KARAKTERISTIK TINGKAT KEBUGARAN KARDIORESPIRASI SISWA KELAS 6 SD DI DESA MENGWITANI TAHUN 2014

dokumen-dokumen yang mirip
DAFTAR ISI. LEMBAR PENGESAHAN... ii. PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN... iv. ABSTRAK... v. ABSTRACT... vi. RINGKASAN... vii. SUMMARY...

BAB I PENDAHULUAN. di DIY memiliki proporsi sebesar 42,1% untuk perilaku sedentari <3 jam,

BAB I PENDAHULUAN. mempertahankan kualitas hidup seseorang, akan tetapi nilai kebugaran jasmani

ABSTRAK HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK DENGAN INDEKS MASSA TUBUH (IMT) PADA ANAK SD X KOTA BANDUNG TAHUN AJARAN 2014/2015

HUBUNGAN KARAKTERISTIK SUBJEK, ASUPAN ZAT GIZI, DAN AKTIVITAS FISIK DENGAN KEKUATAN OTOT ANAK USIA SEKOLAH DI KABUPATEN PURWAKARTA

HUBUNGAN ANTARA INDEKS MASSA TUBUH DENGAN TINGKAT KEBUGARAN JASMANI MAHASISWA PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER UNIVERSITAS TADULAKO TAHUN MASUK 2012

ABSTRAK GAMBARAN STATUS GIZI PADA ANAK USIA 6-12 TAHUN DI SD SUKASARI I BANDUNG PERIODE

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT AKTIVITAS JASMANI DENGAN KESEGARAN JASMANI SISWA PUTRI KELAS VIII SMP N 3 DEPOK YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Obesitas merupakan suatu kondisi dimana terjadi penumpukan lemak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN KEBUGARAN JASMANI MAHASISWA PRODI KEDOKTERAN UNJA

HUBUNGAN TINGKAT AKTIVITAS FISIK DENGAN STATUS GIZI PADA ANAK USIA PRASEKOLAH LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH

ABSTRAK GAMBARAN POLA MAKAN DAN POLA ASUH TERHADAP STATUS GIZI PADA ANAK DI SEKOLAH DASAR NEGERI 3 BATUR

SKRIPSI HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH (IMT) DENGAN KESEIMBANGAN STATIS PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA

BAB III METODE PENELITIAN

ABSTRAK PERBANDINGAN GAMBARAN STATUS GIZI ANAK USIA 6-8 TAHUN DI SD X KOTA BANDUNG DENGAN SD Y KOTA JAYAPURA

GAMBARAN KADAR GLUKOSA DARAH SEWAKTU PADA PETUGAS AVIATION SECURITY BANDARA JUWATA TARAKAN DENGAN INDEKS MASSA TUBUH kg/m 2

HUBUNGAN ASUPAN GIZI MAKAN PAGI DAN MAKAN SIANG DENGAN STATUS GIZI DAN KESEGARAN JASMANI PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI TEMBALANG SEMARANG TAHUN 2012

ABSTRAK HUBUNGAN TES BANGKU ASTRAND-RYHMING TES BANGKU MODIFIKASI HARVARD. Indraji Dwi Mulyawan, 2002; Pembimbing: DR. Iwan Budiman, dr.

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang

SKRIPSI HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH (IMT) DENGAN KAPASITAS VITAL PARU PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA NI MADE FITRI DAMAYANTI

SKRIPSI HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DAN AKTIVITAS FISIK TERHADAP DAYA TAHAN KARDIOVASKULAR PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA

UNIVERSITAS UDAYANA HUBUNGAN STATUS ANEMIA DAN INDEKS MASSA TUBUH MENURUT UMUR (IMT/U) DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWI SMK KESEHATAN GANA HUSADA

Hubungan Antara Gaya (Yundhi Arfianto) Kata kunci: Gaya Hidup sehat, Tingkat Kesegaran Jasmani, Kelas VIII

ABSTRAK HUBUNGAN TES BANGKU QUEEN'S COLLEGE DAN TES BANGKU MODIFIKASI HARVARD. Khomainy Alamsyah,2002. Pembimbing : DR. Iwan Budiman dr.

HUBUNGAN KEBIASAAN SARAPAN PAGI DENGAN KESEGARAN JASMANI PADA MURID SMP ST. THOMAS 3 MEDAN TAHUN 2011 SKRIPSI. Oleh:

Keywords: The level qf physical fitness, elementary school Group IV Donokerto Turi. Tingkat Kesegaran Jasmani...(Tri Harti)1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data

ABSTRAK GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP, DAN PERILAKU SISWI-SISWI OQ MODELLING SCHOOL

HUBUNGAN ANTARA KELEBIHAN BERAT BADAN DENGAN KELELAHAN KERJA PADA PEKERJA PEREMPUAN PT ISKANDAR INDAH PRINTING TEKSTILE SURAKARTA SKRIPSI

ABSTRAK. HUBUNGAN TES ERGOMETER SEPEDA MODIFlKASI YMCA DAN TES BANGKU SHARKEY

HUBUNGAN KEBIASAAN MEROKOK DENGAN KETAHANAN KARDIORESPIRASI PADA DOSEN PRIA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS RIAU

ABSTRAK HUBUNGAN GANGGUAN PEMUSATAN PERHATIAN DAN HIPERAKTIFITAS (GPPH) TERHADAP STATUS GIZI ANAK DI KLINIK TUMBUH KEMBANG RSUP SANGLAH DENPASAR

PERAN LATIHAN FISIK TERHADAP NAFSU MAKAN PADA INDIVIDU OVERWEIGHT ATAU OBESITAS YANG MENDAPATKAN KONSELING GIZI TENTANG LOW CALORIE DIET

BAB I PENDAHULUAN. perubahan gaya hidup. Sebagian besar dari aktivitas telah digantikan oleh

PERSEPSI ANAK SEKOLAH DASAR MENGENAI BAHAYA ROKOK (STUDI PADA ANAK SEKOLAH DASAR DI PERKOTAAN DAN PEDESAAN DI KOTA DEMAK)

Hubungan Antara Tingkat Konsumsi Energi, Protein dan Daya Beli Makanan dengan Status Gizi pada Remaja di SMP Negeri 2 Banjarbaru

SKRIPSI HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DAN AKTIVITAS FISIK TERHADAP KESEIMBANGAN DINAMIS PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS UDAYANA

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

HUBUNGAN ANTARA PERAN KELUARGA DENGAN PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI PADA ANAK USIA SEKOLAH (11-12 TAHUN) DI SDK NIMASI KABUPATEN TIMOR TENGAH

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

ABSTRAK. Kata kunci: pengetahuan orang tua, cara menyikat gigi, tingkat kebersihan rongga mulut. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN KESEGARAN KARDIOVASKULAR YANG DIUKUR DENGAN HARVARD STEP TEST DAN 20M SHUTTLE RUN TEST PADA ANAK OBESITAS

HUBUNGAN ANTARA STATUS GIZI DENGAN TINGKAT KEBUGARAN JASMANI PADA SISWI SMK NEGERI 1 SURABAYA KELAS X TAHUN AJARAN

Tingkat Kesegaran Jasmani...(Said Erwan Susanto)1

ANALISIS TINGKAT KESEGARAN JASMANI MAHASISWA PROGRAM STUDI PENJASKESREK IKIP PGRI PONTIANAK

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Usep suhendra, Pembimbing: Dr. Iwan budiman, dr., MS.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ditandai dengan berat badan diatas rata-rata dari indeks massa tubuh (IMT) yang di

EVALUASI TINGKAT KEBUGARAN JASMANI MAHASISWA PENDIDIKAN JASMANI, KESEHATAN, DAN REKREASI STKIP PGRI TRENGGALEK

BAB III METODE PENELITIAN. adalah pendekatan cross sectional, dimana variabel independen dan dependen

HUBUNGAN AKTIVITAS FISIK, KEBUGARAN FISIK DAN IMEJ TUBUH DENGAN KEJADIAN OBESITAS PADA SISWA SMA Dl KOTA BANDA ACEH PROVINSI NANGGROE ACEH DARUSSALAM

NASKAH PUBLIKASI. Diajukan Untuk Syarat Memperoleh. Gelar Sarjana Sains Terapan Fisioterapi. Disusun Oleh : DEWI PUTRI WULANDARI NIM: J

LAPORAN HASIL PENELITIAN. SMA Raksana Medan Tahun Oleh : RISHITHARAN DORAISAMY

Gambaran kejadian karies gigi berdasarkan body mass index pada anak-anak usia bulan di TK Negeri Pembina Denpasar

HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN TEKANAN DARAH PADA SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA NEGERI 1 KOTA BITUNG

berusia di atas 37,65 tahun untuk lebih diperhatikan. Kata kunci: kesegaran jasmani lalu lintas. Kepustakaan: 46 ( ). ABSTRAK Susilowati

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. Desain pada penelitian ini adalah penelitian korelasi yang menunjukkan

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data

KONSUMSI PANGAN, PENGETAHUAN GIZI, AKTIVITAS FISIK DAN STATUS GIZI PADA REMAJA DI KOTA SUNGAI PENUH KABUPATEN KERINCI PROPINSI JAMBI

Hubungan Pergaulan Teman Sebaya Terhadap Tindakan Merokok Siswa Sekolah Dasar Negeri Di Kecamatan Panjang Kota Bandar Lampung

SKRIPSI HUBUNGAN TINGKAT AKTIVITAS FISIK DENGAN DYSMENORRHEA PRIMER PADA REMAJA UMUR TAHUN DI SMP. K. HARAPAN DENPASAR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tekanan jaringan yang berasal dari struktur intraokuler disebut tekanan

KESEGARAN KARDIORESPIRASI SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 3 KEBUMEN TAHUN AJARAN 2015/2016. E-Journal

BAB IV METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. golongan, mulai dari golongan muda sampai tua. Sepak bola adalah permainan

METODE PENELITIAN. Desain, Waktu, dan Tempat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Citra tubuh adalah suatu pemahaman yang meliputi. persepsi, pikiran, dan perasaan seseorang mengenai

KARYA TULIS ILMIAH HUBUNGAN STATUS GIZI DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA SD ADVENT DI KOTA MEDAN TAHUN Oleh : SUNTHARA VIGNES MOOGAN

JURNAL KEDOKTERAN DAN KESEHATAN, VOLUME 2, NO. 1, JANUARI 2015: 48-53

ABSTRAK. Kata Kunci : karies gigi, nutrisi, dewasa muda. Universitas Kristen Maranatha

SURVEI TINGKAT KESEGARAN JASMANI SISWA KELAS XI (SEBELAS) SMA MUHAMMADIYAH 1 BABAT KABUPATEN LAMONGAN

ABSTRAK PENGARUH KURANG TIDUR TERHADAP PENINGKATAN RISIKO OBESITAS

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HUBUNGAN INDEKS MASSA TUBUH DENGAN KADAR TRIGLISERIDA PADA DEWASA MUDA OBESITAS DI STIKES INDONESIA PADANG

BAB I PENDAHULUAN. WHO menyatakan bahwa obesitas sudah merupakan suatu epidemi global,

Pengaruh Durasi Pemberian ASI dengan Kejadian Obesitas pada Murid PG dan TK A di Yayasan Pendidikan Shafiyyatul Amaliyyah Tahun 2010

HUBUNGAN JENIS KELAMIN, AKTIFITAS FISIK DAN STATUS GIZI DENGAN KESEGARAN JASMANI ANAK SEKOLAH DASAR

HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG KESEHATAN GIGI DAN MULUT DENGAN TINDAKAN MENJAGA KEBERSIHAN GIGI DAN MULUT PADA MURID SD SHAFIYYATUL AMALIYYAH PADA TAHUN

HUBUNGAN ANTARA UMUR, MASA KERJA DAN KEBIASAAN MEROKOK DENGAN INDEKS KESEGARAN KARDIOVASKULER PEGAWAI PEMADAM KEBAKARAN KOTA MANADO

BAB I PENDAHULUAN. Overweight dan obesitas adalah dua istilah yang berbeda. Overweight

PENGARUH AKTIFITAS FISIK TERHADAP KEJADIAN OBESITAS PADA MURID

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN DIET PENURUNAN BERAT BADAN DENGAN PERILAKU DIET PENURUNAN BERAT BADAN PADA REMAJA PUTRI DI SMA N 7 SURAKARTA SKRIPSI

UNIVERSITAS UDAYANA KEJADIAN OBESITAS PADA LANSIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS I DENPASAR UTARA IDA AYU LAKSMI UTAMI

BAB I PENDAHULUAN. suatu perubahan pembangunan bangsa. Peranan penting tersebut

TINGKAT KEBUGARAN JASMANI SISWA EKSTRAKURIKULER BOLA VOLI SEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 1 RASAU JAYA

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PAPARAN PADA PEROKOK PASIF DENGAN VOLUME OKSIGEN MAKSIMAL (VO2MAX) PADA REMAJA USIA TAHUN SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. 30% dan angka kejadiannya lebih tinggi pada negara berkembang. 1 Menurut. diabetes tipe 2 dan penyakit kardiovaskular.

STATUS GIZI REMAJA, POLA MAKAN DAN AKTIVITAS OLAH RAGA DI SLTP 2 MAJAULENG KABUPATEN WAJO

PERBEDAAN WAKTU REAKSI TANGAN ANTARA CABANG OLAHRAGA PERMAINAN DAN BELA DIRI LAPORAN HASIL PENELITIAN KARYA TULIS ILMIAH

OLEH: RUTH MUTIARA ANGELINA MANULLANG

HUBUNGAN KARAKTERISTIK DAN KEPRIBADIAN ANAK DENGAN KEJADIAN BULLYING PADA SISWA KELAS V DI SD X DI KABUPATEN BADUNG

HUBUNGAN TEKNIK PENGUKURAN KOMPOSISI TUBUH BERDASARKAN INDEKS MASSA TUBUH DAN LINGKAR PINGGANG DENGAN KEBUGARAN KARDIORESPIRASI PADA MAHASISWI FK USU

ABSTRAK FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI GANGGUAN MENSTRUASI PADA SISWI KELAS 2 SMA X KOTA BANDUNG TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh, memproses, dan memahami dasar informasi kesehatan dan. kebutuhan pelayanan, yang dibutuhkan untuk pengambilan keputusan

ABSTRAK HUBUNGAN KEBUGARAN YANG DIUKUR DENGAN TES TREADMILL METODE BRUCE DENGAN TES BANGKU MODIFIKASI HARVARD

Transkripsi:

KARAKTERISTIK TINGKAT KEBUGARAN KARDIORESPIRASI SISWA KELAS 6 SD DI DESA MENGWITANI TAHUN 214 Nyoman Chandra Adidharma Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran Universitas Udayana adidharma2@gmail.com ABSTRAK Pola gaya hidup sekarang ini menunjukkan kasus obesitas meningkat yang diakibatkan perilaku sedentary dan rendahnya aktivitas fisik yang dilakukan sehari-hari. 3 dari 1 anak perempuan dan laki-laki umur 2-15 tahun sudah mengalami overweight sekitar 31% atau obesitas sebesar 28%. Sedangkan penelitian yang dilakukan di beberapa kota tahun 214 di Indonesia didapatkan jumlah kasus obesitas pada anak usia sekolah dasar mencapai 12%. Risiko yang paling sering terjadi akibat sedikitnya aktivitas fisik yang dilakukan adalah obesitas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik tingkat kebugaran kardiorespirasi pada siswa kelas 6 SD di Mengwitani. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan cross sectional. Jumlah responden sebanyak 71 orang yang dipilih dengan cara random sampling. Pengukuran kebugaran kardiorespirasi menggunakan metode Harvard Step Test. Dari hasil pengukuran diperoleh 55 responden (77,5%) memiliki tingkat kebugaran kardiorespirasi sangat baik. Sedangkan 12 responden (16,9%) memiliki tingkat kebugaran kardiorespirasi baik dan 4 responden (5,6%) memiliki tingkat kebugaran kardiorespirasi cukup. Dari hasil penelitian ini dapat disarankan bagi para responden yang telah memiliki tingkat kebugaran kardiorespirasi yang sangat baik agar dapat mempertahankan maupun meningkatkan aktivitas fisik yang dilakukan sehari-hari dan dijadikan acuan bagi responden yang masih belum memiliki tingkat kebugaran kardiorespirasi yang baik. Kata kunci : Kebugaran kardiorespirasi, Siswa kelas 6 SD, Harvard Step Test CARDIORESPIRATORY FITNESS CHARACTERISTICS OF THE 6TH GRADE ELEMENTARY STUDENTS IN MENGWITANI VILLAGE IN 214 ABSTRACT Lifestyle patterns are now showing increasing obesity cases are caused by sedentary behaviors and low physical activity daily. 3 out of 1 girls and boys aged 2-15 years is approximately 31% were overweight or obese by 28%. While the research conducted in several cities of 214 in Indonesia found the number of cases of obesity in children of primary school age reaches 12%. Obesity is the often caused by less physical activity. This study aims to investigate the characteristics of cardiorespiratory fitness level in 6th grade students in Mengwitani. This research was descriptive with cross sectional method. The number of respondents is 71 people were selected by random sampling. Measurement of cardiorespiratory fitness using the Harvard Step Test. The results obtained 55 respondents (77.5%) had a very good level of cardiorespiratory fitness. While 12 respondents (16.9%) have a good fitness level and 4 respondents (5.6%) fairly. From the results, this study can be recommended for respondents who already have high level of cardiorespiratory fitness to maintain or increase physical activity daily and it can be used as a reference for respondents who still do not have a good level of cardiorespiratory fitness to improve their cardiorespiratory fitness level. Keywords :Cardiorespiratory fitness, 6th Grade Elementary Students, Harvard Step Test PENDAHULUAN Kebugaran kardiorespirasi merupakan komponen penting dalam menentukan kemampuan aktivitas fisik seseorang. Semakin baik tingkat kebugaran fisik seseorang maka semakin banyak pekerjaan fisik yang dapat dilakukan tanpa mengalami kelelahan yang berlebih. Akibatnya seseorang dapat melakukan aktivitas fisik lebih banyak dan lama. 1 Pola gaya hidup sekarang ini menunjukkan kasus obesitas meningkat yang 1

diakibatkan oleh perilaku sedentary dan rendahnya aktivitas fisik yang cukup sehari-harinya. Menurut Health Survey for England 211, 3 dari 1 anak perempuan dan laki-laki umur 2-15 tahun sudah mengalami overweight yaitu sekitar 31% atau obesitas sebesar 28%. Penelitian lebih lanjut menemukan prevalensi obesitas anak laki-laki meningkat dari tahun 1995-24 yaitu dari 11,1% meningkat menjadi 19,4% tetapi menurun secara perlahan mencapai 16,6% pada tahun 211. Hal yang sama terjadi pada anak perempuan dimana prevalensi obesitas meningkat dari 12,2-18,8% pada tahun 1995-25 namun menurun menjadi 15,9% pada 211. Hal yang sama terjadi pada anak perempuan dimana prevalensi obesitas meningkat dari 12,2-18,8% pada tahun 1995-25 namun menurun menjadi 15,9% pada 211. 2,3 Sedangkan penelitian yang dilakukan di 1 kota besar di Indonesia tahun 24 menunjukkan prevalensi obesitas pada anak usia sekolah dasar mencapai 12%. Menurut Bates, anak adalah semua manusia yang berumur dibawah 18 tahun. 4 Dalam perkembangannya definisi anak dibagi lagi menjadi anak usia dini dan anak usia remaja. Umur 3-6 tahun dimasukkan dalam golongan anak usia dini. 5 Peneliti lain menyebutkan bahwa masa kanak-kanak dimulai saat umur 5-1 tahun, masa pra remaja untuk anak perempuan umur 9-1 tahun dan anak laki-laki umur 1-12 tahun. Kecepatan pertumbuhan anak laki-laki dan perempuan relatif sama hingga umur 9 tahun, namun umur 1-12 tahun pertumbuhan anak perempuan lebih cepat dibandingkan anak laki-laki. Anak laki-laki akan menyusul bahkan melebihi pertumbuhan anak perempuan 2 tahun berikutnya. 6 Aktivitas fisik anak-anak tergantung dari jenis kelamin dan umurnya. Anak perempuan tidak lebih aktif secara fisik dibanding anak laki-laki di segala usia. Pada umur 5-12 tahun anak laki-laki lebih memilih berpartisipasi dalam olahraga tim seperti sepakbola, basket. Sedangkan anak wanita lebih memilih aktivitas fisik seperti tari-tarian. Suatu penelitian mendapatkan aktivitas yang paling sering dilakukan anak-anak usia 5-12 tahun adalah bersepeda, diikuti renang, permainan lapangan, dan berjalan. 7 Harvard Step Test adalah cara untuk mengukur indeks kebugaran fisik dengan cara naik turun tangga sesuai irama metronom setinggi 33cm selama 5 menit. Beberapa penelitian yang mengukur tingkat kebugaran respirasi telah menggunakan Harvard Step Test sebagai alat ukurnya, seperti penelitian yang dilakukan oleh Khodnapur dkk. 8 Dimana pada penelitian ini mengukur Physical Fitness Index menggunakan Harvard Step Test sehingga diperoleh hasil ratarata PFI berdasarkan data antropometri. 9 Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik tingkat kebugaran kardiorespirasi siswa kelas 6 SD menggunakan Harvard Step Test di desa Mengwitani tahun 214. METODE Penelitian dilakukan di Sekolah Dasar yang terletak di Mengwitani yaitu SD 1, SD 4, dan SD 5 Mengwitani. Penelitian dilakukan pada bulan Februari 214. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan cross-sectiona. Ada beberapa metode pengukuran tingkat kebugaran fisik seperti Harvard Step Test dan 2m Shuttle Run Test. Pada penelitian ini metode yang dipilih adalah Harvard Step Test. Hasil dari Harvard Step Test kemudian dikategorikan menjadi buruk, kurang, cukup, baik, sangat baik. 1,7 Penelitian ini juga menggunakan kuesioner yang berisi pertanyaan tentang data diri dan pola aktivitas fisik sehari-hari. Alat-alat yang digunakan yaitu anak tangga setinggi 33 cm, stopwatch, metronom, jam tangan. Subjek naik dan turun tangga sebanyak 3 langkah permenit (1 langkah setiap 2 detik) selama 2

5 menit, dengan total 15 langkah atau hingga subjek tidak mampu melanjutkan tes. Irama langkah ditentukan dengan metronom. Populasi target penelitian ini adalah seluruh anak berusia 9-11 tahun karena dianggap telah memiliki kemampuan kognitif yang baik untuk bisa mengikuti prosedur, dan memiliki keadaan fisiologis tubuh yang mendekati orang dewasa di Mengwitani. Sedangkan populasi terjangkaunya adalah siswa kelas 6 SD di SD 1, 4, dan 5 Mengwitani. Besaran responden yang ditetapkan berjumlah 71 responden dan diminta untuk melakukan Harvard Step Test kemudian ditentukan tingkat kebugaran fisiknya. Responden dipilih dengan cara random sampling setelah dibedakan menurut jenis kelaminnya. Tingkat Kebugaran Kardiorespirasi ditentukan dengan rumus A= Denyut nadi 1 menit saat istirahat setelah tes. B= Denyut nadi 3 menit saat istirahat setelah tes. C= Denyut nadi 5 menit saat istirahat setelah tes. Tingkat kebugaran adalah hasil yang diperoleh dari uji Harvard Step Test termodifikasi. Tingkat kebugaran fisik yang diperoleh yaitu buruk (<54), kurang (54-67), cukup (68-82), baik (83-96), sangat baik (>96). Analisis data dilakukan secara deskriptif meliputi rerata tingkat kebugaran, dan kecenderungan karakteristik yang dianalisis secara univariat untuk mengetahui kecenderungan tingkat kebugaran kardiorespirasi berdasarkan karakteristik responden, kemudian dilakukan analisis menggunakan crosstab. Hasil analisis ditampilkan dalam tabel dan narasi. HASIL Tabel 1 Karakteristik Responden Karakteristik F % Usia 1 3 4,2 11 37 52,1 12 24 33,8 13 7 9,9 Jenis Kelamin Laki-laki 36 5,7 Perempuan 35 49,3 Sekolah SD 1 Mengwitani 22 31 SD 4 Mengwitani SD 5 Mengwitani 25 24 35,2 33,8 Indeks Massa Tubuh (IMT) Underweight (<persentil 5) 2 2,8 Normal (>persentil 5 dan 58 81,7 <persentil 85) Overweight (>persentil 85 6 8,5 dan <persentil 95) Obese (>Persentil 95) 5 7 Berdasarkan Tabel 1, sebagian besar responden berusia 11 tahun dengan jumlah 37 responden (52,1%) dan 12 tahun dengan jumlah 24 responden (33,8) diikuti dengan responden berusia 13 tahun dengan jumlah 7 responden (9,9) dan usia 1 tahun dengan jumlah 3 responden (4,2%). Distribusi responden berdasarkan jenis kelamin hampir merata antara jenis kelamin laki-laki ( 36 responden; 2,7%) dan perempuan (35 responden; 49,3%). Jumlah responden di SD 1 Mengwitani sebanyak 22 responden (31%), jumlah responden di SD 4 Mengwitani sebanyak 25 responden (35,2%), dan jumlah responden di SD 5 Mengwitani sebanyak 24 responden (33,8%). Sebagian besar indeks massa tubuh responden berada pada kriteria normal (>persentil 5 dan <persentil 85) sebanyak 58 responden (81,7%). Indeks massa tubuh responden yang berada pada kriteria underweight (<persentil 5) sebanyak 2 responden (2,8%), Indeks massa tubuh responden yang berada pada kriteria overweight (>persentil 85 dan <persentil 95) sebanyak 6 responden (8,5%) dan responden yang berada pada kriteria obese (>persentil 95) sebanyak 5 responden. Dari hasil uji Harvard Step Testterhadap 71 responden diperoleh hasil berupa tingkat 3

kebugaran kardiorespirasi yang disajikan pada Tabel 2. Tabel 2 Tingkat Kebugaran Kardioresirasi Responden. Tingkat Kebugaran F % Kardiorespirasi Buruk (<54) Kurang (54-67) Cukup (68-72) 4 5,6 Baik (83-96) 12 16,9 Sangat Baik (>96) 55 77,5 Total 71 kardiorespirasi cukup sebanyak 4 responden (5,6%). Tidak ada responden yang memiliki tingkat kebugaran kardiorepirasi kurang dan buruk. Untuk melihat kecenderungan responden dengan tingkat kebugaran kardiorespirasi dilakukan analisis kecenderungan pada karakteristik responden dan tingkat kebugaran kardiorespirasi, setelah dilakukan crosstab didapatkan data tabulasi. Data disajikan dalam Tabel 3. Dari tabel di atas untuk hasil uji Harvard Step Test sebagian besar responden memiliki tingkat kebugaran kardiorespirasi sangat baik yaitu 55 responden (77,5%). Sedangkan responden yang memiliki tingkat kebugaran baik sebanyak 12 responden (16,9%), dan tingkat kebugaran Usia 1 11 12 13 Tabel 3 Kecenderungan Karakteristik Responden dengan Tingkat Kebugaran Kardiorespirasi Karakteristik Tingkat Kebugaran Kardiorespirasi Total (%) Cukup (68-72) (%) Baik (83-96) (%) Sangat Baik (>96) (%) Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Sekolah SD 1 Mengwitani SD 4 Mengwitani SD 5 Mengwitani BMI Underwieght (<persentil 5) Normal (>persentil 5 dan <persentil 85) Overweight (>persentil 85 dan <persentil 95) Obese (>persentil 95) 3 (8,1) 1 (4,2) 1 (2,8) 3 (8,6) 2 (9,1) 1 (4) 1 (4,2) 3 (5,2) 1 (2) 1 (33,3) 6 (16,2) 5 (12,8) 6 (16,7) 6 (17,1) 4 (18,2) 2 (8) 6 (25) 11 (19) 1 (16,7) Berdasarkan Tabel 3, dari 71 responden didapatkan bahwa 55 responden yang melakukan pemeriksaan uji tingkat kebugaran kardiorespirasi dan memperoleh hasil sangat baik (77,5%). 2 (66,7) 28 (75,7) 18 (75) 7 () 29 (8,6) 26 (74,3) 16 (72,7) 22 (88) 17 (7,8) 2 () 44 (75,9) 5 (83,3) 4 (8) 2 () 58 () 6 () 5 () Dimana persentasenya jika dibandingkan dengan yang cukup yaitu 5,6% dan baik yaitu 16,9%. Berdasarkan usia, responden dengan usia 11 tahun cenderung memiliki tingkat kebugaran kardiorespirasi sangat baik (75,7%). Begitu juga 4

dengan responden pada kelompok usia 1, 12, dan 13 tahun cenderung memiliki tingkat kebugaran kardiorespirasi sangat baik. Menurut jenis kelamin, responden yang memiliki tingkat kebugaran kardiorespirasi sangat baik pada responden laki-laki tidak berbeda jauh dengan responden perempuan yaitu sebanyak 29 responden (8,6%) pada laki-laki dan 26 responden (74,3%) pada perempuan. Jika dilihat dari asal sekolah, responden yang berasal dari SD 4 Mengwitani cenderung memiliki tingkat kebugaran kardiorespirasi sangat baik yaitu sebanyak 22 responden (88%). Begitu juga dengan responden yang berasal dari SD 1 dan SD 5 Mengwitani cenderung yang memiliki tingkat kebugaran kardiorespirasi sangat baik sebanyak 16 responden (72,7%) dan 17 responden (7,8%). Berdasarkan indeks massa tubuh, responden yang memiliki tingkat kebugaran kardiorespirasi sangat baik cenderung berasal dari kelompok dengan indeks massa tubuh normal (>persentil 5 dan <persentil 85) yaitu sebanyak 44 responden (75,9%). Jika dibandingkan pada responden dengan indeks massa tubuh underweight (<persentil 5) yang memiliki tingkat kebugaran respirasi sangat baik berjumlah 2 responden (%), responden dengan indeks massa tubuh overweight (>persentil 85 dan <persentil 95) yang memiliki tingkat kebugaran respirasi sangat baik berjumlah 5 responden (83,3%) sedangkan responden dengan indeks massa tubuh obese (>persentil 95) yang memiliki tingkat kebugaran respirasi sangat baik berjumlah 4 responden (8%). PEMBAHASAN Pada penelitian ini keseluruhan subjek berjumlah 71 responden dimana sebagian besar responden mendapatkan hasil yang sangat baik dan tidak ada responden yang memiliki tingkat kebugaran kardiorespirasi kurang maupun buruk. Faktor intrinsik yang mempengaruhi tingkat kardiorespirasi adalah usia, jenis kelamin, BMI dan aktivitas fisik sehari-hari. 11 pada penelitian ini rerata usia responden adalah 11 tahun dan sebagian besar responden memiliki tingkat kebugaran kardiorespirasi sangat baik. Hal ini mungkin disebabkan oleh para responden di desa Mengwitani memiliki kebiasaan melakukan aktivitas fisik yang baik dan cukup karena tempat diadakannya penelitian masih berupa pedesaan dimana perilaku sedentary masih jarang terjadi dan lapangan bermain untuk anak-anak masih sangat luas. Hal ini sesuai dengan hasil dari kuesioner yang diberikan kepada tiap responden yang sebagian besar responden mengatakan kegiatan sehari-harinya adalah bermain di lapangan. Hal ini didukung oleh penelitian di India bahwa anak-anak usia 5-12 adalah kelompok anak yang sedang dalam masa pertumbuhan dan banyak melakukan aktivitas fisik. 12 Penelitian ini terdiri dari laki-laki 36 orang dan perempuan 35 orang dan masingmasing jenis kelamin tersebut cenderung memiliki tingkat kebugaran kardiorespirasi yang sangat baik (laki-laki 8,6% dan perempuan 74,3%). Sedangkan penelitian lain yang serupa di India menyataan hasil sebaliknya, dimana responden perempuan cenderung memiliki tingkat kebugaran kardiorespirasi kurang. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh kebudayaan di India yang mengharuskan anak perempuan tinggal di rumah. 12 Jumlah rerata indeks massa tubuh cenderung normal (81%). Hal ini mungin disebabkan karena sebagian responden memiliki aktivitas fisik yang baik dan cukup sehingga indeks massa tubuh para responden sebagian besar masuk dalam kategori normal. Hal ini berbanding terbalik dengan 2 penelitian serupa di kota Semarang dimana rerata responden memiliki indeks massa tubuh overweight. Hal ini disebabkan oleh kurangnya 5

tempat bermain dan beraktivitas sehingga anakanak lebih sering melakukan kegiatan sedentary 13,1 Rendahnya tingkat kebugaran respirasi merupakan prediktor kuat dari masalah kesehatan dan kematian dini. 14,12 Rendahnya aktivitas fisik diantara anak-anak dan remaja disebabkan oleh beberapa faktor, seperti perubahan lingkungan, peningkatan penggunaan permainan elektronik dan komputer dan menurunnya aktivitas fisik di luar rumah. Beberapa penelitian menyebutkan peningkatan aktivitas di luar rumah merupakan salah satu strategi meningkatkan aktivitas fisik pada anak-anak. 15 Penelitian lain juga menyebutkan bahwa kebugaran kardiorespirasi yang rendah saat usia muda merupakan faktor risiko penyakit kardiovaskuler pada saat dewasa dan penyebab kematian pada perempuan dan laki-laki. 16 Penelitian lain juga mengungkapkan bahwa kebugaran kardiorespirasi yang baik saat usia muda menurunkan risiko penyakit kardiovaskuler dan menurunkan biaya-biaya kesehatan dikemudian hari. 17 Pada penelitian ini tingkat kebugaran kardiorespirasi cenderung sangat baik meskipun responden masuk dalam kategori indeks massa tubuh obese (4 responden dari total 5 responden) maupun underweight (2 responden dari total 2 responden). Hal ini mungkin disebabkan meskipun responden masuk dalam kategori underweight dan obese aktivitas fisik responden baik dan cukup sehingga tetap bisa menyelesaikan uji Harvard Step Test dan mendapatkan hasil sangat baik. Sedangkan pada penelitian serupa di Semarang didapatkan tidak ada satupun responden obese memiliki tingkat kebugaran kardiorespirasi sedang atau baik. Hal ini dikarenakan responden yang memiliki indeks massa tubuh obese tidak melakukan aktivitas fisik yang baik dan cukup sehingga lebih sering berperilaku sedentary. 18 SIMPULAN DAN SARAN Prevalensi tingkat kebugaran respirasi pada siswa kelas 6 SD dengan menggunakan Havard Step Test di desa Mengwitani tahun 214 adalah 55 responden (77,5%) memiliki tingkat kebugaran kardiorespirasi sangat baik. Sedangkan 12 responden (16,9%) memiliki tingkat kebugaran baik dan 4 responden (5,6%) cukup. Semua kelompok usia responden cenderung memiliki tingkat kebugaran kardiorespirasi sangat baik, begitu juga dengan lelaki dan perempuan cenderung memiliki tingkat kebugaran respirasi sangat baik. Dari hasil penelitian ini dapat disarankan bagi para responden yang telah memiliki tingkat kebugaran kardiorespirasi yang sangat baik agar dapat mempertahankan maupun meningkatkan aktivitas fisik yang dilakukan seharihari dan dijadikan acuan bagi responden yang masih belum memiliki tingkat kebugaran kardiorespirasi yang baik. DAFTAR PUSTAKA 1. Claude B, Blair SN, Katzmarzyk PT. Less Sitting, More Physical Activity, or Higher Fitness? Mayo Clinic. 215;9(11):1533-154. 2. Leiliana I. Faktor-faktor yang berhubungan dengan konsumsi suplemen makanan pada anak sekolah kelas IV dan V di SD islam alhusna bekasi selatan tahun 28. Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia. Depok. 28. 3. Wulandaru C. Perbedaan Kesegaran Jasmani Siswa Kelas Atas SDN Keputran 1 dan Siswa Kelas Atas SDN Corongan Daerah Istimewa Yogyakarta. S1 thesis, Universitas Negeri Yogyakarta, 21. 4. Bates H. Daily Physical Activity for Children and Youth.Canadian Fitness and Lifestyle Research Institute. 26. 5. Sunita A. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT. Gramedia Pustaka Utama. 23. 6. Lee S, Plotnikoff RC, Majumdar SR, Mollard R, Woo M, Sadman R, et al. Outdoor Time Is Associated with Physical Activity, Sedentary Time, and Cardiorespiratory Fitness in Youth. The Journal of Pediatrics. 214;165:516-21. 7. Kushartanti W. Kebugaran Jasmani dan Produktivitas Kerja. Klinik Terapi Fisik FIK UNY. 6

8. Hanna Y. Hubungan Antara Konsumsi Suplemen Vitamin dan Mineral, Serta Minuman Energi Dengan Kebugaran Jasmani Pada Atlet Cabang Akuatik Di Stadion Renang Gelora Bung Karno,Senayan,Jakarta. 29. 9. Mexitalia M, Anam MS, Uemura A, Yamauchi T. Komposisi Tubuh dan Kesegaran Kardiovaskuler yang Diukur dengan Harvard Step Test dan 2m Shuttel Run Test pada Anak Obesitas. Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. 212;46(1):12-19. 1. Carl J, Kenneth E, Gregory M. Physical Activity, Exercise, and Physical Fitness: Definitions and Distinctions for Health Related Research. 11. Yulianti D. Bermain sambil Belajar Sains di Taman Kanak-kanak.Jakarta: PT Indeks. 21. 12. Khodnapur JP, Dhanakshirur GB, Bhagali S, Mullur LM, Aithala M. Status of Physical Fitness Index (PFI%) and Anthropometric Parameters in Resedential School Children Compared to Nonresidential School Children. Department of Physiology, BLDEU s Shri B.M.Patil Medical College, India. 212;1(2).137-141. 13. The Health and Social Care Information Centre. Statistics on Obesity, Physical Activity and Diet. England. 213. 14. Veranita N. Pengembangan Kemampuan Membilang Melalui Kegiatan Bermain Dengan Benda-Benda Konkrit Pada Anak- Anak Kelompok A TK Lembaga Tama Sabdodadi Bantul Tahun Pelajaran 211/212. S1 thesis. Universitas Negeri Yogyakarta. 212. 15. Chaple J, Dawale A. Quantitative Estimation of Bala (Physical Fitness) With Respect To Datu Sharata. Associated Professor, Community Medicine, JNMC, Sawangi (M) wardha, India. 213. 16. Peterhans E, Worth A, Woll A. Associaton Between Health Behaviors and Cardiorespiratory Fitness in Adolescent: Result From the Cross-Sectional Mo-Mo Study. Department of Sport Sciences, University of Konstanz, Konstanz, Germany. 213. 17. Bachmann JM, DeFina LF, Franzini L, Gao A, Leonard DS, Cooper KH, et al. Cardiorespiratory Fitness in Middle Age and Health Care Costs in Later Life. Journal of the American College of Cardiology. 215. 18. Utari A. Hubungan Indeks Massa Tubuh dengan Tingkat kesegaran Jasmani pada Anak Usia 12-14 Tahun. Program Pascasarjana Magister Ilmu Biomedik Program Pendidikan Dokter Spesialis I Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Semarang. 27. 7