BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI. penelitian terdahulu yang berhasil dipilih dapat dilihat pada tabel dan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Indonesia merupakan negara dengan mayoritas penduduk Muslim di

ANALISIS FAKTOR PENGARUH LITERASI KEUANGAN TERHADAP PELAKU UMKM KOTA MAKASSAR (STUDI KASUS PASAR SENTRAL)

BAB I PENDAHULUAN. tujuan mencapai kesejahteraan (Lusardi & Mitchell, 2007). Literasi keuangan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. DIY. Sampel yang berhasil dikumpulkan sebanyak 100 responden. Data

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melekat kuat dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, ilmu ini mutlak

ANALISIS TINGKAT LITERASI KEUANGAN MAHASISWA FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA TAHUN ANGKATAN

BAB I PENDAHULUAN. dengan melihat tingkat pemahaman masyarakat tentang keuangan syariah.

BAB I PENDAHULUAN. target pasar potensial bagi perusahaan - perusahaan baik perusahaan bidang

TINGKAT LITERASI KEUANGAN DI KALANGAN MAHASISWA STIE MUSI

Strategi Volume 6, No. 10, April 2016 ISSN :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melakukan penelitian kembali serta menjadi rujukan dalam penelitian ini.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1) Cude, B. J, Lawrence (2006), melakukan penelitian dengan judul College

BAB I PENDAHULUAN. (UMKM) dalam pertumbuhan perekonomian suatu negara sangat penting. Ketika

Management Analysis Journal

BAB I PENDAHULUAN. menyesuaikan diri dalam menghadapi globalisasi dibidang perekonomian seperti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Lampiran 1 Surat Permohonan Ijin Observasi Pada Fakultas Agama Islam

BAB I PENDAHULUAN. memiliki peran penting salah satunya sebagai agent of change

BAB I PENDAHULUAN. suku bunga menyebabkan pengembalian (return) yang diterima oleh investor pun

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR... i. DAFTAR ISI... iii. DAFTAR GAMBAR... v. DAFTAR TABEL... vi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Kegiatan pokok bank yaitu menghimppun dana dari masyarakat dan

PERBANDINGAN PERHITUNGAN BAGI HASIL TABUNGAN MUDHARABAH PADA PT. BANK SYARIAH MANDIRI DENGAN PADA PT. BANK MANDIRI

BAB I PENDAHULUAN. memenuhi kebutuhan hidup setiap orang. Seseorang akan berusaha memenuhi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian ini, penelitian tersebut berkaitan dengan literasi keuangan, efikasi

BAB I PENDAHULUAN. Literasi keuangan berhubungan erat dengan manajemen keuangan secara individu.

Perekonomian Indonesia

Pemahaman Kelompok Ibu Rumah Tangga Di Kota Palembang Terhadap Literasi Keuangan Dan Penggunaan Produk Keuangan

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan tersebut tidak lepas dari peran bank sebagai lembaga keuangan

Pengaruh Literasi Keuangan dan Persyaratan Kredit terhadap Akses Kredit Formal pada UMKM di Surabaya

BAB I PENDAHULUAN. pihak yang memerlukan dana (investee) dengan pihak yang kelebihan dana

BAB I PENDAHULUAN. rakyat banyak. Dana yang dikumpulkan oleh perbankan dalam bentuk

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA R.I

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat memberikan penekanan lebih besar untuk aspek perilaku keuangan.

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya tujuan setiap orang bekerja adalah memperoleh pendapatan

PERATURAN DAERAH PROVINSI PAPUA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

SEKTOR MONETER, PERBANKAN DAN PEMBIAYAAN BY : DIANA MA RIFAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 L atar Belakang Penelitian

INDUSTRI BPR BPRS SEBAGAI PILAR EKONOMI DAERAH DALAM MEWUJUDKAN KESEJAHTERAAN RAKYAT

BAB I PENDAHULUAN. Rajagrafindo Persada, 2009, hlm.9. http/ pada 1 November 2014, 09.

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

Oleh: Sri Lestari, S.E, M.Si 1, Refius P Setyanto, S.E, M.Si 1, Aldila Krisnaresanti, S.Pd 1., M.Si. 1, Sofiatul Khotimah, S.Pd., M.Pd.

BAB I PENDAHULUAN. yang membutuhkan dana dengan cara memperjualbelikan sekuritas. Tempat di mana terjadinya

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

LAMPIRAN. Kuesioner Penelitian Analisis Financial Literacy, Financial Behavior dan Financial Attitude Mahasiswa Universitas Sumatera Utara.

Highlights May Memahami penggunaan layanan keuangan masyarakat di Indonesia 1,250 20,000. kabupaten. provinsi di wilayah timur Indonesia

PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 13/POJK.05/2014 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA LEMBAGA KEUANGAN MIKRO

Undang-Undang tentang LKM tersebut mengamanatkan beberapa materi pengaturan teknis lebih lanjut terkait kegiatan usaha LKM, tata cara memperol

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan mereka mengalami kerugian, baik akibat penurunan kondisi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara berkembang yang sedang giat-giatnya

TENTANG PELAKSANAAN KEGIATAN DALAM RANGKA MENINGKATKAN INKLUSI KEUANGAN DI SEKTOR JASA KEUANGAN

Budi Setiawan 1 Suharmiati 2. STIE Kesatuan Bogor 1 STIE Kesatuan Bogor 2

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

LEMBAGA PENJAMIN SIMPANAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Pembiayaan murabahan..., Claudia, FH UI, 2010.

BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian dan untuk memperkuat penelitian yang dilakukan. Teori-teori yang

Tingkat Literasi Keuangan Mahasiswa Serta Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya

LITERASI KEUANGAN DAN DAMPAKNYA TERHADAP PERILAKU KEUANGAN MASYARAKAT KOTA MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. Krisis keuangan yang terjadi pada tahun 1997 mempunyai dampak yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tabel 1

ABSTRACT. Keywords : financial literacy, personal finance, student, qualitative descriptive

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pelaku bisnis di Indonesia sebagian besar adalah pelaku usaha mikro, kecil

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Bank Jabar Banten KCP Dramaga dan juga

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia, tingkat pengetahuan keuangan atau financial knowledge dari

BAB 1 PENDAHULUAN. kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka

SALINAN PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR 6 /POJK.03/2016 TENTANG KEGIATAN USAHA DAN JARINGAN KANTOR BERDASARKAN MODAL INTI BANK

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan. Pada sub bab ini akan dijelaskan mengenai kesimpulan yang berisikan

BAB I PENDAHULUAN. maka berpengaruh pada pertumbuhan ekonomi Negara tersebut. Bank merupakan

ANALISIS PENGARUH USIA, JENIS KELAMIN, PENDIDIKAN DAN PENDAPATAN TERHADAP TINGKAT LITERASI KEUANGAN (STUDI KASUS KONSUMEN CV.

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Tujuan pembangunan

PENJELASAN ATAS PERATURAN OTORITAS JASA KEUANGAN NOMOR /POJK.05/2014 TENTANG PENYELENGGARAAN USAHA PEMBIAYAAN SYARIAH

BAB I PENDAHULUAN. Di era moderen saat ini, masyarakat cenderung berperilaku boros. Hal ini

BAB I PENDAHULUAN. Bank merupakan salah satu lembaga keuangan yang mempunyai peranan penting di dalam

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR...TAHUN... TENTANG SURAT BERHARGA SYARIAH NEGARA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. dan stabilitas nasional ke arah peningkatan taraf hidup rakyat. (UUS), dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS).

BAB I PENDAHULUAN. Persaingan usaha antar bank syariah yang semakin tajam dewasa ini telah

BAB I PENDAHULUAN. pembiayaan dan pada akhirnya bank menjadi tidak dapat berfungsi. ketiga Bank Umum Syariah dan Unit Usaha Syariah di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. turunnya daya beli masyarakat tetapi juga karena tingginya inflasi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. investasi orang lain. Tbungan dan investasi adalah unsur penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. dan proses melaksanakan usahanya. Pembicaraan perbankan akan lebih

BAB II LANDASAN TEORI. topik mengenai literasi keuangan, status pekerjaan dan pemilihan investasi.

PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan dunia ekonomi di Indonesia semakin meningkat. Hal ini tidak

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia memiliki bermacam-macam ketentuan pajak untuk para

BAB I PENDAHULUAN. Perbankan syariah telah berkembang begitu pesat di Indonesia dengan

ANALISIS TINGKAT LITERASI KEUANGAN DI KALANGAN MAHASISWA DAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHINYA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Adapun salah satu ukuran keberhasilan suatu bank adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian usaha mikro dalam Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang

BAB I PENDAHULUAN. dan dana pensiun. (Tariqullah Khan dan Habib Ahmed, 2008: 48) (2012), tiga diantaranya merupakan asuransi jiwa syariah.

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

SURVEI KREDIT PERBANKAN

III. METODE PENELITIAN

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI A. TINJAUAN PUSTAKA Penelitian terdahulu ini dimaksudkan untuk menggali informasi mengenai penelitian yang berkaitan dengan penelitian ini dan menggambarkan perbedaan dari penelitian terdahulu. Penelitian penelitian terdahulu yang berhasil dipilih dapat dilihat pada tabel dan penjelasan di bawah ini: Farah Margaretha dan Reza Arief Pambudhi (2015), mengadakan penelitian mengenai literasi keuangan di kalangan mahasiswa dengan judul Tingkat Literasi Keuangan Pada Mahasiswa S-1 Fakultas Ekonomi. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui bagaimana tingkat literasi keuangan mahasiswa S1 dan faktor yang mempengaruhinya. Penelitian ini menggunakan data primer yang diperoleh melalui kuisoner dengan metode analisis berupa statistik deskriptif dan uji ANOVA. Hasil penelitian ini menunjukkan tingkat literasi keuangan berada dalam kategori rendah sebesar 48,91% dan terdapat pengaruh antara jenis kelamin, usia, IPK, serta pendapatan orang tua. Anastasia Sri Mendari & Suramaya Suci Kewal (2013), mengadakan penelitian mengenai literasi keuangan di kalangan mahasiswa dengan judul Tingkat Literasi Keuangan di Kalangan Mahasiswa STIE MUSI. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana tingkat

13 literasi keuangan mahasiswa STIE MUSI. Aspek yang diteliti adalah: pengetahuan tentang keuangan pribadi, simpan pinjam, asuransi, dan investasi. Penelitian ini menggunakan data primer yang diperoleh melalui kuisoner dengan metode analisis berupa statistik deskriptif. Hasil penelitian mengindikasikan bahwa untuk keputusan keuangan berdasarkan pendapat pribadi, dalam beberapa hal mencerminkan kurangnya pengetahuan tentang bentuk-bentuk investasi jangka panjang yang memberikan imbal hasil dan risiko yang lebih tinggi dari deposito, serta keputusan untuk asuransi jiwa, responden tidak mengerti asuransi jiwa. Maria Rio Rita dan Benny Santoso (2015), mengadakan penelitian mengenai literasi keuangan di kalangan ibu rumah tangga dengan judul Literasi Keuangan dan Perencanaan Keuangan pada Dana Pendidikan Anak. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis literasi keuangan dan perencanaan keuangan pada dana pendidikan anak dikalangan ibu rumah tangga. Data diperoleh melalui penyebaran kuesioner dan wawancara dengan metode analisis statistik deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan tingkat literasi keuangan dan perencanaan keuangan pada perencanaan dana pendidikan anak dikalangan ibu rumah tangga tergolong tinggi. Ahmad Ma ruf dan Tasya Desiyana (2015), mengadakan penelitian mengenai literasi keuangan di kalangan pelaku usaha dengan judul Literasi Keuangan Pelaku Ekonomi Rakyat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat literasi keuangan pada pelaku ekonomi rakyat, yang mayoritas berskala Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Daerah

14 Istimewa Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan data primer yang diperoleh melalui kuisoner dan tes dengan metode analisis berupa statistik deskriptif dan analisa chi square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas pelaku UMKM memiliki tingkat pengetahuan terhadap literasi keuangan kategori sedang dengan tingkat persentase sebesar 73,8%. Sedangkan pada sisi kemampuan mayoritas pelaku UMKM juga memiliki tingkat literasi keuangan kategori sedang dengan tingkat persentase sebesar 57,5%. Irma Setyawati dan Sugeng Suroso (2016), mengadakan penelitian mengenai literasi keuangan di kalangan dosen dengan judul Sharia Financial Literacy And Effect On Social Economic Factors (Survey On Lecturer In Indonesia). Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktorfaktor sosial ekonomi yang mempengaruhi literasi keuangan syariah. Penelitian ini menggunakan data primer yang diperoleh melalui kuisoner dengan metode analisis berupa statistik deskriptif. Populasi penelitian ini adalah semua dosen yang berdomisi di Jawa. Hasil penelitian menunjukkan bahwasannya faktor sosial ekonomi berpengaruh terhadap pengetahuan keuangan dan sikap seseorang dalam melakukan kegiatan ekonomi. Yulia Indrawati (2014), mengadakan penelitian mengenai literasi keuangan di kalangan masyarakat perkotaan dengan judul Determinan dan Strategi Peningkatan Literasi Keuangan Masyarakat Perkotaan di Kabupaten Jember. Penelitian ini bertujuan untuk menyusun baseline studi terhadap tingkat dan determinan literasi keuangan masyarakat

15 perkotaan di Kabupaten Jember dan merumuskan strategi untuk meningkatkan literasi keuangan masyarakat perkotaan di Kabupaten Jember. Metode yang digunakan adalah kuantitatif berupa existing data dan tabulasi data persepsi melalui wawancara mendalam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara agregat tingkat literasi keuangan masyarakat perkotaan di Kabupaten Jember rendah baik untuk klasifikasi basic financial literacy dan advanced financial literacy. Secara agregat baik pada tingkat basic financial literacy dan advanced financial literacy dipengaruhi tingkat pendapatan, pendidikan, gender, kepemilikan terhadap produk keuangan dan perilaku masyarakat terhadap jasa keuangan. Riski Amaliyah dan Rini Setyo Witiastuti (2015), mengadakan penelitian mengenai literasi keuangan di kalangan pelaku usaha dengan judul Analisis Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Literasi Keuangan di Kalangan UMKM Kota Tegal. Jenis penelitian ini adalah penelitian survey dan metode penelitian menggunakan analisis regresi logistic biner. Hasil penelitian menunjukkan tingkat literasi pemilik UMKM di kota Tegal berada dalam kategori tinggi dengan rata-rata 11,79. Gender dan tingkat pendidikan berpengaruh terhadap tingkat literasi pemilik UMKM di kota Tegal. Pemilik UMKM laki-laki dan tingkat pendidikan di atas wajib belajar memiliki tingkat literasi yang lebih tinggi dibandingkan wanita dan tingkat pendidikan di bawah wajib belajar. Tingkat pendapatan tidak berpengaruh terhadap tingkat literasi keuangan pemilik UMKM kota Tegal.

16 Sri Lestari (2015), mengadakan penelitian mengenai literasi keuangan di kalangan mahasiswa dengan judul Literasi Keuangan Serta Penggunaan Produk dan Jasa Lembaga Keuangan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis indikator literasi keuangan, penggunaan produk dan pelayanan keuangan pada mahasiswa di Fakultas Ekonomi dan Bisnis UNSOED, serta mengetahui faktor-faktor rendahnya literasi keuangan dan penggunaan produk keuangan. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dan menggunakan analisis deskriptif. Hasil penelitian ini menunjukkan tingkat literasi keuangan mahasiswa FEB UNSOED yang masih rendah dikarenakan yang termasuk well literate hanya 4,76 % dan pengetahuan mengenai produk dan pelayanan produk pebankan sebesar 95,24%. Penyebab rendahnya literasi keuangan karena tidak mendapatkan pendidikan literasi keuangan sejak dini dari orangtua maupun tidak mendapatkan pendidikan formal mengenai literasi keuangan. Perbedaan dari penelitian - penelitian sebelumnya adalah penelitian ini fokus pada literasi keuangan syariah dan menggunakan metode penelitian ordinal logistic regression. Penelitian ini akan membahas mengenai tingkat literasi keuangan syariah dan meneliti faktor apa saja yang mempengaruhi tingkat literasi keuangan syariah pada pelaku UMKM di Daerah Istimewa Yogyakarta. Berikut tabel penelitian terdahulu : Tabel 2. 1 Penelitian Terdahulu

17 NO PENGARANG DAN JUDUL METODE PENELITI AN HASIL PERBEDAAN PENELITIAN 1. Farah Margaretha dan Reza Arief Pambudhi, Tingkat Literasi Keuangan Pada Mahasiswa S- 1 Fakultas Ekonomi, JMK, Vol. 17, No 1 Maret 2015 Statistik deskriptif dan uji ANOVA. Menunjukkan tingkat literasi keuangan berada dalam kategori rendah sebesar 48,91% dan terdapat pengaruh antara jenis kelamin, usia, IPK, serta pendapatan orang tua. Penelitian ini menggunakan metode ordinal logistic regression dan variabel independennya adalah jenis kelamin, pendidikan terakhir, jumlah pendapatan, lokasi usaha dan keterkaitan responden dengan lembaga keuangan konvensional atau syariah. 2. Anastasia Sri Mendari & Suramaya Suci Kewal, Tingkat Literasi Keuangan di Kalangan Mahasiswa STIE MUSI. Jurnal Economia, Volume 9, Nomor 2, Oktober 2013 Statistik deskriptif. Mengindikasikan bahwa untuk keputusan keuangan berdasarkan pendapat pribadi, dalam beberapa hal mencerminkan kurangnya pengetahuan tentang bentukbentuk investasi jangka panjang yang memberikan imbal hasil dan risiko yang lebih tinggi dari deposito, serta keputusan untuk asuransi jiwa, responden tidak mengerti asuransi jiwa. Penelitian ini menggunakan metode ordinal logistic regression dan variabel independennya adalah jenis kelamin, pendidikan terakhir, jumlah pendapatan, lokasi usaha dan keterkaitan responden dengan lembaga keuangan konvensional atau syariah. 3. Maria Rio Rita dan Benny Santoso, Literasi Keuangan dan Perencanaan Keuangan pada Dana Pendidikan Anak. Jurnal Ekonomi/ Volume XX, No.02 Juli 2015:212-227 Statistik deskriptif. Menunjukkan tingkat literasi keuangan dan perencanaan keuangan pada perencanaan dana pendidikan anak dikalangan ibu rumah tangga tergolong tinggi. Penelitian ini menggunakan metode ordinal logistic regression dan variabel independennya adalah jenis kelamin, pendidikan terakhir, jumlah pendapatan, lokasi usaha dan keterkaitan responden dengan lembaga keuangan konvensional atau syariah. 4. Ahmad Ma ruf dan Tasya Desiyana, Literasi Keuangan Pelaku Ekonomi Rakyat. Buletin Ekonomi Vo. 13, Statistik deskriptif dan analisa chi square. Menunjukkan bahwa mayoritas pelaku UMKM memiliki tingkat pengetahuan terhadap literasi keuangan kategori sedang dengan tingkat persentase sebesar 73,8%. Sedangkan pada sisi kemampuan mayoritas pelaku UMKM juga memiliki Penelitian ini menggunakan metode ordinal logistic regression dan variabel independennya adalah jenis kelamin, pendidikan terakhir, jumlah pendapatan, lokasi usaha dan keterkaitan responden dengan lembaga

18 No.2 Desember 2015 hal 139-270 tingkat literasi keuangan kategori sedang dengan tingkat persentase sebesar 57,5%. keuangan konvensional atau syariah. Penelitan ini berfokus pada literasi keuangan syariah 5. Irma Setyawati dan Sugeng Suroso, Sharia Financial Literacy And Effect On Social Economic Factors (Survey On Lecturer In Indonesia). International Journal of Scientific & Technology Research Volume 5, Issue 02, Februari 2016 Statistik deskriptif. Menunjukkan bahwasannya faktor sosial ekonomi berpengaruh terhadap pengetahuan keuangan dan sikap seseorang dalam melakukan kegiatan ekonomi. Penelitian ini menggunakan metode ordinal logistic regression dan variabel independennya adalah jenis kelamin, pendidikan terakhir, jumlah pendapatan, lokasi usaha dan keterkaitan responden dengan lembaga keuangan konvensional atau syariah. 6. Yulia Indrawati, Determinan dan Strategi Peningkatan Literasi Keuangan Masyarakat Perkotaan di Kabupaten Jember Metode yang digunakan adalah kuantitatif berupa existing data dan tabulasi data persepsi melalui wawancara mendalam. Menunjukkan bahwa secara agregat tingkat literasi keuangan masyarakat perkotaan di Kabupaten Jember rendah baik untuk klasifikasi basic financial literacy dan advanced financial literacy. Secara agregat baik pada tingkat basic financial literacy dan advanced financial literacy dipengaruhi tingkat pendapatan, pendidikan, gender, kepemilikan terhadap produk keuangan dan perilaku masyarakat terhadap jasa keuangan. Penelitian ini menggunakan metode ordinal logistic regression dan variabel independennya adalah jenis kelamin, pendidikan terakhir, jumlah pendapatan, lokasi usaha dan keterkaitan responden dengan lembaga keuangan konvensional atau syariah. 7. Riski Amaliyah dan Rini Setyo Witiastuti, Analisis Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Literasi Keuangan di Kalangan UMKM Kota Tegal. Analisis regresi logistic biner. Menunjukkan tingkat literasi pemilik UMKM di kota Tegal berada dalam kategori tinggi dengan rata-rata 11,79. Gender dan tingkat pendidikan berpengaruh terhadap tingkat literasi pemilik UMKM di kota Tegal. Pemilik UMKM laki-laki dan tingkat pendidikan di atas Penelitian ini menggunakan metode ordinal logistic regression dan variabel independennya adalah jenis kelamin, pendidikan terakhir, jumlah pendapatan, lokasi usaha dan keterkaitan responden dengan lembaga

19 Management Analysis Journal Volume 4, No 3, 2015 wajib belajar memiliki tingkat literasi yang lebih tinggi dibandingkan wanita dan tingkat pendidikan di bawah wajib belajar. Tingkat pendapatan tidak berpengaruh terhadap tingkat literasi keuangan pemilik UMKM kota Tegal. keuangan konvensional atau syariah. 8. Sri Lestari, Literasi Keuangan Serta Penggunaan Produk Dan Jasa Lembaga Keuangan. Jurnal Fokus Bisnis, Volume 14, No 02, Desember 2015 Merupakan penelitian kualitatif dan mengguna kan analisis deskriptif. Menunjukkan tingkat literasi keuangan mahasiswa feb unsoed yang masih rendah dikarenakan yang termasuk well literate hanya 4,76 % dan pengetahuan mengenai produk dan pelayanan produk pebankan sebesar 95,24%. Penyebab rendahnya literasi keuangan karena tidak mendapatkan pendidikan literasi keuangan sejak dini dari orangtua maupun tidak mendapatkan pendidikan formal mengenai literasi keuangan. Penelitian ini menggunakan metode ordinal logistic regression dan variabel independennya adalah jenis kelamin, pendidikan terakhir, jumlah pendapatan, lokasi usaha dan keterkaitan responden dengan lembaga keuangan konvensional atau syariah. B. KERANGKA TEORI 1. Literasi Keuangan Literasi keuangan menjadi hal yang penting dibahas untuk terhindar dari krisis ekonomi di sebuah negara. Literasi keuangan memiliki banyak definisi dari para ahli diantaranya adalah: a. Menurut Lusardi dan Mitchell (2007) literasi keuangan merupakan pengetahuan keuangan dan kemampuan untuk mengaplikasikannya di kehidupan sehari-hari dengan tujuan mencapai kesejahteraan.

20 b. Menurut Krishna, dkk (2010) literasi keuangan terjadi manakala seorang individu memiliki keahlian dan kemampuan yang membuat orang tersebut mampu memanfaatkan sumber daya keuangan yang ada untuk mencapai tujuan. c. Menurut The social research centre (2011), literasi keuangan adalah kemampuan untuk membuat pertimbangan yang benar untuk mengambil keputusan yang efektif terkait dengan menajemen penggunaan keuangan. Maka dari itu literasi keuangan adalah kombinasi dari keahlian individu, pengetahuan dan sikap. d. Menurut Otoritas Jasa Keuangan dalam Rancangan Peraturan OJK 2016 menyatakan bahwa literasi keuangan adalah rangkaian proses atau aktivitas untuk meningkatkan pegetahuan, keyakinan, dan keterampilan, yang mempengaruhi sikap dan perilaku untuk meningkatkan kualitas pengambilan keputusan dan pengelolaan keuangan dalam rangka mencapai kesejahteraan. Dari definisi di atas dapat disimpulkan literasi keuangan adalah melek finansial, sebuah keterampilan, kemampuan dan pemahaman mengenai uang dan dapat mengelola keuangan individu agar mencapai sebuah kesejahteraan dan menjadi individu yang mandiri secara finansial. Literasi keuangan menjadi hal penting karena akan mempengaruhi keputusan dalam bertindak di bidang ekonomi. Dan menurut Greenspan (2002) literasi keuangan akan membantu bagi pelaku usaha terkait pengelolaan usaha dimulai dari anggaran,

21 perencanaan simpan dana usaha, serta pengetahuan dasar atas keuangan untuk mencapai tujuan keuangan usaha. 2. Literasi Keuangan Syariah Literasi keuangan syariah dapat diartikan sebagai melek keuangan syariah, mengetahui produk dan jasa keuangan syariah, dapat membedakan antara bank konvensional dan bank syariah serta dapat mempengaruhi sikap seseorang dalam mengambil sebuah keputusan ekonomi sesuai dengan syariah. Keuangan syariah adalah bentuk keuangan yang didasarkan pada syariah atau bangunan hukum Islam. Syariah, yang berarti jalan menuju sumber air, dipenuhi dengan tujuan moral dan pelajaran tentang kebenaran. Karena itu, syariah lebih dari sekedar seperangkat aturan hukum. Sejatinya, syariah mewakili gagasan bahwa semua manusia dan pemerintah tunduk pada keadilan di bawah hukum. Prinsip-prinsip kunci keuangan syariah adalah keyakinan pada tuntutan Ilahi, tidak ada riba, tidak investasi haram, tidak adanya gharar (ketidakpastian), tidak ada maysir (judi/ spekulasi), berbagi risiko dan pembiayaan didasarkan pada asset rill (Abdullah, 2012). 3. Aspek-aspek Literasi Keuangan Syariah Literasi keuangan mencakup banyak aspek yang perlu diukur. Chen dan Volpe (1998) membagi literasi keuangan menjadi empat aspek. Pertama adalah pengetahuan tentang keuangan pribadi secara umum (general personal finance knowledge) meliputi pemahaman

22 beberapa hal yang berkaitan dengan pengetahuan dasar tentang keuangan pribadi. Kedua, tabungan dan pinjaman (savings and borrowings) pada bagian ini meliputi pengetahuan yang berkaitan dengan tabungan dan pinjaman seperti penggunaan kartu kredit. Ketiga, asuransi (insurance) yang meliputi pengetahuan dasar asuransi dan produk-produk asuransi seperti asuransi jiwa, asuransi kendaraan bermotor. Keempat, investasi (investment) meliputi pengetahuan tentang suku bunga pasar, reksadana dan resiko investasi. Sedangkan, untuk literasi keuangan syariah ditambahkan aspek mengenai pengetahuan mengenai keuangan syariah, prinsip keuangan syariah dan produk syariah. Pemahaman dan kebiasaan mengenai dasar-dasar Islamic financial literacy juga mempengaruhi perilaku para pemilik usaha dalam menjalankan usaha sesuai dengan kaidah dan etika ekonomi Islam (Antara, Musa, dan Hasan, 2015). Menurut Rifai (2010) dasar-dasar Islamic financial, antara lain: Riba Halal Haram Zakat Maysir Gharar Transaksi yang Bathil 4. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Literasi Keuangan The Social Research Centre (2011) menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi perbedaaan tingkat literasi keuangan diantaranya:

23 (1) Umur, terdapat pengaruh yang positif antara umur dengan perilaku yang menjadi indikator literasi keuangan pada group umur 25-34 sedangkan pada kelompok usia 18-24 tidak terdapat pengaruh. Hal ini sesuai dengan semakin banyak pengetahuan mengenai produk keuangan dan juga transaksi keuangan yang digunakan untuk kebutuhan dalam hidup mereka; (2) Pengetahuan keuangan dan kemampuan dalam matematika, terdapat pengaruh yang positif perilaku yang memiliki literasi keuangan dapat mengontrol keuangannya. Hal ini menunjukkan bahwa dengan mempunyai pengetahuan yang baik tentang masalah keuangan yang umum dan juga pengetahuan matematika sangat penting, hal ini dapat digunakan untuk memilih produk keuangan, memantau keuangan (pengeluaran dan pemasukan), dan selalu mempunyai informasi terkini tentang perkembangan keuangan; (3) Financial Attitude (perilaku keuangan), Perilaku keuangan memiliki hubungan (positif maupun negatif) dengan indikator perilaku keuangan; (4) Household income (pendapatan keluarga), Pendapatan keluarga mempunyai hubungan yang relatif kuat dan positif terhadap pengendalian keuangan, hal ini berarti semakin tinggi pendapatan keluarga maka semakin baik pengendalian keuangan; (5) Pendidikan dan pekerjaan, Pendidikan dan pekerjaan mempunyai hubungan dengan beberapa perilaku yang terkait dengan indikator literasi keuangan, karena hal ini menyarankan pada halhal penting dibeberapa bagian tapi tidak yang lainnya. Dengan menyelesaikan pendidikan formal tingkat lanjutan (SMA) mempunyai

24 hubungan yang sangat kuat dengan memilih produk keuangan dan tetap bisa terinformasi tetapi tidak akan muncul kepentingan untuk mencatat semua transaksi keuangan, perencanaan ke depan dan juga pengawasan keuangan. Literasi keuangan juga dipengaruhi oleh faktor demografi. Demografi merupakan gambaran mengenai latar belakang seseorang sehingga dapat mempengaruhi literasi keuangan mereka (Mandell, 2008). Faktor demografi menurut Keown (2011) meliputi usia, jenis kelamin, status keluarga, status migrasi, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, tempat tinggal dan regional. 5. Klasifikasi Literasi Keuangan Berdasarkan Strategi Nasional Literasi Keuangan Indonesia, literasi keuangan masyarakat diklasifikasi dalam 4 tingkatan, yaitu: a. Well Literate Memiliki pengetahuan dan keyakinan tentang lembaga jasa keuangan serta produk dan jasa keuangan, termasuk fitur, manfaat dan risiko, hak dan kewajiban terkait produk dan jasa keuangan, serta memiliki keterampilan dalam menggunakan produk dan jasa keuangan. b. Sufficient Literate Memiliki pengetahuan dan keyakinan tentang lembaga jasa keuangan serta produk dan jasa keuangan, termasuk fitur, manfaat dan risiko, hak dan kewajiban terkait produk dan jasa keuangan.

25 c. Less Literate Hanya memiliki pengetahuan tentang lembaga jasa keuangan, produk dan jasa keuangan. d. Not Literate Tidak memiliki pengetahuan dan keyakinan tentang lembaga jasa keuangan serta produk dan jasa keuangan, serta tidak memliki keterampilan dalam menggunakan produk dan jasa keuangan. Sedangkan menurut Chen and Volpe (1998) mengkategorikan literasi keuangan menjadi tiga kelompok, yaitu a. < 60% yang berarti individu memiliki pengetahuan tentang keuangan yang rendah. b. 60% 79%, yang berarti individu memiliki pengetahuan tentang keuangan yang sedang. c. > 80% yang menunjukkan bahwa individu memiliki pengetahuan keuangan yang tinggi. Pengkategorian ini didasarkan pada persentase jawaban responden yang benar dari sejumlah pertanyaan yang digunakan untuk mengukur literasi keuangan. 6. Pengertian UMKM Usaha Mikro Kecil dan Menengah di Indonesia memiliki andil cukup besar dalam mengatasi permasalahan ekonomi seperti kemiskinan, pengangguran, dan pemerataan pendapatan. Di bawah ini terdapat

26 beberapa definisi yang menjelaskan mengenai Usaha Mikro Kecil dan Menengah antara lain: a. Menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2008, UMKM adalah: 1) Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini. 2) Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari Usaha Menengah atau Usaha Besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini 3) Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau Usaha Besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini. b. Badan Pusat Statistik (BPS) memberikan definisi UMKM berdasarkan kuantitas tenaga kerja. Usaha mikro memiliki tenaga kerja kurang dari 5, usaha kecil merupakan entitas usaha yang

27 memiliki jumlah tenaga kerja 5 s.d 19 orang, sedangkan usaha menengah merupakan entitas usaha yang memiliki tenaga kerja 20 s.d 99 orang. 7. Kriteria dan Karakteristik UMKM Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 mengenai Usaha Mikro Kecil dan Menengah menjelaskan kriteria UMKM yang digolongkan berdasarkan asset dan omzet yang dimiliki oleh sebuah usaha, yaitu: a. Kritieria Usaha Mikro adalah : 1) Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau 2) Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah). b. Kritieria Usaha Kecil adalah : 1) Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau 2) Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp2.500.000.000 (dua milyar lima ratus juta rupiah). c. Kritieria Usaha Menengah adalah :

28 1) Memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp10.000.000,00 (sepuluh milyar rupih) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau 2) Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp2.500.000.000 (dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp50.000.000 (lima puluh milyar rupiah). Selain itu, UMKM juga memiliki karakteristik. Karakteristik UMKM merupakan sifat atau kondisi faktual yang melekat pada aktivitas usaha maupun perilaku pengusaha yang bersangkutan dalam menjalankan bisnisnya. Berikut karakteristik yang menjadi ciri pembeda antar pelaku usaha sesuai dengan skala usahanya.

29 Tabel 2. 2 Karakteristik UMKM Ukuran Usaha Karakteristik Usaha Mikro a) Jenis barang/komoditi tidak selalu tetap; sewaktu-waktu dapat berganti. b) Lokasi/tempat usaha tidak selalu menetap/ berpindah-pindah. c) Belum melakukan administrasi keuangan yang sederhana sekalipun. d) Tidak memisahkan keuangan keluarga dengan keuangan usaha. e) Sumber daya manusia (pengusaha) belum memiliki jiwa wirausaha yang memadai. f) Tingkat pendidikan rata-rata relative rendah g) Umumnya belum akses kepada perbankan, namun sebagian sudah akses ke lembaga keuangan non bank. h) Umumnya tidak memiliki izin usaha atau persyaratan legalitas lainnya termasuk NPWP. Contoh: Usaha perdagangan seperti kaki lima serta perdagangan di pasar. Usaha Kecil a) Jenis barang/komoditi yang diusahakan umumnya sudah tidak gampang berubah. b) Lokasi/tempat usaha umumnya sudah menetap tidak berpindahpindah. c) Pada umumnya sudah melakukan administrasi keuangan walau masih sederhana. d) Keuangan perusahaan sudah mulai dipisahkan dengan keuangan keluarga. e) Sudah membuat nneraca usaha. f) Sudah memiliki izin usaha dan pesyaratan legalitas lainnya termasuk NPWP. g) Sumbersaya manusia (pengusaha) memiliki pengalaman dalam berwirausaha. h) Sebagian sudah akses ke perbankan dalam keperluan modal. i) Sebagian besar belum dapat membuat manajemen usaha dengan baik seperti business planning. Contoh: Pedagang di pasar grosir (agen) dan pedagang pengumpul lainnya. Usaha Menengah a) Memiliki manajemen dan organisasi yang lebih baik, dengan pembagian tugas yang jelas antara lain, bagian keuangan, begian pemasaran dan bagian produksi. b) Telah melakukan manajemen keuangan dengan menerapkan system akuntansi dengan teratur sehingga memudahkan untuk auditing dan penilaian atau pemeriksaan termasuk oleh perbankan. c) Telah melakukan aturan atau pengelolaan dan organisasi perburuhan. d) Sudah memiliki persyaratan legalitas antara lain izin tetangga. e) Sudah memiliki akses kepada sumber-sumber pendanaan perbankan. f) Pada umumnya telah memiliki sumber daya manusia yang terlatih dan terdidik. Contoh: Usaha pertambangan batu gunung untuk kontruksi da marmer buatan.

30 C. KERANGKA PEMIKIRAN TEORITIS Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis tingkat Literasi Keuangan Syariah pada pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah, untuk studi kasus penelitian ini dilakukan di Daerah Istimewa Yogyakarta. Berikut ini adalah gambar dari kerangka pemikiran dalam penelitian ini: Gender Latar Belakang Pendidikan Jumlah Pendapatan Lokasi Usaha Status Nasabah Variabel Independen Variabel Dependen Literasi keuangan syariah kategori rendah Literasi keuangan syariah kategori sedang Literasi keuangan syariah kategori tinggi Gambar 2. 1 Kerangka Pemikiran Teoritis

31 D. HIPOTESIS Berdasarkan tinjauan dan kajian terhadap penelitian dahulu yang relevan, maka hipotesis yang akan diujikan kebenarannya secara empiris adalah : H1 : Diduga gender memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat literasi keuangan syariah pelaku UMKM di Daerah Istimewa Yogyakarta. H2 : Diduga latar belakang pendidikan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat literasi keuangan syariah pelaku UMKM di Daerah Istimewa Yogyakarta. H3 : Diduga jumlah pendapatan memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat literasi keuangan syariah pelaku UMKM di Daerah Istimewa Yogyakarta. H4 : Diduga lokasi usaha memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat literasi keuangan syariah pelaku UMKM di Daerah Istimewa Yogyakarta. H5 : Diduga keterkaitan responden dengan lembaga keuangan konvensional atau syariah memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat literasi keuangan syariah pelaku UMKM di Daerah Istimewa Yogyakarta.