BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Stock Split Menurut Baridwan (2002;241), stock split adalah usaha perusahaan untuk memperbanyak jumlah saham yang beredar dengan mengurangi nilai nominal saham. Pengurangan nilai nominal dapat menambah jumlah lembar saham tanpa adanya penyebaran atau kapitalisasi nilai perusahaan, karena dalam stock split tidak terjadi penambahan modal yang disetor (Ang, 1997:18). Perusahaan melakukan stock split karena harga sahamnya dinilai terlalu tinggi (over valued). Harga saham yang over valued menyebabkan kemampuan investor untuk membeli saham tersebut menjadi menurun. Melalui stock split, diharapkan harga saham terjadi pada kisaran tertentu yang dianggap optimal. Secara teoritis stock split tidak memiliki nilai ekonomis karena stock split hanya mengganti saham yang beredar dengan cara menurunkan nilai pari saham, sedangkan saldo modal saham dan laba yang ditahan tetap sama. Banyak peristiwa stock split dipasar modal memberikan indikasi bahwa stock split merupakan alat yang penting dalam praktik pasar modal karena stock split menjadi salah satu alat manajemen untuk membentuk harga pasar perusahaan, dan dalam praktik dipasar modal apabila perusahaan tersebut mempunyai kinerja yang bagus maka harga akan meningkat lebih cepat. Dengan adanya stock split, saham emiten dipasar akan lebih murah dan jumlahnya pun akan lebih banyak. Dengan kondisi seperti ini, maka perdagangan saham pelaku stock split diharapkan bias lebih likuid dan kemampuannya
menggalang dana untuk perusahaan akan semakin baik. Selain itu, dengan murahnya harga saham terebut, kesempatan masyarakat luas untuk ikut memiliki saham ini akan semakin tinggi. Pada dasarnya stock split dapat dilakukan dengan dua cara (Husnan, 2005:169), yaitu: 1. Pemecahan Naik (Split Up) Pemecahan naik artinya penurunan nilai nominal per lembar saham yang mengakibatkan bertambahnya jumlah lembar saham yang beredar. Misalnya dengan faktor pemecahan 2:1. 2. Pemecahan Turun (Split Down/Reserve Split) Pemecahan turun adalah peningkatan nilai nominal per lembar saham dan mengurangi jumlah saham yang beredar. Misalnya dengan faktor pemecah 1:2. Secara teoritis, motivasi yang mendasari perusahaan melakukan stock split serta dampak yang ditimbulkannya tertuang dalam teori trading range theory dan signaling theory (Halim, 2007:16). 1. Trading Range Theory. Teori ini menyatakan bahwa alasan manajemen melakukan stock split didorong oleh perilaku pasar yang konsisten dengan anggapan bahwa dengan melakukan stock split, maka dapat menjaga harga saham agar tidak terlalu mahal. Dengan adanya stock split, nilai nominal saham dipecah sehingga meningkatkan daya beli investor, dengan tujuan agar akan tetap banyak pelaku pasar modal yang mau memperjualbelikan saham bersangkutan. Melalui stock
split, harga saham menjadi tidak terlalu tinggi sehingga akan semakin banyak investor yang mampu bertransaksi. Stock split mengakibatkan terjadinya penataan kembali harga saham pada rentang yang lebih rendah. 2. Signaling Theory. Teori ini menyatakan bahwa stock split memberikan signal yang positif karena manajemen akan menginformasikan prospek masa depan yang baik dari perusahaan kepada publik yang belum mengetahuinya. Alasan ini didukung dengan adanya kenyataan bahwa perusahaan yang melakukan stock split adalah perusahaan yang mempunyai kondisi kinerja keuangan yang baik. Pengumuman stock split juga merupakan signal bahwa earning dan cash dividend akan meningkat. Peningkatan earning dan cash dividend merupakan salah satu gambaran prospek perusahaan yang positif. Tidak semua perusahaan dapat melakukan stock split. Hanya perusahaan yang sesuai dengan kondisi yang disinyalkan yang akan bereaksi positif. Perusahaan yang memberikan sinyal yang tidak valid akan mendapat dampak negatif. Stock split yang dilakukan emiten memerlukan biaya yang harus ditanggung dan hanya perusahaan yang mempunyai prospek yang baik yang dapat menanggung biaya tersebut. Adapun manfaat Stock Split (Halim; 2007:17) yang dilakukan oleh perusahaan dengan harapan dapat memberi manfaat sebagai berikut: 1. Menurunkan harga saham, membuat saham lebih likuid untuk diperdagangkan, menimbulkan marketability dan efisien pasar.
2. Mengubah investor odd lot (membeli saham dibawah 500 lembar) menjadi round lot (membeli saham minimal 500 lembar). 3. Memanfaatkan psikologi investor tentang tingkat keuntungan yang lebih tinggi karena basis harga yang lebih rendah. 4. Meningkatkan daya tarik masyarakat untuk berinvestasi. 5. Mensinyalkan kondisi perusahaan yang bagus. Menurut Halim (2007:17) menyatakan bahwa ada beberapa tujuan suatu perusahaan melakukan stock split, yaitu: 1. Untuk menghindari harga saham yang terlalu tinggi sehingga memberatkan public untuk membeli/memiliki saham tersebut. 2. Mempertahankan tingkat likuiditas. 3. Menarik investor yang berrpotensi lebih banyak guna memiliki saham tersebut. 4. Menarik minat investor kecil untuk memiliki saham tersebut karena jika terlalu mahal maka kepemilikan dana dari investor kecil tidak akan terjangkau. 5. Menambah jumlah saham yang beredar. 6. Memperkecil risiko yang akan terjadi, terutama bagi investor yang ingin memiliki saham tersebut dengan kondisi harga saham yang rendah maka karena sudah dipecah tersebut artinya telah terjadi diversifikasi investasi. 2.2. Bid-Ask Spread atau dikenal dengan spread adalah selisih antara kurs beli/harga bid dan ask/harga jual suatu mata uang dan merupakan biaya transaksi (Fabozzi, 2000:794). Spread yang lebih besar diberlakukan terhadap currecy notes
dan travelers cheque karena lebih besar handling cost, resiko kerugian dan tidak adanya kompetisi substansial untuk foreign cash pada level jalanan. Spread yang lebih lebar juga diambil oleh para dealer untuk mengkompensasi tambahan risiko akibat semakin tidak stabilnya valas karena lebih berisiko bagi pedagang untuk mengambil posisi terhadap valas tersebut. Menurut Jones (2002:418) spread merupakan selisih antara harga beli (bid) tertinggi yang menyebabkan investor bersedia untuk membeli saham tertentu dengan harga jual (ask) terendah yang menyebabkan investor bersedia menjual sahamnya. Spread mempunyai dua model, yaitu: 1. Dealer spread adalah selisih antara harga bid dan harga ask yang menyebabkan dealer ingin memperdagangkan sekuritas dengan aktivanya sendiri untuk mendapatkan keuntungak sendiri. 2. Marked spread merupakan perbedaan antara permintaan beli tertinggi dengan penawaran jual terendah yang terjadi pada suatu saat tertentu. Abdul dan Hidayat (2000) mendefinisikan bid-ask spread sebagai selisih harga beli tertinggi yang dealer bersedia membeli saham dengan harga jual terendah yang dealer bersedia menjual. Spread yang diketahui ada di Bursa Efek Indonesia (BEI) adalah market spread. Hal ini disebabkan aktifitas BEI lebih bersifat competitive order matching market atau dikenal dengan order-driven market system dimana invetor hanya dapat diperbolehkan menyerahkan order jual beli dan melakukan transaksi melalui broker. Penelitian tentang bid-ask spread ini lebih mengarah kepada Perantara Pedagang Efek (PPE) sebagai dealer maupun broker berusaha untuk membatasi adanya ketidaksamaan waktu yang diperlukan
untuk memenuhi keinginan invetor untuk membeli atau menjual sesuai dengan harga dan jumlah yang diinginkan terhadap keinginan investor. Perhitungan bid-ask spread dapat dirumuskan sebagai berikut di bawah ini (Stoll,1989:115): Bid-Ask Spread=(Pj-Pb)/Ptx100% Dimana: Pj Pb Pt = Harga jual saham = Harga beli saham = Harga penutupan saham 2.3. Harga Saham Harga saham merupakan suatu surat berharga yang menunjukkan adanya kepemilikan seseorang atau badan hukum terhadap perusahaan penerbit saham (Fakhruddin dan Hadianto, 2008:5). Harga saham di pasar modal (pasar sekunder) setiap saat bisa mengalami perubahan, sehingga para investor atau calon investor harus jeli dalam pemilihan saham. Jika harga saham naik maka saham aktif diperdagangkan, sedangkan jika harga saham turun maka saham tidak aktif diperdagangkan. Hal ini yang menyebabkan bid-ask spead turun, sehingga harga saham memiliki hubungan negatif dengan bid-ask spread. Berdasaran hak kepemilikannya, saham dibagi atas dua bagian (Fakhruddin dan Hadianto, 2008:12), yaitu: 1. Saham Biasa (Common Stocks) Merupakan saham yang menempatkan pemiliknya paling junior dalam hal pembagian deviden dan hak atas harta kekayaan perusahaan apabila
perusahaan tersebut di likuidasi. Saham ini bisanya merupakan saham yang paling banyak dikenal dan diperdagangkan dipasar. 2. Saham Preferen (Preferred Stocks) Saham ini mempunyai karakteristik gabungan antara obligasi dan saham biasa karena bias menghasilkan pendapatan tetap, tetapi bias juga mendatangkan hasil seperti yang dikehendaki investor. Ada dua hal penyebab saham preferen serupa dengan saham biasa yaitu mewakili kepemilikan ekuitas dan diterbitkan tanpa tanggal jatuh tempo yang tertulis diatas lembaran saham tersebut dan membayar deviden. Perbedaan saham preferen dengan obligasi terletak pada dua hal yakni klaim atas laba dan aktiva. Deviden tetap selama masa berlaku dari saham, mewakili hak tebus dan dapat ditukar dengan saham biasa. Faktor yang mempengaruhi pergerakan harga saham adalah kendala eksternal seperti kegiatan perekonomian pada umumnya, pajak dan keadaan bursa saham, proyeksi laba per lembar saham, saat diperoleh laba, tingkat resiko dari proyeksi laba, proporsi hutang perusahaan terhadap ekuitas, serta kebijakan pembagian stock split. 2.4. Volume Perdagangan Menurut (Abdul dan Hidayat, 2000), volume perdagangan diartikan sebagai jumlah lembar saham yang diperdagangkan pada hari tertentu. Volume perdagangan akan menurunkan nilai pemilikan saham sehingga menurunkan spread. Dengan demikian semakin aktif perdagangan suatu saham atau semakin
besar volume perdagangan suatu saham, maka semakin rendah biaya kepemilikan saham tersebut yang berarti akan mempersempit bid-ask spread saham tersebut. Perubahan harga merefleksikan perubahan kepercayaan rata-rata pasar secara agregat, sebaliknya volume perdagangan suatu saham merupakan jumlah tindakan atau perdagangan investor secara individual. Total volume perdagangan suatu saham merupakan suatu penjumlahan dari setiap transaksi perdagangan yang dilakukan oleh para pelaku pasar. Proses penjumlahan ini mencerminkan adanya perbedaan pandangan (asimetri) diantara investor mengenai nilai suatu saham. Besarnya variabel volume perdagangan diketahui dengan mengamati kegiatan perdagangan saham yang dapat dilihat melalui indikator aktifitas volume perdagangan (Trading Volume Activity/TVA). Trading Volume Activity (TVA) merupakan suatu indikator yang dapat digunakan untuk melihat reaksi pasar modal terhadap informasi melalui parameter pergerakan aktifitas volume perdagangan saham di pasar modal. Adapun yang menjadi rumus dari volume perdagangan adalah: Volume perdagangan = Jumlah saham perusahaan yang diperdagangkan Jumlah saham perusahaan yang beredar 2.5. Varian Return Varian return adalah berbagai ukuran yang mengukur besarnya perubahan kekayaan investor baik kenaikan maupun penurunan serta menjadi bahan pertimbangan untuk membeli atau mempertahankan sekuritas. Dalam kaitannya dengan pertimbangan investasi khususnya keputusan untuk menahan atau
melepas suatu kepemilikan saham, return dan tingkat resiko merupakan bahan pertimbangan tambahan yang dapat digunakan dalam pengambilan keputusan karena pada dasarnya antara tingkat risiko yang harus di tanggung dengan penentuan waktu untuk keputusan menahan atau melepas saham merupakan suatu hal yang berkaitan. Argumen ini di dukung oleh hasil penelitian Stoll (1989) yang menunjukkan bahwa varian saham berhubungan positif dengan bid-ask spread. Adapun rumus dari varian return adalah: σ i 2 = n t 1 n 1 Rit R it Dimana : 2 σ i R it R it n = varian return saham = Return saham I pada periode t = Rata-rata return saham I pada periode t = Jumlah periode pengamatan 2.6. Penelitian Terdahulu penelitian ini: Berikut adalah penelitian terdahulu yang dijadikan referensi dalam Tabel 2.1 Daftar Penelitian Terdahulu No Peneliti /Tahun Judul Penelitian Variabel Penelitian Metode Analisis Data 1 Agung Nur Isra Ciptaningsih (2010) Analisa pengaruh harga saham, volume perdagangan dan variansi return saham terhadap bidask spread pada masa sebelum dan sesudah stock split pada perusahaan manufakatur yang listing di BEI 1. harga saham 2. volume perdagangan 3. variansi return Hasil Penelitian 1. harga saham berpengaruh negatif dan tidak 2. volume perdagangan berpengaruh negatif dan 3. varian return berpengaruh positif dan
2 Agus Purwanto (2004) 3 Ardha Chandra W.K (2003) 4 Magdalena Nany dan M. Abdul Aris (2004) Pengaruh harga saham, volume perdagangan, dan varian return terhadap bidask spread pada masa sebelum dan sesudah right issue di Bursa Efek Jakarta Pengaruh harga saham, volume perdagangan, dan volatilitas harga saham, studi pada perusahaan yang melakukan stock split di Bursa Efek Jakrta Pengaruh harga saham, return saham, varian return saham, earnings dan volume perdagangan pra dan pasca pengumuman laporan keuangan baik dalam kondisi good news maupun bad news 1. harga saham 2. volume Perdagangan 3. varian return 1. harga saham 2. volume Perdagangan 3. volatilitas harga saham 1. harga saham 2. return saham 3. varian return Saham 4. earnings 5. volume perdagangan saham Harga saham, volume perdagangan, dan varian return saham berpengaruh 1. harga saham berpengaruh negatif dan tidak 2. volume perdagangan berpengaruh negatif dan 3. varian return berpengaruh positif dan Harga saham, volume perdagangan, dan varian return saham berpengaruh terhadap right issue. 1. harga saham berpengaruh negatif dan tidak 2. volume perdagangan berpengaruh positif dan 3. volatilitas harga saham berpengaruh positif dan tidak terhadap bid-ask spread Harga saham, volume perdagangan, dan volatilitas harga saham berpengaruh 1. harga saham berpengaruh positif dan tidak 2. return saham berpengaruh negatif dan tidak 3. varian return saham berpengaruh positif dan 4. earnings berpengaruh negatif dan tidak 5. volume perdagangan berpengaruh positif dan Harga saham, return saham, dan varian retun saham, earnings dan volume perdagangan berpengaruh positif dan
5 Veronica Napitupulu (2013) 6 Sri Dwi Ari Ambarwati (2006) 7 Wang Sutrisno (2000) Pengaruh return saham, volume perdagangan dan volatilitas harga saham pada perusahaan yang melakukan stock split di Bursa Efek Indonesia Pengaruh return saham, volume perdagangan saham dan varian return saham terhadap bid-ask spread saham pada perusahaan manufaktur yang tergabung dalam indeks LQ Pengaruh harga saham, volume perdagangan, varians saham dan abnormal return terhadap bid-ask spread studi pada perusahaan yang melakukan stock split di Bursa Efek Jakrta 1. return saham 2. volume perdagangan 3. volatilitas harga Saham 1. return saham 2. volume perdagangan 3. varian return 1.Harga saham 2.Volume perdagangan 3. presented spread 4.Varians saham 5.Abnormal return 1. return saham berpengaruh positiff dan 2. volume perdagangan berpengaruh positif dan tidak 3. volatilitas harga saham berpengaruh negatif dan tidak terhadap bid-ask spread Return saham, volume perdagangan, dan volatilitas harga saham berpengaruh 1. return saham berpengaruh negatif dan tidak 2. volume perdagangan berpengaruh negatif dan 3. varian return berpengaruh negatif dan Harga saham, volume perdagangan, dan varian return berpengaruh terhadap bid-ask spread 1. harga saham berpengaruh positif dan 2. volume perdagangan berpengaruh positif dan 3. varian saham berpengaruh positif dan tidak 4. abnormal return berpengaruh negatif dan tidak Harga saham, saham, volume perdagangan, varians saham dan abnormal return berpengaruh terhadap bid-ask spread studi pada perusahaan yang melakukan stock split di Bursa Efek Jakrta
2.7. Kerangka Konseptual Aktifitas stock split berpengaruh terhadap persentase bid-ask spread. Menuru Miller dan Rock (1998) bid-ask spread dipengaruhi oleh harga saham, volume perdagangan dan varian return. Dengan begitu perusahaan-perusahaan yang telah berada di dalam Bursa Efek Indonesia dapat mengetahui apa dampak yang dihasilkan dari bid-ask spread baik itu sebelum stock split maupun sesudah stock split. Sehingga perusahaan-perusahaan tersebut dapat mengambil keputusan untuk melakukan stock split ataupun tidak melakukan stock split. Berikut ini digambarkan tentang kerangka konseptual hubungan antara variabel dependen yaitu bid-ask spread dengan variabel independennya yaitu harga saham, volume perdagangan dan return saham dan juga sebelum dan sesudah stock split. Adapun kerangka pemikiran penelitian adalah sebagai berikut : Harga saham volume perdagangan Varian return saham Sebelum dan sesudah stock split Sebelum dan sesudah stock split Gambar 2.2. Kerangka Konseptual Besarnya bid-ask spread merupakan kompensasi atas biaya biaya informasi, biaya order, dan biaya pemilikan saham (Stoll, 1989). Dengan demikian, kompensasi atas biaya biaya tersebut berakibat pada fluktuasi harga saham. Dalam penelitian Stoll (1989) menghitung persentase bid ask spread
dengan rumus (Pj Pb)/Pt. Hal ini berarti bahwa persentase bid ask spread akan semakin rendah apabila harga saham semakin tinggi, demikian pula sebaliknya apabila bid ask spread semakin tinggi maka harga saham semakin rendah. Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat dinyatakan bahwa harga saham memiliki hubungan negatif dengan bid ask spread. 2.8. Hipotesis Menurut Nasir (2000:124), hipotesis adalah suatu pernyataan atau dugaan sementara terhadap yang diteliti secara empiris. Berdasarkan kerangka konseptual diatas diambil sebuah hipotesis sebagai berikut: 1. Bahwa harga saham, volume perdagangan, dan varian return berpengaruh pada masa sebelum stock split di Bursa Efek Indonesia. 2. Bahwa harga saham, volume perdagangan, dan varian return berpengaruh pada masa sesudah stock split di Bursa Efek Indonesia.