I. PENDAHULUAN. masyarakat yang mendiami daerah tertentu mempunyai suku dan adat istiadat

dokumen-dokumen yang mirip
II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN PARADIGMA. bagian dari kehidupan suatu kelompok masyarakat, biasanya dari suatu negara,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Kraton Surakarta merupakan bekas istana kerajaan Kasunanan Surakarta

III. METODE PENELITIAN. secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat populasi

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki keanekaragaman suku bangsa dan

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

BAB IV KERATON SURAKARTA PASCA KONFLIK. Tedjowulan yaitu antara lain terlihat berkurangnya jumlah abdi dalem yang

KONFLIK RAJA KEMBAR KERATON SURAKARTA HADININGRAT ( ) SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Utara yang berjarak ± 160 Km dari Ibu Kota Provinsi Sumatera Utara (Medan). Kota

BAB I PENDAHULUAN. Keraton berasal dari kata rat mendapat awalan ka atau ke dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Sebagaimana disebutkan dalam pasal

BAB V PENUTUP. ditarik kesimpulan bahwa Pesan Non Verbal dalam Upacara Adat Grebek Sekaten

I. PENDAHULUAN. mempunyai tata cara dan aspek-aspek kehidupan yang berbeda-beda. Oleh

BAB I PENDAHULUAN. memiliki adat istiadat (kebiasaan hidup) dan kebudayaan masing-masing,

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Indonesia merupakan masyarakat yang majemuk yang. terdiri dari ribuan pulau-pulau dimana masing-masing penduduk dan suku

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Sebagaimana disebutkan dalam pasal

BAB II URAIAN TEORITIS KEPARIWISATAAN. suci. Ritual menciptakan dan memelihara mitos, adat, sosial, dan agama, ritual

BAB II ISI SERAT ABDI DALEM KERATON

BAB I PENDAHULUAN. nenek moyang untuk memberikan salah satu rasa syukur kepada sang kuasa atas

BAB V KESIMPULAN. dan memiliki wilayah kekuasaannya sendiri-sendiri. Para pangeran yang tinggal di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari berbagai suku

BAB I PENDAHULUAN. didapat dalam semua kebudayaan dimanapun di dunia. Unsur kebudayaan universal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. kerajaan yang masih berjaya hingga saat ini, yaitu Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat.

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Nuarisa Agossa, 2013

PRINSIP KERJA SAMA DALAM KRATON SURAKARTA HADININGRAT. Drs. Andrianus Sudarmanto Staf Pengajar Bahasa dan Sastra Inggris Universitas Surakarta

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di Indonesia sangat kaya akan berbagai macam budaya baik itu bahasa,

I. PENDAHULUAN. Kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan dan hasil karya manusia

I. PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara kepulauan yang terletak pada garis khatulistiwa. Dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. budaya sebagai warisan dari nenek moyang. Kehidupan manusia di manapun

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bangsa ada di dalamnya dengan latar belakang kebudayaan yang berbeda-beda.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Nova Silvia, 2014

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara yang kaya dengan keanekaragaman etnik, banyak

BAB I PENDAHULUAN. Istimewa Yogyakarta, Indonesia, dikenal sebagai bangunan bersejarah yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia disatupadukan dari kebudayaan nasional dan kebudayaan. daerah. Kebudayaan nasional Indonesia merupakan puncak puncak

Titah Ingkang Sinuwon Kanjeng Susuhunan Paku Buwono XIII

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang beranekaragam. Menurut Sujarwa (1998:10-11), kebudayaan adalah seluruh

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Penelitian mengenai Tinjauan Filsafat Nilai Max Scheler terhadap Tarian

I. 1. Latar Belakang I Latar Belakang Pengadaan Proyek

I. PENDAHULUAN. yang lainnya. Banyaknya suku bangsa dengan adat istiadat yang berbeda-beda ini

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh dan berkembang seiring dengan perkembangan jaman. Kesenian tradisional pada

Simposium Nasional RAPI XV 2016 FT UMS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. perkembangannya Keraton Kasunanan lebih dikenal daripada Keraton

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk menunjukkan tingkat peradaban masyarakat itu sendiri. Semakin maju dan

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian merupakan unsur atau bagian dari kebudayan yang hidup di

FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang tentu memerlukan tanah, bahkan bukan hanya dalam

2015 KAJIAN NILAI-NILAI BUDAYA UPACARA ADAT NYANGKU DALAM KEHIDUPAN DI ERA MODERNISASI

BAB I PENDAHULUAN. yang sesuai dengan fungsi dan tujuan yang diinginkan. Kesenian dapat

BAB I PENDAHULUAN. sampai merauke, menyebabkan Indonesia memiliki banyak pulau. dijadikan modal bagi pengembang budaya secara keseluruhan.

LAPORAN AKHIR PENELITIAN HIBAH BERSAING TEMA

BAB I PENDAHULUAN. menjadi kebanggaan dan nilai tersendiri bagi kelompok sukunya. Setiap suku

I. PENDAHULUAN. kepercayaan, keyakinan dan kebiasaan yang berbeda-beda,karena kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan yang biasanya dilakukan setiap tanggal 6 April (Hari Nelayan)

BAB I PENDAHULUAN. Kesenian sebagai salah satu unsur dari perwujudan kebudayaan bangsa,

BAB I PENDAHULUAN. Sumardjo (2001:1) seni adalah bagian dari kehidupan manusia dan masyarakat.

JURNAL SKRIPSI. MAKNA RITUAL DALAM PEMENTASAN SENI TRADISI REOG PONOROGO (Studi Kasus di Desa Wagir Lor, Kecamatan Ngebel, Kabupaten Ponorogo)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menarik. Dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan keindahan, manusia

TARI KREASI NANGGOK DI KABUPATEN OGAN KOMERING ULU SUMATERA SELATAN

BAB III PROSES BERLANGSUNGNYA KONFLIK. tahta sebab beliau adalah putera mahkota. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia

BAB V KESIMPULAN. dinobatkan sebagai sultan kemudian menjadi Sampeyan Dalem Ingkang Sinuwun

STUDI PERKEMBANGAN DAN PELESTARIAN KAWASAN KERATON KASUNANAN SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Ayu Fauziyyah, 2014

I. PENDAHULUAN. dilestarikan dan dikembangkan terus menerus guna meningkatkan ketahanan

BAB I PENDAHULUAN. manusia yang sangat kompleks. Didalamnya berisi struktur-struktur yang

BAB I PENDAHULUAN. sebuah kelompok orang, dan diwariskan dari generasi ke generasi. 1 Dalam kaitannya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kebudayaan merupakan kompleks yang mencakup pengetahuan,

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut sejarah, sesudah Kerajaan Pajajaran pecah, mahkota birokrasi

BAB I PENDAHULUAN. seni musik merupakan salah satu cabang didalamnya. Musik dapat menjadi sarana

BAB I PENDAHULUAN. makam yang merupakan tempat disemayamkannya Ngabei Loring Pasar

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Secara umum, kebudayaan memiliki tiga wujud, yakni kebudayaan secara ideal

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

FUNGSI TARI BEDHAYA KETAWANG DI KERATON SURAKARTA DALAM KONTEKS JAMAN SEKARANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pernikahan adalah salah satu peristiwa penting yang terjadi dalam

PANDANGAN MASYARAKAT TERHADAP UPACARA MERTI DESA DI DESA CANGKREP LOR KECAMATAN PURWOREJO KABUPATEN PURWOREJO

BAB I PENDAHULUAN. fenomena/gejala kian merenggangnya nilai-nilai kebersamaan, karena semakin suburnya

BAB I PENDAHULUAN. zaman itu masyarakat memiliki sistem nilai. Nilai nilai budaya yang termasuk

beragam adat budaya dan hukum adatnya. Suku-suku tersebut memiliki corak tersendiri

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tari Putri Asrini, 2013

BAB I PENDAHULUAN. buddayah, yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti budi atau akal.

BAB I PENDAHULUAN. Karo merupakan etnis yang berada di Sumatera Utara dan mendiami

BAB I PENDAHULUAN. dinamakan mampu berbuat hamemayu hayuning bawana (Suwardi Endraswara,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Analisis nilai..., Yesy Wahyuning Tyas, FIB UI, 2009

BAB I PENDAHULUAN. Tujuh unsur kebudayaan universal juga dilestarikan di dalam kegiatan suatu suku

2015 EKSISTENSI KESENIAN HADRO DI KECAMATAN BUNGBULANG KABUPATEN GARUT

I. PENDAHULUAN. yakni berbeda-beda tetapi tetap satu. Maknanya meskipun berbeda-beda namun

BAB I PENDAHULUAN. Kalimantan, sebagaimana dengan wilayah Indonesia lainnya yang kaya akan

I. PENDAHULUAN. masyarakatnya. Salah satu adat budaya yang ada di Indonesia adalah adat budaya

Batik Larangan Penguasa Mataram

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa Indonesia memiliki kebudayaan yang berbeda-beda. Hal ini disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Seni Dzikir Saman Di Desa Ciandur Kecamatan Saketi Kabupaten Pandeglang Banten

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bangsa Indonesia terdiri dari berbagai macam suku, adat istiadat dan

Transkripsi:

1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Indonesia sebagai negara kepulauan memiliki keanekaragaman suku bangsa dan keanekaragaman kebudayaan yang akan menjadi modal dasar sebagai landasan pengembangan budaya bangsa yang ada di Indonesia. Setiap manusia dan masyarakat yang mendiami daerah tertentu mempunyai suku dan adat istiadat serta kebudayaan sendiri. Kebudayaan dalam suatu masyarakat menunjukkan tinggi rendahnya paradaban masyarakat itu sendiri. Kebudayaan timbul karena suatu kebiasaan yang dilakukan manusia dalam suatu lingkup sosial tertentu dan dilakukan terus menerus secara turun-temurun. Ruang lingkup kebudayaan Jawa sangat luas, meliputi seluruh bagian tengah dan timur pulau Jawa. Walaupun demikian daerah daerah tersebut merupakan daerah kejawen. Dalam seluruh rangka kebudayaan Jawa, dua daerah luas Kerajaan Mataram sebelum terpecah pada tahun 1755, yaitu Yogyakarta dan Surakarta, adalah merupakan pusat dari kebudayaan tersebut (Kodiran, 2004: 329). Karaton Surakarta didirikan oleh Paku Buwana II pada tahun 1746 untuk menggantikan Karaton Kartasura yang telah hancur akibat Geger Pecinan (Darsiti

2 Soeratman, 1989: 1). Semenjak pindahnya Karaton Kartasura ke Desa Sala maka Karaton disebut dengan Karaton Surakarta Hadiningrat. Nama ini ternyata terus dipakai secara luas sampai sekarang, bahkan memiliki konotasi kultural. Karaton berfungsi sebagai ekspresi mikrokosmos dari bentuk makrokosmos yang dapat ditiru oleh masyarakat. Raja menjadi obyek paling utama dan suci, dan dari dirinyalah seluruh sistem berputar. Karena raja sebagai pusat pemerintahan, maka akhirnya karaton pun menjadi pusat budaya, acuan nilai, adat, aturan, dan sumber ilmu bagi masyarakat dan lingkungannya baik secara fisik dan non fisik. Dalam konsep orang Jawa tentang organisme negara, raja atau ratulah yang menjadi eksponen mikrokosmos negara. Pandangan tentang alam yang terbagi dalam mikrokosmos dan makrokosmos adalah sesuatu yang pokok bagi pandangan dunia orang Jawa (Soemarsaid Moertono, 1985: 32). Sampai saat ini Karaton Surakarta Hadiningrat masih sangat dihormati keberadaannya oleh masyarakat Jawa. Masyarakat Jawa menganggap bahwa Karaton Surakarta Hadiningrat merupakan pusat dan sumber kebudayaan Jawa. Warisan budaya Karaton Surakarta Hadiningrat kaya akan makna dan ajaran hidup bagi kehidupan manusia. Oleh sebab itu warisan budaya Krataon bisa menjadi salah satu alternatif bagi orientasi perjalanan hidup manusia. Karaton Surakarta dan segala isinya merupakan budaya peninggalan para leluhur yang pernah berkuasa yang sampai sekarang masih dapat disaksikan. Pada umumnya masyarakat mengakui bahwa karaton sebagai sumber kabudayan Jawa. Cabang-cabang kebudayaan Jawa, khususnya di Surakarta, dapat dirunut kembali ke sumbernya yaitu Karaton Surakarta.

3 Karaton Surakarta Hadinigrat memliki banyak tradisi yang masih dilaksanakan hinga saat ini. Upacara-upacara adat Karaton Surakarta Hadiningrat ini menjadi tradisi setiap tahunnya dan masih sangat sakral dan religius. Inti kebudayaan Karaton Surakarta berupa gagasan, hasil pemikiran manusia berupa perilaku hidup menyembah kepada tuhan dan perilaku hidup sosial budaya. Nilai yang terkandung di dalamnya diwariskan pelestariannya dari generasi ke generasi. Nilai dari warisan budaya Karaton Surakarta Hadiningrat merupakan salah satu kekayaan dan memberikan ciri khusus bagi masyarakat Jawa. Kebudayaan Karaton Surakarta sebagai sebuah warisan budaya yang besar meliputi segi fisik dan non fisik. Keduanya merupakan kesatuan yang tidak bisa dipisahkan, sebab segi fisiknya menjadi wadah dari segi budaya non fisiknya. Budaya nonfisik karaton yang diwariskan sampai sekarang berupa berbagai bentuk seni budaya, misalnya; tari, musik, busana, pusaka, sastra dan sebagainya. Bentuk warisan lainnya adalah adat tata cara karaton yang sampai saat ini sebagian besar dijalankan dan dilestarikan, misalnya; Upacara Tingalan Dalem Jumenengan, Upacara Grebeg Sura, Mulud, dan Besar, pemeliharaan pusaka, Upacara sesaji Mahesa Lawung, Perkawinan Agung dan sebaginya. Upacara adat yang bersifat sakral dan paling utama dari upacara yang ada di Karaton Surakarta adalah Tingalan Dalem Jumenengan atau upacara ulang tahun penobatan raja. Kendati dalam upacara ini menghadirkan sejumlah tamu undangan di Bangsal Sasana Sewaka, tapi tradisi ini sepenuhnya milik raja (Bram Setiadi dkk, 2000: 245). Tingalan Dalem Jumenengan merupakan salah satu upacara penting yang wajib dilaksanakan di kerajaan-kerajaan yang masih

4 mempunyai hubungan keturunan dengan Kerajaan Mataram Islam. Salah satu makna upacara peringatan penobatan raja ini adalah sebagai bagian dari pengesahan kedudukan raja tentu saja mempunyai arti tersendiri (Soemarsaid Moertono, 1985: 69). Cara-cara seperti ini merupakan upaya yang terpenting untuk meningkatkan kewibawaan raja. Sebab, karena dia merupakan sumber kekuasaan yang pokok, menyeluruh dan tunggal dalam negara, perhatian utamanya adalah menegakkan kewibawaan, dan untuk itu ia harus terus-menerus memperlihatkan kebesarannya (Soemarsaid Moertono, 1985: 71). Belum ditemukan sumber yang jelas menganai sejarah upacara sakral ini, namun beberapa sumber mengatakan bahwa upacara ini berasal dari masa Sultan Agung berkuasa. Upacara ini merupakan bentuk legitimasi kekuasaan raja, untuk menunjukkan bahwa masih ada raja yang berkuasa di Karaton Kasunanan Surakarta Hadiningrat. Saat ini, raja yang sedang berkuasa di Kasunanan Surakarta Hadinigrat adalah Kanjeng Gusti Pangeran Haryo (KGPH) Hangabehi yang bergelar Sampeyan Ingkang Sinuhun Kanjeng Susuhunan (SISKS) Paku Buwono XIII yang dinobatkan sebagai raja pada Jum at, 10 September 2004, atau tanggal 25 di bulan Rajab pada penanggalan Jawa. Karena itu, Tingalan Dalem Jumenengan Karaton Surakarta Hadinigrat saat ini akan selalu digelar pada tanggal 25 bulan Rajab. Sementara lokasi pergelaran upacara Tingalan Dalem Jumenengan Karaton Surakarta Hadiningrat adalah Bangsal Sasana Sewaka. Sakralnya upacara adat Tingalan Dalem Jumenengan ini tidak hanya terlihat dari kekusyukan para tamu yang hadir dalam upacara peringatan saja tetapi juga dari tradisi yang dijalankan selama prosesi digelar. Saat acara sedang berlangsung,

5 sang raja akan duduk di atas dhampar yang berada di Pendopo Agung Sasana Sewaka ditemani oleh para abdi dalem, kerabat dan juga para pejabat. Upacara Tingalan Dalem Jumenengan ini sifatnya agak tertutup dan pribadi. Tempat pelaksanaannya di pendapa Sasanasewaka dan para putri, seperti biasanya, duduk di dalem Prabasuyasa. (Darsiti Soeratman,1989: 152). Tingalan Dalem Jumenengan adalah upacara peringatan penobatan raja yang wajib dilakukan setiap tahun sesuai tanggal raja dinobatkan. Upacara ini merupakan upacara yang penting dan sakral yang akan terus diselenggarakan oleh Karaton Surakarta Hadiningrat setiap tahunnya selama masih ada raja yang berkuasa di sana. B. Analisis Masalah 1. Indentifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan secara singkat di atas, maka penulis mengidentifikasi masalah Tingalan Dalem Jumenengan sebagai berikut: 1. Sejarah tradisi Tingalan Dalem Jumenengan di Karaton Kasunanan Surakarta Hadiningrat. 2. Makna tradisi Tingalan Dalem Jumenengan di Karaton Kasunanan Surakarta Hadiningrat. 3. Proses tradisi Tingalan Dalem Jumenengan di Karaton Kasunanan Surakarta berupa kirab Tingalan Dalem Jumenengan.

6 2. Pembatasan Masalah Agar penelitian ini tidak terlalu luas, maka masalah dalam penelitian ini penulis membatasi pada proses pelaksanaan tradisi Tingalan Dalem Jumenengan di Karaton Kasunanan Surakarta Hadinigrat. Diharapkan dengan pembatasan masalah tersebut, peneliti dapat memfokuskan pada pokok kajian yang sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian. 3. Rumusan Masalah Sesuai dengan batasan masalah di atas, maka masalah dalam penelitian ini dapat dirumuskan adalah bagaimanakah rangkaian proses tradisi Tingalan Dalem Jumenengan ke-10 SISKS Paku Buwono XIII di Karaton Kasunanan Surakarta Hadiningrat? C. Tujuan Penelitian, Kegunaan dan Ruang Lingkup Penelitian 1. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui rangkaian proses pelaksanaan tradisi Tingalan Dalem Jumenengan di Karaton Kasunanan Surakarta Hadiningrat. 2. Kegunaan Penelitian Setiap penelitian tentunya akan dapat memberikan berbagai manfaat bagi semua orang yang membutuhkan informasi tentang masalah yang penulis teliti, adapun kegunaan dari penelitian ini adalah:

7 a. Secara teoritis, adalah menjadi bahan sumbangan pengetahuan dalam rangka pengembangan ilmu pengetahuan khususnya ilmu-ilmu sosial dan budaya mengenai kebudayaan Jawa tradisi Tingalan Dalem Jumenengan di Karaton Kasunanan Surakarta. b. Secara praktis, dapat dijadikan sebagai bahan informasi kepada peminat kebudayaan yang ingin mengetahui proses tradisi Tingalan Dalem Jumenengan serta menambah wawasan bagi penulis dan pembaca tentang tradisi Tingalan Dalem Jumenengan di Karaton Kasunanan Surakarta Hadiningrat. 3. Ruang Lingkup Penelitian Agar tidak terjadi suatu kerancuan dalam sebuah penelitian, perlu penulis berikan batasan ruang lingkup yang akan mempermudah pembaca memahami isi karya tulis ini. Adapun ruang lingkup tersebut adalah : a. Objek Penelitian : Tradisi Tingalan Dalem Jumenegan di Karaton Kasunanan Surakarta. b. Subjek Penelitian : Abdi dalem dan Sentana Karaton Kasunanan Surakarta. c. Tempat Penelitian : Karaton Kasunanan Surakarta. d. Waktu Penelitian : 2014 e. Konsentrasi Ilmu : Budaya

8 REFERENSI Kodiran. 2004. Kebudayaan Jawa dalam Koentjaraningrat (ed) Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta: Djambatan. Halaman 329. Darsiti Soeratman. 1989. Kehidupan Dunia Kraton Surakarta 1830-1939. Yogyakarta: Yayasan Penerbitan Tamansiswa. Halaman 1. Soemarsaid Moertono. 1985. Negara dan Usaha Bina-Negara di Jawa Masa Lampau: Studi Tentang Masa Mataram II, Abad XVI Sampai XIX. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Halaman 32. Bram Setiadi dkk. 2001. Raja di Alam Republik:Keraton Kasunanan Surakarta dan Paku Buwono XII. Jakarta: Bina Rena Pariwara. Halaman 245. Soemarsaid Moertono. Op.cit,. Halaman 69. Ibid, halaman 71. Darsiti Soeratman. Op.cit,. Halaman 152 Sumber lain: http://www.karatonsurakarta.com diakses 23 Febuari 2014 pukul 19.38 WIB