4. HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Domba Lokal

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB VI PEMBAHASAN. cedera abrasi menyerupai dengan cedera peritoneum saat operasi abdomen..

III. HASIL DAN PEMBAHASAN

GENDIS AURUM PARADISA

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. nyeri sering berfungsi untuk mengingatkan dan melindungi dan sering. memudahkan diagnosis, pasien merasakannya sebagai hal yang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. transplantasi. Lebih dari satu juta pasien dirawat karena masalah skeletal, bedah

BAB I PENDAHULUAN. biomaterial logam, keramik, polimer dan komposit. kekurangan. Polimer mempunyai kekuatan mekanik yang sangat rendah

mengakibatkan reaksi radang yang ditandai dengan adanya kalor (panas), rubor (kemerahan), tumor (bengkak), dolor (nyeri) dan functio laesa (gangguan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

TINJAUAN PUSTAKA Aplikasi Hidroksiapatit Berpori

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

PENDAHULUAN. relatif singkat, hanya 4 sampai 6 minggu sudah bisa dipanen. Populasi ayam

BAB I PENDAHULUAN. yang membutuhkan perhatian lebih dalam setiap pendekatannya. Berdasarkan

Banyak penyakit yang dihadapi para klinisi disebabkan karena respons inflamasi yang tidak terkendali. Kerusakan sendi pada arthritis rheumatoid,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. makroskopis (in vivo), hasil FTIR dan hasil uji kemampuan absorbsi tentang

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan yang dilakukan setiap hari dapat menimbulkan berbagai macam. penyakit. Salah satunya adalah Carpal Tunnel Syndrome (CTS).

I. PENDAHULUAN. Permintaan masyarakat terhadap sumber protein hewani seperti daging, susu, dan

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan pencangkokan tulang. Tulang merupakan jaringan kedua terbanyak. tahun dilakukan diseluruh dunia (Greenwald, 2002).

CATATAN SINGKAT IMUNOLOGI

I. PENDAHULUAN. mengganggu dan atau dapat membahayakan kesehatan. Bising ini. merupakan kumpulan nada-nada dengan bermacam-macam intensitas yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang masalah

HASIL DAN PEMBAHASAN

KESEHATAN IKAN. Achmad Noerkhaerin P. Jurusan Perikanan-Untirta

1BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Pemberian Minyak Buah Makasar terhadap Denyut Jantung Itik Cihateup Fase Grower

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. yang terjadi akibat kerusakan serat kolagen ligamentum periodontal dan diikuti

Penambahan Putih Telur Pada Mineral Blok Dengan Level Yang Berbeda Terhadap Respons Fisiologis Domba Lokal Jantan Lepas Sapih

PENGANTAR KESEHATAN. DR.dr.BM.Wara K,MS Klinik Terapi Fisik FIK UNY. Ilmu Kesehatan pada dasarnya mempelajari cara memelihara dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

HASIL DAN PEMBAHASAN. sangat berpengaruh terhadap kehidupan ayam. Ayam merupakan ternak

BAB I PENDAHULUAN. aplikasi implan tulang merupakan pendekatan yang baik (Yildirim, 2004).

PERISTIWA KIMIAWI (SISTEM HORMON)

I. PENDAHULUAN. Usaha peternakan broiler merupakan suatu alternatif dalam menjawab tantangan

BAB I PENDAHULUAN. menstimulasi pengeluaran CRH (Corticotropin Realising Hormone) yang

BAB I PENDAHULUAN 1. I. LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN. atau ayam yang kemampuan produksi telurnya tinggi. Karakteristik ayam petelur

BAB I PENDAHULUAN. proliferatif, dan fase remodeling. Proses-proses tersebut akan dipengaruhi oleh faktor

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes melitus (DM) merupakan suatu penyakit dimana terjadi gangguan

BAB I PENDAHULUAN. lalu lintas yang cukup tinggi. Data Kepolisian RI tahun 2009 menyebutkan

BAB I PENDAHULUAN. evaluasi laka lantas MABES Polri tercatat ada 61,616 kasus kecelakaan lalu lintas di

THERMOREGULATION SYSTEM ON POULTRY

serta terlibat dalam metabolisme energi dan sintesis protein (Wester, 1987; Saris et al., 2000). Dalam studi epidemiologi besar, menunjukkan bahwa

BAB I PENDAHULUAN. infeksi setelah ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Akut). Berdasarkan hasil Survei

BAB I PENDAHULUAN. maupun mental. Akan tetapi, olahraga yang dilakukan tanpa mengindahkan

BAB I PENDAHULUAN. Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak bisa lepas dari stres,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. prosedur yang kompleks dengan kemungkinan resiko terhadap pasien

BAB I PENDAHULUAN. wajar akan dialami semua orang. Menua adalah suatu proses menghilangnya

I. PENDAHULUAN. masyarakat menyebabkan konsumsi protein hewani pun meningkat setiap

TUGAS 3 SISTEM PORTAL

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. metode freeze drying kemudian dilakukan variasi waktu perendaman SBF yaitu 0

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Luka merupakan rusaknya integritas kulit, permukaan mukosa atau suatu

PENDAHULUAN. Latar Belakang. ventilasi tidak memadai, suhu dan kelembaban ekstrem serta kecepatan angin

BAB 1 PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. Pada wanita, komposisi lemak tubuh setelah menopause mengalami

I PENDAHULUAN. Indonesia selama ini banyak dilakukan dengan sistem semi intensif.

Dalam penelitian ini, akan diuji aktivitas antiinflamasi senyawa turunan benzoiltiourea sebagai berikut:

BAB 1 PENDAHULUAN. kronik yang sering ditemukan (Kurniati, 2003). Biasanya terjadi di daerah yang

I. PENDAHULUAN. peternakan pun meningkat. Produk peternakan yang dimanfaatkan

BAB I PENDAHULUAN. dapat mengganggu kesehatan organ tubuh lainnya (Kemenkes, 2013).

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. Tabel 2. Data Suhu Lingkungan Kandang pada Saat Pengambilan Data Tingkah Laku Suhu (ºC) Minggu

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. hari yang dicirikan dengan penurunan voluntary body movement dan penurunan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mampu beradaptasi dengan pakan dan lingkungan yang kurang baik (Priyanto et

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. bidang kesehatan bahan ini biasa diimplankan di dalam tubuh manusia untuk

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. iritan, dan mengatur perbaikan jaringan, sehingga menghasilkan eksudat yang

I PENDAHULUAN. Itik mempunyai potensi untuk dikembangkan karena memiliki banyak

(Houglum et al, 2005). Fenomena inflamasi ini meliputi kerusakan mikrovaskular, meningkatnya permeabilitas kapiler dan migrasi leukosit ke jaringan

BAB I PENDAHULUAN. infeksi Human Papilloma Virus (HPV) grup onkogenik resiko tinggi, terutama HPV 16 dan

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan penduduk yang semakin pesat, permintaan produk

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. laesa. 5 Pada kasus perawatan pulpa vital yang memerlukan medikamen intrakanal,

HASIL DAN PEMBAHASAN. Desa Karyawangi, Kecamatan Parongpong, Kabupaten Bandung Barat, Provinsi Jawa

RESPON FISIOLOGIS STRES

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. karies gigi (Wahyukundari, et al., 2009). Berdasarkan hasil riset dasar yang

KARAKTERISTIK TANAH. Angga Yuhistira Teknologi dan Manajemen Lingkungan - IPB

Para-aminofenol Asetanilida Parasetamol Gambar 1.1 Para-aminofenol, Asetanilida dan Parasetamol (ChemDraw Ultra, 2006).

BAB I PENDAHULUAN. Perubahan gaya hidup dan gaya hidup negatif dapat menyebabkan

FISIOLOGI SISTEM ENDOKRIN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Kesuburan pria ditunjukkan oleh kualitas dan kuantitas spermatozoa yang

TEKANAN DARAH TINGGI (Hipertensi)

BAB I PENDAHULUAN. portland atau semen hidrolik yang lain, dan air, kadang-kadang dengan bahan tambahan

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. masamo (Clarias gariepinus >< C. macrocephalus) merupakan lele varian baru.

I. PENDAHULUAN. fosfat dan kalsium hidroksida (Narasaruju and Phebe, 1996) dan biasa dikenal

Efektivitas Pengobatan Obat Herbal Untuk Diabetes Kering Pada Luka Kaki Penggunaan Obat Herbal Untuk Diabetes Kering

BAB I PENDAHULUAN. ada kebanyakan hanya untuk menghasilkan hewan kesayangan dan materi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. (Purbowati, 2009). Domba lokal jantan mempunyai tanduk yang kecil, sedangkan

BAB I PENDAHULUAN. jaringan, setelah transplantasi gigi. Meskipun ada kemungkinan bahwa prosedur

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 9. Pola penyusunan acak

BAB 1 PENDAHULUAN. Reumatoid Arthritis (RA) merupakan suatu penyakit autoimun yang

Transkripsi:

4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Data Pemeriksaan Fisik Pemeriksaan fisik dilakukan setiap hari pada pagi dan sore hari sampai waktu panen domba. Pemeriksaan fisik yang dilakukan adalah pemeriksaan suhu tubuh, frekuensi jantung dan frekuensi nafas. 4.1.1 Suhu Tubuh 40.5 40 Suhu Tubuh ( C) 39.5 39 38.5 38 HA-Kitosan Normal Waktu (Hari) Gambar 12 Rataan suhu tubuh domba pada persembuhan implan tulang disetiap kelompok perlakuan. Gambar 12 memperlihatkan kelompok domba implan HA-Kitosan memiliki suhu tubuh pada kisaran suhu domba normal yaitu 38,9-40,0 C (Kelly 1974). Pada kelompok domba implan terjadi sedikit penurunan pada hari ke-21 dan ke-90 post operasi jika dibandingkan dengan kisaran suhu domba normal. Penurunan suhu tubuh ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti faktor lingkungan, faktor panjang waktu siang dan malam dan faktor makanan yang dikonsumsi (Swenson 1997). Kelly (1974) menambahkan suhu tubuh semua hewan sehat bervariasi sepanjang hari. Hal ini dipengaruhi oleh panjang waktu siang dan malam yang mempengaruhi suhu lingkungan. Faktor makanan yang dikonsumsi tidak mempengaruhi pada penelitian ini karena domba diberi pakan dengan frekuensi sama yaitu pada pagi dan siang hari dengan jumlah pakan yang serupa.

Suhu tubuh kelompok domba pada setiap perlakuan masih berada pada kisaran suhu tubuh domba normal. Hal ini menunjukan senyawa yang terkandung dalam implan HA-Kitosan dan tidak mengganggu fisiologis suhu tubuh domba. 4.1.2 Frekuensi Jantung 130 Frekuensi Jantung (x/menit) 120 110 100 90 80 70 60 HA-kitosan Normal Waktu (Hari) Gambar 13 Rataan frekuensi jantung domba pada persembuhan implan tulang disetiap kelompok perlakuan. Gambar 13 memperlihatkan frekuensi jantung kelompok domba implan HAkitosan dan berada di atas kisaran frekuensi jantung domba normal yaitu 70-90 denyut/menit (Kelly 1974). Peningkatan frekuensi jantung ini disebabkan oleh aktivitas domba yang meningkat dikarenakan proses handling domba ketika pengambilan data frekuensi jantung yang membuat domba tersebut stress. Stres memicu hipotalamus mengeluarkan Corticotropin Releasing Hormone (CRH) yang akan memicu hipofise anterior mengeluarkan ACTH. ACTH kemudian merangsang adrenal korteks melepaskan hormon kortisol akan meningkatkan aksi vasokontriksi norepinefrin dan epinefrin yang akan meningkatkan frekuensi jantung dan tekanan darah (Bojrab 1981). Hal ini diperkuat dengan pernyataan Adisuwirdjo (2001) faktor yang mempengaruhi denyut jantung diantaranya aktivitas, kadar CO 2, berat badan dan usia. Peningkatan frekuensi jantung ini adalah fisiologis karena hasil pemeriksaan suhu tubuh adalah normal.

Hasil ini memperlihatkan senyawa yang terkandung dalam implan HA- Kitosan dan tidak mengganggu fisiologis frekuensi jantung domba. Kenaikan frekuensi jantung pada setiap perlakuan lebih disebabkan faktor luar yang mempengaruhi keadaan psikis domba dan habitus individu domba. 4.1.3 Frekuensi Nafas 60 Frekuensi Nafas (x/menit) 50 40 30 20 10 0 HA-kitosan Normal Waktu (Hari) Gambar 14 Rataan frekuensi nafas domba pada persembuhan implan tulang disetiap kelompok perlakuan. Gambar 14 memperlihatkan domba perlakuan memiliki frekuensi nafas lebih tinggi daripada normal yaitu 20-30 nafas/menit (Kelly 1974). Hal ini disebabkan keadaan psikis domba yang stres akibat proses handling dalam pengambilan data frekuensi nafas menyebabkan hewan excited. Kelly (1974) juga menyatakan faktor yang dapat meningkatkan frekuensi nafas adalah ketika hewan excited, setelah exercise dan hewan obesitas. Gambar 14 juga memperlihatkan frekuensi nafas domba setiap perlakuan masih berada pada kisaran frekuensi nafas domba normal. Hal ini menunjukkan senyawa yang terkandung dalam implan HA-Kitosan dan tidak mengganggu fisiologis frekuensi nafas domba. Peningkatan frekuensi nafas disebabkan proses handling yang dilakukan dan habitus individu domba. Pemeriksaan fisik yang terdiri atas pemeriksaan suhu tubuh, frekuensi jantung dan frekuensi nafas menunjukkan bahwa pemberian implan HA-Kitosan dan dapat diterima dengan baik oleh tubuh dan tidak mengganggu

fisiologis tubuh. Hal ini karena masing-masing material implan memiliki sifatsifat yang mendukung dalam penggunaanya sebagai pengganti kerusakan tulang dan fraktur tulang, yaitu HA dan TKF terdiri atas kombinasi senyawa kalsium dan fosfat (Pane 2008) yang merupakan senyawa terbesar yang terdapat pada tulang dan menyusun tulang. Hal ini menyebabkan HA dan TKF memiliki sifat mirip dengan struktur tulang. Kitosan digunakan sebagai perekat atau implan dalam bedah ortopedi karena sifat biokompatibel yang dimilikinya (Ratajska et al. 2008). Kelompok domba dengan perlakuan diimplan secara umum memiliki rataan suhu tubuh, frekuensi jantung dan frekuensi nafas yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok domba dengan perlakuan diimplan HAkitosan. Hal ini disebabkan pada kelompok domba dengan perlakuan diimplan memiliki jumlah domba betina yang lebih banyak. Hal ini sesuai dengan Kelly (1974) yang menjelaskan hewan betina memiliki suhu tubuh, frekuensi jantung dan frekuensi nafas yang lebih tinggi daripada jantan. 4.2 Data Persembuhan Tulang 4.2.1 Keadaan Kalus pada Tulang Persembuhan Tulang (cm) 4 3 2 1 0 Panjang Kalus M2 M4 M6 M8 M10M12 HA-kitosan Kontrol Positif Waktu (Minggu) Persembuhan Tulang (cm) 2.5 2 1.5 1 0.5 0 Lebar Kalus M2 M4 M6 M8 M10M12 HA-Kitosan Kontrol Positif Waktu (Minggu)

Persembuhan Tulang (cm) 4 3.5 3 2.5 2 Tinggi kalus M2 M4 M6 M8 M10M12 HA-Kitosan Kontrol Positif Waktu (Minggu) Gambar 15 Rataan persembuhan tulang (panjang, lebar dan tinggi kalus) domba pada persembuhan implan tulang disetiap kelompok perlakuan dibandingkan dengan kontrol positif. Penggabungan HA dengan TKF diharapkan dapat didegradasi dengan cepat, Guyton dan Hall (2006) menjelaskan hidroksiapatit dan fosfat merupakan garam tulang yang ada pada struktur tulang itu sendiri sehingga dapat memberikan persembuhan tulang dengan baik karena HA memiliki sifat fisis, kimia, mekanis dan biologis yang mirip dengan struktur tulang. HA melekat pada tulang secara biointegrasi yang berarti implan yang terbuat dari HA berkontak dan menyatu secara kimiawi dengan tulang (Pane 2008). TKF adalah keramik berpori yang memiliki sifat-sifat biologis non-reaktif dan resorbable dan bertindak sebagai scaffold untuk pertumbuhan tulang, mengalami degradasi progresif dan penggantian oleh tulang (Lange et al. 1986). TKF cepat larut dan rapuh, sehingga TKF dikombinasikan dengan HA agar lebih kuat. Sifat yang dimiliki oleh HA dan TKF ini juga diharapkan dapat mempercepat persembuhan tulang. Kitosan memiliki sifat berpori namun kurang kuat (Schowengerdt 2002), sehingga kitosan dikombinasikan dengan HA. Kitosan digunakan sebagai perekat dalam penggunaanya dengan HA. Kombinasi HA-Kitosan baik untuk memproduksi scaffold (Ratajska et al. 2008). Penggabungan HA dengan kitosan juga diharapkan dapat didegradasi dengan baik dan mempercepat persembuhan tulang seperti penggabungan HA dengan TKF. Gambar 15 memperlihatkan persembuhan tulang setiap perlakuan berada pada kisaran standar deviasi persembuhan tulang normal. Hal ini menunjukkan persembuhan tulang setiap perlakuan sama baik dengan normal namun kurang dalam fungsi implan mempercepat proses persembuhan tulang seperti yang diharapkan. Hal ini dapat disebabkan HA yang digunakan terlalu padat sehingga

HA memiliki sedikit pori. Pori sangat dibutuhkan agar proses sirkulasi darah yang membawa materi dan sel pembentuk tulang yang sangat dibutuhkan dalam persembuhan tulang dapat berjalan dengan baik (Schowengerdt 2002). 4.2.2 Peradangan Tabel 1 Rataan parameter peradangan mulai hari pertama pembentukan kalus domba pada persembuhan implan tulang disetiap kelompok perlakuan dan kontrol positif. Parameter Perlakuan Nyeri (hari) Merah (hari) Panas (hari) Bengkak (hari) Pembentukan kalus (hari ke-) HA-Kitosan 2,00 ± 0 2,00 ± 3,06 3,00 ± 3,00 7,00 ± 1,00 8,00 ± 1,00 2,00 ± 0 4,33 ± 3,51 1,33 ± 2,31 5 ± 2,65 7 ± 1,00 Kontrol Positif 2,00 ± 0 4,67 ± 4,27 2,67 ± 2,34 6,83 ± 2,93 8,33 ± 2,07 Keterangan: Nilai yang tercantum dalam tabel menunjukkan lamanya nyeri, merah, panas dan bengkak dalam satuan hari dan hari pertama pembentukan kalus. Tanda-tanda radang mencakup rubor (kemerahan), kalor (panas), dolor (rasa sakit) dan tumor (pembengkakan). Tanda pokok yang kelima ditambahkan pada abad terakhir yaitu functio laesa (perubahan fungsi) (Abrams 1995; Rukmono 1973; Mitchell & Cotran 2003). Tabel 1 memperlihatkan bahwa tanda peradangan pada domba dengan implan HA-Kitosan, implan dan domba normal memiliki nilai bervariasi yaitu beberapa hari setelah penanaman implan. Hal ini sesuai dengan pernyataan peradangan dimulai segera setelah tulang retak dan berlangsung selama beberapa hari (Anonim 4 2009) sehingga peradangan yang terjadi pada setiap perlakuan merupakan proses yang wajar. Hal ini juga menegaskan implan HA-Kitosan dan tidak menimbulkan reaksi imunologi yang berarti implan mengandung sedikit atau tidak mengandung sama sekali benda asing yang dapat menimbulkan respon imun (Rose et al. 1973) berupa respon penolakan terhadap implan. Hasil yang didapat menunjukkan pemberian implan HA-Kitosan dan tidak memperlama proses peradangan dan tidak menimbukan respon imun sehingga baik dalam proses persembuhan luka.

Sifat-sifat HA-Kitosan dan yang mendukung hasil ini yaitu HA dan TKF merupakan bahan sintetik yang memiliki umur simpan panjang, menyebabkan reaksi inflamasi yang minimal, memiliki resiko penularan agen dan reaksi imunologi yang rendah (Wounds 2002). Saat diimplankan ke hewan atau manusia HA memproduksi sedikit atau tidak sama sekali respon tubuh terhadap benda asing (Laksin 1985, diacu dalam Aprilia 2008). Kitosan meningkatkan rasio persembuhan luka, mendukung pertumbuhan sel dan memberikan hasil yang baik dalam aplikasi pada bidang rekayasa jaringan. Kitosan juga menunjukkan bakteriostatik dan fungistatik yang mencegah infeksi (Aprilia 2008). Pembentukan kalus pada setiap perlakuan dan domba normal terjadi di hari ke-7 dan ke-8 post operasi. Hal ini sesuai dengan pernyataan kalus terbentuk pada fase pembentukan kalus yang terjadi dalam waktu seminggu (Watson-Jones et al. 1952) dan pada minggu ke-4 sampai ke-6, kalus masih sangat lemah pada proses persembuhan dan membutuhkan perlindungan yang cukup (Kalfas 2001). Hal ini menunjukkan pemberian implan HA-Kitosan dan tidak mempercepat atau memperlambat proses pembentukan kalus.