BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi merupakan faktor resiko primer penyakit jantung dan stroke. Pada

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. WHO (2006) menyatakan terdapat lebih dari 200 juta orang dengan Diabetes

BAB I PENDAHULUAN. Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 2. Peningkatan kasus Penyakit Tidak Menular (PTM), yang merupakan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. tersebut dipompa dari jantung ke jaringan. Tekanan darah berubah-ubah sepanjang hari,

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. ditularkan dari orang ke orang. Mereka memiliki durasi panjang dan umumnya

BAB 1 PENDAHULUAN. prevalensi penyakit infeksi (penyakit menular), sedangkan penyakit non infeksi

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin

BAB 1 PENDAHULUAN. masalah kesehatan untuk sehat bagi penduduk agar dapat mewujudkan derajat

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit yang diderita masyarakat telah bergeser ke arah. penyakit tidak menular seperti penyakit jantung dan pembuluh darah,

BAB I PENDAHULUAN. tidak menular yang lebih dikenal dengan sebutan transisi epidemiologi. 1

BAB 1 PENDAHULUAN. karena semakin meningkatnya frekuensi kejadiannya di masyarakat. 1 Peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai masalah lingkungan yang bersifat alamiah maupun buatan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular (noncommunicable diseases)seperti penyakit jantung,

BAB I PENDAHULUAN. mencakup dua aspek, yakni kuratif dan rehabilitatif. Sedangkan peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. 2009). Penyakit hipertensi sering disebut sebagai the silent disease atau penderita tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. penyakit tidak menular banyak ditemukan pada usia lanjut (Bustan, 1997).

BAB 1 PENDAHULUAN. yang sangat serius saat ini adalah hipertensi yang disebut sebagai the silent killer.

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit tidak menular (PTM) seperti penyakit jantung, stroke, kanker,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi bergeser ke penyakit non-infeksi/penyakit tidak

BAB 1 PENDAHULUAN. akibat PTM mengalami peningkatan dari 42% menjadi 60%. 1

BAB I PENDAHULUAN. terus menerus mengalami peningkatan. Hal ini terlihat dari data WHO

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan Usia Harapan Hidup penduduk dunia dan semakin meningkatnya

BAB I PENDAHULUAN. kaum lanjut usia, namun juga telah diderita usia dewasa bahkan usia remaja.

BAB I PENDAHULUAN. prevalensi penyakit menular namun terjadi peningkatan prevalensi penyakit tidak

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit tidak menular (PTM) menjadi penyebab utama kematian secara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan 63% penyebab kematian di seluruh dunia dengan membunuh 36 juta jiwa

BAB I PENDAHULUAN. disebabkan oleh kelainan sekresi insulin, ketidakseimbangan antara suplai dan

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan kesehatan masyarakat di Indonesia mengalami transisi

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakitpenyakit

BAB I PENDAHULUAN. menular (PTM) yang meliputi penyakit degeneratif dan man made diseases.

BAB 1 PENDAHULUAN. aktivitas fisik dan meningkatnya pencemaran/polusi lingkungan. Perubahan tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Pola penyakit saat ini telah mengalami perubahan yaitu adanya transisi

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan hak asasi manusia yang harus dilindungi dan

BAB 1 PENDAHULUAN. situasi lingkungannya, misalnya perubahan pola konsumsi makanan, berkurangnya

BAB I PENDAHULUAN. menular juga membunuh penduduk dengan usia yang lebih muda. Hal ini

BAB. I PENDAHULUAN. Undang Undang Dasar 1945 pasal 28 H ayat 1 dan Undang Undang Nomor

BAB I PENDAHULUAN. penyakit dari penyakit infeksi ke penyakit non infeksi, yaitu penyakit tidak

BAB I PENDAHULUAN. penyakit infeksi ke penyakit tidak menular ( PTM ) meliputi penyakit

BAB 1 : PENDAHULUAN. utama masalah kesehatan bagi umat manusia dewasa ini. Data Organisasi Kesehatan

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit jantung dan pembuluh darah (PJPD) merupakan penyebab utama

BAB I PENDAHULUAN. dampak dari pembangunan di negara-negara sedang berkembang. sebagaimana juga hal ini terjadi di Indonesia, terutama di daerah Jawa

BAB 1 PENDAHULUAN. penduduk dunia meninggal akibat diabetes mellitus. Selanjutnya pada tahun 2003

BAB 1 PENDAHULUAN. orang yang memiliki kebiasaan merokok. Walaupun masalah. tahun ke tahun. World Health Organization (WHO) memprediksi

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular (World Health Organization, 2010). Menurut AHA (American

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan teknologi dan peningkatan perekonomian ke

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan saat ini sudah bergeser dari penyakit infeksi ke

BAB I PENDAHULUAN. demografi, epidemologi dan meningkatnya penyakit degeneratif serta penyakitpenyakit

BAB I PENDAHULUAN. menanggulangi penyakit dan kesakitannya (Sukardji, 2007). Perubahan gaya

BAB 1 PENDAHULUAN. darah. Kejadian hipertensi secara terus-menerus dapat menyebabkan. dapat menyebabkan gagal ginjal (Triyanto, 2014).

BAB 1 PENDAHULUAN. masalah kesehatan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk agar dapat mewujudkan

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu penyakit tidak menular (PTM) yang meresahkan adalah penyakit

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakit penyakit

BAB I PENDAHULUAN. morbiditas dan mortalitas PTM semakin meningkat baik di negara maju maupun

BAB 1 PENDAHULUAN. tahun terus meningkat, data terakhir dari World Health Organization (WHO)

BAB I PENDAHULUAN. Depkes (2008), jumlah penderita stroke pada usia tahun berada di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menular (noncommunicable diseases). Terjadinya transisi epidemiologi

BAB 1 PENDAHULUAN. yang merajarela dan banyak menelan korban. Namun demikian, perkembangan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA Tn. A DENGAN MASALAH UTAMA KARDIOVASKULER : HIPERTENSI KHUSUSNYA NY. S DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GROGOL SUKOHARJO

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner. Kelebihan tersebut bereaksi dengan zat-zat lain dan mengendap di

BAB I PENDAHULUAN. penyebab kematian di dunia termasuk di negara berkembang seperti

BAB I PENDAHULUAN. secara Nation Wide mengingat prevalensinya cukup tinggi umumnya sebagian

BAB I PENDAHULUAN. Masalah kesehatan saat ini sudah bergeser dari penyakit infeksi ke

BAB I PENDAHULUAN. oleh penduduk Indonesia. Penyakit ini muncul tanpa keluhan sehingga. banyak penderita yang tidak mengetahui bahwa dirinya menderita

BAB I PENDAHULUAN. tipe 2. Diabetes tipe 1, dulu disebut insulin dependent atau juvenile/childhoodonset

BAB I PENDAHULUAN. masalah ganda (Double Burden). Disamping masalah penyakit menular dan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Stroke menurut World Health Organization (WHO) (1988) seperti yang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makanan, berkurangnya aktivitas fisik dan meningkatnya pencemaran / polusi

BAB I PENDAHULUAN. bertambah dan pertambahan ini relatif lebih tinggi di negara berkembang,

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. berpenghasilan rendah dan menengah. Urbanisasi masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular dan penyakit kronis. Salah satu penyakit tidak menular

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetic foot merupakan salah satu komplikasi Diabetes Mellitus (DM).

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian berasal dari PTM dengan perbandingan satu dari dua orang. dewasa mempunyai satu jenis PTM, sedangkan di Indonesia PTM

BAB I PENDAHULUAN. pada beban ganda, disatu pihak penyakit menular masih merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang cukup banyak mengganggu masyarakat. Pada umumnya, terjadi pada

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembangunan kesehatan adalah upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen

I. PENDAHULUAN. Hipertensi merupakan tekanan darah tinggi menetap yang penyebabnya tidak

FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN DIABETES MELLITUS TIPE 2 PADA ORANG DEWASA DI KOTA PADANG PANJANG TAHUN 2011 OLEH:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. cerebrovascular disease (CVD) yang membutuhkan pertolongan dan penanganan

BAB I PENDAHULUAN. terjadi peningkatan secara cepat pada abad ke-21 ini, yang merupakan

BAB 1 PENDAHULUAN. World Health Organization (WHO) memperkirakan jumlah penderita hipertensi akan terus meningkat seiring

BAB I PENDAHULUAN. sedang berkembang menuju masyarakat industri. Perubahan kearah. pada gilirannya dapat memacu terjadinya perubahan pola penyakit.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi tahun. Menurut data dari Kementerian Negara Pemberdayaan

BAB I PENDAHULUAN. Amerika Serikat (Rahayu, 2000). Berdasarkan data American. hipertensi mengalami peningkatan sebesar 46%.

BAB I PENDAHULUAN. pada abad ini. Dijelaskan oleh WHO, di dunia penyakit tidak menular telah

BAB 1 PENDAHULUAN. transisi epidemiologi. Secara garis besar proses transisi epidemiologi adalah

BAB I PENDAHULUAN. dicapai dalam kemajuan di semua bidang riset DM maupun penatalaksanaan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Diabetes Mellitus (DM) merupakan salah satu penyakit degeneratif yang

BAB I PENDAHULUAN. makan, faktor lingkungan kerja, olah raga dan stress. Faktor-faktor tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. SL, Cotran RS, Kumar V, 2007 dalam Pratiwi, 2012). Infark miokard

BAB I PENDAHULUAN. suatu konsep mengenai perubahan pola kesehatan dan penyakit. Konsep tersebut

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penyakit tidak menular (penyakit jantung, diabetes mellitus, kanker dan penyakit paru obstruktif kronik) merupakan titik akhir dari perjalanan faktor resiko. Faktor resiko tersebut yaitu faktor resiko perilaku (merokok, diet tidak seimbang, alkohol dan kurang aktivitas fisik) yang akan berkembang menjadi faktor resiko perantara (hipertensi, hiperglikemia, obesitas dan hiperlipidemia) yang nantinya akan menuju pada titik akhir (Depkes, 2006). Hipertensi merupakan faktor resiko primer penyakit jantung dan stroke. Pada saat ini hipertensi adalah faktor resiko ke tiga terbesar yang menyebabkan kematian dini (Depkes, 2006). Hipertensi merupakan faktor resiko stroke (Collins, et.al, 1990). Sekitar 7,1 juta kematian per tahunnya berhubungan dengan hipertensi. Hipertensi menyebabkan 62% penyakit kardiovaskular dan 49 % penyakit jantung (WHO 2002 dalam Sidabutar, et.al, 1990). Penderita hipertensi diperkirakan di dunia mencapai 1 milyar (Chobanian et.al, 2003). Angka tersebut kian hari kian mengkhawatirkan yaitu sebanyak 972 juta (26%) orang dewasa di dunia menderita hipertensi (Depkes 2006). Angka ini terus meningkat tajam, pada tahun 2025 sekitar 29% orang dewasa di seluruh dunia yang menderita hipertensi (Depkes, 2006). Hipertensi menjadi penyebab, yaitu 1 dari setiap 8 kematian di dunia, dan menjadikannnya penyebab kematian nomor 3 terbanyak di dunia (Kottke, Sroebel & Hoffman, 2003). Hipertensi dikenal juga sebagai heterogeneous group of disease karena dapat menyerang siapa saja dari berbagai kelompok umur dan sosial ekonomi (Astawan,

2005). Prevalensi menjadi meningkat terutama di negara sedang berkembang dan miskin. (Suyono dan Samsuridjal, 1994). Prevalensi hipertensi di negara maju 10% - 20% lebih tinggi dibandingkan di negara yang sedang berkembang (15%) (Sadana, 1994). Prevalensi hipertensi mengalami peningkatan di beberapa negara. Pada tahun 1990 di Amerika Serikat penderita hipertensi 10-20% terutama hipertensi esensial (Sitorus, 2003). Pada tahun 1997, di Amerika Serikat hipertensi meningkat menjadi 15-22% (Bustan dan Nur, 1999). Selama 10 tahun ke depan setidaknya 20,7 juta penduduk Amerika Serikat akan menderita penyakit kardiovaskular, dengan 2,4 juta kematian diantaranya karena hipertensi (WHO, 2000). Di Mesir, pada tahun 1995, prevalensi hipertensi jauh lebih besar daripada di negara maju (26%) dibandingkan dengan negara Cina dan Amerika Serikat dengan definisi hipertensi yang sama (Ibrahim, 1996). Di beberapa negara anggota ASEAN, hipertensi menduduki urutan ke lima dari sepuluh penyakit utama pada tahun 1995-1999. Di Indonesia sendiri hipertensi termasuk dalam penyakit sistem sirkulasi yang menduduki urutan pertama dari lima penyakit utama di Indonesia (Depkes, 2001). Statistik Rumah Sakit di Indonesia pada tahun 2003 hipertensi menempati urutan ke 5 dari 10 peringkat utama penyebab sakit. Data pasien rawat inap penyakit kardiovaskular menunjukkan Case Fatality Rate 10,8% (Dirjen Yanmedik, 2004). Di Indonesia, proporsi penderita penyakit kardiovaskular yang dirawat di rumah sakit cenderung meningkat yaitu pada tahun 1990 (2,1%), tahun 1993 (2,5%), tahun 1995 (3,8%) dan tahun 2005 prevalensi untuk penyakit jantung iskemik (7,1%), stroke (8,4%), dan penyakit jantung lainnya (9,2%) (Depkes, 2006).

Prevalensi hipertensi di Indonesia selama ini sulit didapatkan, membandingkan prevalensi hipertensi di Indonesia dengan negara lainpun tidak mudah. Hal ini karena belum ada keseragaman dalam melakukan penelitian, cara pemeriksaan, dan cara menetapkan kriteria hipertensi (Azwar, 1999). Prevalensi hipertensi baik di seluruh dunia maupun di Indonesia sangat bervariasi. Beberapa penelitian yang pernah dilakukan di Indonesia menunjukkan, angka terendah 0,65 % (Lembah Baliem) dan yang tertinggi 28,65 (Sukabumi Jawa Barat) (Rahardjo, 1991). Walaupun demikian hipertensi merupakan masalah kesehatan di Indonesia dan memerlukan penanganan yang serius (Kartari, 1988). Hal ini ditandai dengan jumlah penderita yang meningkat dari 9,6 % pada tahun 1995 menjadi 11 % pada tahun 2001 (Djaja, et al., 2001). Diperkirakan jumlah ini akan terus meningkat sejalan dengan perubahan pola hidup dan pola makan (Soemarta, et al., 1994). Hasil SKRT tahun 2004 menunjukkan prevalensi hipertensi di Indonesia 14 % dengan kisaran antara 13,4 % - 14,6 %. Hipertensi digolongkan sebagai penyakit kultur, yaitu penyakit yang terkait dengan pola hidup kurang gerak (sedentary life style) dan pola makan siap saji yang mengandung lemak, protein, dan garam tinggi namun rendah serat (dietary fiber) (Nadesul, 2005). Penyakit hipertensi tidak memiliki gejala yang khusus sehingga sering disebut the silent disease. Umumnya penderita tidak mengetahui dirinya menderita hipertensi sebelum memeriksakan tekanan darahnya. Di Indonesia, diperkirakan 15 juta dan hanya 4% terkendali. Prevalensi hipertensi pada orang dewasa (6-15%), sesungguhnya merupakan proses degeneratif dan cenderung meningkat sesuai dengan pertambahan usia dan 50% penderita tidak menyadari bahwa dirinya menderita hipertensi. Sehingga cenderung untuk menderita hipertensi

yang lebih berat dan 70% adalah hipertensi ringan serta 90% merupakan hipertensi esensial yang tidak diketahui penyebabnya sehingga sulit untuk dilakukan intervensi dan pengobatan (Bustan, 2000). Perubahan pola hidup masyarakat hampir terjadi di semua kota besar di Indonesia, salah satunya adalah Jakarta sebagai Ibukota Negara RI yang menjadi pusat semua aspek kehidupan di atas. Keadaan ini ditunjukan dengan adanya kecenderungan perubahan pola penyakit utama kematian di Jawa-Bali, yaitu dari penyakit infeksi ke penyakit kronik degeneratif (http://bankdata.depkes.go.id/ Profil/Indo98/Contens/bab5-c.htm). Survei yang dilakukan oleh WHO pada tahun 2001 menyebutkan bahwa jumlah penderita DM (Diabetes Melitus) di Jakarta dari 1,7 % pada 1981 menjadi 5,7 % tahun 1993. Selain itu dari hasil SKRT tahun 2001 prevalensi hipertensi di daerah Jawa dan Bali sedikit lebih tinggi dibandingkan dengan Sumatra dan Kawasan Indonesia Timur. Di Propinsi DKI Jakarta, angka kesakitan hipertensi 2,45% dari total kunjungan pasien Puskesmas tahun 2006. Hipertensi menjadi penyebab sakit (29,52 %) dan kematian (36,52 %) terbanyak berbasis RS di Jakarta Utara tahun 2005 dan juga menjadi penyebab sakit (31,76 %) dan kematian (13,6 %) terbanyak berbasis Puskesmas di Jakarta Utara tahun 2005. Angka kesakitan hipertensi di Jakarta Utara tahun 2006 (6,8 %) dimana total kunjungan pasien ke Puskesmas adalah 19,7 %. BPS di Jakarta Utara 2001, hipertensi merupakan penyakit kedua terbesar yang diderita oleh pasien rawat jalan usia > 60 tahun di Puskesmas, yaitu sebanyak 3748 orang (17,08%). Di DKI Jakarta, laporan di rumah sakit menunjukkan angka prevalens penyakit DM adalah 0,47%, hipertensi 1,74%, infark miokard akut 0,05%, dan stroke 0,06% (Dinkes DKI, 2007).

1.2 Permasalahan Penelitian Hipertensi merupakan faktor resiko primer penyakit jantung dan stroke. Saat ini hipertensi adalah faktor resiko ke tiga terbesar yang menyebabkan kematian dini (Depkes, 2006). Masalah hipertensi semakin menjadi perhatian kalangan kedokteran karena frekuensinya cukup tinggi. Lebih dari 10% populasi orang dewasa di Indonesia mengidap hipertensi. Hipertensi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang memerlukan perhatian serius. Karena hipertensi menyebabkan arteriosclerosis yang berakibat fatal, memerlukan pengobatan lama, dan dapat menimbulkan komplikasi seperti stroke, gagal jantung, dan gagal ginjal (Ridjab, 2002). Penyakit hipertensi tidak mempunyai gejala yang khusus sehingga sering disebut the silent disease dan juga dikenal sebagai heterogeneous group of disease karena dapat menyerang siapa saja dari berbagai kelompok umur dan sosial ekonomi (Astawan, 2005). Gejalanya pun sering tersembunyi, tanpa gejala sama sekali, sehingga penderita tidak mengetahui dirinya mengidap hipertensi. Hipertensi yang tidak dikendalikan dengan baik akan menyebabkan perubahan atau kerusakan organ tubuh penting (Tara & Soetrisno, 2006). Hipertensi dapat terkendali dengan baik, hanya sebagian kecil saja yang dapat terkendali. Sebagian besar penderita memerlukan pengobatan seumur hidup dengan berbagai obat-obatan penurun tekanan darah (Tara & Soetrisno, 2006). Faktor-faktor resiko penyakit kardiovaskular yang dirangkum dalam Skoring Skrining Kardiovaskular Jakarta, digunakan oleh Puskesmas untuk deteksi dini masyarakat dan individu dalam 10 tahun ke depan. Hasil pengolahan tingkat resiko individu dan wilayah dapat digunakan sebagai bahan referensi dalam pengembangan intervensi

kesehatan masyarakat. Namun prevalensi hipertensi berdasarkan faktor-faktor resiko dalam skroing belum dapat diketahui. Oleh sebab itu penelitian ini dilakukan. 1.3 Pertanyaan Penelitian a. Berapa prevalensi hipertensi di Wilayah Jakarta Utara berdasarkan laporan Skrining Kardiovaskular pada tahun 2007? b. Bagaimana distibusi faktor-faktor resiko yaitu demografi (umur, jenis kelamin, tempat, poli kunjungan, dan daerah pantai), status kesehatan (obesitas dan diabetes melitus), dan faktor perilaku (aktivitas fisik dan merokok) di Wilayah Jakarta Utara pada tahun 2007? c. Bagaimana hubungan faktor-faktor resiko yaitu demografi (umur, jenis kelamin, tempat, poli kunjungan, dan daerah pantai), status kesehatan (obesitas dan diabetes melitus), dan faktor perilaku (aktivitas fisik dan merokok di Wilayah Jakarta Utara pada tahun 2007? 1.4 Tujuan Penelitian 1.4.1 Tujuan Umum Mengetahui prevalensi hipertensi di 6 Puskemas Kecamatan Wilayah Jakarta Utara berdasarkan laporan Skrining Kardiovaskular pada kelompok usia 25-64 tahun pada tahun 2007. 1.4.2 Tujuan Khusus 1. Mengetahui prevalensi kejadian hipertensi di Wilayah Jakarta Utara tahun 2007

2. Mengetahui distribusi frekuensi berbagai faktor resiko hipertensi meliputi faktor demografi, status kesehatan, dan faktor perilaku di Wilayah Jakarta Utara tahun 2007 3. Mengetahui hubungan faktor-faktor resiko yaitu demografi (umur, jenis kelamin, tempat, poli kunjungan, dan daerah pantai), status kesehatan (obesitas dan diabetes melitus), dan faktor perilaku (aktivitas fisik dan merokok) dengan kejadian hipertensi di Wilayah Jakarta Utara pada tahun 2007 1.5 Manfaat Penelitian 1.5.1 Suku Dinas Kesehatan Masyarakat 1. Membantu dalam analisis data penyakit tidak menular 2. Memberikan informasi mengenai faktor-faktor resiko yang didapat dalam penelitian ini 3. Memberikan pertimbangan dalam menyusun rencana pengendalian dan pencegahan hipertensi. 1.5.2 Puskesmas 1. Dapat memperoleh informasi mengenai prevalensi kejadian hipertensi dan faktorfaktor risikonya. 2. Dapat melakukan upaya preventif untuk mengeliminasi dan memodifikasi faktor risiko hipertensi. 1.5.3 Peneliti 1. Mendapat pengalaman secara langsung dalam mengadakan sebuah penelitian.

2. Mendapatkan pengetahuan epidemiologi penyakit tidak menular (hipertensi). 1.5.4 Masyarakat 1. Mendapatkan informasi mengenai kejadian hipertensi. 2. Dapat memperoleh pelayanan kesehatan yang tepat dan lebih baik mengenai penyakit hipertensi. 3. Masyarakat mampu mengukur tingkat resiko yang dimiliki berdasarkan faktorfaktor resiko yang dimiliki dengan menggunakan metode Skor Kardiovaskular Jakarta. 1.6 Ruang Lingkup Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui prevalensi dan determinan hipertensi di Wilayah Jakarta Utara berdasarkan laporan Skrining Kardiovaskular pada kelompok usia 25-64 tahun di 6 Puskemas Kecamatan (Koja, Tanjung Priuk, Penjaringan, Kelapa Gading, Pademangan, dan Cilincing) tahun 2007. Adapun alasan penulis meneliti masalah hipertensi ini karena prevalensi hipertensi berdasarkan faktor-faktor resiko dalam skroing tersebut belum dapat diketahui Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April-Juni tahun 2008 dengan menggunakan data sekunder yaitu skrining kardiovaskular pada pasien puskesmas dengan menggunakan metode Skoring Kardiovaskular Jakarta dalam pengisian kuisioner dan wawancara. Data yang terkumpul akan dianalisis secara deskriptif dan analitik sesuai dengan tujuan penelitian ini.