BAB I PENDAHULUAN. pokok masyarakat. Pasal 1457 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH

dokumen-dokumen yang mirip
Oleh Anandita Sasni I Gst. Ayu Puspawati Ni Putu Purwanti Bagian Hukum Perdata Fakultas Hukum Universitas Udayana ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dewasa ini, perkembangan ekonomi berkembang sangat pesat.

BAB I PENDAHULUAN. kegiatan usahanya adalah menghimpun dana dari masyarakat dan. Perbankan, dalam pasal 1 angka 2 dinyatakan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. Peran bank sangat besar dalam mendorong pertumbuhan ekonomi suatu

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS ANDALAS PADANG

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2006), hal. 51. Grafindo Persada, 2004), hal. 18. Tahun TLN No. 3790, Pasal 1 angka 2.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejalan dengan pesatnya kemajuan ekonomi dan bisnis di Indonesia,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. - Uang berfungsi sebagai alat tukar atau medium of exchange yang dapat. cara barter dapat diatasi dengan pertukaran uang.

BAB I PENDAHULUAN. sebaliknya, perkembangan suatu bank mengalami krisis dapat diartikan. Sementara itu dalam bentuk memberikan pelayanan kepada

BAB I PENDAHULUAN. memudahkan para pelanggannya (customer) melakukan transaksi perbankan

I. PENDAHULUAN. Kehadiran bank sebagai penyedia jasa keuangan berkaitan dengan kepentingan

PELAKSANAAN PERJANJIAN PENERBITAN KARTU KREDIT DI PT BNI (PERSERO) SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. provisi, ataupun pendapatan lainnya. Besarnya kredit yang disalurkan akan

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi semuanya. Padahal kebutuhan ini beraneka ragam, ada yang perlu

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, kegiatan ini memegang peranan penting bagi kehidupan bank. umum di Indonesia khususnya dan di negara lain pada umumnya.

BAB I PENDAHULUAN. untuk memperlancar roda pembangunan, dan sebagai dinamisator hukum

BAB I PENDAHULUAN. badan usaha untuk memenuhi kebutuhan konsumsinya seperti kebutuhan untuk

BAB I PENDAHULUAN. macam kegiatan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Untuk dapat memenuhi

BAB I PENDAHULUAN. kembali kepada masyarakat. Selain itu, bank juga memberikan jasa-jasa keuangan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Munculnya berbagai lembaga pembiayaan dewasa ini turut memacu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Guna mewujudkan

BAB 1 PENDAHULUAN. penting untuk dapat mempengaruhi pola perdagangan. Kemampuan

BAB I PENDAHULUAN. Lembaga Pembiayaan (financing institution) merupakan badan usaha yang

BAB I PENDAHULUAN. oleh gabungan orang yang bukan badan hukum sekalipun. Tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. saat ini dan masa yang akan datang tidak akan lepas dari sektor perbankan,

BAB I PENDAHULUAN. menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan. strategis dalam kehidupan perekonomian suatu negara.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Pengertian bank menurut Pasal 1 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992

DAFTAR PUSTAKA. Abdulkadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung, 2004.

BAB I PENDAHULUAN. kemajuan yang sangat meningkat, dengan banyaknya pelaku pelaku usaha yang tumbuh dan

BAB I PENDAHULUAN. tugas yang diemban perbankan nasional tidaklah ringan. 1. perbankan menyatakan bahwa bank adalah : badan usaha yang menghimpun

BAB I PENDAHULUAN. hukum membutuhkan modal untuk memulai usahanya. Modal yang diperlukan

BAB V PENUTUP A. KESIMPULAN

BAB III. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang saat ini tengah. melakukan pembangunan di segala bidang. Salah satu bidang pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perekonomian tanah air terus tumbuh, dan transaksi perdagangan baik

BAB I PENDAHULUAN. Bank menurut pengertian umum dapat diartikan sebagai tempat untuk

BAB I PENDAHULUAN. Perlindungan hukum..., Pramita Dyah Hapsari, FH UI, 2011.

BAB III TINJAUAN YURIDIS MENGENAI KLAUSULA BAKU DALAM PERJANJIAN KARTU KREDIT BANK MANDIRI, CITIBANK DAN STANDARD CHARTERED BANK

BAB 1 PENDAHULUAN. Perjanjian pengalihan..., Agnes Kusuma Putri, FH UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. berbuat semaksimal mungkin dan mengerahkan semua kemampuannya untuk

BAB I PENDAHULUAN. suatu persetujuan yang menimbulkan perikatan di antara pihak-pihak yang

Lex et Societatis, Vol. V/No. 6/Ags/2017

BAB II TINJAUAN UMUM TENTANG BANK DAN KARTU KREDIT. menyediakan jasa-jasa yang berkaitan dengan permintaan atau penawaran akan

BAB 1 PENDAHULUAN. Bakti, 2006), hlm. xv. 1 Muhamad Djumhana, Hukum Perbankan Indonesia, cet.v, (Bandung:Citra Aditya

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan mempunyai peranan penting dalam menjalankan. Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan diatur bahwa:

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-undang Dasar Dalam

BAB I PENDAHULUAN. layak dan berkecukupan. Guna mencukupi kebutuhan hidup serta guna

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembiayaan murabahan..., Claudia, FH UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. badan hukum yang mengalami kasus pailit, begitu juga lembaga perbankan.

BAB I PENDAHULUAN. Melihat dari hal tersebut dapat dikatakan bahwa kegiatan pinjam-meminjam

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan lembaga jaminan sudah sangat populer dan sudah tidak asing

KONSTRUKSI HUKUM PERUBAHAN PERJANJIAN KERJA WAKTU TIDAK TERTENTU MENJADI PERJANJIAN KERJA WAKTU TERTENTU

BAB I. Pendahuluan. dan makmur dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia. pembangunan di bidang ekonomi. Berbagai usaha dilakukan dalam kegiatan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Manusia dalam kehidupannya sehari-hari memiliki kebutuhankebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. suatu usaha/bisnis. Tanpa dana maka seseorang tidak mampu untuk. memulai suatu usaha atau mengembangkan usaha yang sudah ada.

BAB I PENDAHULUAN. dengan pelaku usaha yang bergerak di keuangan. Usaha keuangan dilaksanakan oleh perusahaan yang bergerak di bidang

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA BAB I PENDAHULUAN. tidak menawarkan sesuatu yang merugikan hanya demi sebuah keuntungan sepihak.

BAB I PENDAHULUAN. Mahkamah Konstitusi yang selanjutnya disebut MK adalah lembaga tinggi negara dalam

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidupnya. Dalam memenuhi segala kebutuhan hidup, akal dan pikiran. Ia memerlukan tangan ataupun bantuan dari pihak lain.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

DAFTAR PUSTAKA A. BUKU. Abdulkadir Muhammad, Perjanjian Baku Dalam Praktek Perusahaan Perdagangan, Citra Aditya Bakti, Bandung, 1992

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan pembahasan yang telah disampaikan maka dapat disimpulkan. bahwa :

BAB I PENDAHULUAN. pertahanan, keamanan, dan penegakan hukum. 1 Salah satu dampak

BAB I PENDAHULUAN. Kecenderungan kondisi masyarakat dewasa ini membeli suatu benda

METODE PENELITIAN. sistematika, dan pemikiran tertentu, yang bertujuan untuk mempelajari satu atau

III. METODE PENELITIAN

3 Lihat UU No. 4 Tahun 1996 (UUHT) Pasal 20 ayat (1) 4 Sudarsono, Kamus Hukum, Rineka Cipta, Jakarta, 2007, hal. 339

BAB I PENDAHULUAN. segala kebutuhannya tersebut, bank mempunyai fungsi yang beragam dalam

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara yang kaya akan kebudaayaan-kebudayaan

BAB I PENDAHULUAN. akan berkaitan dengan istri atau suami maupun anak-anak yang masih memiliki

BAB I PENDAHULUAN. terkait, baik pemilik dan pengelola bank, masyarakat pengguna jasa bank maupun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. KUHPerdata Buku II mengenal adanya hak kebendaan yang bersifat

BAB I PENDAHULUAN. spiritual. Salah satu cara untuk meningkatkan taraf hidup adalah dengan mengembangkan

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. berupa tambahan modal kerja (money), mesin (machine), bahan baku (material),

BAB I PENDAHULUAN. pilar utama dalam pembangunan ekonomi di Indonesia. Sistem perbankan memegang

BAB I PENDAHULUAN. yang dilakukan oleh bank sebagai suatu lembaga keuangan, sudah semestinya. hukum bagi semua pihak yang berkepentingan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembangunan nasional yang dilaksanakan selama ini merupakan

TINJAUAN YURIDIS HAK-HAK NASABAH PEGADAIAN DALAM HAL TERJADI PELELANGAN TERHADAP BARANG JAMINAN (Studi Kasus Di Perum Pegadaian Cabang Klaten)

BAB II KEDUDUKAN BANK INDONESIA DALAM SISTEM KEUANGAN NEGARA. Menurut Undang-Undang Pokok Perbankan Nomor 10 Tahun 1998

BAB I PENDAHULUAN. melayani masyarakat yang ingin menabungkan uangnya di bank, sedangkan

DAMPAK PELAKSANAAN EKSEKUSI TERHADAP OBYEK JAMINAN FIDUSIA BERDASARKAN PASAL 29 UNDANG UNDANG NOMOR 42 TAHUN 1999 TENTANG JAMINAN FIDUSIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Di dalam perkembangan dunia perbankan hingga beberapa tahun

ANALISIS YURIDIS PENYALAHGUNAAN KARTU KREDIT TERHADAP PARA PIHAK DALAM PERJANJIAN JUALBELI. Oleh: Asmawati 1. Abstrak

DAFTAR PUSTAKA. Buku Ali, H. Zainuddin, 2009, Metode Penelitian Hukum, Penerbit Sinar Grafika, Jakarta.

BAB I PENDAHULUAN. konstitusinya, yaitu pada Pasal 33 Undang-Undang Dasar Republik. terdapat di dalam Pasal 33 ayat (1) yang mengatur sebagai berikut:

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. kepemilikan hak atas tanah oleh individu atau perorangan. Undang No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria

I. PENDAHULUAN. kebutuhannya begitu juga dengan perusahaan, untuk menjalankan suatu perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. yang sama dan apabila diperlukan bisa dibebani dengan bunga. Karena dengan

BAB I PENDAHULUAN. besar guna melaksanakan pembangunan nasional. Kebutuhan dana yang besar

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PROSES JUAL BELI PERUMAHAN SECARA KREDIT

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya pertumbuhan ekonomi mengakibatkan tingkat kebutuhan

BAB I PENDAHULUAN. bersifat terbuka, perdagangan sangat vital bagi upaya untuk meningkatkan

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyatu dengan ekonomi regional dan internasional yang dapat

BAB I PENDAHULUAN. dana yang besar. Kebutuhan dana yang besar itu hanya dapat dipenuhi. dengan memperdayakan secara maksimal sumber-sumber dana yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pembangunan nasional yang dilaksanakan saat ini adalah pembangunan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Kegiatan jual beli merupakan salah satu kegiatan yang menjadi kebutuhan pokok masyarakat. Pasal 1457 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUH Perdata) menyatakan bahwa jual beli adalah suatu perjanjian yang salah satu pihak mengikatkan dirinya untuk menyerahkan suatu benda dan pihak lain untuk membayar harga benda yang diperjanjikan. Jual beli merupakan perjanjian paling banyak diadakan dalam kehidupan masyarakat. 1 Kegiatan jual beli yang dilakukan masyarakat berupa jual beli barang maupun jasa. Semakin meningkatnya kegiatan jual beli di masyarakat, semakin banyak pula cara untuk memudahkan masyarakat dalam melakukan kegiatan jual beli. Kemudahan dalam melakukan kegiatan jual beli dapat berupa tersedianya metode pembayaran yang beragam sehingga tercipta kenyamanan dalam bertransaksi. Masyarakat telah mengenal beberapa macam metode pembayaran yang tersedia. Salah satu sarana pembayaran yang paling umum dilakukan adalah dengan melalui pembayaran secara tunai. Munir Fuady mengemukakan metode-metode pembayaran dalam kegiatan jual beli 2 yaitu : 1. Metode Pembayaran Tunai Seketika 2. Metode Pembayaran dengan Cicilan/Kredit 1 Abdulkadir Muhammad, 2010, Hukum Perdata Indonesia, P.T. Citra Aditya Bakti, Bandung, h. 317. 2 Munir Fuady, 2008, Pengantar Hukum Bisnis : Menata Bisnis Modern di Era Global, P.T. Citra Aditya Bakti, Bandung, (selanjutnya disingkat Munir Fuady I), h. 26. 1

2 3. Metode Pembayaran dengan Memakai Kartu Kredit 4. Metode Pembayaran dengan Memakai Kartu Debit 5. Metode Pembayaran dengan Memakai Cek 6. Metode Pembayaran Terlebih Dahulu 7. Metode Pembayaran Secara Open Account 8. Metode Pembayaran Atas Dasar Konsinyasi 9. Metode Pembayaran Secara Documentary Collection 10. Metode Pembayaran Secara Documentary Credit Dewasa ini, kemudahan dalam kegiatan jual beli sangat diperlukan oleh masyarakat. Kartu kredit merupakan salah satu metode pembayaran yang diminati masyarakat karena memberikan kemudahan dalam melakukan kegiatan jual beli baik barang maupun jasa secara praktis, antara lain dalam melakukan transaksi online, pemesanan kamar hotel, pembayaran biaya rumah sakit, pemesanan tiket pesawat dan lain sebagainya. Penggunaan kartu kredit juga sangat membantu pada saat terjadi keadaan darurat yang memerlukan uang dalam jumlah yang cukup besar walaupun pada saat itu pengguna kartu kredit tidak mempunyai persediaan uang yang cukup. Kartu kredit adalah alat pembayaran pengganti uang tunai atau cek. 3 Suryohadibroto dan Prakoso berpendapat bahwa kartu kredit adalah alat pembayaran sebagai pengganti uang tunai yang sewaktu-waktu dapat digunakan konsumen untuk ditukarkan dengan produk barang dan jasa yang diinginkannya pada tempat-tempat yang menerima kartu kredit (merchant) atau bisa digunakan konsumen untuk menguangkan kepada Bank Penerbit atau jaringannya (cash advance). 4 3 Hermansyah, 2011, Edisi Revisi : Hukum Perbankan Nasional Indonesia, Kencana Prenada Media Grup, Jakarta, h. 90. 4 Ibid.

3 Berdasarkan data dari Asosiasi Kartu Kredit Indonesia (AKKI), jumlah kartu kredit yang beredar di Indonesia mengalami peningkatan dari tahun 2013 sampai dengan bulan Juli tahun 2014 yaitu dari 15.091.684 kartu meningkat menjadi 15.552.463 kartu. Hal tersebut menunjukkan minat masyarakat yang tinggi terhadap penggunaan kartu kredit sebagai metode pembayaran dalam kegiatan jual beli barang maupun jasa. Kelebihan penggunaan kartu kredit terutama terletak pada kegiatan jual beli barang atau jasa dengan jumlah transaksi yang besar, sehingga tidak perlu lagi membawa uang tunai yang banyak. Dengan tingginya minat masyarakat terhadap kartu kredit, masing-masing Bank Penerbit pun gencar berupaya untuk menawarkan kartu kredit kepada nasabahnya yang belum memiliki kartu kredit maupun kepada masyarakat umum. Untuk menertibkan peredaran kartu kredit di Indonesia, Bank Indonesia mengeluarkan Peraturan Bank Indonesia Nomor: 14/2/PBI/2012 Tentang Perubahan Atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/11/PBI/2009 Tentang Penyelenggaraan Kegiatan Alat Pembayaran Dengan Menggunakan Kartu dengan salah satu ketentuan yang diubah adalah pembatasan kepemilikan terhadap kartu kredit. Pembatasan kepemilikan kartu kredit dilakukan sebagai langkah manajemen risiko kredit baik di sisi Penerbit kartu kredit maupun pengguna kartu kredit. 1. Pembatasan kepemilikan kartu kredit dari sisi usia: a. Pemegang Kartu Utama berusia min. 21 tahun atau sudah menikah b. Pemegang Kartu Tambahan berusia min. 17 tahun atau sudah menikah

4 2. Pembatasan kepemilikan kartu kredit dari sisi pendapatan: a. Individu dengan pendapatan < Rp 3.000.000 tidak diperbolehkan memiliki kartu kredit. b. Individu dengan pendapatan antara Rp 3.000.000 Rp 10.000.000 boleh memiliki kartu kredit dari maksimal 2 (dua) Penerbit, dengan pembatasan total plafon kredit dari seluruh kartu kredit yang dimilikinya yaitu maksimal 3 (tiga) kali pendapatan tiap bulan. c. Individu dengan pendapatan > Rp 10.000.000 tidak dibatasi kepemilikan kartu kreditnya namun mempertimbangkan analisis risiko masing-masing Penerbit kartu. Pendapatan tiap bulan yang dapat dijadikan pertimbangan Penerbit Kartu Kredit adalah pendapatan setelah dikurangi kewajiban antara lain pajak dan pembayaran utang kepada pemberi Pekerjaan atau disebut dengan take home pay. Berdasarkan pada Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 14/17/DASP perihal Perubahan atas Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 11/10/DASP perihal Penyelenggaraan Kegiatan Alat Pembayaran dengan Menggunakan Kartu dan Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 14/27/DASP perihal Mekanisme Penyesuaian Kepemilikian Kartu Kredit, bahwa konsekuensi dari pembatasan kepemilikan kartu kredit yaitu dengan pengakhiran dan/atau penutupan kartu kredit bagi Pemegang Kartu Kredit yang tidak memenuhi batas minimum usia dan/atau memliki pendapatan di bawah Rp 3.000.000.00. Hal tersebut disesuaikan dengan kualitas kredit dari Pemegang Kartu Kredit. Apabila Pemegang Kartu Kredit yang telah memiliki kartu kredit lebih dari yang telah ditentukan, maka

5 kartu kredit yang menunjukkan kualitas kredit yang menurun maka kartu kredit tersebut harus diakhiri dan/atau ditutup. Namun, apabila kualitas kredit dari masing-masing kartu kredit berstatus lancar dan tidak ada penurunan maka kartu kredit tetap harus ditutup dengan memberikan kesempatan kepada Pemegang Kartu Kredit untuk menentukan kartu kredit yang akan diakhiri dan/atau ditutup. Jika Pemegang Kartu Kredit tidak menentukan pilihan, maka kartu kredit yang akan diakhiri dan/atau ditutup adalah kartu kredit dengan masa perolehan kartu kredit paling akhir. Tujuan pembatasan kepemilikan kartu kredit adalah untuk memperkuat perlindungan bagi konsumen kartu kredit melalui penguatan manajemen risiko. Namun, pelaksanaan peraturan pembatasan kepemilikan terhadap kartu kredit juga memiliki dampak tersendiri bagi Penerbit Kartu Kredit. Dampak yang bisa ditimbulkan antara lain adalah pengurangan pertumbuhan kartu kredit yang berarti berkurangnya pendapatan potensial yang diperoleh oleh Penerbit Kartu Kredit. Maka dari itu, berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka usulan penelitian ini diberi judul PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PENERBIT KARTU KREDIT BERKAITAN DENGAN PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 14/2/PBI/2012 TENTANG PENYELENGGARAAN KEGIATAN ALAT PEMBAYARAN DENGAN MENGGUNAKAN KARTU.

6 1.2.Rumusan Masalah Berdasarkan uraian latar belakang masalah, maka dapat dapat dirumuskan masalah sebagai berikut yaitu : 1. Apa perlindungan hukum yang diberikan terhadap penerbit kartu kredit berkaitan dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 14/2/PBI/2012 tentang Penyelenggaraan Kegiatan Alat Pembayaran Dengan Menggunakan Kartu? 2. Apa tindakan hukum yang dilakukan penerbit kartu kredit terhadap penyalahgunaan kartu kredit di Indonesia? 1.3. Ruang Lingkup Masalah Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan maka diperlukan adanya batasan-batasan yang cukup dalam ruang lingkup permasalahan. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari terjadinya penyimpangan terhadap pokok pembahasan dalam usulan penelitian ini. Ruang lingkup masalah yang akan dibahas adalah : 1. Terhadap permasalahan pertama, ruang lingkupnya meliputi perlindungan hukum yang diberikan terhadap penerbit kartu kredit terkait dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 14/2/PBI/2012 tentang Penyelenggaraan Alat Pembayaran Menggunakan Kartu mengenai pembatasan kepemilikan kartu kredit. 2. Terhadap permasalahan kedua, ruang lingkupnya meliputi tindakan hukum apa saja yang dilakukan oleh penerbit kartu kredit terhadap pihak yang melakukan penyalahgunaan kartu kredit.

7 1.4. Orisinalitas Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian yang masih orisinil atau asli karena belum terdapat penelitian yang secara khusus membahas mengenai perlindungan hukum terhadap Penerbit Kartu Kredit di Indonesia. Hal tersebut diketahui dari penelusuran judul-judul karya ilmiah di ruang skripsi perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Udayana maupun melalui penelusuran di media internet. Namun demikian terdapat beberapa judul karya ilmiah yang membahas mengenai perlindungan hukum terkait dengan Kartu Kredit tetapi memiliki rumusan masalah yang berbeda secara substansial. No. Judul Peneliti Rumusan Masalah 1 Tesis yang berjudul Stefanus Yuwono 1. Bagaimanakah Penggunaan Kartu Tedjosaputro, S.H. penanganan Kredit Sebagai Alat penyalahgunaan dalam hal Pembayaran Transaksi Dalam Perdagangan pemalsuan, penipuan dan pencurian (Studi Kasus Kartu Kredit Yang Dikeluarkan PT Bank Central Asia Tbk dan PT Bank Danamon Indonesia Tbk Cabang Semarang pada tahun 2007. yang dialami para pihak dalam penggunaan Kartu Kredit serta cara mengatasinya? 2. Bagaimanakah bentuk perlindungan hukum bagi para pihak dalam

8 penggunaan Kartu Kredit sebagai alat pembayaran dalam transaksi perdagangan? 2 Skripsi yang berjudul Anita Sjatria 1. Bagaimanakah Analisa Yuridis perlindungan hukum Terhadap Bank Niaga terhadap penerbit Credit Jakarta Menerbitkan yang Kartu Card selaku kreditur apabila pemegang Credit Kredit Terhadap Nasabah yang Wanprestasi pada Card selaku debitur melalaikan kewajibannya. tahun 2010. Usulan Penelitian No Judul Peneliti Rumusan Masalah 1 Perlindungan Hukum Terhadap Penerbit Kartu Kredit Berkaitan Dengan Peraturan Bank Indonesia Anandita Sasni 1. Bagaimana perlindungan hukum terhadap Penerbit Kartu Kredit berkaitan dengan Peraturan Bank Nomor 14/2/PBI/2012 Indonesia Nomor Tentang 14/2/PBI/2012 tentang Penyelenggaraan Penyelenggaraan Alat Kegiatan Alat Pembayaran Menggunakan

9 Pembayaran Dengan Kartu dengan ketentuan Menggunakan Kartu. pembatasan Kartu Kredit? kepemilikan 2. Tindakan hukum apa yang dilakukan terhadap penyalahgunaan kartu kredit di Indonesia? 1.5. Tujuan Penelitian a. Tujuan Umum Adapun tujuan umum dari dilakukannya penelitian ini yaitu : 1. Untuk melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi khususnya dalam bidang penelitian. 2. Untuk mengetahui secara umum perlindungan hukum bagi Penerbit Kartu Kredit dalam menjalankan kegiatan usaha kartu kredit. 3. Untuk menyumbangkan pemikiran secara ilmiah di bidang ilmu hukum berkaitan dengan perlindungan hukum terhadap Penerbit Kartu Kredit. b. Tujuan Khusus 1). Untuk mengetahui dan memahami perlindungan hukum yang diberikan kepada Penerbit Kartu Kredit berkaitan dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 14/2/PBI/2012 tentang Penyelenggaraan

10 Alat Pembayaran Menggunakan Kartu dengan ketentuan pembatasan kepemilikan Kartu Kredit. 2). Untuk mengetahui dan memahami tindakan hukum apa saja yang dapat dilakukan oleh penerbit kartu kredit terhadap pihak yang melakukan penyalahgunaan kartu kredit. 1.6. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat baik secara teoritis maupun secara praktis. a. Manfaat Teoritis 1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang berkaitan dengan perlindungan hukum terhadap Penerbit Kartu Kredit secara umum. 2. Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan pemikiran di bidang hukum terutama dalam bidang ilmu hukum perbankan dan dalam perkembangan di bidang ilmu hukum pada umumnya. b. Manfaat Praktis 1. Untuk dapat memberikan ilmu pengetahuan kepada Penerbit Kartu Kredit mengenai bentuk-bentuk perlindungan hukum yang diberikan kepadanya sebagai badan yang menerbitkan Alat Pembayaran Menggunakan Kartu (APMK) berkaitan dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 14/2/PBI/2012 tentang Penyelenggaraan Kegiatan Alat Pembayaran Dengan

11 Menggunakan Kartu khususnya dengan ketentuan pembatasan kepemilikan Kartu Kredit. 2. Untuk memberikan sumbangan pemikiran mengenai Peraturan Bank Indonesia Nomor: 14/2/PBI/2012 Tentang Penyelenggaraan Kegiatan Alat Pembayaran Dengan Menggunakan Kartu khususnya terhadap pembatasan kepemilikan Kartu Kredit. 1.7. Landasan Teoritis Lembaga perbankan merupakan inti dari sistem keuangan dari setiap negara. 5 Dr. Indrasukindro, MA mengemukakan bahwa sistem keuangan pada umumnya merupakan satu kesatuan sistem yang dibentuk dari semua lembaga keuangan yang ada dan kegiatan utamanya di bidang keuangan adalah menghimpun dana dari masyarakat dan kemudian menyalurkannya kembali kepada masyarakat. 6 Sistem keuangan di Indonesia dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu sistem moneter dan lembaga keuangan lainnya. Sistem moneter yaitu otoritas moneter dan sistem Bank Umum. Berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2004 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia mengatur bahwa Bank Indonesia adalah penanggung jawab otoritas peraturan moneter. Sistem Bank Umum merupakan sistem perbankan sesuai dengan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1992 sebagaimana diubah menjadi Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan. 5 Hermansyah, op. cit, h. 7. 6 Ibid, h. 1.

12 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa Keuangan bahwa Otoritas Jasa Keuangan mengambil alih sebagian tugas dan wewenang Bank Indonesia yaitu dalam hal mengatur dan mengawasi industri jasa keuangan yang ada di Indonesia. Tugas yang tetap dipegang oleh Bank Indonesia adalah pengaturan kegiatan bank yang terkait dengan kewenangan otoritas moneter. 7 Maka dari itu, pengaturan dan pengawasan mengenai penyelenggaraan kartu kredit di Indonesia diambil alih oleh Otoritas Jasa Keuangan. Kartu Kredit merupakan suatu alat pembayaran dalam kegiatan perdagangan yang sudah dikenal luas oleh masyarakat Indonesia. Berdasarkan Pasal 1 angka 4 Peraturan Bank Indonesia Nomor: 14/2/PBI/2012 Tentang Perubahan Atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/11/PBI/2009 Tentang Penyelenggaraan Kegiatan Alat Pembayaran Dengan Menggunakan Kartu, kartu kredit adalah Alat Pembayaran Menggunakan Kartu (APMK) yang dapat digunakan untuk melakukan pembayaran atas kewajiban yang timbul dari suatu kegiatan ekonomi, termasuk transaksi pembelanjaan dan/atau untuk melakukan penarikan tunai, dimana kewajiban pembayaran pemegang kartu kredit dipenuhi terlebih dahulu oleh acquirer atau penerbit, dan pemegang kartu berkewajiban untuk melakukan pembayaran pada waktu yang telah disepakati baik dengan pelunasan secara sekaligus (charge card) ataupun dengan pembayaran secara angsuran. 7 Adrian Sutedi, 2014, Aspek Hukum Otoritas Jasa Keuangan, Raih Asa Sukses, Jakarta, (selanjutnya disingkat Adrian Sutedi I), h. 39.

13 Penerbit Kartu Kredit adalah Bank atau Lembaga Selain Bank yang menerbitkan APMK. Usaha Kartu Kredit merupakan salah satu dari kegiatan usaha yang dapat dilakukan oleh Bank Umum sesuai dengan Pasal 6 Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan. Pasal 1 angka 2 dan Pasal 1 angka 3 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1999 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 Tentang Perbankan, memberikan definisi tentang Bank dan Bank Umum. Bank merupakan badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Sedangkan Bank Umum adalah Bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan Prinsip Syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Pengaturan mengenai Perbankan Syariah diatur secara khusus dalam Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah. Asas Perbankan yang dianut di Indonesia tercantum dalam Pasal 2 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan yang mengemukakan bahwa Perbankan Indonesia dalam melakukan usahanya berasaskan demokkrasi ekonomi dengan menggunakan prinsip kehati-hatian. Sesuai dengan penjelasannya, demokrasi ekonomi yang dimaksud adalah demokrasi ekonomi berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945.

14 Gatot Supramono mengemukakan asas-asas Perbankan dalam kegiatan usaha yang dilakukan oleh Bank yaitu 8 : 1. Asas Hukum Bank dalam menjalankan tugasnya melayani masyarakat tidak terlepas dari landasan hukum yang berlaku. Kegiatan yang dilakukan Bank adalah didasarkan atas hukum tertulis yang berupa peraturan perundang-undangan maupun hukum tidak tertulis yang berupa hukum kebiasaan. 2. Asas Keadilan Dalam melayani masyarakat, Bank tidak boleh hanya memberikan fasilitas kredit kepada penguasaha besar saja, tetapi juga kepada pengusaha kecil serta memberikan pinjaman pada perusahaan baik yang tergabung dalam kelompoknya maupun perusahaan di luar kelompoknya. 3. Asas Kepercayaan Hubungan Bank dengan nasabahnya adalah atas dasar kepercayaan. Nasabah merasa percaya bahwa uang yang disimpang dapat dikelola dengan baik oleh Bank. Di lain pihak, Bank juga siap untuk membayar nasabah apabila nasabah ingin menarik simpanan uangnya. Selain itu, dalam memberikan kredit, Bank juga harus percaya bahwa uang tersebut dapat dibayar kembali oleh masyarakat beserta dengan bunganya. 4. Asas Keamanan Bank memberikan keamanan terhadap simpanan para nasabahnya agar terhindar dari suatu kejahatan. Bank juga memberikan rasa aman kepada nasabahnya dalam melakukan transaksi dengan Bank. 5. Asas Kehati-hatian Asas kehati-hatian berhubungan dengan tugas Bank karena dalam menjalankan tugasnya Bank wajib bekerja dengan penuh ketelitian, melakukan pertimbangan dengan matang, menghindari kecurangan, dan tidak mengambil langkah yang bertentangan dengan kepatutan. 6. Asas Ekonomi Bank sebagai sutu perusahaan yang tujuannya memperoleh keuntungan tidak dapat dipisahkan dengan prinsip ekonomi. Dengan tugasnya menghimpun dana dari masyarakatdan menyalurkannya ke masyarakat dalam bentuk kredit, Bank menarik bunga atau keuntungan dari masyarakat yang merupakan imbalan jasa bagi Bank. 8 Gatot Supramono, 2009, Perbankan dan Masalah Kredit Suatu Tinjauan di Bidang Yuridis, P.T. Rineka Cipta, Jakarta, h. 46.

15 Penelitian hukum normatif membahas doktrin-doktrin atau asas-asas hukum dalam ilmu hukum. 9 Untuk memahami adanya hubungan antara ilmu-ilmu hukum dengan hukum positif, diperlukan suatu telaah terhadap unsur-unsur hukum yaitu unsur idiil dan unsur riil. Unsur idiil mencakup hasrat dan rasio manusia. Hasrat susila menghasilkan asas-asas hukum. Rasio manusia menghasilkan pengertian dalam hukum seperti masyarakat hukum, subyek hukum, hak dan kewajiban, peristiwa hukum, hubungan hukum, dan obyek hukum. Unsur riil mencakup manusia, kebudayaan dan lingkungan alam yang menghasilkan tata hukum. 10 Menurut Johannes Ibrahim mengenai perlindungan hukum 11 yaitu : Wujud perlindungan hukum pada dasarnya merupakan upaya penegakan hukum.... Faktor-faktor yang patut dipertimbangkan dalam penegakan hukum adalah faktor hukumnya sendiri, faktor penegak hukum yakni pihak-pihak yang membentuk atau menerapkan hukum, faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum, faktor masyarakat, yakni dimana hukum tersebut berlaku dan diterapkan.... Dalam rangka penegakan hukum dimaksud terdapat tiga unsur yang harus diperhatikan 12 yaitu : 1. Kepastian hukum (rechtssicherheit) 2. Kemanfaatan (zweckmassigkeit) 3. Keadilan (gerechttigheit). 9 Zainudin Ali, 2009, Metode Penelitian Hukum, cetakan I, Sinar Grafika, Jakarta, h. 24. 10 Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, 2013, Penelitian Hukum Normatif, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, h. 14. 11 Johannes Ibrahim, Dilematis Penerapan UU No. 24 Tahun 2004 tentang Lembaga Penjamin Simpanan, Antara Perlindungan Hukum dan Kejahatan Perbankan, Jurnal Hukum Bisnis,Volume 24, No. 1 Tahun 2005, hlm 43 dikutip dari Jonker Sihombing, 2010, Penjamin Simpanan Nasabah Perbankan, P.T. Alumni, Bandung, h. 97. 12 Sudikno Mertokusumo, Bab-bab Tentang Penemuan Hukum, Penerbit Citra Aditya Bakti, Bandung, hlm. 1 dikutip dari Jonker Sihombing, 2010, Penjamin Simpanan Nasabah Perbankan, P.T. Alumni, Bandung, h. 98.

16 Kepastian hukum memiliki arti bahwa setiap orang dapat menuntut agar hukum dapat dilaksanakan dan tuntutan itu pasti dipenuhi, dan setiap pelanggaran hukum akan dikenakan sanksi menurut hukum. 13 Sedangkan kemanfaatan berarti bahwa penegakkan hukum harus memberikan manfaat bagi masyarakat. Unsur yang terakhir yaitu keadilan berarti bahwa penegakkan hukum harus adil kepada setiap masyarakat. 1.8. Metode Penelitian Metode penelitian merupakan salah satu bagian yang sangat penting digunakan dalam hal melakukan suatu penelitian ilmiah. Metode penelitian terhadap suatu penelitian ilmiah memberikan pedoman mengenai cara untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ilmiah dan cara untuk mengolah data tersebut sehingga dapat menjadi suatu karya ilmiah. Melalui metode penelitian yang baik dan benar maka diharapkan dapat memberikan hasil penelitian yang bermanfaat bagi dunia pendidikan khususnya dalam bidang ilmu hukum. a. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan untuk menjawab rumusan masalah dalam penelitian ini adalah jenis penelitian normatif. Penelitian hukum normatif atau biasa disebut penelitian yuridis normatif terdiri atas penelitian terhadap asas-asas hukum, penelitian terhadap sistematik 13 Franz Magnis Suseno, 1994, Etika Politik, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, h. 79.

17 hukum, penelitian terhadap taraf sinkronisasi hukum, penelitian terhadap sejarah hukum dan penelitian perbandingan hukum. 14 b. Jenis Pendekatan Jenis pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis pendekatan perundang-undangan (the statute approach) dan jenis pendekatan analisis konsep hukum (analytical dan conceptual approach). Dalam pendekatan perundang-undangan, pendekatan dilakukan dengan menelaah Undang-Undang dan regulasi yang bersangkut paut dengan isu hukum yang sedang ditangani. 15 Pendekatan analisis konsep hukum merupakan jenis pendekatan yang meneliti konsep-konsep hukum, asasasas hukum serta doktrin-doktrin yang berkembang di dalam ilmu hukum berkaitan dengan rumusan masalah yang telah ditentukan. c. Sumber Bahan Hukum Sumber bahan hukum yang digunakan dalam penelitian ini adalah berasal dari penggunaan bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder. 1. Bahan Hukum Primer Bahan hukum primer merupakan bahan hukum yang terdiri atas asas dan kaedah hukum berupa peraturan perundang-undangan, perjanjian internasional, konvensi ketatanegaraan, putusan Jakarta, h. 93. 14 Zainuddin Ali, loc. cit. 15 Peter Mahmud Marzuki, 2006, Penelitian Hukum, Kencana Perdana Media Grup,

18 pengadilan, Keputusan Tata Usaha Negara maupun hukum adat. 16 Dalam penelitian ini, bahan hukum primer yang digunakan yaitu : 1). Kitab Undang-Undang Hukum Perdata 2). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan. 3). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan. 4). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia. 5). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2004 tentang Perubahan atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1999 Tentang Bank Indonesia. 6). Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah. 7). Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/11/PBI/2009 tentang Penyelenggaraan Kegiatan Alat Pembayaran dengan Menggunakan Kartu. 8). Peraturan Bank Indonesia Nomor 14/2/PBI/2012 tentang Perubahan atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 11/11/PBI/2009 tentang Penyelenggaraan Kegiatan Alat Pembayaran dengan Menggunakan Kartu. 16 Pedoman Pendidikan Fakultas Hukum Universitas Udayana, 2013, h. 76.

19 9). Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 14/17/DASP Perihal Perubahan atas Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 11/10/DASP Perihal Penyelenggaraan Kegiatan Alat Pembayaran Dengan Menggunakan Kartu. 10). Surat Edaran Bank Indonesia Nomor 14/27/DASP Perihal Mekanisme Penyesuaian Kepemilikan Kartu Kredit. 2. Bahan Hukum Sekunder Bahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang mendukung bahan hukum primer yaitu buku-buku hukum, jurnaljurnal hukum, karya tulis hukum atau pandangan ahli hukum yang dimuat di media massa, kamus dan ensiklopedi hukum serta bahan hukum dari internet dengan mencantumkan nama situsnya. 17 d. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum Teknik yang digunakan untuk mengumpulkan bahan hukum dalam penelitian ini adalah dengan studi pustaka yang mencakup bahan hukum primer berupa peraturan-peraturan perundang-undangan yang terkait dengan rumusan permasalahan dan bahan hukum sekunder berupa bukubuku hukum, jurnal-jurnal hukum serta karya ilmiah atau pandangan ahli hukum. e. Teknik Analisis Untuk menganalisis bahan-bahan hukum yang telah dikumpulkan maka diperlukan adanya teknik analisis yang baik dan benar. Teknik 17 Ibid.

20 analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik deskripsi dan teknik sistematisasi. Teknik deskripsi yaitu teknik menguraikan suatu kondisi sesuai apa adanya sedangkan teknik sistematisasi adalah teknik yang mencari kaitan rumusan suatu konsep hukum antara suatu perundang-undangan yang sederajat maupun yang tidak sederajat. 18 18 Ibid.

21