PENGATUR CATU DAYA TEGANGAN TINGGI PERANGKAT MAMMOGRAFI MX-13 BERBASIS PULSE WIDTH MODULATION

dokumen-dokumen yang mirip
PENGEMBANGAN MODUL CATU DAYA TEGANGAN TINGGI PERANGKAT SCINTIGRAFI UNTUK TIROID SC-12

BAB VI PEMANGKAS (CHOPPER)

INOVASI ALAT PENGATUR CATU DAYA TEGANGAN TINGGI PADA PESAWAT SINAR-X DIAGNOSTIK

BAB III RANCANGAN SMPS JENIS PUSH PULL. Pada bab ini dijelaskan tentang perancangan power supply switching push pull

BAB II DASAR TEORI 2.1. Teori Catu Daya Tak Terputus

INOVASI ALAT PENGATUR CATU DAYA TEGANGAN TINGGI PADA PESAWAT SINAR-X DIAGNOSTIK

PERANCANGAN DAN REALISASI INVERTER MENGGUNAKAN MIKROKONTROLER ATMEGA168

RANCANG BANGUN SENSOR PARKIR MOBIL PADA GARASI BERBASIS MIKROKONTROLER ARDUINO MEGA 2560

UNINTERRUPTIBLE POWER SUPPLY MENGGUNAKAN INVERTER PWM 3 LEVEL. oleh Roy Kristanto NIM :

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

RANCANG BANGUN TEGANGAN TINGGI DC DAN PEMBALIK PULSA PADA SISTEM PENCACAH NUKLIR DELAPAN DETEKTOR

PERANCANGAN PROGRAMMABLE POWER SUPPLY 30 V 10 A BERBASIS MICROCONTROLLER

ABSTRAK. Tuts Organ Elektronik Menggunakan Pengontrol Mikro Edwin /

BAB III PERANCANGAN SISTEM

PEREKAYASAAN SISTEM DETEKSI PERANGKAT SCINTIGRAPHY MENGGUNAKAN PSPMT

RANCANG BANGUN WHIRLPOOL DENGAN MENGGUNAKAN MIKROKONTROLLER

Perancangan dan Analisis Back to Back Thyristor Untuk Regulasi Tegangan AC Satu Fasa

PERENCANAAN INVERTER PWM SATU FASA UNTUK PENGATURAN TEGANGAN OUTPUT PEMBANGKIT TENAGA ANGIN

RANCANG BANGUN CATU DAYA TENAGA SURYA UNTUK PERANGKAT AUDIO MOBIL

BAB III PERANCANGAN SISTEM. perancangan mekanik alat dan modul elektronik sedangkan perancangan perangkat

PERANCANGAN ZERO VOLTAGE SWITCHING BUCK CONVERTER DENGAN BEBAN RESISTIF BERVARIASI DAN SEBAGAI CATU DAYA UNTUK MOTOR ARUS SEARAH

PWM (PULSE WIDTH MODULATION)

Rancang Bangun Modul DC DC Converter Dengan Pengendali PI

BAB III PERANCANGAN ALAT

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB IV HASIL PERCOBAAN DAN ANALISIS

Perancangan Dan Realisasi Converter Satu Fasa untuk Baterai Menjalankan Motor AC 1 Fasa 125 Watt

BAB 4 IMPLEMENTASI DAN EVALUASI. sistem pengendali kecepatan motor brushless DC, yakni metode PWM dengan dutycycle

III. METODE PENELITIAN. dari bulan November 2014 s/d Desember Alat dan bahan yang digunakan dalam perancangan Catu Daya DC ini yaitu :

BAB III PERANCANGAN ALAT

Perencanaan dan Pembuatan Modul Inverter 3 Phase Sebagai Suplai Motor Induksi Pada Pengembangan Modul Praktikum Pengemudi Listrik (Sub Judul Hardware)

BAB IV ANALISA DAN PENGUJIAN ALAT

Rancang Bangun Inverter Tiga Phasa Back to Back Converter Pada Sistem Konversi Energi Angin

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

Rancang Bangun Interleaved Boost Converter Berbasis Arduino

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil dari perancangan perangkat keras sistem penyiraman tanaman secara

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB I PENDAHULUAN. sumber energi tenaga angin, sumber energi tenaga air, hingga sumber energi tenaga

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Adapun blok diagram modul baby incubator ditunjukkan pada Gambar 3.1.

PEMANFAATAN ENERGI MATAHARI MENGGUNAKAN SOLAR CELL SEBAGAI ENERGI ALTERNATIF UNTUK MENGGERAKKAN KONVEYOR

LAPORAN AKHIR OTOMATISASI BUKA TUTUP GORDEN SERTA ON/OFF LAMPU DENGAN INPUT CAHAYA DAN REMOTE CONTROL

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dan penulisan laporan tugas akhir dilakukan di Laboratorium

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS

RANGKAIAN PENYEARAH GELOMBANG (RECTIFIER) OLEH: SRI SUPATMI,S.KOM

PERANCANGAN PEMUTUS ALIRAN LISTRIK OTOMATIS BERBASIS MIKROKONTROLER ATMEGA8535 TUGAS AKHIR FAHRI MAHYUZAR

PERANCANGAN ROBOT OKTAPOD DENGAN DUA DERAJAT KEBEBASAN ASIMETRI

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Nama : Timbangan Bayi. 2. Jenis : Timbangan Bayi Digital. 4. Display : LCD Character 16x2. 5. Dimensi : 30cmx20cmx7cm

PERANCANGAN ALAT PENGATUR TEMPERATUR AIR PADA SHOWER MENGGUNAKAN KONTROL SUKSESSIVE BERBASIS MIKROKONTROLER

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN RANGKAIAN

BAB III ANALISA DAN PERANCANGAN

MODUL 6 OSILOSKOP DAN FUNGSI GELOMBANG LISTRIK. frekuensi, amplitudo, dan beda fasa dari sinyal tegangan.

BAB III PERANCANGAN SISTEM

PENGONTROLAN DC CHOPPER UNTUK PEMBEBANAN BATERAI DENGAN METODE LOGIKA FUZZY MENGGUNAKAN MIKROKONTROLER ATMEGA 128 TUGAS AKHIR

DAFTAR ISI. HALAMAN JUDUL... i. LEMBAR PENGESAHAN... ii. PERNYATAAN... iii. PRAKATA... iv. DAFTAR ISI... vi. DAFTAR GAMBAR... ix. DAFTAR TABEL...

LAPORAN PRATIKUM TEKNOLOGI DISPLAY DAN TELEVISI OLEH : MUHAMMAD HUSIN 2005 / PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRONIKA

TRAINER VOLTMETER DIGITAL SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN TEKNIK DIGITAL SEKUENSIAL PADA KOMPETENSI KEAHLIAN TEKNIK AUDIO VIDEO DI SMK N 2 YOGYAKARTA

WIRELESS TELEMETERING KWH METER DIGITAL BERBASIS MIKROKONTROLER ABSTRAK

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM. pada sistem pengendali lampu telah dijelaskan pada bab 2. Pada bab ini akan dijelaskan

SINKRONISASI DAN PENGAMANAN MODUL GENERATOR LAB-TST BERBASIS PLC (HARDWARE) ABSTRAK

BAB 3 PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN. Microcontroller Arduino Uno. Power Supply. Gambar 3.1 Blok Rangkaian Lampu LED Otomatis

BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN

NASKAH PUBLIKASI KARYA ILMIAH PEMASANGAN MOTOR DC PADA SEKUTER DENGAN PENGENDALI PULSE WIDTH MODULATION

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tugas akhir dilaksanakan pada bulan Februari 2014 hingga Januari

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA HASIL PENGUJIAN

Perancangan Sistem Charger Otomatis pada Pembangkit Listrik Tenaga Surya

BAB III PERANCANGAN SISTEM

Pemodelan Sistem Kontrol Motor DC dengan Temperatur Udara sebagai Pemicu

Andriani Parastiwi. Kata-kata kunci : Buck converter, Boost converter, Photovoltaic, Fuzzy Logic

BAB III PERANCANGAN DAN REALISASI. Philips Master LED. Sistem ini dapat mengatur intensitas cahaya lampu baik secara

III. METODE PENELITIAN. Teknik Elektro Universitas Lampung dilaksanakan mulai bulan Desember 2011

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT Flow Chart Perancangan dan Pembuatan Alat. Mulai. Tinjauan pustaka

Diode) Blastica PAR LED. Par. tetapi bisa. hingga 3W per. jalan, tataa. High. dan White. Jauh lebih. kuat. Red. White. Blue. Yellow. Green.

BAB IV PENGUJIAN ALAT DAN ANALISA

Desain Inverter Tiga Fasa dengan Minimum Total Harmonic Distortion Menggunakan Metode SPWM

Pengamatan dilakukan untuk menguji hasil perancangan dan implementasi. terpenting adalah bagian yang cukup kritis. Dengan mendapatkan parameter hasil

PRAKTEK TV & DISPLAY

Perancangan Battery Control Unit (BCU) Dengan Menggunakan Topologi Cuk Converter Pada Instalasi Tenaga Surya

PENGGUNAAN MOTOR DC SERVO SEBAGAI PENGGERAK UTAMA LENGAN ROBOT BERJARI PENGIKUT GERAK LENGAN MANUSIA BERBASIS MIKROKONTROLER LAPORAN AKHIR

1 DC SWITCH 1.1 TUJUAN

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB III PERANCANGAN DAN KERJA ALAT

BAB I PENDAHULUAN. Teknologi konverter elektronika daya telah banyak digunakan pada. kehidupan sehari-hari. Salah satunya yaitu dc dc konverter.

III. METODE PENELITIAN. : Laboratorium Teknik Kendali Jurusan Teknik Elektro. Universitas Lampung

PERCOBAAN 11 PULSE WIDHT MODULATION

BAB 2 LANDASAN TEORI. robotika. Salah satu alasannya adalah arah putaran motor DC, baik searah jarum jam

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA. monitoring daya listrik terlihat pada Gambar 4.1 di bawah ini : Gambar 4.1 Rangkaian Iot Untuk Monitoring Daya Listrik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Konverter elektronika daya merupakan suatu alat yang mengkonversikan

ANALISIS PENGARUH UPS TERHADAP KINERJA PERANGKAT KOMPUTER

BAB III ANALISA SISTEM

TRAINER KIT SWITCHING MODE POWER SUPPLY LAPORAN PROYEK AKHIR. Oleh : CAESAR YOGA SAPUTRA OKTVIANTO

27 Gambar 3.2 Rangkaian Sistem Monitoring Cara kerja keseluruhan sistem ini dimulai dari rangkaian catu daya sebagai power atau daya yang akan disalur

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA RANGKAIAN

gambar cavities, tersembunyi gigi struktur (seperti gigi bungsu), dan tulang kerugian yang

RANCANG BANGUN PENYEARAH AC TO DC RESONANSI SERI DENGAN ISOLASI TERHADAP FREKUENSI TINGGI

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISA

RANCANG BANGUN CATU DAYA TERPROGRAM DENGAN TAMPILAN ARUS DAN TEGANGAN BERBASIS MIKROKONTROLER LAPORAN AKHIR

SISTEM PENGENDALI KECEPATAN PUTARAN MOTOR DC BERDASARKAN (PULSE-WIDTH MODULATION) PWM BERBASIS ARDUINO MEGA LAPORAN AKHIR

BAB III DESAIN BUCK CHOPPER SEBAGAI CATU POWER LED DENGAN KENDALI ARUS. Pada bagian ini akan dibahas cara menkontrol converter tipe buck untuk

Transkripsi:

PENGATUR CATU DAYA TEGANGAN TINGGI PERANGKAT MAMMOGRAFI MX-13 BERBASIS PULSE WIDTH MODULATION Wiranto Budi Santoso, Budi Santoso, Sukandar, I Putu Susila Pusat Rekayasa Fasilitas Nuklir (PRFN) BATAN Email : wiranto@batan.go.id ABSTRAK PENGATUR CATU DAYA TEGANGAN TINGGI PERANGKAT MAMMOGRAFI MX-13 BERBASIS PULSE WIDTH MODULATION (PWM).. Perangkat mammography adalah perangkat pencitraan payudara menggunakan sinar-x dosis rendah untuk mendeteksi dini kanker pada tahap yang paling memungkinkan untuk dilakukan terapi sebelum pasien merasakan adanya gejala. Perangkat mammografi MX-13 buatan PRFN memanfatkan teknik pulse width modulation (PWM) untuk mengatur catu tegangan tinggi ke tabung sinar-x. Pada perangkat mammografi konvensional, pengaturan catu daya tegangan tinggi dialkukan menggunakan autotransformer yang berdimensi besar dan berat. Dengan menggunakan teknik PWM, dimensi dan berat modul catu daya tegangan tinggi dapat dikurangi. Pulsa PWM dihasilkan oleh mikrokontroler. Pulsa PWM ini digunakan untuk mengatur tegangan pada bagian primer transformator tegangan tinggi. Hasil pengujian menunjukan bahwa PWM dapat menghasilkan tegangan proporsional terhadap duty cycle yang diberikan dan dapat digunakan untuk mengatur catu daya tegangan tinggi perangkat mammografi MX-13. Kata kunci: Sinar-X, mammografi, catu daya tegangan tinggi, pwm, ABSTRACT PULSE WIDTH MODULATION (PWM)-BASED HIGH VOLTAGE POWER SUPPLY CONTROLLER OF MX-13 MAMMOGRAPHY EQUIPMENT. Mammography is a specific type of breast imaging that uses low dose X-ray to detect cancer in early stage when it is most treatable stage before patients experience symptoms. The MX-13 mammography equipment is a mammography built by PRFN-BATAN which utilizes pulse width modulation (PWM) technique to control high votage supply to X-ray tube. In conventional mammography, high voltage power supply is controlled by autotransformer which has big dimension and heavy. By using PWM technique, it can reduce weight and dimension of high voltage power supply module of mammography equipment. PWM pulses are produced by microcontroller. They are used to vary voltages which are fed to primary side of high voltage transformator. The test result shows that the PWM can produce the voltage proportional to its duty cycle and it can be used to control high voltage power supply in the MX-13 mammography equipment. Keywords: X-ray, mammography, high voltage power supply, pulse width modulation, 1. PENDAHULUAN Penyakit kanker merupakan salah satu penyebab kematian utama di seluruh dunia. Pada tahun 2012, sekitar 8,2 juta kematian disebabkan oleh kanker. Kanker payudara termasuk penyebab terbesar kematian akibat kanker setiap tahunnya [1]. Menurut data dari Pusat Data dan Informasi Kemeterian Kesehatan Republik Indonesia, pada tahun 2012, kanker payudara merupakan penyakit kanker dengan persentase kasus baru tertinggi, yaitu sebesar 43,3%, dan persentase kematian akibat kanker payudara sebesar 12,9% [1]. Lebih dari 30% penyakit kanker dapat dicegah dengan cara mengubah faktor risiko perilaku dan pola makan penyebab penyakit kanker. Kanker yang diketahui sejak dini memiliki kemungkinan untuk mendapatkan penanganan lebih baik. Oleh karena itu, perlu dilakukan upaya pencegahan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dalam mengenali gejala dan risiko penyakit kanker sehingga dapat menentukan langkah-langkah pencegahan dan deteksi dini yang tepat. 91

Salah satu cara untuk mendeteksi penyajit kanker payudara adalah dengan menggunakan perangkat mammografi. Mammografi adalah proses pemeriksaan payudara manusia menggunakan sinar-x dosis rendah (sekitar 0,7 msv). Mammografi digunakan untuk melihat beberapa tipe tumor dan kista, dan telah terbukti dapat mengurangi mortalitas akibat kanker payudara. Selain pemeriksaan payudara sendiri dan pemeriksaan oleh dokter secara teratur, mammografi, merupakan cara yang efektif untuk menjaga kesehatan payudara. Beberapa negara telah menyarankan mammografi rutin (1-5 tahun sekali) bagi perempuan yang telah melewati paruh baya sebagai metode screening untuk mendiagnosa kanker payudara sedini mungkin [2]. Perangkat mammografi secara garis besar terdiri dari unit penghasil sinar-x (tabung dan komponen elektronik/elektrik pengendali), unit mekanik dan unit penangkap citra [3]. Unit penghasil sinar-x pada perangkat mammografi konvensional dapat dilihat pada gambar 1. Gambar 1. Unit penghasil sinar-x perangkat mammografi konvensional [3] Energi sinar-x yang dihasilkan perangkat mammografi ditentukan oleh nilai tegangan tinggi pada tabung sinar-x. Seperti terlihat pada gambar 1 di atas, pada perangkat mammografi konvensional pengaturan tegangan tinggi pada tabung sinar-x dilakukan menggunakan autotransformer. Autotransformer mempunyai dimensi yang besar dan berat. Dengan menggunakan autotransformer pengaturan nilai tegangan tinggi tabung sinar-x tidak dapat dilakukan secara kontinyu. Perubahan tegangan hanya dapat dilakukan sesuai dengan tahap tegangan yang ditentukan. Pada perangkat mammografi MX-13, pengaturan tegangan tinggi tabung sinar-x menggunakan teknik Pulse Wave Modulation (PWM) sebagai pengganti autotransformer [4]. Dengan demikian dimensi dan berat unit pengatur keluaran sinar-x perangkat mammografi MX-13 dapat dikurangi. Selain itu, dengan menggunakan teknik PWM ini, pengaturan perubahan tegangan tinggi dapat dilakukan secara kontinyu. 1.1. TEORI Rangkaian utama perangkat mammografi terdiri dari 3 bagian, yaitu: rangkaian catu daya untuk arus filamen tabung sinar-x, rangkaian catu daya tegangan tinggi antara anoda dan katoda tabung sinar-x untuk menggerakkan elektron, dan rangkaian pewaktu untuk mengatur waktu ekspos [5]. Rangkaian catu daya tegangan tinggi menghasilkan beda 92

potensial yang besar antara katoda dan anoda untuk mempercepat pergerakan elektron yang dihasilkan filamen dengan kecepatan tinggi. Pada perangkat mammografi konvensional tegangan PLN dihubungkan ke autotransformer untuk menentukan tegangan yang akan digandakan oleh trafo tegangan tinggi menjadi tegangan tinggi yang sesuai dengan tegangan yang dibutuhkan oleh tabung sinar-x. Blok diagram rangkaian pengatur catu daya tegangan tinggi perangkat mammografi konvensional dapat dilihat pada gambar 2. Gambar 2. Rangkaian pengatur tegangan tinggi perangkat mammografi konvensional Tegangan keluaran dari autotransformer dihubungkan dengan trafo tegangan tinggi untuk digandakan. Rangkaian catu daya tegangan tinggi menghasilkan beda potensial yang besar antara katoda dan anoda untuk mempercepat pergerakan elektron yang dihasilkan filamen dengan kecepatan tinggi. Blok diagram rangkaian catu daya tegangan tinggi dapat dilihat pada gambar 3. Gambar 3. Rangkaian tegangan tinggi perangkat mammografi Pulse Width Modulation (PWM) adalah suatu teknik untuk mengendalikan rangkaian dan sistem analog dengan mengubah level dan frekuensi pulsa digital [6]. Bentuk pulsa PWM ditunjukkan pada gambar 4 di bawah ini. 93

Gambar 4 Pulsa Pulse Width Modulation (PWM). Pulsa PWM terdiri dari dua kondisi, yaitu kondisi aktif (ON) dan non-aktif (OFF). Pada kondisi aktif, amplitudo pulsa bernilai maksimum. Sedangkan pada kondisi non-aktif, amplitudo pulsa bernilai nol (0). Amplitudo pulsa PWM menggambarkan nilai tegangan pada kondisi ON. Perioda (T) pulsa PWM adalah waktu yang dibutuhkan untuk membentuk 1 pulsa. Sedangkan frekuensi pulsa ditentukan dengan persamaan (1) sebagai berikut: dengan, f : frekuensi pulsa dalam Hertz T: perioda pulsa dalam detik f.. (1) Duty cycle (D) adalah perbandingan antara waktu pulsa pada kondisi ON (Ton) dan ketika pada kondisi OFF (Toff) dalam satu perioda (T) pulsa. Persamaan (2) D %. (2) dengan, D : duty cycle dalam % Ton : waktu pulsa pada kondisi ON dalam detik Toff : waktu pulsa pada kondisi OFF dalam detik Sedangkan tegangan keluaran (Vout) yang dihasilkan merupakan prosentase duty cycle (D) dari tegangan masukan (Vin) yang diberikan, seperti dinyatakan pada. persamaan (3) berikut ini. Vout volt D % Vin volt (3) dengan, Vout : tegangan keluaran dalam Volt D : duty cycle dalam % Vin : tegangan keluaran dalam Volt sehingga 94

Vout. (4) dengan, Vout : tegangan keluaran dalam Volt Vin : tegangan keluaran dalam Volt Ton : waktu pulsa pada kondisi ON dalam detik Toff : waktu pulsa pada kondisi OFF dalam detik Jika tegangan masukan (Vin) yang melalui rangkaian sebesar 10 volt dan duty cycle (D) PWM sebesar 10 %, maka tegangan keluaran (Vout) adalah 1 volt. Dengan Vin yang sama dan D PWM sebesar 50 %, maka tegangan keluaran (Vout) adalah 5 volt, 2. METODOLOGI Rangkaian pengatur tegangan tinggi berfungsi mengatur tegangan kerja tabung sinar-x sesuai dengan kebutuhan. Pada perangkat mammografi tegangan tinggi mempunyai pengaruh pada energi sinar-x yang dihasilkan. Semakin besar tegangan antara anoda dan katoda tabung sinar-x maka energi sinar-x yang dihasilkan sehingga makin besar pula daya tembus/penetrasi sinar-x terhadap obyek payudara. Pada dasarnya pengaturan tegangan tinggi pada perangkat mammografi terdiri dari 2 bagian, yaitu bagian catu daya tegangan rendah dan bagian catu daya tegangan tinggi. Bagian catu daya tegangan rendah pada perangkat mammografi konvensional terdiri dari autotransformer dan gulungan primer dari trafo tegangan tinggi. Sedangkan bagian catu daya tegangan tinggi terdiri dari gulungan sekunder dari trafo tegangan tinggi dan penyearah (bridge rectifier). Tegangan keluaran dari bagian catu daya tegangan rendah akan diubah menjadi tegangan tinggi oleh bagian catu daya tegangan rendah. Blok diagram rangkaian pengatur tegangan tinggi dapat dilihat pada gambar 5. Pada bagian catu daya tegangan rendah pengatur tegangan tinggi perangkat mammografi MX-13, menggunakan teknik PWM sebagai tegangan masukan untuk bagian catu daya tegangan tinggi. Pulsa PWM digunakan untuk mengubah tegangan dari PLN sesuai dengan tegangan yang diinginkan. Perubahan nilai tegangan ini juga melibatkan modul SCR dan modul zero-crossing. Blok diagram bagian catu daya tegangan rendah dengan menggunakan teknik PWM dapat dilihat pada gambar 6. 95

Gambar 5. Blok diagram pengatur keluaran sinar-x Gambar 6. Blok diagram bagian catu daya tegangan rendah dengan teknik PWM pada perangkat mammografi MX-13 Tegangan 220 Vac dari PLN dilewatkan ke penyearah (rectifier) sehingga membentuk gelombang penuh. Keluaran dari penyearah dihubungkan ke modul zerocrossing untuk mengetahui saat sinyal PLN bernilai 0 (nol). Hal ini diperlukan untuk mensinkronkan pulsa PWM dengan keluaran dari modul SSR. Pada saat sinyal PLN bernilai 0, modul zero-crossing akan mengeluarkan pulsa sebagai tanda agar mikrokontroler Atmega8 mulai mengeluarkan pulsa PWM. Pulsa PWM dari mikrokontroler Atmega8 dihubungkan dengan modul SCR dan disinkronkan dengan keluaran zero-crossing sehingga menghasilkan porsi tegangan yang diinginkan sebagai tegangan masukan bagi bagian catu daya tegangan tinggi. Modul Solid 96

State Relay (SSR) dibutuhkan sebelum menghubungkan keluaran modul SCR bagian catu daya tegangan tinggi seperti terlihat pada gambar 7. dengan Gambar 7. Blok diagram modul SCR dan SSR. Pulsa PWM dihasilkan dengan memprogram mikrokontroler Atmega8 sesuai dengan prosentase duty cycle yang diterima mikrokontroler dari komputer. Nilai tegangan yang akan dihasilkan sesuai dengan persamaan (3) di atas. Pengujian ketepatan pengaturan tegangan tinggi dengan teknik PWM dilakukan dengan memberikan nilai duty cycle melalui komputer. Tegangan keluaran bagian catu daya tegangan diukur menggunakan digital multimeter. Selain itu keluaran bagian ini juga dihubungkan dengan dengan lampu sebagai indikator visual. Pengujian juga dilakukan terhadap lebar pulsa PWM minimal untuk mengaktifkan modul SCR. 3. HASIL DAN PEMBAHASAN Pengatur catu daya tegangan tinggi pada perangkat mammografi MX-13 berbasis PWM yang dibuat terdiri dari modul mikrokontroler, modul keluaran zero-crossing, modul SCR dan SSR. Diagram skematik modul pengatur catu daya tegangan tinggi pada perangkat mammografi MX-13 berbasis PWM dapat dilihat pada gambar 8 dan 9. Pengujian modul zero-crossing dilakukan dengan mengukur tegangan pada titik pengukuran (Test Point) TP1, TP2, dan TP3. Rangkaian skematik dan lokasi titik pengukuran pada modul zero-crossing dapat dilihat pada gambar 10. Diagram waktu hasil pengukuran pada titik pengukuran TP1, TP2, dan TP3 modul zero-crossing dapat dilihat pada gambar 11. 97

Gambar 8. Diagram skematik modul pengatur catu daya tegangan tinggi. Gambar 9. Diagram skematik modul pengatur catu daya tegangan tinggi (lanjutan). 98

Gambar 10. Rangkaian skematik modul zero-crossing Gambar 11. Diagram waktu sinyal keluaran modul zero-crossing Pengujian modul catu daya tegangan tinggi perangkat mammografi MX-13 dilakukan dengan menentukan lebar pulsa PWM minimum yang dapat menghasilkan tegangan keluaran. Tegangan beban atau tegangan keluaran bagian catu daya tegangan rendah dari modul catu daya tegangan tinggi perangkat mammografi MX-13 diukur menggunakan digital multimeter dan dipasang lampu pijar. Hasil pengujian dapat dilihat pada tabel 1 dan grafik hubungan antara duty cycle pulsa PWM dan tegangan pada beban dapat dilihat pada gambar 12. Dari tabel 1, dengan lebar pulsa PWM sebesar 1 us sudah dapat yang didapat menghasilkan tegangan keluaran. Kestabilan tegangan keluaran berada pada duty cycle 20% hingga 95%. Hal ini ditunjukan oleh nyala lampu yang stabil dan pengukuran digital multimeter. Tabel 1. Penentuan lebar pulsa PWM minimum Lebar Pulsa PWM = 1 us Duty Cycle No us % V load (Vac) Keterangan 1 500 5 Fluktuatif kedip lambat 2 1000 10 Fluktuatif kedip lebih lambat 3 1500 15 Fluktuatif kedip sangat lambat 4 2000 20 33.2 stabil 5 2500 25 44.7 stabil 6 3000 30 50 stabil 7 3500 35 88.8 stabil 8 3600 36 91.6 stabil 99

9 3750 38 98.1 stabil 10 4000 40 107.9 stabil 11 4250 43 117.1 stabil 12 4500 45 126.6 stabil 13 4750 48 135 stabil 14 5000 50 143.3 stabil 15 5500 55 159 stabil 16 6000 60 172 stabil 17 6500 65 184.9 stabil 18 7000 70 196.2 stabil 19 7500 75 202.8 stabil 20 8000 80 208.2 stabil 21 8500 85 213.6 stabil 22 9000 90 216.5 stabil 23 9500 95 218 stabil 24 10000 100 Fluktuatif kedip cepat 250 Duty Cycle vs V Load Pada Tegangan Input 220 Vac V load (Vac) 200 150 100 50 0 0 2000 4000 6000 8000 10000 Duty Cycle (us) 220 Vac Gambar 12. Hubungan antara dutycycle dan tegangan beban Modul catu daya tegangan tinggi perangkat mammografi MX-13 juga diuji untuk mengetahui linearitas tegangan keluaran terhadap perubahan prosentase duty cycle pada tegangan masukan tertentu. Hasil pengujian dapat dilihat pada gambar 13. 100

Gambar 13. Hubungan tegangan keluaran terhadap perubahan prosentase duty cycle Dari hasil pengujian terlihat bahwa perubahan prosentase duty cycle berbanding lurus secara liner dengan nilai tegangan keluaran. Hal ini sesuai dengan persamaan (3) di atas bahwa tegangan keluaran merupakan prosentase duty cycle dari tegangan masukan. Dengan demikian modul pengatur catu daya tegangan tinggi berbasis PWM pada perangkat mammografi MX-13 dapat berfungsi sesuai dengan yang diharapkan 4. KESIMPULAN Dari hasil pengujian dapat disimpulkan bahwa modul pengatur catu daya tegangan tinggi berbasis PWM pada perangkat mammografi MX-13 dapat berfungsi dengan baik. Lebar pulsa minimum agar dapat menghasilkan tegangan keluaran adalah 1 us.tegangan keluaran dari bagian catu daya tegangan rendah dari modul catu daya tegangan tinggi dapat diatur dengan mengubah duty cycle pulsa PWM. Untuk tegangan kerja tabung sinar- X, duty cycle pulsa PWM proporsional dengan tegangan keluaran. 5. DAFTAR PUSTAKA [1]. PUSAT DATA DAN INFORMASI, STOP KANKER 4 Februari Hari Kanker Sedunia, InfoDATIN Kementerian Kesehatan RI, 2015. [2]. ANONIM, Mammografi, https://id.wikipedia.org/wiki/mammografi, diakses 28 September 2014 [3]. ANONIM, X-ray Imaging Technique http://www.biomedicz.com/x-ray-imagingtechnique, diakses 18 Oktober 2014 [4]. Budi Santoso, Perancangan Pesawat Sinar-X Mammography, Laporan Teknis BATAN-RPN-L-2013-08-028, PRPN, 2013 [5]. ANONIM, Radiography: X-ray Machine Circuits, http://www.vetstream.com/lapis/content/, diakses 11 Juni 2015 [6]. ANONIM, PWM Modulation, http:// pcbheaven.com/wikipages/pwm_modulation/, diakses 16 Juli 2015 [7]. ANONIM, Mammography Equipment, https://www.santarosa.edu/~xho/mammo/unit%203%20- %20Mammography%20Equipment.pdf, diakses 18 Oktober 2014 [8]. EB Podgorsak, Radiation Oncology Physics- A Handbook for Teachers and Students, IAEA, Wina, 2005 101