 4 leg D13 (A st = 530,67 mm 2 ), dengan spasi minimum (s) tulangan adalah 100 mm. Detail penulangan pengekang yang terpasang pada hubungan balok-kolom dapat dilihat pada Gambar 7 di bawah ini: Gambar 7. Detail Tulangan Pengekang pada Hubungan Balok-Kolom 445

JURNAL KARYA TEKNIK SIPIL, Volume 4, Nomor 4, Tahun 2015, Halaman 446 Perencanaan Shearwall Shearwall merupakan jenis struktur dinding yang berbentuk beton bertulang yang biasanya dirancang untuk menahan geser, gaya lateral akibat beban gempa. Dengan adanya shearwall / dinding geser yang kaku pada bangunan, maka sebagian besar gaya akibat gempa akan terserap oleh dinding geser tersebut. Perencanaan shearwall dibagi dalam 3 segmen untuk efisiensi pendimensian terhadap gaya-gaya yang terjadi. Perencanaan tulangan utama shearwall menggunakan metode grafik kapasitas beton berdasarkan software analisis kapasitas kolom dilihat dari besarnya beban aksial dan momen yang bekerja. Untuk nilai Pu dan Mu didapat dari hasil analisis program analisis struktur. Dari hasil analisis menggunakan software analisis kapasitas kolom digunakan tulangan lentur 2D22-200 dan tulangan geser 2D16-100 Perencanaan Pondasi Kombinasi pembebanan yang digunakan dalam perencanaan pondasi, antara lain: Kombinasi Pembebanan Tetap U = 1 D...(7) U = 1 D + 1 L... (8) Kombinasi Pembebanan Sementara U = 1 D + 1 L + 1,0 (I e /R) Ex + 0,3 (I e /R) Ey...(9) U = 1 D + 1 L + 0,3 (I e /R) Ex + 1,0 (I e /R) Ey... 10) D L Ex, Ey I e R = beban mati = beban hidup = beban gempa = faktor keutamaan gempa = koefisien modifikasi respons Pondasi pada struktur gedung ini direncanakan menggunakan pondasi tiang pancang dengan diameter 600 mm. Adapun yang menjadi latar belakang pemilihan tipe pondasi tersebut adalah berdasarkan hasil penyelidikan tanah di lokasi perencanaan, kondisi tanah keras berada pada kedalaman -24 meter. Daya dukung tanah dihitung menggunakan rumus sebagai berikut: Berdasarkan kekuatan bahan Q A f'c As fy... (11) ult Q ult = Daya dukung batas pondasi tiang pancang (ton) A = Luas penampang beton (cm 2 ) A s = Luas tulangan tiang pancang (cm 2 ) f c = Tegangan ijin beton (kg/cm 2 ) f y = Tegangan ijin tulangan (kg/cm 2 ) 446

JURNAL KARYA TEKNIK SIPIL, Volume 4, Nomor 4, Tahun 2015, Halaman 447 Berdasarkan hasil N-SPT (metode Mayerhoff) Q 40.N.A 0,5.N... (12) ult b b.ap Q ult N b = Daya dukung batas pondasi tiang pancang (ton) = Nilai N-SPT pada elevasi dasar tiang A b = Luas penampang dasar tiang (m 2 ) N = Nilai N-SPT rata-rata A p = Luas selimut tiang (m 2 ). Dari perbandingan hasil perhitungan nilai daya dukung tanah, diambil nilai yang terkecil setelah dibagi dengan safety factor yaitu nilai dari perhitungan daya dukung berdasarkan hasil N-SPT menggunakan metode Mayerhoff. Besarnya diameter pondasi ditentukan dari analisis daya dukung pondasi tiang tunggal, dimana beban yang dipikul oleh pondasi tidak boleh melebihi daya dukung tiang yang diizinkan ( Pmax < Pall ). Untuk besarnya momen yang bekerja pada pondasi diperoleh dari pengaruh gaya geser akibat terbentuknya sendi plastis pada kolom di atas pondasi. KESIMPULAN Dalam perencanaan dan perhitungan analisis struktur tahan gempa sesuai dengan peraturan SNI 03-1726-2012, seluruh elemen pada gedung dapat dibentuk menjadi suatu kesatuan sistem struktur. Balok berfungsi untuk menahan beban gravitasi dan menyalurkan ke kolom, sementara kolom dan shearwall berfungsi untuk menahan beban lateral seperti beban gempa. Dimana perencanaan struktur gedung bertingkat ini didisain agar struktur memiliki perilaku daktail, sehingga memungkinkan untuk melakukan deformasi yang besar untuk mengakomodir gaya gempa yang terjadi dan menghasilkan perilaku struktur kolom kuat-balok lemah. SARAN Saran setelah dilakukan perencanaan struktur gedung bertingkat tinggi berdasarkan SNI 03-1726-2012 sebaiknya dipilih metode analisis desain kapasitas (capacity design), agar tercapai perilaku strong coloumn-weak beam. Dengan demikian akan dihasilkan desain yang kokoh, namun tetap ekonomis dan efisien. Tetapi perlu diperhatikan nilai kelangsingan dan deformasi struktur, oleh karena itu waktu getar struktur harus dibatasi agar tidak terjadi goyangan yang terlalu besar pada struktur yang dapat membahayakan pada saat terjadi gempa. DAFTAR PUSTAKA Badan Standardisasi Nasional, 2012. Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk Struktur Bangunan Gedung dan Non Gedung (SNI 03-1726-2012), BSN, Bandung. Badan Standardisasi Nasional, 2013. Persyaratan Beton Struktural untuk Bangunan Gedung (SNI 2847-2013), BSN, Bandung. 447

JURNAL KARYA TEKNIK SIPIL, Volume 4, Nomor 4, Tahun 2015, Halaman 448 Badan Standardisasi Nasional, 2013. Beban Minimum untuk Perancangan Bangunan Gedung dan Struktur Lain (SNI 1727-2013), BSN, Bandung. Vis, W.C., Gideon Kusuma, 1993. Grafik dan Tabel Perhitungan Beton Bertulang, Erlangga, Jakarta. Sosrodarsono, Suyono, 2000. Mekanika Tanah dan Teknik Pondasi, PT. Pradnya Paramita, Jakarta. Wang, Chu Kia, Charles G. Salmon, 1994. Disain Beton Bertulang, Edisi Keempat, Erlangga, Jakarta. Christady, HarY, 2008. Teknik Fondasi 2 (Cetakan ke-4), Beta Offset, Yogyakarta 448