BAB II. Kajian Teori

dokumen-dokumen yang mirip
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) SIKLUS I

BAB II KAJIAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) SD. social studies, seperti di Amerika. Sardjiyo (repository. upi.

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Kajian Teori. 1. Aktivitas Belajar. Anak senantiasa berinteraksi dengan sekitarnya dan selalu berusaha

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. hasil penelitian terdahulu yang pernah dilakukan oleh orang-orang yang lebih

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Pengalaman dan latihan terjadi melalui interaksi antara individual dan

KAJIAN PUSTAKA. Dalam kegiatan belajar mengajar siswa melakukan aktivitas. Pengajaran yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pada prinsipnya proses belajar yang dialami manusia berlangsung sepanjang

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS. kearah yang lebih baik. Menurut Hamalik (2004:37) belajar merupakan

PEMBELAJARAN KOOPERATIF

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Hamalik (2001, 37) belajar adalah memperoleh. pengetahuan melalui alat indra yang disampaikan dalam bentuk perangsang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. dengan jenjang pendidikan yang sedang ditempuh. Mata pelajaran IPS di

BAB II KAJIAN PUSTAKA. mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran (Oemar Hamalik, 2002: 57) dalam

BAB II KAJIAN TEORI. maka ia akan berusaha untuk mengetahui lebih banyak tentang kesenian. Begitu juga terhadap mata pelajaran PKn.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku siswa akibat adanya

BAB II KAJIAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning) Cooperative learning atau pembelajaran kooperatif adalah suatu model

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) efektif untuk kelompok kecil. Model ini menunjukkan efektivitas untuk berpikir

BAB I PENDAHULUAN. sehingga siswa dapat berhasil dengan baik dalam belajarnya.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

PENERAPAN METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS

BAB I PENDAHULUAN. yang diajarkan di Pendidikan Dasar (SD dan SLP) dan Pendidikan Menengah

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF PADA PEMBELAJARAN SEJARAH. Yusni Pakaya Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Gorontalo

II. TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Pembelajaran kooperatif adalah bagian dari strategi pembelajaran yang

II. KERANGKA TEORITIS. 2.1 Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) yang efektif untuk kelompok kecil. Model ini menunjukkan efektivitas untuk

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang

KAJIAN PUSTAKAN. yang mereka dapat dan kegiatan yang mereka lakukan. Menurut Hamalik (2001:

II. KAJIAN TEORI. 2.1 Belajar dan Pembelajaran Pengertian Belajar dan Pembelajaran. Belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif didasari oleh falsafah homo homini socius. Pembelajaran

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Jurnal Ilmiah Guru COPE, No. 02/Tahun XVIII/November 2014

BAB I PENDAHULUAN. taraf pemikiran yang tinggi dan telah melaksanakan pembangunan

BAB V MODEL BERBASIS MULTIKULTURAL DAN PEMBELAJARANYA DALAM MASYARAKAT DWIBAHASAWAN

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD PADA MATA KULIAH KALKULUS DASAR BERBASIS LESSON STUDY

BAB I PENDAHULUAN. Begitu pula dengan sumber belajar yang akan digunakan karena dari sumber

MODEL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM. Oleh: Dr. Marzuki (FIS UNY)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Hamalik,1995:57) dalam ( memungkinkan ia turut serta dalam tingkah laku tertentu, sehingga dalam

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

Oleh. Sarlin K. Dai Meyko Panigoro La Ode Rasuli Pendidikan Ekonomi

II. TINJAUAN PUSTAKA. untuk mencari sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari

II. TINJAUAN PUSTAKA. Keberhasilan belajar tidak akan tercapai begitu saja jika pembelajaran tidak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. merupakan suatu program pendidikan dan bukan sub-disiplin ilmu

BAB 1 PENDAHULUAN. Menulis berkaitan erat dengan keterampilan mendengarkan, gagasan secara runtut. Menulis memiliki peranan yang sangat penting dalam

I. PENDAHULUAN. Pada bab pendahuluan ini akan dibahas beberapa hal mengenai gambaran umum

TINJAUAN PUSTAKA. mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang belajar, diantaranya adalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. perubahan seluruh tingkah laku individu yang relatif menetap sebagai hasil

BAB II KAJIAN PUSTAKA. aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting di dalam interaksi belajar. aktivitas tersebut. Beberapa diantaranya ialah:

BAB I PENDAHULUAN. Ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) yang berkembang begitu pesat

Charlina Ribut Dwi Anggraini

I. PENDAHULUAN. Guru mengajar hendaknya memiliki kemampuan yang cukup, ditunjukkan dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran tidak mungkin akan berlangsung dengan baik. Kamus Besar

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. mendorong terjadinya belajar. Pembelajaran dikatakan berhasil apabila tujuantujuan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan bakat serta kepribadian mereka. Pendidikan membuat manusia

BAB II KAJIAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. manusia. Banyak kegiatan manusia dalam kehidupan sehari-hari yang tidak

BAB II KAJIAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Setiap negara menganggap penting pendidikan. Pendidikan berperan penting bagi

BAB II KAJIAN TEORITIK. 1. Pengertian Kemampuan Pemahaman Konsep. konsep. Menurut Sudjiono (2013) pemahaman atau comprehension dapat

I. PENDAHULUAN. Setiap negara menganggap penting pendidikan. Pendidikan berperan penting bagi

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Penerbit AR-RUZZ MEDIA, Yogyakarta, hal ) Esa Nur Wahyuni, Baharuddin, 2008, Teori Belajar dan Pembelajaran,Cetakan III,Mei 2008,

SKRIPSI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna mencapai derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan pelajaran yang wajib di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang berasumsi dari

BAB I PENDAHULUAN. menguasai pengetahuan, fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip, proses

MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT (TEAMS GAMES TOURNAMENT) UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SOSIOLOGI

Peningkatan Hasil Belajar, Pembelajaran Kooperatif, Team Assisted Individualization

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu kompleks perbuatan yang sistematis untuk

II. KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Hakikat Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial. konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yeni Febrianti, 2014

I. PENDAHULUAN. Pendidikan memegang peranan penting dalam menciptakan manusia yang bertakwa

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. penelitian dilakukan dalam 2 (dua) siklus. Setiap siklus terdiri dari tiga kali

Model pembelajaran matematika di sd

BAB I PENDAHULUAN. merupakan subyek, karena masing-masing memiliki kesadaran dan kebebasan

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN KOOPERATIF

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Menurut Beberapa Ahli. memperoleh pengetahuan, ketrampilan, dan nilai-nilai positif dengan

I. PENDAHULUAN. kurikulum operasional yang disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan perkembangan yang dialami oleh seseorang menuju kearah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan proses aktualisasi peserta didik melalui berbagai

II. TINJAUAN PUSTAKA. hidup manusia sebagai makhluk sosial. Pembelajaran kooperatif merupakan. semua mencapai hasil belajar yang tinggi.

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS PADA MATERI PERKEMBANGAN TEKNOLOGI MELALUI MODEL STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS (STAD)

2014 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI TULISAN DAN PENGUASAAN KONSEP SISTEM EKSKRESI SISWA KELAS XI

BAB II KAJIAN TEORI Pengertian Belajar Menurut Teori Konstruktivisme. mencoba merumuskan dan membuat tafsirannya tentang belajar.

BAB I PENDAHULUAN. Upaya untuk meningkatkan mutu pendidikan telah dilakukan oleh

Transkripsi:

BAB II Kajian Teori A. Model Pembelajaran Cooperative Learning tipe STAD 1. Cooperative Learning Menurut Rusman (2012:202) cooperative learning merupakan bentuk pembelajaran dengan cara siswa belajar dan bekerja dalam kelompokkelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari empat sampai enam orang dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen. Nurul Hayati (dalam Rusman 2012:204) mengemuakakan lima unsur dasar model cooperative learning,yaitu: a. Ketergantungan positif Ketergantungan positif adalah bentuk kerja sama yang sangat erat akaitan antara anggota kelompok. Kerjasama ini dibutuhkan untuk mencapai tujuan. Siswa benar-benar mengerti bahwa kesuksesan kelompok tergantung pada kesuksesan anggotanya. b. Pertanggungjawaban individual Kelompok tergantung pada cara belajar perseorangan seluruh anggota kelompok. Pertanggungjawaban memfokuskan aktivitas kelompok dalam menjelaskan konsep pada satu orang dan memastikan bahwa setiap siswa dalam kelompok siap menghadapi aktivitas lain dimana seswa harus meneriama tanpa pertolongan anggota kelompok. c. Kemampuan bersosialisasi Setiap siswa didalam kelompok dituntut untuk bekerjasama yang biasa digunakan adalam aktivitas kelompok. Kelompok tiadak berfungsi secara efektif jika siswa tidak memiliki kemampuan bersosialisasi yang dibutuhkan.

11 d. Tatap muka Setiap kelompok diberikan kesempatan untuk bertatap muka dan berdiskusi. Kegiatan interaksi ini akan memberi siswa untuk bersinergi yang menguntungkan semua anggota. e. Evaluasi proses kelompok Guru menjadwalkan waktu bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar selanjutnya bisa bekerjasama lebih efektif. Tiga bentuk keterampilan kooperatif sebagaimana diungkapkan oleh Lundgren (dalam Rusman 2012:210): a. Keterampilan kooperatif tingkat awal Menggunakan kesepakatan, menghargai kontribusi, mengambil giliran dan berbagi tugas, berada dalam kelompok, berada dalam tugas, mendorong partisipasi, mengundang orang lain untuk berbicara, menyelesaikan tugas pada waktunya, adan menghormati perbedaan individu. b. Keterampilan kooperatif tingkat menengah Menunjukan penghargaan dan simpati, mengungkapkan ketidaksetujuan dengan cara yang dapat diterima, mendengarkan degan aktif, bertanya, membuat ringkasan, menafsirkan, mengatur dan mengorganisir, menerima, tanggung jawab, mengurangi ketegangan. c. Keterampilan kooperatif tingkat akhir Mengelaborasi, memeriksa dengan cermat, menanyakan kebenaran, menetapkan tujuan, dan berkompromi. Langkah-langkah cooperative learning adalah sebagai berikut: Tabel 2.1 ( Langkah-langkah cooperative learning ) TAHAP TINGKAH LAKU GURU

12 Tahap 1 Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa Tahap 2 Menyajikan informasi Tahap 3 Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar Tahap 4 Membimbing kelompok bekerja dan belajar Tahap 5 Evaluasi Tahap 6 Memberikan penghargaan Guru menyampaikan tujuan pelajaran yang akan dicapai pada kegiatan pelajaran dan menekankan pentingnya topik yang akan dipelajari dan memotivasi siswa belajar. Guru menyajikan informasi atau materi kepada siswa denagn ajalan demonstrasi atau melalui bahan bacaan. Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membimbing setiap kelompok agar melakukan transisi secara efektif dan efisien Guru membibing kelompokkelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang teah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan

13 kelompok.. Beberapa tipe cooperative learning, yaitu student teams achievement division (STAD), teams games tournament (TGT), jigsaw, team assisted individualization (TAI), cooperative reading ang composition (CIRC) dan group investigation (GI). 2. Student Teams Achievement Division (STAD) Student Teams Achievement Division dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-temannya. Model STAD merupakan variasi pembelajaran kooperatif yang paing banyak diteliti. Di dalam STAD siswa dibagi menjadi kelompok yang heterogen yaitu mulai dari kemampuan akademik, jenis kelamin, rasa dan suku bangsa. Di dalam STAD siswa mungkin bekerjasama berpasangan dan bertukar jawaban, mendiskusikan ketidaksamaan, dan membantu satu sama lain. Karena skor kelompok didasarkan pada kemajuan yang diperoleh siswa atas nilai sebelumnya, maka setiap siswa di dalam kelas mempunyai kesempatan yang sama untuk menjadi bintang dalam kelompok. STAD terdiri atas lima komponen utama 1) tahap penyajian materi, 2) tahap kerja kelompok, 3) tahap tes indivisual, 4) tahap perhitungan skor individual, 5) tahap rekognisi tim. Tahap-tahap model pembelajaran tipe STAD sebagai berikut: a. Penyajian materi Tahap penyajian materi ini menggunakan waktu sekitar 20-45 menit. Sebelum memulai pelajaran guru menjelaskan tujuan pelajaran, memberikan motivasi untuk berkooperatif, menggali pengetahuan. Dalam penyajian kelas dapat dilakukan tanya jawab atau disesuaikan dengan isi bahan ajar. b. Belajar Kelompok 1) Kegiatan belajar kelompok

14 Dalam setiap kegiatan kerja kelompok digunkan lembar kegiatan dan kunci jawaban, dengan tujuan agar terjalin kerjasama diantara anggota kelompoknya. Lembar kegiatan diserahkan pada saat kegiatan belajar kelompok, sedangkan kunci jawaban diserahkan setelah kegiatan kerja kelompok selesei dilaksanakan. Pada awal pelaksanaan kegiatan kelompok dengan tipe STAD diperlukan adanya diskusi dengan siswa tentang ketentuan-ketentuan yang berlaku di dalam kelompok kooperatif. Hal-hal yang perlu dilakukan untuk menunjukan tanggung jawa terhadap kelompoknya. Misalnya a) meyakinkan bahwa setiap anggota kelompoknya telah mempelajari materi, (b) tidak seorangpun menghentikan belajar sampai semua anggota menguasai materi, (c) meminta bantuan kepada setiap anggota kelompoknya untuk menyelesaikan masalah sebelum menanyakan kepada gurunya, (d) setiap anggota kelompok berbicara secara sopan satu sama lain, saling menghormati dan menghargai. 2) Pemeriksaan terhadap hasil kegiatan kelompok Pemeriksaan terhadap hasil kegiatan kelompok dilakukan dengan mempresentasikan hasil kegiatan kelompok didepan kelas oleh wakil dari setiap kelompok. Pada tahap kegiatan ini diharapkan terjadi interaksi antar anggota kelompok penyaji dengan anggota kelompok lain untuk melengkapi jawaban kelompok tersebut. Kegiatan ini dilakukan secara bergantian. Pada tahap ini pula dilakukan pemeriksaan hasil kegiatan kelompok dengan memberikan kunci jawaban dan setiap kelompok memeriksa sendiri hasil pekerjaannya serta memperbaiki jika masih terdapat kesalahan-kesalahan. c. Tes 1) Siswa mengerjakan soal-soal tes secara individual Pada tahap ini setiap siswa harus memperhatikan kemampuannya dan menunjukan apa yang diperoleh pada kegiatan kelompok dengan cara

15 menjawab soal tes sesuai dengan kemmpuannya. Siswa dalam tahap ini tidak diperkenankan kerjasama. 2) Pemeriksaan hasil tes Pemeriksaan hasil tes dilakukan oleh guru, membuat daftar skor peningkatan setiap individu yang kemudian dimasukan menjadi skor kelompok. Peningkatan rata-rata skor setiap individual merupakan sumbangan bagi kinerja pencapaian kelompok. d. Penentuan skor peningkatan individual Setelah diperoleh hasil kuis, kemudian dihitung skor peningkatan individual berdasarkan selisih perolehan skor kuis terdahulu dengan kuis yang terakhir. Berdasarkan skor peningkatan individual dihitung poin perkembangan dengan menggunakan pedoman yang disusun oleh Slavin. Tabel 2.2 ( Penghitungan skor perkembangan individu ) Nilai No Skor Tes Perkembangan Lebih dari 10 poin dibawah skor 1 5 awal 2 10 hingga 1 poin dibawah skor awal 10 3 Skor awal hingga 10 poin di atasnya 20 4 Lebih dari 10 poin diatas skor awal 30 5 Point sempurna 30 e. Penghargaan kelompok Pemberian penghargaan kepada kelompok yang memperoleh perkembangan kelompok tertinggi ditentukan dengan rumus sebagai berikut

16 Skor kelompok= jumlah total perkembangan anggota Jumlah anggota kelompok yang ada Berdasarkan poin perkembangan yang diperoleh terdapat tiga penghargaan yang diberikan Tabel 2.3 ( tingkat penghargaan kelompok ) No Perolehan Skor Predikat 1 15-19 Good Team 2 20-24 Great Team 3 25-30 Super Team 3. Tujuan Tujuan utama cooperative learning adalah untuk memberikan siswa pengetahuan, konsep, kemampuan, dan pemahaman yang mereka butuhkan supaya bisa menjadi anggota masyarakat yang bahagia dan bermanfaat. Adapun pengembangan pembelajaran cooperative memiliki tujuan diantaranya: a. Pencapaian hasil belajar Meskipun pembelajaran kooperatif meliputi berbagai macam tujuan sosial, pembelajatan kooperatif juga bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik. b. Penerimaan terhadap perbedaan individu Efek penting yang kedua dari model cooperative learning ialah penerimaan ayang luas terhadap orang yang berbeda menurut ras, budaya, tingkat sosial, kemampuan dan ketidakmampuan. c. Pengembangan keterampilan sosial Contoh dari keterampilan sosial disini adalah keterampilan bekerjasama. Keterampilan bekerjasama disini akan berkembang karena siswa

17 menyelesaikan suatu masalah dengan cara bekerjasama bersama dengan teman-teman satu kelompoknya. 4. Kelebihan dan Kekurangan cooperative learning tipe STAD Setiap model pembelajaran mempunyai kelebihan maupun kekurangan. Berikut ini adalah kelebihan model pembelajaran cooperative learning tipe STAD: a. Semua siswa memilki kesempatan untuk menerima reward setelah menyelesaikan tugas. b. Semua siswa mempunyai kesempatan untuk mencapai hasil belajar yang tinggi karena setiap siswa dituntut untuk bisa mencapai skor yang tinggi. c. Reward yang diberikan kepada kelompok dapat digunakan untuk memberikan motivasi kepada semua siswa Sedangkan kelemahan model cooperative learning tipe STAD a. Akan terjadi ketimpangan pada siswa yang mempunyai kemampuan akademik tinggi dengan siswa yang mempunyai kemampuan akademik rendah. Karena peran siswa yang mempunyai kemampuan akademik tinggi lebih dominan. b. Untuk menyelesaikan tugas dengan cooperative learning akan memakan waktu yang lebih lama. 5. Ciri-ciri cooperative learning tipe STAD a. Bahan pelajaran disajikan oleh guru dan siswa harus mencurahkan perhatiannya, karena hal itu akan mempengaruhi hasil kerja mereka di dalam tim. b. Anggota tim terdiri dari empat atau lima orang, mereka dikelompokan secara heterogen dalam berbagai hal seperti kemampuan akademik, jenis kelamin, status sosial dan etnis.

18 c. Materi pelajaran disiapkan oelh guru dalam bentuk lembar kerja siswa d. Penempatan siswa adalam tim lebih ditentukan oelh guru daripada mereka memilih sendiri. B. Mata Pelajaran IPS di Sekolah Dasar (SD) 1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) adalah perpaduan dari pilihan konsep ilmu sosial seperti sejarah, geografi, ekonomi, antropologi, budaya dan sebagainya yang diperuntukkan sebagai pembelajaran pada tingkat persekolahan. IPS menurut Sapriya (2006:3) di tingkat persekolahan itu sendiri mempunyai perbedaan makna khususnya antara IPS untuk SD dengan SMP dan IPS untuk SMA. Pengertian IPS di persekolahan tersebut ada yang berarti gabungan (paduan) dari sejumlah mata pelajaran atau disiplin ilmu. Perbedaan ini dapat pula diidentifikasi dari perbedaan pendekatan yang diterapkan pada masing-masing jenjang persekolahan tersebut. 2. Tujuan Pelajaran IPS bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan a. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya b. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial c. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan d. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global.

19 Pembelajaran IPS diajarkan sejak pendidikan dasar. Hal ini karena pembelajaran IPS merupakan bagian dari pembelajaran yang memberikan kontribusi positif terhadap berbagai aktivitas manusia sehari-hari. Secara mendasar pembelajaran IPS berkenaan dengan kehidupan manusia yang melibatkan segala tingkah laku dan kebutuhannya. Lingkungan masyarakat tempat anak didik tumbuh dan berkembang sebagai bagian dari masyarakat, dihadapkan pada berbagai permasalahan yang ada dan terjadi pada lingkungan sekitarnya. 3. Karakteristik Kosasih Djahiri (dalam Sapriya, 2006:8) mengemukakan karakteristik pembelajaran IPS sebagai berikut: a. IPS berusaha mempertautkan teori ilmu dan fakta atau sebaliknya (menelaah fakta dari segi ilmu) b. Penelaahan dan pembahasan IPS tidak hanya dari satu bidang disiplin ilmu saja, melainkan bersifat kooperhensif (meluas?dari berbagai ilmu sosial lainnya, sehingga berbagai konsep ilmu secara terintegrasi terpadu) digunakan untuk menelaah satu masalah/tema/topik. Pendekatan seperti ini juga disebut sebagai pendekatan integrated, juga menggunakan pendekatan broadfield, dan multiple resourcess (banyak sumber) c. Mengutamakan peran aktif siswa melalui proses belajar inquiri agar siswa mampu mengembangkan berpikir kritis, rasional dan analitis. d. Program pembelajaran disusun dengan meningkatkan/ menghubungkan bahan-bahan dari berbagai disiplin ilmu sosial dan lainnya dengan kehidupan nyata di masyarakat, pengalaman,permasalahan, kebutuhan dan memproyeksikan kepada kehidupan dimasa depan baik dari lingkungan fisik/alam maupun budayanya. e. IPS dihadapkan secara konsep dan kehidupan sosial yang sangat labil, sehingga titik berat pembelajaran adalah terajadi proses internalisasi secara

20 mantap dan aktif pada diri siswa memiliki kebiasaan dan kemahiran untuk menelaah permasaahan kehidupan nyata pada masyarakat. f. IPS mengutamakan hal-hal, arti dan penghayatan hubungan antar manusia yang bersifat manusiawi. g. Pembelajaran tidak hanya mengutamakan pengetahuan semata, juga nilai dan keterampilannya. h. Berusaha untuk memuaskan setiap siswa yang berbeda melalui program maupun pembelajarannya dalam arti memperhatikan minat siswa dan masalah-masalah kemasyarakatan yang dekat dengan kehidupannya. i. Dalam pengembangan program pembelajaran senantiasa melaksanakan prinsip-prinsip, karakteristik dan pendekatan-pendekatan IPS itu sendiri. Dari karakteristik IPS yang telah dikemukakan dapat didimpulkan bahwa IPS berusaha mengaitkan ilmu teori dengan fakta atau kejadian yang dialami sehari-hari dan menyiapkan siswa dalam menghadapi amasalah sosial yang ada di masyarakat 4. Ruang Lingkup Ruang Lingkup mata pelajaran IPS meliputi aspek-aspek sebagai berikut: a. Manusia, tempat, dan lingkungan. b. Waktu, keberlanjutan, dan perubahan. c. Sistem sosial dan budaya. d. Perilaku ekonomi dan kesejahteraan. 5. Hasil Belajar IPS di Sekolah Dasar Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2004:22). Sedangkan menurut Horwart Kingsley dalam bukunya Sudjana membagi tiga macam hasil belajar mengajar :

21 a. keterampilan dan kebiasaan b. pengetahuan dan pengarahan c. sikap dan cita-cita. Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan keterampilan, sikap dan keterampilan yang diperoleh siswa setelah ia menerima perlakuan yang diberikan oleh guru sehingga dapat mengkonstruksikan pengetahuan itu dalam kehidupan sehari-hari. Hasil belajar dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan kualitas pengajaran. Secara operasional, meningkatkan hasil belajar dalam penelitian ini adalah serangkaian proses kegiatan pembelajaran yang telah dicapai setiap peserta didik dalam mata pelajaran Ilmu pengetahuan Sosial di kelas IV pokok bahasan masalah sosial di lingkungan setempat. 6. Materi IPS di SD kelas IV Dalam kurikulum 2006, materi IPS yang diberikan di kelas IV SD antara lain: a. Mengenal aktivitas ekonomi yang berkaitan dengan sumber daya alam dan potensi lain didaerahnya b. Mengenal pentingnya koperasi dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat c. Mengenal perkembangan teknologi produksi, komunikasi, dan transportasi serta pengalaman menggunakannya d. Mengenal permasalahan sosial di daerahnya Salah satu pokok bahasan materi IPS di SD yaitu masalah sosial di lingkungan setempat adapun materinya adalah sebagai berikut: Masalah Sosial

22 Masalah sosial merupakan suatu keadaan di masyarakat yang tidak normal atau tidak semestinya. Masalah sosial dapat terjadi pada masyarakat di pedesaan maupun di perkotaan. Keadaan masyarakat di pedesaan dan di perkotaan tentu berbeda. Pada umumnya masyarakat pedesaan masih memegang erat nilai-nilai kerukunan, kebersamaan dan kepedulian. Sehingga tidak heran sering kita jumpai adanya kerja bakti, saling memberi dan menolong. Sedangkan masyarakat di kota hidup dalam suasana egois, individu (sendiri-sendiri), kurang akrab serta kurang rukun. Kehidupan semacam ini sebenarnya merupakan salah satu masalah sosial di wilayah tersebut. Saat ini di negara kita masih banyak kita jumpai permasalahan sosial, antara lain sebagai berikut: 1) Kenakalan Remaja Pernahkah kalian melihat sekelompok anak remaja yang kebutkebutan di jalan? Bagaimana perasaan kalian ketika melihat hal itu? Kebutkebutan bagi mereka sendiri sangat berbahaya yakni dapat menimbulkan kecelakaan. Di samping itu juga mengganggu dan membahayakan orang lain. Kenakalan remaja ialah kegiatan atau perlakuan menyimpang yang dilakukan oleh remaja. Kenakalan remaja dapat berbentuk lain seperti coret-coret dinding di jalan, minumminuman keras, berdandan yang tidak semestinya ataupun menggunakan narkoba. Penyebab kenakalan remaja antara lain sebagai berikut : a. Kurangnya perhatian dari orang tua b. Pengaruh lingkungan pergaulan atau teman c. Jauh dari kehidupan beragama Upaya mengatasi kenakalan remaja diantaranya adalah: a. memberi perhatian yang lebih dari orang tua b. memilih teman dan pergaulan yang baik c. memperdalam pendidikan agama

23 d. dengan bimbingan guru 2) Pengangguran Pengangguran adalah orang dewasa yang tidak bekerja dan tidak mendapatkan penghasilan. Jumlah pengangguran semakin banyak karena jumlah lulusan sekolah lebih banyak dari pada jumlah lapangan pekerjaan. Selain itu para pengusaha dihadapkan pada persoalan kenaikan tarif listrik dan harga bahan bakar minyak yang mahal. Hal itu menyebabkan banyaknya perusahaan yang tutup dan bangkrut, atau setidaknya mengurangi jumlah karyawannya. Kamu bisa membayangkan jika orang tuamu tidak lagi bekerja dan tidak punya penghasilan. Apa yang akan terjadi? Tentunya keluargamu akan kesulitan memenuhi kebutuhan hidup baik makan, pakaian, biaya sekolah serta kebutuhan yang lainnya. Itulah sebabnya pengangguran dapat menimbulkan permasalahan sosial lainnya. Seperti kemiskinan, kejahatan, perjudian, kelaparan, kurang gizi bahkan meningkatnya angka bunuh diri. 3) Masalah Sampah Salah satu masalah sosial yang dihadapi masyarakat adalah sampah. Masalah sampah sangat mengganggu, terutama kalau tidak dikelola dengan baik. Masyarakat kota dan daerah padat penduduk menghasilkan banyak sekali sampah. Sampah segera menumpuk jika tidak segera diangkut ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah. Pemerintah, dalam hal ini adalah Dinas Kebersihan, memikul tanggung jawab dalam mengelola sampah. Sampah yang menumpuk menimbulkan bau tidak sedap. Penyebab dari masalah sampah adalah buang sampah sembarangan, kurangnya tempat sampah, kurangnya kesadaran manusia tentang akibat jika membuang sampah sembarangan.

24 Sampah yang ditumpuk dapat menjadi sumber berbagai penyakit menular. Misalnya, muntah berak (muntaber), penyakit kulit, paru-paru, dan pernapasan. Karena itu, kalau kamu perhatikan, di lingkungan tempat tinggalmu ada selalu ada petugas sampah. Setiap bulan orang tuamu membayar iuran sampah. Masalah lain berkaitan dengan sampah adalah kebiasaan buruk membuang sampah sembarangan. Di banyak tempat banyak warga yang biasa membuang sampah ke sungai dan saluran air. Sungai dan aliran air menjadi mampet. Akibatnya, sering terjadi banjir jika hujan lebat, membuang sampah sembarangan juga menjadi sumber penyakit, banyak lalat, menimbulkan bau yang tidak sedap dan tidak indah dipandang. Salah satu upaya yang dilakukan agar masalah sampah ini terselesaikan adalah tidak membuang sampah sembarangan. Tetapi harus pada tempat yang sudah disediakan. C. Penerapan Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Student Teams Achievement Division (STAD) dalam mata pelajaran IPS di SD Model pembelajaran cooperative learning tipe STAD dalam kompetensi dasar pokok bahasan masalah sosial di lingkungan setempat adalah sebagai berikut: 1. Guru membagi siswa kedalam beberapa kelompok. Satu kelompok terdiri dari 4-6 orang secara heterogen. 2. Guru memberi bahan ajar pada tiap kelompok untuk didiskusikan mengenai masalah sosial. 3. Guru membimbing siswa untuk berdiskusi dalam kelompoknya, dan mengarahkan siswa yang mempunyai kemampuan akademiknya lebih tinggi untuk menjelaskan kepada anggota lainnya sehingga seluruh anggota kelompok mengerti.

25 4. Guru memotivasi siswa kepada semua siswa bahwa mereka harus belajar dalam kelompoknya untuk menguasai materi tersebut agar siswa dapat mengerjakan LKS. 5. Guru meminta siswa kembali ketempat duduk masing-masing, dan guru memberikan LKS. 6. Guru mengevaluasi hasil kerja siswa untuk memperoleh nilai kelompok dan nilai kemajuan individu. 7. Guru memberikan reward/hadiah kepada siswa dan kelompok yang memperoleh skor tertinggi.